Dunia Laut

27 Jul

Ada tiga pilihan yang aku ajukan pada Riku di hari pertama sampai di Jakarta. Dan aku tahu dia bingung untuk memilihnya. Tiga pilihan itu adalah, “Kebun Binatang, Sea World, dan Museum”. Lalu dia bilang, besok Kebun Binatang, besoknya lagi Sea World dan terakhir Museum.

Jadi deh tanggal 23 Juli, Kamis, kami pergi ke Sea World di Ancol. Naik taxi dari kebayoran sampai Ancol, wuih mayan juga 80.000 rupiah. Mustinya sewa mobil mungkin lebih menguntungkan ya?  Tapi yang pasti tidak bisa naik taxi sejauh itu seharga 1000 yen di Tokyo (hih dibandingin, jelas beda atuh!) . So,  satu lagi kenikmatan berlibur di Indonesia adalah naik taxi….. murah! hehehe.

Karena naik tol, lumayan lancar, kita bisa sampai langsung masuk area Ancol tanpa hambatan. Langsung berfoto deh di depan rumah-rumah yang katanya wita berharga milyaran itu. Eh tapi biarpun aku misalnya punya duit segitu, ngga pengen ah punya rumah di situ, abis katanya banjir kalau air pasang. Dan satu lagi, bau amis hihihi.

Menuju ke Sea World, kami melewati Hotel Horison dan lapangan golfnya. Sekarang namanya sudah menjadi Mercure. Udah bobrok banget keliatan dari luar. Yang saya tidak periksa, apakah masih ada restoran Nelayan di situ. Inget pernah makan di situ dengan teman-teman les bahasa Jepang JF, bersama satu-satunya guru bahasa Jepang yang cakep, MS sensei (eh ternyata denger sas-sus yang ngga enak juga ttg dia).

Well, sepiiiiiii banget. Ya iya lah hari Kamis, hari biasa. Tapi…katanya anak-anak akan digiring ke Dufan, Ancol. Kok sepi gini ya?

Sampai di Sea World, beli karcis masuk. Wah anak usia 2 tahun ke atas harus bayar sama dengan dewasa, Rp 40.000,- saja. Beda banget ya sama HTM nya Ragunan (memang fasilitasnya juga lain sih). Waktu masuk kami disambut mbak-mbak yang tugasnya ngecapin tangan, mungkin supaya bisa masuk lagi kali ya. Lalu bisa melihat relief di sebelah kanan pintu masuk, yang diterangi cahaya lampu.

Memang memasuki ruangan mata harus dibiasakan melihat dalam keremangan. Asyik juga buat pacaran nih hihihi. Dan akuarium pertama yang kami lihat adalah akurium yang berisi ikan Arwana raksasa dari Amazon. Benar-benar besar! Aku ngebayangnya kalau dibakar bisa untuk makan berapa orang ya tuh hihihi (Sejak kapan ikan arwana dimakan sih? hihihihi). Riku sudah tahu arwana dan juga dugong (pesut).

Selain ikan dan binatang laut yang berada dalam akuariumnya, ada pula kolam terbuka yang memungkinkan pengunjung menyentuh binatang-binatang laut seperti ikan pari, hiu, juga kura-kura.Selain itu kami juga bisa melewati terowongan di bawah kolam. Terowongan semacam ini membuat kita dapat melihat bagian bawah ikan pari dan ikan-ikan lain yang biasanya kita lihat permukaan samping/atas saja.

Kebetulan pada jam 12 siang diadakan acara pemberian makan terhadap ikan-ikan di akurium, sehingga kami bisa melihat penyelam membawa ikan-ikan kecil, santapan penghuni akuarium utama. Penyu laut yang berada di akuarium utama ini juga besar dan menarik perhatian.

Setelah itu, aku dan kai santai mengelilingi akurium kecil-kecil, sementara Riku dengan Wita bermain di tempat ikan untuk terapi tangan. Jadi kita memasukkan tangan ke dalam akuarium terbuka, dan ikan-ikan kecil itu akan datang dan menggigit kulit-kulit mati kita. Memang geli sih, tapi terbayang juga, jika kita terdampar di laut berhari-hari memang kita bisa mati perlahan dimakan ikan-ikan kecil itu hiiiii. Buat Kai, kolam ikan kecil ini surga karena dia bisa kecipak kecipuk di air sehingga menakuti ikan-ikan itu untuk mendekat. (Kai memang suka air, asal…rambutnya tidak dibasahi hihihi)

Yang terakhir kami menonton pemberian makanan kepada ikan piranha, yang habis melahap santapan siangnya dalam hitungan detik (39 detik)… Hmmm kalau sampai ada orang jatuh ke kolam itu, berapa detik ya? Huh, mikirnya kok serem-serem aja sih si imelda ini. amit-amit deh.

Secara keseluruhan memang Sea World ini menghibur. Tapi saya merasa beruntung sekali datang di hari biasa, jika tidak, dan jika pengunjung membludak, saya tidak bisa membayangkan bagaimana caranya mereka atur sirkulasi pengunjung di tempat yang tertutup dan gelap begitu. Bagi pengunjung sea world juga mendapat potongan harga jika mau pergi ke arena stuntman, Police academy. Tapi waktu saya lihat jam pertunjukannya, jam 14:30, terlalu sore bagi kami…jadi kami tidak jadi pergi ke sana (untung juga sih, aku ngeri dengan yang begitu-begitu, dan mungkin Gen juga tidak setuju mengajak Riku ke sana)

foto bertiga di dalam taxi pulang

Next place? Museum Fatahilah dan Museum Wayang. Tapi kapan ya?

Summer Vacation …yippie

18 Jul

Jumat, tanggal 17 Juli kemarin adalah hari terakhir bagi Riku dan Kai sebelum liburan musim panas. Beberapa hari sebelumnya sudah dibagikan tugas-tugas, pengumuman-pengumuman, juga membawa pulang perlengkapan sekolah seperti gunting, malam, kertas origami, selotip…. sampai satu pot bunga asagao (morning glory). Dan sampai sore ini PR matematika untuk liburan musim panas 90% sudah dia kerjakan hihihi (atas kehendak dia sendiri loh, aku tidak suruh!). Yang masih harus dikerjakan adalah membuat nikki atau catatan harian, berupa gambar dan tulisan. Gambar tidak masalah untuk Riku, tinggal menulisnya saja.Dan saya yakin Riku bisa menulis banyak cerita selama libur musim panas ini.

Demikian pula les inggrisnya Riku, sudah memberikan PR yang lumayan banyak untuk libur musim panas. Di sana-sini terdengar ibu-ibu mengeluh dengan liburan musim panas yang s/d tanggal 24 Agustus itu, karena berarti harus “melayani” anak-anaknya di rumah atau pergi berlibur ke luar kota/negeri. Padahal di sekolah PTA juga menyediakan berbagai kegiatan selama musim panas seperti Radio Taiso (Senam Kesegaran Jasmani) setiap pagi, dan membuka kolam renang sekolah untuk bebas digunakan semua murid. Belum lagi kegiatan wilayah dengan acara festival musim panas, dengan tarian BON ODORI nya.

Kai sebetulnya tidak libur selama musim panas. Tapi memang tanggal 17 kemarin itu juga hari terakhir Kai saya titipkan di penitipan himawari. Seluruh isi lokernya seperti handuk, baju, dan celemek makan harus dibawa pulang, dan sebagai tambahan Kai menerima kartu ulang tahun dari guru-guru di kelas Usagi (kelas Kelinci – untuk anak 1-2 tahun). Padahal acara ulang tahun untuk bulan Juli baru tanggal 23 nanti.

Lalu saya? Saya sendiri juga mengirim nilai untuk semester ganjil ke universitas… dan sudah siap untuk berlibur! Baru mulai ngajar lagi tgl 25 September …. yippie….

Siang ini, adik saya Tina juga datang berkunjung dan membawakan kue bergambar Anpanman (+kado) untuk Kai. Karena baru bangun tidur, Kai agak “bengong” waktu dinyanyikan “Happy Birthday” lagi. Tapi matanya langsung melek ketika mendapat kado dari tante Titin dan tante Kiyoko berupa mobil pemadam kebakaran.

Well, mulai hari ini Natsu Yasumi….Summer Vacation… dan semoga saya bisa tetap menulis di TE secara kontinyu.

FYI: Semester di sekolah Jepang adalah 1 April – 20-an Juli, kemudian liburan musim panas dan semester 2 mulai tgl 25 Agustus sampai 20-an Maret. Sayang sekali liburan sekolah Indonesia dan Jepang berlainan ya….

My Little Prince’s Birthday

16 Jul

Dua tahun sudah berlalu sejak detik-detik menegangkan. Hmmm sebenarnya jam segini sih (pas menuliskan ini) masih menahan sakit, baru jam 10 pagi menantang maut di meja operasi. Cerita lengkapnya baca di sini aja ya.

Satu tahun berlalu dari ulangtahunmu yang pertama. Waktu usia satu tahun kamu masih belum bisa berjalan. Baru berdiri dengan labil. Masih belum bisa mengerti dan berinteraksi tentang suatu hal. Tapi sekarang? Sudah berlarian kemana-mana. Sudah bisa marah, dan merasa sedih kalau dimarahi. Sudah bisa memberitahukan kalau dirinya marah dengan ngambek, menempelkan tangan ke pipi kalau enak, atau menyiapkan sepatunya dan sepatu mama jika mau pergi ke luar rumah.

Bisa berkata, “Mau” jika ingin sesuatu. “Bau” jika merasa tidak nyaman dengan pampersnya yang penuh. “Nenne” kalau mau tidur sambil dibacakan, bahkan dengan memberitahukan judul buku yang dimaui. “baibai” jika mau membaca buku tentang kereta. “Kiko kiko” jika mau membaca buku tentang sepeda. Atau “Iyaiyaen” jika mau membaca pengalaman murid Pra sekolah yang memang judulnya “Iya-iyaen” (dan buku ini tebal…sampai sekarang belum habis membacanya).

Dua minggu terakhir ini Kai amat sangat rewel. Tengah malam dia sering berteriak menangis, dan baru bisa reda kalau saya bawa keluar kamar, lalu memeluknya erat-erat. Katanya memang ada masa-masa tertentu pada balita, yang tiba-tiba menangis tanpa sebab di malam hari yonaki. Tapi otomatis setelah saya jemput dia dari penitipan pukul 6 sore, saya tidak bisa berbuat apa-apa, sampai dia tertidur jam 10 malam. Juga tidak bisa mempersiapkan makan malam untuk Riku dan Papanya. Apalagi pada hari libur penitipan, setiap hari Rabu…. seharian menemani Kai saja.

Karena bapak dan ibu mertua saya ingin merayakan ulang tahun Kai,maka hari Sabtu kemarin kami pergi ke Yokohama untuk menginap dan merayakan ulang tahun Kai bersama mereka. Sebelum ke rumah di Yokohama, kami mampir dulu membeli kue ulangtahun di sebuah toko langganan kami di Tama Plaza yang namanya April de Berg. Top deh kue di sini, tidak manis dan rasanya “sophisticated”.

Untuk Kai, ini pertama kalinya mengikuti ritual memotong kue sambil menyanyikan lagu Happy Birthday. Dia langsung menangis begitu melihat lilin kue dinyalakan. Baru setelah beberapa saat bisa diam, dan “mempelajari” bagaimana meniup lilin dari kakaknya.

Setelah meniup lilin kami makan malam dengan sashimi, dan menemukan kenyataan bahwa Kai, mengikuti jejak Riku menyukai telur ikan (yang mahal) sehingga Riku harus merelakan sebagian telur ikannya untuk diberikan pada Kai.

Riku sudah belajar mengalah banyak… dia benar-benar kakak yang baik. Yang mau menggendong adiknya jika dimarahi mamanya, dan mengajak bermain. Saking sayangnya, sehari sebelum Kai ulang tahun (15 Juli), dia ingin menggendong Kai di pelataran parkir sepeda. Begitu saya selesai berkata, “Hati-hati nanti kamu jatuh, Kai juga jatuh”….. bruk…dia jatuh. Dan aku sempat melihat dia melindungi kepala Kai supaya tidak terkena aspal. Sayangnya hidung Kai tidak terselamatkan dan “menyenggol” aspal, sehingga berdarah. Mimisan cukup lama (meskipun tidak banyak), dan ketika darah berhenti baru kami menyadari bahwa hidungnya tergores. Kasihan deh si Prince yang mau ulang tahun, hidungnya bonyok dan mengurangi penampilan deh.

Hari ini aku sendiri tidak punya rencana apa-apa untuk ulang tahunnya Kai. Tapi memang sempat berkata pada Gen apa beli kue ice cream aja ya. Hari yang sibuk, karena aku harus menyelesaikan penilaian akhir semester mahasiswa, berbelanja dan mengantar Kai ke vaksinasi jam 3 siang. Sudah jam 5 ketika aku tulis status di FB, ingin bersiap-siap masak atau bikin kue. Akhirnya jadi deh kue buatanku sendiri. Kalau dulu black forrestnya untuk ulang tahun Riku ke 5 aku buat dengan bentuk mobil polisi, kali ini aku buat berbentuk bus (asal-asalan). Kai suka mobil-mobilan, sehingga dia senang sekali melihat kuenya (apalagi ada lilinnya…ketagihan dia heheheh).

buatan sendiri loh (iya udah ketahuan kok pletat pletotnya... yang penting kan rasa)

Karena sudah jam 8 malam, dan aku tahu Gen pulangnya lambat, jadi sebelum anak-anak mengantuk, kita menyanyi lagi deh Happy Birthday. Dan kali ini sukses … Kai tidak takut dan mau meniup lilinya sendiri (meskipun lilin itu mati karena ditiup Riku dan aku)

Tahu-tahu jam 9 Gen pulang…. aku pikir akan lebih laat dari jam 9 malam. Dan dia membawa kue es krim dari Baskin… Jadilah kita menyanyi lagi dan memotong kue eskrim nya duluan.

Well, Kai kamu sudah semakin besar, semakin bisa beekspresi, juga semakin manja pada mama. Apa yang dulu kamu tidak bisa, sekarang mulai bisa, dengan mencontoh kakak Riku. Tapi jangan cepat-cepat ya. Enjoy aja. Meskipun mama memang berencana memasukkan kamu ke TK umur 3 tahun nanti. Nikmati dulu usia muda kamu, supaya nanti ngga nyesel keburu gede seperti yang kakak kamu sering keluhkan… “Aku ingin kembali kecil lagi”.

Happy Birthday little Prince. Kai Miyashita.

Taman Nasional untuk Keluarga

6 Jul

Hari Minggu (5 Juli) kemarin… semua bangun pagi. OK, hari ini kita mau jalan-jalan dengan syarat murah meriah, jangan terlalu jauh. Banyak alternatif, termasuk mau ke pantai di daerah Kanagawa dan kebun binatang Tama karena Kai belum pernah pergi melihat pantai dan binatang. Tapi… jauh. Memang sih kemarinnya aku sempat bilang pergi ke Taman yang dekat rumah, Taman Shakuji Koen. Tapi kok agak bosan ya? Pengennya sih cari bunga Ajisai (Hydrange) sebelum musim Ajisainya habis, tapi untuk ke Toshimaen juga malas.

Jadilah kita pergi ke Tachikawa, Showa Memorial Park yang terletak kira-kira 30 menit bermobil dari rumah kami, 45 menit karena macet. Aku sendiri sudah pernah ke sini, waktu ada acara Kebaktian Padang dari Keluarga Masyarakat Kristen Indonesia, September tahun lalu. Tapi Gen belum pernah, sehingga dia cukup enjoy pergi ke sini.

Taman ini adalah taman nasional yang dikelola untuk negara, yang maksud pendiriannya untuk memperingati 50 th Kaisar Showa menjadi Kaisar/ Tenno. Taman seluas 180 ha ini hampir 90% dibuka untuk umum. Tadinya aku pikir Taman ini adalah taman milik negara yang terluas, eee ternyata masih ada yang lebih luas lagi yaitu hampir 5 kali lipatnya di daerah Osaka. Tapi kalau di Tokyo aja sih emang yang paling luas.

Kami parkir mobil di parkiran yang disediakan oleh pengelola dengan biaya 820 yen/hari. Lumayan lah kalau dibanding dengan biaya parkir Disneyland yang 2000 yen/hari. (Ya ngga bisa dibandingkan juga hiburannya kan lain heheheh). Lalu kami berjalan ke pintu Gerbang Tachikawa, membeli karcis masuk taman seharga 400 yen untuk orang dewasa,  dan 80 yen untuk anak SD/SMP.

Ternyata waktu kami memasuki pintu gerbang itu, ada disediakan meja dengan kertas tanzaku untuk menulis permohonan, untuk menyambut tanabata festival tanggal 7 Juli nanti. Riku langsung menulis di tanzaku tersebut, dan aku temani karena kadang dia masih lupa bagaimana menulis hiragana untuk huruf tertentu. Dan aku tertegun waktu dia menuliskan “Shizen ga zutto arimasuyouni” “Semoga alam terus terjaga”…wah environmentalist banget si Riku ini, sambil merasa bangga pada anakku.

Setelah mengikatkan permohonan itu di ranting bambu yang tersedia, kami berjalan melewati payung dedaunan dari pohon yang amat teduh, menyusuri jalan dengan kolam  di tengah dan kami sampai di air mancur, di ujungnya. Ah bagi kami penduduk Tokyo yang terbiasa sempit-sempit,  senang seklai melihat lansekap yang begitu luas.  Kami terus berjalan memasuki areal taman, dan sampai di sebuah lapangan dengan halte kereta Park Train. Kereta mobil ini akan mengelilingi taman selama 40 menit, dengan biaya 300 yen/dewasa atau 150/anak. Mengingat taman yang luas ini, pasti kami tidak bisa mengelilinginya dengan berjalan kaki, jadi kami naik kereta ini untuk sekaligus mendengarkan penjelasan dari kondektur mengenai tempat-tempat yang kami lewati.

Akhirnya kami turun di Kodomo no Mori, “Hutan untuk Anak-anak”. Di sini ada pelajaran membuat sempritan dari daun. Tapi Riku lebih tertarik membuat prakarya di bengkel seninya. Jadi kami ke kantor pengelola dan di situ Riku diberikan 3 buah donguri (biji seperti blinjo) . Rupanya akan membuat hiasan totoro dengan memakai kayu dan buah pinus. Hmmm Riku memang suka membuat prakarya dari macam-macam. Sempat terpikir juga untuk membeli lem tembak.

Orang tua tidak boleh ikut masuk dlaam bengkel, sehingga kami menunggu di luar sambil memperhatikan kegiatan Riku. Tapi aku sempat bernarsis ria dengan Kai, membuat foto diri uhuyyy….

Dari Kodomo no Mori, kami berjalan ke arah pulang. Dan aku merasa sayang sekali batere camera dan batere HP habis bis bis jadi tidak bisa memotret pemandangan yang ada. Juga ketika Gen dan Riku naik perahu dayung selama se jam di danau yang ada. Aku dan Kai bete deh menunggu di dek, belum lagi Kai memanggil-manggil “Kakak… kakak…” dia cari kakaknya. Begitu dia lihat kakaknya sedang mendayung di kejauhan langsung kegirangan hehehe.

Kami pulang ke arah mobil sudah pukul 5:30. Tempat ini ditutup pukul 5, tapi diberikan tenggang wkatu sampai pukul 6 bagi pengunjung untuk keluar taman. Ya abis tamannya luas sekali, dari ujung ke ujung tidak cukup 1 jam heheheh.

Pulang mendekati rumah sudah pukul 7 malam, tapi langit masih terang. Wah benar-benar ciri musim panas, hari semakin panjang. Sebentar lagi musim festival kembang api, festival musim panas, tapi berbarengan dengan itu panas yang tak tertahankan ditambah lembab, juga suara berisik cicadas (semacam serangga seperti jangkrik) juga akan mewarnai musim panas di Jepang. Summer in Japan means…. (silakan lihat postingan saya yang lama-lama tentang musim panas di Jepang, pilih lewat index).

Well, hari Minggu yang melelahkan, tapi Gen merasa puas bisa melaksanakan kewajiban Family Service. Sebuah kata yang sudah menjadi bahasa Jepang, Famiri Sabisu, karena sibuknya ayah sehingga waktu untuk keluarga semakin sedikit.

Website Taman Showa Memorial Park dalam bahasa Inggris bisa dilihat di sini.

Catatan :

HTM 400 yen/ dewasa; 80 yen/SD-SMP

Park Train : 300/dewasa; 150 yen/anak

Perahu dayung : 600 yen/1 jam

Perahu kayuh : 700 yen/30 menit

Dede yang keras kepala

5 Jul

Aduuuuh bener deh, si Kai itu keras kepala sekali jika dibandingkan Riku. Apa yang dia mau harus dilaksanakan, dan ngga mempan dengan bujukan, “OK tapi sun mama dulu…” Jangan harap dia mau. Dia akan keukeuh dan buang muka malahan. Kalau Riku akan sun mamanya dan merayu-rayu… tapi Kai, no way. Apa yang kumau harus! Makanya  mamanya pusing setengah mati.

Kalau Kai maksa dan nangis-nangis mau makan ok deh. Singa lapar pasti akan marah-marah dan mengaum kan? Dan sifat itu aku tahu karena aku juga begitu. Kalau lapar lebih baik jangan berdiskusi atau ngobrol denganku deh. Bisa ketus terus hehehe. Jadi kalau keras kepala yang ini aku mengerti.

Tapi Kai punya satu lagi kebiasaan akhir-akhir ini yang benar-benar sulit untuk “dibelokkan”. Biasanya sekitar jam 8 malam, aku akan ajak dia untuk “Nenne” (tidur), dan dia sambil minum susu di dot, aku akan bacakan Picture Book untuk dia. Nah, sekarang dia sudah hafal kata Nenne itu, dan dia mengajak aku nenne pukul 6-7 sore! Tentu saja sambil membawa buku Picture Book kesayangan dia untuk dibacakan. Sampai aku terpaksa meninggalkan Riku untuk makan sendiri, dan menemani Kai.

Tapiiii kalau dede ini langsung tidur sih tidak apa-apa, aku dengan senang hati melayani dia dong. Nah masalahnya, dia tidak tidur dan minta dibacakan terussssss sampai jam 10 malam, sedangkan si kakak sudah selesai makan, sikat gigi dan tidur. Si chibi (sebutan untuk anak kecil = bocah) ini masih melek dan menyuruh aku membaca 4 Picture Book pilihan dia. Dan HARUS keempat buku ini bergiliran dibaca, meskipun berkali-kali. Nah buku pilihan dia adalah:

Dua Picture Book terbitan Fukuinkan Shoten, yaitu “Jidoshapan” (Roti berbentuk mobil) dan “Kurin-kurin go-go”.  Dalam “Jidoshapan” digambarkan bentuk-bentuk roti dan namanya. Yang lucu setiap ada bentuk roti coronet isi coklat, Kai pasti akan melakukan gerakan mengambil roti itu dan memakannya (juga memberikan pada mamanya). Sedangkan “Kurin-kurin go-go” itu menceritakan tentang bunyi-bunyian kendaraan. Kurin-kurin adalah suara sepeda roda satu yang dikendarai Beruang. Dorun-dorun adalah suara mesin dari sepeda motor yang dikendarai Singa. Burom-burom adalah suara mobil yang dikendarai Gajah, sedangkan bu-bu go-go adalah suara bus yang ditumpangi banyak babi. Semua berkumpul waktu terdengar suara kiko-kiko, suara bel sepeda roda tiga yang dikendarai anak kecil. Dan Kai paling suka dengan suara kiko-kiko, sehingga setiap dia melihat sepeda, dia akan berkata “kiko-kiko”.

Picture Book yang ketiga adalah “Sarukanihanashi” (Cerita Monyet dan Kepiting) , sebuah cerita rakyat Jepang yang sudah lama. Sebetulnya saya tidak suka dengan cerita ini, karena agak sadis. Ceritanya, si Kepiting menemukan onigiri (nasi kepal), sedangkan Monyet hanya menemukan biji Kesemek. Monyet tentu mau makan onigiri, sehingga dia menyarankan untuk menukar onigiri dengan biji kesemeknya. Katanya, “Kalau ditanam, biji ini menjadi pohon Kesemek yang menghasilkan buah kan?”.

Si Kepiting mau menukarkan, dan pulang dengan biji kesemek itu. Bersama anak-anaknya, dia menanam biji kesemek itu. Tapi pakai ritual bernyanyi, “Cepatlah tumbuh, wahai biji kesemek, jadilah pohon, kalau tidak saya gunting dengan capitku”. Langsung biji itu menjadi pohon kecil. Keesokan harinya Kepiting menyirami pohonnya dan bernyanyi, ,”Cepatlah tumbuh, wahai biji kesemek, jadilah bunga, kalau tidak saya gunting dengan capitku”. Begitulah terus, Kepiting mengancam akan memotong pohon itu kalau tidak cepat berbuah. Akhirnya dalam waktu singkat pohonnya dipenuhi buah kesemek, tapi Kepiting tidak bisa ambil. Lewatlah si Monyet, dan dia mengingatkan akan “jasanya”. Kepiting mengatakan “Kamu boleh ambil kesemek itu,asal lemparkan kami buah kesemek supaya bisa dimakan”.

Tentu saja Monyet yang rakus itu ingin makan semua kesemek yang ada, sehingga dia melemparkan buah yang masih hijau ke Kepiting dan terlukalah kepiting, sehingga harus dirawat anak-anaknya. Mendengar perlakuan Monyet, Lebah, Ganggang Laut, Buah Kastanye dan Lumpang Mochi marah dan mengadakan pembalasan pada Monyet. Hmmm pembalasannya itu loh yang sadis menurut saya. Tapi ya apa boleh buat cerita dari sononya gitu sih.

Picture Book yang keempat adalah “Jepta, sipemadam kebakaran”. Cerita ini sudah pernah saya ulas di postingan, “Jeepta, the little fire engine“. Cerita ini yang paling panjang di antara ke empat buku sehingga paling-paling saya mengulangnya 2-3 kali, tapi buku yang lain kan cepat sekali habisnya, jadi bisa belasan kali saya baca…. sampe boseeeeen deh. Akhirnya kadang saya pura-pura tidur (dan kadang tertidur beneran). Kalau Kai baik, dia membiarkan saya tidur, kalau tidak, maka dia akan membangunkan saya terus. Masih untung saya tidak dipukul dengan buku yang covernya keras begitu hihihi.

Susah deh punya anak yang keras kepala! (Semoga dia juga keras kepala untuk hal-hal yang baik dan positif kelaknya). Jadi mohon maklum kalau sekarang saya jarang posting. Sibuk dengan boss kecil nih!

Apakah teman-teman punya buku (/cerita) yang selalu dibaca terus atau sampai berkali-kali? (Kalau Blog saya dibaca berkali-kali mah saya yang seneng….terima kasih ya ….hihihi)

Jangan paksakan diri demi aku

22 Jun

terjemahan dari bahasa Jepang, “Boku no tameni muri shinaide ne”

Sabtu malam, papa Gen pulang ke rumah sekitar jam 8 malam. Kebetulan anak-anak belum makan, dan pas baru akan makan. Waktu aku  mempersiapkan makanan, Gen bilang padaku, “Sorry sayang, besok (minggu) aku harus kerja”. What?
Aku juga agak kecewa, karena kebayang capeknya melewati hari minggu bertiga lagi. Tapi apa boleh buat, kalau memang kerjaannya belum selesai abis bagaimana. Jadi aku bilang pada Riku, “Riku besok papa kerja, jadi kasih itunya sekarang saja”.

Riku sudah membuat gambar dan “convinience tools” untuk papanya, kado di Hari Ayah. Karena aku bilang kasih sekarang saja (semestinya besok), kemudian dia berikan pada papanya. Terima kasih bla bla bla….. ok… dinner time.

Salah satu gambarnya Riku ; “Riku with Papa”

Tapi waktu kami akan mulai makan, Riku bertanya sekali lagi,
“Besok papa kerja?”
“Iya, maaf ya Riku….”
“Ya sudah, besok Riku, Kai dan mama pergi jalan-jalan yuuuk”, aku berusaha menghibur.
Tapi aku lihat warna mukanya berubah. Gen tidak perhatikan, karena dia duduknya menyamping. Aku tahu, Riku akan menangis, jadi aku langsung menghampiri dia, memeluk dia dan berkata,
“Riku, papa juga ngga mau pergi kerja, tapi kalau pekerjaannya belum selesai gimana”
Meledaklah tangis Riku, dan Gen terkejut. Tidak menyangka. Langsung Gen bilang,
“OK Riku, besok papa libur!!! Yosh… kimeta (saya putuskan) tidak ke kantor”
Gantian Gen memeluk Riku, dan terucaplah kalimat di atas,
“Papa jangan paksakan diri libur hanya untuk Riku!”
sebuah ungkapan yang sering dipakai orang Jepang yang sebetulnya berusaha untuk menyatakan bahwa dirinya tidak apa-apa. ….. Tapi biasanya dipakai oleh orang dewasa tentunya. Aku juga heran sampai Riku yang baru 6 tahun bisa berkata begitu. Kasihan, dia terlalu cepat menjadi dewasa pemikiran….

Sambil menahan haru, Gen bilang,
“Kamu bilang apa? Bagi papa, Riku lebih penting dari kerja. Besok kita pergi sama-sama ya”
Kami bertiga menghapus airmata dan berdoa makan…. cuma kai saja yang tertawa melihat kami…..

Hari Minggu Hari Ayah! Masak seorang Ayah harus bekerja di hari itu? Sama saja seorang buruh bekerja di Hari Buruh… dan itu sering terjadi di keluarga Jepang pada umumnya, dan keluarga Miyashita pada khususnya. Bukan karena suka kerja, workholic, tapi karena terpaksa. Sambil merenungi kejadian Sabtu malam itu, aku berpikir. Dulu papaku juga tidak pernah ambil cuti. Tapi anak-anaknya tidak ada yang protes atau berkata seperti Riku, jadi ya begitu saja terus. Kami jarang sekali bepergian/piknik bersama. Jadi teringat sebuah iklan mobil di TV Jepang, “Mono yori omoide” (Daripada barang lebih baik kenangan).

Berkat Riku, hari Minggu kami lewati dengan penuh kegembiraan, meskipun hari hujan dari pagi hari. Aku terbangun jam 6 pagi, padahal baru tidur jam 3 pagi. Tapi Riku juga bangun jam 6, dan tak lama Kai bangun juga. Jam 8 semua sudah berkumpul di kamar tamu. Jadi, hari ini mau ke mana?

Dan sekali lagi Riku berperan, “Aku mau ke yokohama, ke tempat A-chan (ibunya Gen) dan Ta-chan (bapaknya Gen)”. Ya, sekaligus deh merayakan Hari Ayah bersama Ketua Clan Miyashita.

Jam 9 pagi kami sudah di jalan raya di bawah rintik hujan, dan… lapar. Lalu aku bilang pada Gen, bahwa mulai kemarin di Mac D hadiahnya karakter Pokemon. Dan ini pasti cepat habis. Jadi akhirnya kami mampir ke Mac D, dan saya juga pesan Happy Set + untuk anak-anak, supaya bisa dapat mainan pokemonnya 3 buah. Dan Kai, langsung berseri-seri melihat mainan pokemon, “Pipa…pipa…” rupanya dia mau bilang Pika (pikachu).
Ternyata tidak perlu makanan mewah dan mainan mahal untuk menggembirakan satu keluarga (Yang pasti Gen dan aku ikut gembira karena rasa lapar terobati. Paling tidak enak menyetir dalam keadaan lapar).

bermain bersama Ta-chan

Setelah selesai sarapan, kami bergerak menuju Yokohama dalam hujan yang menderas, dan jalanan yang mulai padat dan macet. Hampir satu bulan lebih kami tidak saling bertemu, dan ternyata banyak berita keluarga yang tidak sempat kami ketahui. Yang sakit, yang cuti, yang menderita…. Nampaknya tahun ini akan menjadi tahun yang sulit juga bagi keluarga kami. Menghitung hari-hari tersisa dalam kehidupan.

Biasanya kami pulang larut malam, tapi karena sudah lama juga tidak bertemu adikku Tina, jadi kami mampir dulu ke apartemennya. Ternyata dia sendiri, Kiyoko temannya sedang pergi ke rumah orangtuanya. Jadilah kami ajak dia makan malam bersama di restoran Taiwan. Yang saya merasa menyesal saat itu, kenapa tidak minta Tina untuk memotret kami berempat! Baru ingatnya setelah jalan pulang.

Well, week end is over, and back to reality.

POLIO dan TILANG

17 Jun

Hari Senin hari yang sibuk. Kenapa ya? Apa karena hari pertama setelah libur dua hari? Sampai-sampai ada lagu I don’t like Monday….

Hari Minggu kemarin rupanya Riku terjatuh di jalanan waktu akan menyeberang. Dan kepalanya terbentur… Katanya. Tidak ada luka parut di kepala maupun kaki, tapi dari sore hari dia mengeluh sakit kelapa eh kepala. Dan tentu saja Gen khawatir , takut jangan-jangan pengaruh ke otaknya Riku. Kok kayaknya aku ibu yang cuek ya… aku ngga khawatir sama sekali. Karena aku cukup bertanya, muntah ngga? eneg ngga? mimisan ngga? Jawabnya “NO” semua…. jadi tidak apa-apa (menurut aku loh). Dan aku lihat dia biasa saja, tetap genki…ceria tidak lemas. Mungkin yang mengkhawatirkan justru karena dia agak berlebihan ceria dan cerewetnya…ini harus diperiksa hahahaa.

Jadi waktu pagi hari Riku masih berkata “sakit kepala” , dan Imelda diberi tugas oleh Gen untuk mengantar Prince Riku ke rumah sakit untuk diperiksa dokter. OK boss. Padahal hari ini Kai juga ada jadwal vaksin Polio di puskesmas. Sibuk banget deh hari ini. But enjoy enjoy….!

Berhubung Prince Kai terlambat bangun, kami baru bisa berangkat ke RSnya jam 10…. huh aku paling malas ke RS ini kalau tidak tepat jam buka (jam 9) karena kadang-kadang suka banyak yang antri di Pediatric sehingga musti lama menunggu. Untung saja waktu aku datang banyak yang menunggu, tapi karena ada dua dokter jadi lumayan cepat dipanggil. Dua anak yang sebetulnya sehat (bayangin suhu badannya aja waktu itu cuma 36,4) sambil menunggu giliran bermain bersama di play-cornernya. Senang juga melihat Riku sudah bisa “menjaga” adiknya bermain.

Benar juga perkiraanku, Prince Riku tidak apa-apa. Tapi memang Rikunya sendiri bilang, “Masih pusing … bla bla bla”. Aku terpaksa bilang, “Iya dok, nanti kalau pusing terus seminggu saya kembali lagi”. Meskipun maksud perkataan itu untuk Riku. Buktinya setelah itu dia tidak mengeluh pusing-pusing lagi. Heran deh… Riku itu emang suka sekali RS. Sering tanya,” Mama, kapan aku musti disuntik lagi?” Huh… mentang-mentang aku selalu puji dia bahwa dia sejak bayi tidak pernah menangis kalau disuntik (termasuk vaksin).

Jam sebelas pemeriksaan selesai, kami pulang untuk istirahat dan makan siang. Lalu jam 12:30 pergi ke Puskesmas Kelurahan untuk Kai mengikuti vaksin polio. Letaknya agak jauh dari rumah, yaitu bersepeda 20 menit. Untung Riku sudah bisa bersepeda, kalau tidak lumayan loh bonceng dua anak sampai ke puskesmas itu.

Kai iri melihat kakaknya sudah bisa naik sepeda

Kai sebetulnya sudah “mengabaikan” vaksin polio dua kali. Polio ini gratis dari kelurahan dan diselenggarakan setiap musim semi (Mei-Juni) dan musim gugur (Sept-Okt). Tahun lalu setiap ada jadwal polio, mesti dia tidak sehat. Jadi senin kemarin itu kebanyakan yang datang adalah bayi-bayi berusia 6 bulan lebih. Lucu juga aku memandangi bayi-bayi itu… masih digendong ibunya…. hmmm Kai dulu juga kecil segini ya. Sekarang? sudah bisa menuntut dibelikan minuman dari vending machine, lari ke sana kemari… doooh.

Kai mendapat urutan nomor 44 (sampai dengan aku pulang ada sekitar 150 ibu). Tidak sampai 30 menit semua selesai. Antri untuk diperiksa salah satu dari 5 dokter. Untung Kai anteng sehingga memudahkan pemeriksaan. Oh ya, waktu si dokter memeriksa dada Kai dengan stetoskop, tercium wangi parfum… wahhh dokter “gaek” (udah tua sih) ini dandy juga pake parfum segala. Biasanya jarang loh laki-laki Jepang pake parfum. Untung isengnya Imelda ngga kumat dan menanyakan…. “Dok, kamu pake parfum merek apa sih?” hahahaha.

Setelah mendapat OK dari dokter untuk menerima vaksin polio, langsung diberi vaksin di bagian suster-suster. Vaksin polio itu berupa cairan yang langsung dimasukkan ke mulut bayi. Katanya sih manis. Tapi selama 30 menit tidak boleh makan dan minum dan “ngempeng”. Ntah akhir-akhir ini Kai suka sekali memasukkan tangannya (seluruhnya loh) ke mulut. Jadi aku repot deh membuat dia lupa supaya jangan memasukkan tangannya selama 30 menit. Bagaimana cara supaya dia lupa? Kebetulan di samping gedung kelurahan itu sedang ada pembangunan gedung baru, dan pada tahap pembongkaran pondasi. Jadi ada semacam crane/buldozer yang dioperasikan. Dasar dua anak laki-laki, melihat kegiatan begitu saja bisa lupa semua! (dan heran juga mamanya ikut terkesima melihat proses pembangunan sambil jaga dua unyil)

Bunga Ajisai (Hydrangea) bermekaran di musim hujan

Setelah lewat 30 menit, aku ajak mereka pulang (dengan susah payah) dan ajak mereka pergi ke Mac Donald. Hadiah Happy setnya sekarang tidak terkenal, jadi aku juga tidak begitu antusias…. (loh kok jadi perhatiin hadiah terus nih). Sampai di rumah ternyata tidak lama sekitar jam 5, Gen sudah pulang. Wah kok cepat? Ternyata dia ada dinas luar ke daerah Teluk Tokyo. Dan dia membawa “hadiah”….. sebuah kertas bertuliskan “Pelanggaran Parkir” chuusha ihan 駐車違反。 Baru pertama kali dapat jadi bingung juga harus bagaimana. Rupanya dia parkir mobilnya di pinggir jalan, dan waktu dia parkir sih ada taksi dan truk di depan dan belakangnya, tapi waktu dia kembali 30 menit sesudahnya ternyata taksi dan truk sudah tidak ada, dan ada kertas ini di wipernya…. kena deh hehehe.

surat tilang (chuucha ihan -pelanggaran parkir)

Begitu sampai rumah, dia pergi ke koban (pos polisi) dan oleh polisi di sana dibilang suruh menunggu akan ada surat tilang yang dikirim ke rumah. Setelah terima surat itu, bayar denda, dan mungkin di SIM nya tidak diberi tanda “point pelanggaran”. Semakin banyak point pelanggaran makan semakin besar kemungkinan SIM dicabut. Karena kami berdua Gold SIM  Card dan belum pernah melakukan pelanggaran, jadi sayang jika SIM harus “ternodai” oleh point pelanggaran. Jika ada satu saja point pelanggaran, maka pada penggantian SIM berikutnya (setelah 5 tahun) akan terjadi penurunan tingkat (tidak Gold lagi) dan harus ikut kursus/test lagi  (sebentar sih sekitar 1-2 jam)

Jadi sekarang kami sedang menunggu “kiriman” dari polisi, dan biasanya untuk pelanggaran parkir kami harus membayar 15.000 yen (1.500.000 rupiah kira-kira). “Gomen ne ごめんね  (maaf ya)” kata Gen… dan aku cuma ketawa sambil bilang, “berdoa saja semoga tagihan dari polisinya datang sesudah gajian ya hehehe”. Lima belas ribu yen itu sudah standar dan tidak ada sistem “tawar menawar” atau suap-menyuap seperti di Indonesia. Seandainya…. seandainya loh, peraturan seperti ini diterapkan di Indonesia, aku bisa bayangkan betapa kayanya kepolisian RI…. cukup untuk bayar utang negara mungkin …hahahaha.

What a busy and unpredictable MON day!

Menjadi Seorang Ibu

12 Mei

Dulu, aku tak pernah membayangkan diriku mempunyai anak. Suka anak-anak? well, suka tapi tidak terlalu, meskipun tidak bisa dibilang benci anak-anak. Aku tidak pernah memimpikan diriku menjadi seorang ibu, karena aku takut melahirkan. Tapi itu dulu.

Takut sakit melahirkan? Ya mungkin itu penyebabnya, meskipun aku bisa menahan sakit usus buntu yang hampir pecah, yang katanya semestinya sakit tak tertahankan. Tapi selain itu mungkin aku tidak pernah bermimpi akan mendidik anakku seperti apa.

Gen berkata, “Aku tidak mau punya anak. Kasihan anak-anak itu hanyalah makhluk yang tidak berdosa yang harus menuruti kehendak ayah-ibunya dan tidak pernah punya kebebasan. Menderita selalu!” Dan dia tidak mau membuat anaknya menjadi sama dengan dia.

Namun Tuhan jugalah yang menentukan sehingga akhirnya kami punya dua anak laki-laki yang ….. baik …dan nakal.
“Apa konsep kamu mendidik anak?” katanya.
“Haruskah membuat manual?”kataku. “Aku tak punya konsep, akan kutiru apa yang diajarkan ibuku ketika kecil, dan tapi akan kuajarkan juga sesuatu yang kurang diajarkan ibuku padaku waktu kecil, yaitu percaya diri dan keberanian untuk bertindak”

Tidak jarang Riku berkata pada ayahnya, “Kita tanya saja petugasnya dimana letak binatang itu”…. dan dengan santainya dia menghampiri petugas kebun binatang dan bertanya, dan menemukan jawaban bahkan diberi hadiah. Sementara papanya melongo di kejauhan.

Atau Kai yang mengambil kain pel dari tanganku dan mengepel lantai basah seakan pekerjaan itu sudah biasa. Atau meminta aku membukakan plastik kue, tapi yang diambil bukan hanya kuenya saja, tapi juga plastiknya… pergi dan membuang plastik itu di tempat sampah. Meninggalkanku dengan mata berkaca-kaca.

“Papa, anone…. hari minggu kan hari ibu… Riku nanti mau beli coklat untuk mama. Dan tulis kartu untuk mama. Papa mau beli apa untuk mama? Ini rahasia loh …jangan sampai mama tahu.” –sebuah percakapan di kamar mandi—

“Mama… aku mau pergi ke Murata (toko kelontong) sebentar ya?”
“Ngga boleh… kamu itu buang uang terus untuk beli makanan, jus dsb”
“Aku kan mau beli untuk mama…. juga (sambil ngedumel : ahhh hampir ketahuan)”.  Dia pergi dan kembali setengah jam berikutnya.
“Aku pergi ke Murata ya Ma”
“Ya sudah pergi sana… cepat kembali ya” Sambil pura-pura tidak tahu, dan tidak tanya.

Begitu pulang, dia langsung sembunyikan coklatnya di laci, dan mengambil kertas untuk menggambar. Aku sengaja tidak mendekati dia. Sampai temannya datang ke rumah.
“Eh kamu… udah beli apa untuk ibu kamu?”
“Hmmm belum… tapi di TK buat gambar”
“Aku dong… udah beli coklat untuk mamaku” Diucapkan di kamar seeblah kamarku…. Oi Nak.. ada mama nih di sini.

Dan betapa marahnya dia, waktu Kai menemukan coklat itu di laci, dan membawanya padaku minta dibukakan. Aku ingin tertawa dan menangis bersamaan melihat kotak coklat yang bertuliskan dengan spidol “Mama… terima kasih….” Sambil berkata pada Kai…. “Ini punya kakak!”
“Rikuuuuu…. ini Kai ambil barang kamu loh” sambil pura-pura tidak baca. Kai mengejar Riku keluar kamar, dan di luar Riku memarahi adiknya, “Kai… INI KAN AKU BELI UNTUK MAMA….. JANGAN AMBIL” (Dalam bahasa Indonesia). Dan terpaksa aku mengambil stock es krim di lemari es untuk menghibur dua bouya-ku, yang satu sedang marah, satunya lagi menangis.

Coklat dan gambar dari Riku

Ahhh setiap hari aku sering harus bertengkar mulut, menyuruh ini itu, melarang ini itu, mengurut dada melihat kenakalan mereka memporakporandakan rumah……. tapi setiap kali kusadari mereka itu anak-anak yang “melihat” ibu – bapaknya dan meniru kami.

Aku selalu tertawa setiap kali melihat Kai yang terdiam dari tangis kelaparannya jika melihat makanan. Persis ibunya. Dan selalu melihat sosok papanya pada Riku yang menunduk diam setelah dimarahi, dan berusaha mencairkan suasana dengan membuatkan sesuatu atau mengambilkan sesuatu untuk mamanya.  Meskipun setelah itu Riku akan datang padaku dan memelukku, “Mama, maaf ya. Mama tahu di dunia ini yang aku sayangi hanya mama seorang”. CARA INI KHAS RIKU.

Ah…. mempunyai dua anak sangat menyenangkan. Apakah dulu mamaku juga merasa demikian? Ketika membesarkan kami empat anak di sebuah rumah besar di Jakarta, yang kerap tak ada pembantu? Apakah mama juga pernah merasa bahagia memiliki aku, anak tertuanya, yang dengan kehamilanku membuatnya tak bisa bekerja lagi? Yang harus menangis ngidam mie ayam tapi tak bisa beli karena tidak ada uang?  Yang.. yang… yang… lainnya?

Ya mama… di hari ulang tahunmu hari ini aku ingin bertanya, “Apakah mama bahagia selama ini?” Apakah anakmu yang dulu sering berteriak, “Mama minta tambah ayamnya” padahal maksudnya bayam… sudah bisa membuatmu bahagia?

Kartu Mothers Day dari Kai yang dibuat di penitipan
Kartu Mother's Day dari Kai yang dibuat di penitipan

Betapa aku merindukanmu hari ini Mama.  Sayang aku tak bisa ikut pergi ke misa pagi, misa syukur hari ulang tahun yang merupakan kebiasaan keluarga kita selama bertahun-tahun jika ada yang berulang tahun. Tapi yang pasti aku berdoa di sini, agar engkau tetap sehat dan menikmati hari-harimu di Jakarta. Selamat menyambut usia 71 tahun dengan ceria, dikelilingi anak-anakmu dan cucu-cucumu di sana, dan di sini. Dan kita semua bisa sama-sama berdoa, hari ini, “Terima kasih Tuhan atas semua anugerahmu kepada kami, setiap detik kehidupan kami. AMIN”

Imelda usia 6 bulan di Bantaeng, Sulsel

NB:  Dan ntah bagaimana hari ini adalah hari Perawat …sedangkan mamaku adalah mantan perawat. Aku juga ingin berdoa bagi semua Perawat di dunia, semoga mereka bisa membantu penderita sakit melewati hari-hari suramnya.

Bouya

6 Mei

Bouya 坊や adalah sebutan kesayangan untuk anak laki-laki di Jepang. Bahasa resminya otoko no ko 男の子, tapi seperti kalau di Indonesia menamakan anak laki-laki dengan bocah atau buyung, di Jepang juga sering memanggil anak-anak laki-lakinya dengan bouya.

Koinobori

Tanggal 5 Mei adalah hari khusus untuk anak laki-laki, yang berasal dari perhitungan kalender China Kuno yang disebut dengan sekku. Hari libur ini merupakan serangkaian hari libur di akhir April dan awal Mei yang disebut Golden Week (Minggu Emas) di Jepang. Berdasarkan hukum Hari Anak-anak diperingati sejak tahun 1948 dan ditetapkan dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) untuk “menghormati kepribadian anak, merencanakan kebahagiaan anak sambil berterima kasih kepada ibu.”

(dari kiri-kanan) Papa Gen - Om Taku - Nobu - Kai
judul: Tukeran anak? (dari kiri-kanan) Papa Gen - Om Taku - Nobu - Kai

Kira-kira sebulan sebelum hari ini, di tiap rumah yang mempunyai anak laki-laki akna menghias rumahnya dengan bendera berbentuk ikan koi, yang disebut Koi Nobori. Semakin kaya keluarga itu, semakin besar dan bagus bender yang dipasang. Karena kami tinggal di mansion (apartemen) jadi tidak memasang bendera seperti itu (sekipun saya tahu ada 2-3 keluarga yang memasang di teras rumahnya). Dan biasanya kakek-nenek lebih antusias merayakan upacara anak laki-laki ini dibanding dengan keluarga muda sekarang.

Jaman dahulu, untuk merayakan hari anak laki-laki ini, keluarga akan membelikan replika baju samurai yoroi, topi/helm samurai kabuto, dan sebagai tambahan patung anak laki-laki kuat dalam dongeng Kintaro. Semakin besar, semakin lengkap menunjukkan kekayaan keluarga itu. Dan  memang harga satu set perlengkapan ini tidak main-main loh. Satu kabuto helm samurai saja, saya lihat berlabelkan harga 250.ooo yen di sebuah departemen store terkenal. Baru kabuto, belum yoroi (yang biasanya jarang dipunyai).

Tapi sekarang karena keluarga muda banyak yang tinggal di apartemen, tidak ada tempat untuk meletakkan perhiasan seperti itu, sehingga semakin kecil semakin bagus (meskipun harganya belum tentu semakin murah hehehe).

Kai - Nobu - Riku

Tahun ini kami memperingati hatsu sekku, peringatan anak laki-laki pertama untuk Nobu (10 bl), sepupu Riku dan Kai. Jadi seperti biasa kami berkumpul di rumah mertua di Yokohama. Di sana sudah terhias satu set perhiasan yoroi dan kabuto yang sudah berusia 60 tahun lebih (yang dibelikan untuk bapak mertua saya olehbapak-ibunya). Biasanya kami mengadakan pesta di rumah, tapi karena kali ini dihadiri oleh besan, orang tua adik ipar saya, maka acara makan-makan diselenggarakan di sebuah restoran dekat rumah.

Sulit sekali untuk mengumpulkan kami yang memang tinggal di berlainan kota, apalagi mengumpulkan ke tiga cucu keluarga Miyashita untuk bisa berpose dengan baik, tanpa menangis, di depan hiasan untuk diambil fotonya. Well, yang penting ketiga cucu laki-laki ini bisa hidup sehat dan menjadi besar dan kuat, serta berbakti pada orang tua.

Imelda - Nobu - Om Taku
Imelda - Nobu - Om Taku

Anda juga bisa membaca tulisan saya tahun lalu tentang “Hari Anak Laki-laki“.

Tambahan informasi:

Ada pula  upacara untuk anak perempuan yang dirayakan tanggal 3 Maret,  yang sering disebut dengan Hina Matsuri. Saat ini menghias rumah dengan hina ningyo (boneka hina)

Jumlah anak-anak berusia 15 tahun ke bawah menurut data 1 April 2009  sebanyak 17.140.000, lebih sedikit 110.000 dibanding tahun sebelumnya dan sudah 28 tahun berturut-turut mengalami penurunan jumlah.

Kai dan mama kampai!!!
Kai dan mama kampai!!!