Kopdar Fesbuker

4 Nov

Hihihi, biasanya kalau kopdar pasti chatters atau bloggers atau insan radio/TV ya? Semuanya akrab lewat jaringan udara, jaringan televisi, atau jaringan internet. Jadi sebetulnya anggota segala macam SNS (Social Networking Site) macam fesbukers, plurkers, twitters, kalau bertemu di real namanya juga kopdar dong ya?

Hari Jumat yang lalu aku libur mengajar, karena di Universitas sedang persiapan Festival Universitas (semacam bazaar). Jadi  aku bisa bertemu Whita, yang juga tinggal di Tokyo. Kami berkenalan lewat TE (tapi Whita tidak punya blog sendiri, sehingga tidak masuk kategori blogger) kemudian menjadi teman di Fesbuk.  Nah, waktu aku menulis bahwa aku sedang di KBRI bersama adik saya memperpanjang pasport, dia mengatakan…. tahu begitu kan bisa pergi sama-sama. Kebetulan aku bermaksud akan mengambil paspor adik yang sudah jadi pada hari Jumat, sehingga aku menghubungi dia. “Ayo sama-sama ke KBRI besok!”

Kami bertemu di Stasiun Meguro pukul 10 lewat. Langsung saling mengenali, selain sudah tahu muka lewat foto, satu “identitas” yang langsung tertangkap adalah…kami berdua memakai scarf batik! (Hidup Batik Indonesia! ayooo jangan melempem  pake batiknya. Tapi terus terang aku cuma punya scarfs)

selalu berfoto di mana saja, termasuk waktu nunggu di Imigrasi KBRI
selalu berfoto di mana saja, termasuk waktu nunggu di Imigrasi KBRI

Perjalanan rute kami sama dengan waktu aku mengantar adik, ke foto studio, lalu ke KBRI. Itu mah sudah tidak usah diceritakan lagi. Tapi aku ingin ceritakan acara kami sesudah itu. LUNCH! (ngga jauh-jauh dari makanan hihihi).

“Mau makan apa? ”
“Apa saja”
Cuma kali ini aku yang tidak punya banyak waktu karena aku harus berada di rumah jam 2:30 siang, karena Riku pulang jam segitu. Jadi kami memilih pergi ke restoran Sushi “berputar”, Kaiten Sushi. Tentu saja kami memilih resto ini karena cepat, enak, dan bisa makan sedikit. Sama sistemnya seperti restoran Padang, hanya membayar apa yang dimakan saja.

Begitu masuk restoran kami dipersilahkan duduk di salah satu pojok sebuah counter yang besar. Di depan kami terdapat ban berjalan yang mengantarkan piring-piring kecil berisi berbagai macam sushi, nasi kepal dengan potongan ikan mentah, setengah matang (aburi) dan matang (seperti udang rebus). Kami tinggal mengambil piring yang kami mau dan makan. Tapi waktu mengambil piring, biasanya kami melihat corak/warna piringnya, dan melihat ke dinding resto yang memasang jens piring beserta harganya. Harganya bermacam-macam dari 160 yen, 200-an, 300-an, 400-an dan termahal 500-an.

Ikan Buntal Goreng
Ikan Buntal Goreng

Ada beberapa yang “aneh” yang kami makan (baru makan pertama kali)  termasuk di antaranya Ikan Buntal Goreng (Ikan Fugu yang beracun itu loh), pernah saya tulis di sini. Sambil makan kami sibuk memotret dan mengirim ke handphone masing-masing.

Nah, yang menarik adalah waktu akan membayar. Biasanya di resto sushi berputar yang lain, kami menumpukkan piring sesuai dengan warnanya, misalnya merah (160-an) , hijau (200-an) dst. Si petugas resto akan mencatat warna masing-masing serta menjumlahkannya dalam kertas, dan kami bawa kertas itu ke kasir untuk membayar.

pakai alat scanner yang ditaruh di atas tumpukan piring
pakai alat scanner yang ditaruh di atas tumpukan piring

Tapi ternyata, resto sushi yang ini amat  canggih . Kita cukup menumpuk piringnya tak beraturan. Si pelayan membawa alat scanner sebesar remote control, lalu diarahkan ke atas piring teratas. Pit pit… lalu kami diberi sebuah alat mirip kalkulator kecil tanpa angka/tombol apa-apa. Wahhh bukan kertas pula! Jadi ingat beeper (yang berfungsi memanggil jika makanan sudah jadi) yang ditulis oleh Pak Oemar di sini.

Tertulis Piring ini tidak boleh dimasukkan microwave
Tertulis "Piring ini tidak boleh dimasukkan microwave"

Alat itu rupanya merekam harga yang tercantum di chips di piring yang kita makan. Begitu kita menyerahkannya pada kasir. Alat itu didekatkan pada suatu reader, dan keluar harga yang kita mesti bayar di display mesin kassa. Canggih! Tanpa kertas…

Membawa alat kecil seperti kalkulator ke kasir (plus uang tentu saja hihihi)
Membawa alat kecil seperti kalkulator ke kasir (plus uang tentu saja hihihi)

Kami berdua terheran-heran …sempat aku tanya sih tentang cara kerja alat pembaca chips di piring itu. Tapi karena restoran itu mulai sibuk dengan tamu-tamu yang mau lunch, terpaksa aku tidak bisa memotret alat reader itu dengan detil.

scanner yang dipakai di kantong belakang pelayan
scanner yang dipakai di kantong belakang pelayan

Akhirnya kami menutup cara kopdar hari itu dengan minum kopi di Tully’s Coffee (saingannya Starbuck) dengan saran aku Hazelnut Cappucino… yummy. Waktu masih kerja sebagai DJ di Radio, ada gerai Tully’s dekat studio, sehingga hampir setiap aku rekaman, pasti mampir situ. Adicted banget sampai beli Hazelnut siropnya untuk dicampur setiap minum kopi. Jadi gemuk deh…kan gula itu hihihi.

Kami berpisah di peron Yamanote line, dengan janji akan buat pesta bakso di rumah. Nanti cari waktu ya Whit…atau natalan juga bisa…cihuy.. (kayaknya masih lama deh tuh hihihi)

24 Replies to “Kopdar Fesbuker

  1. sayang banget alat imut itu g ada gambarnya….jadi penasaran sama alat yg canggih seperti itu. segitu hebatnya jepang memiliki alat (semacam barcode) utk makanan di resto hehehehehe…

    salam, ^_^
    .-= Didien®´s last blog ..Dagelan : KPK vs POLRI =-.

    Ntar deh kalo makan di situ lagi aku minta foto alatnya ya hihihi
    EM

  2. pesta bakso pasti seruh tuh, apalagi extra super pedassss bumbunya..makyussss mantaffffff…. *undangan pesta bakso di tunggu*
    .-= d-Gadget™´s last blog ..Xperia X3 Release November? =-.

  3. Jepang memang jagonya menerapkan teknologi untuk berbagai keperluan, termasuk urusan makan-memakan … hehehe … Nanti bisa-bisa cukup di-scan perutnya sudah ketahuan makan apa saja, dan langsung cling ! harganya muncul di layar … 🙂
    .-= Oemar Bakrie´s last blog ..(sedikit) wisata kuliner di Perth =-.

    Saya juga pikir begitu pak. Apalagi kan sekarang sudah ada chip dengan GPS untuk mengetahui lokasi, dan konon sedang dicoba (atau sudah) untuk ditanam di bawah kulit manusia, supaya bisa tahu berada di mana. Ini untuk mencegah kejahatan pada anak-anak yang semakin marak di dunia.

    EM

  4. Wah, membaca postingan Mba Imelda, saya justru membayangkan kebalikannya… Kalau orang-orang Jepang yang super canggih itu lagi makan di restoran padang di Indonesia, pasti heran melihat kecepatan petugasnya menghitung harga makanan yang udah dimakan…sret…sret…sret… ngga kalah cepat sama scanner, hehehe… Tanya aja sama Uda Vizon, pasti setuju… 😀
    .-= anderson´s last blog ..Hikayat Rentenir =-.

    Ngga usah waktu ngitung, waktu bawanya aja membuat terheran-heran kok
    EM

  5. wah memang kemajuan teknologi nih..
    disini jg ada resto yang pesen makan pake handheld gituh,
    si petugas tinggal datang n memencet pesanan, nanti bayar udah keluar slip’nya
    .-= Afdhal´s last blog .."3 Day’s For 15 Year’s" =-.

    Hehehe kalau itu mah udah dari dulu dipakai di restoran di Jepang, terutama di Family Restoran (chainstore)
    EM

  6. Kop Dar …
    Dengan Identitas Batik ???
    Keren sangat !!!

    This is the beauty of Blogging …
    mmm I mean … Facebooking

    Salam saya
    .-= nh18´s last blog ..NAMA =-.

    sekali batik tetap batik (haiyahhhh)
    EM

  7. kopdar dengan sesama blogger sudah pernah, dengan teman-teman milis juga sudah pernah, yang belum kesampaian kopdar dengan Mbak Imelda! 😀 jadi ngiri…hiks .. hiks

    kopdar dengan teman dari manapun selalu memberikan rasa yang sama, yaitu ANTUSIAS.

    Salam,

    Riris
    .-= Riris E´s last blog ..Mama Dei =-.

    Beressss, tahun depan kan bisa ketemu
    Dua bulan lagi udah ganti tahun loh 😉
    EM

  8. hmm…canggih bgt ya? tapi masih penasaran kok bisa ya piringnya ditumpuk acak gitu tapi bisa terbaca semua dan bukan hanya piring teratas aja? scannernya nembus kali ya?
    .-= nanaharmanto´s last blog ..Petromax =-.

    Ya mungkin, karena semua ditanam di bagian tengah piring yang besarnya sama. Asal jangan tumpukan lain ikut terbaca aja …ntar musti bayar bagian orang lain hihihi

    EM

  9. Wow, udah ada yang begitu ya alatnya? keren juga! jadi meringankan beban pelayan, tidak usah repot mengingat harga masing2 piring, tinggal di scan aja hehe tp klo dipikir2 pelayan2 ini hebat juga yah…harus ingat harga berdasarkan warna piringnya…kalo aku dha nyerah deh, matematikanya ble’e sih hihihi
    .-= wita´s last blog ..Tentang Servis =-.

  10. mba imell,,jadi malu ada foto ku yg dpn tully’s tuh,,hahhaha
    asikk numpang narsis di sini,,xixixixi

    Duhh jadi ga sabar makan bakso nya nih,,nyam..nyam..

  11. Canggih euy…!
    Thx sharingnya Mba…

    Hm.. ini kopdar bukan kopdar fesbuker murni, masih ada “bantuan” blognya.. hehehe… tapi tetep namanya kopdar fesbuker… 😛
    .-= mangkum´s last blog ..Installing A New Patch =-.

  12. Canggih, tante! Mungkin di piringnya sendiri juga udah ada sensornya (mungkin RFID), jadi devais yang terakhir kali ditambahin itu cuma buat ngitung..

    Saya sering geleng2 dengan aplikasi teknologi di jepang. Kreatif!
    Kadang ide yang sederhana (saya rasa engineer2 Indo sebenernya juga bisa bikin sistem ini, tapi ga tertarik aja, karena idenya mentok, atau kebayang pasarnya juga belum ada) bisa jadi luar biasa.
    .-= narpen´s last blog ..“Sehat” ala C’Mar =-.

  13. Mbak bukannya ikan buntal itu beracun yaaaaa????
    Eh seneng ya bisa kopdar walopun di negeri orang 😀
    mbak EM emang ratu kopdar !!! hahahhaa
    .-= Eka Situmorang-Sir´s last blog ..Change for Better Indonesia =-.

  14. kapan indonesia ada alat2 canggih gitu ya?

    tapi mbak restoran padang juga canggih di sajiin dan begitu selesai makan orangnya tinggal hitung tidak perlu bertanya sama pelanggan makan apa aja…dia inget detail…hohohohoho 😛
    .-= Ria´s last blog ..Opsss…. =-.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *