Kalau Orang Jepang Wisata ke LN

17 Mar

(Ini posting kedua untuk hari ini…mumpung rajin hihihi)

Kemarin aku menemukan sebuah angket yang menarik, yaitu pandangan orang Jepang terhadap luar negeri (LN nya Jepang, jadi termasuk Indonesia juga), waktu mereka mengunjungi negara tersebut. Memang luar negeri yang dimaksud bermacam-macam, jadi pemikiran mereka bisa bermacam-macam. Tapi yang pasti menurut ranking yang menempati nomor pertama adalah : KEAMANAN. Segi keamanan di luar negeri yang buruk itu menjadi pendapat pertama dari orang Jepang yang berwisata ke LN. Jadi boleh dikatakan sebaliknya yaitu keamanan di Jepang itu baik.

Waktu aku bersepeda pagi-pagi ke arah stasiun mengantar Kai ke  penitipan, aku smepat mendengar dua ibu-ibu yang berkata di depan sebuah toko bunga:
“Lihat bunga-bunganya semua dibiarkan begitu saja di luar, tidak dimasukkan dalam toko, tanpa rantai atau terpal.”
“Itu menunjukkan bahwa aman kan?”

Well, yes…. kalau di negara saya bu, itu pasti udah diambilin, lalu dibawa ke tempat lain untuk dijual lagi. Apalagi kalau ada palem botol (ngga tau sih sekarang trend nya apa….).

Sering sekali, kami meninggalkan barang belanjaan di keranjang sepeda, lalu pergi masuk toko lain, atau restoran, berlama-lama di dalam dan tidak perlu khawatir belanjaan kami ada yang ambil atau isengin. Tidak tahu di daerah lain bagaimana, tapi meskipun aku tinggal di Tokyo, di daerahku ini memang masih termasuk aman.

Jadi wajar sekali jika orang Jepang menganggap keamanan di luar negeri itu buruk. Selanjutnya bisa lihat pemikiran/pandangan orang Jepang terhadap luar negeri berdasarkan ranking sbb:

  1. Keamanan buruk
  2. Perbedaan etiket di toilet (FYI; orang Jepang pasti selalu cuci tangan sebelum keluar WC, bisa juga baca postinganku tentang otohime)
  3. Harus bayar kalau pergi ke toilet  (hmmm ini sih udah biasa di negeriku)
  4. Sikap pelayanan penjaga toko yang asal-asalan (di negeriku juga gitu asal-asalan, apalagi kalau pembelinya berbaju lusuh/sandal)
  5. Perbedaan etiket makan (orang Jepang pasti kaget disuruh makan pakai tangan hihihi)
  6. Kereta api tidak datang sesuai jadwalnya (tuh tuh negarakuu)
  7. Ternyata banyak  juga yang mengerti bahasa Jepang (jelaslah…demi pariwisata)
  8. Air minum biasa di restoran harus bayar! (hihihi untuk amannya bayar aja deh Sir, Madam…. kalau tidak nanti ente sakit perut. Memang di Jepang air minum itu gratis)
  9. Manner menyetir mobil yang berbeda (bilang aja ugal-ugalan bu, pak…)
  10. Apa saja MURAH (nahhhh gitu dong positif sedikit hihihi)
  11. Ditagih TIP (nah ini baca deh di tulisan aku yang ini)
  12. Mineral water = air berkarbonat (Nahhhh ini aku juga pernah, waktu di Italia minta mineral water dapatnya air berkarbonat… yieks ngga enak deh)
  13. Bisa makan apa yang tidak bisa dimakan di Jepang (yah kalo terpaksa apa boleh buat kan? )
  14. Tidak mengerti bahasa Inggris (ya kalau ke Prancis atau ke kampung-kampung di Indonesia ngga ngerti lah ...)
  15. Toko cepat tutup (Nah di Eropa banyak yang begini nih, baru jam 6-7 udah pada tutup….. Kalau di Jepang toko tutup jam 9-10 an)
  16. Dijual baju TShirt bertuliskan kanji yang aneh-aneh (asal kanji apa saja asti dibeli soalnya, padahal artinya bisa macam-macam hihihi)
  17. Ditagih pembayaran taksi yang lebih besar dari argo (di negaraku juga banyak loh, jadi hati-hati ya…)
  18. Tidak ada orang pada jam berkumpul a.k.a telat semua (hahaha rubber time itu sih… yahhh selama belum 60 menit namanya belum terlambat. Mohon dimengerti hihihi)
  19. Makan yang sama teruuuus (hihihi aku juga punya pengalaman begitu gara-gara takut coba yang lain)
  20. Ternyata banyak juga yang bisa pakai sumpit (iya lah…. pengaruh kebudayaan cina dong, makan bakmi lebih enak pakai sumpit)

Kalau orang Jepang saja pergi ke luar negeri punya pendapat sebanyak ini, bagaimana kita yang orang Indonesia ya?

Angket diambil dari sini.

Penyebab masih JOMBLO

15 Feb

Tulisan ini bukan bermaksud untuk memojokkan teman-teman blogger yang masih jomblo. Hanya ingin menuliskan bahwa masalah “ingin menikah tapi tetap jomblo” itu adalah masalah yang universal sekali. Tidak di Jepang, tidak di Indonesia…. sami mawon. Untuk pria Indonesia mungkin tidak begitu masalah lambat menikah, tapi untuk wanita Indonesia itu mungkin masalah… meskipun kadang bukan masalah dari diri sendiri, lebih ke masalah (omongan) masyarakat sekitarnya.

Di Jepang wanita berusia di atas 30 tahun yang belum menikah semakin lama bertambah banyak. Bahkan sampai timbul istilah-istilah ARASAA dan ARAFO seperti yang telah aku tulis di postingan KATA POPULER.  Menurut Departemen Dalam Negeri Jepang, jumlah wanita single berusia sekitar 25-29 tahun pada 1980 menempati 25% sedangkan pada tahun 2005 sudah mencapai 59%. Usia menikah wanita bergeser menjadi lebih lambat atau tidak sama sekali. Dan mungkin ini juga sudah mencapai tahap kritis.

Sebagai seorang yang kerap disebut sebagai ANEGO,  kata lain kakak perempuan onesan yang JANGAN Anda pakai sembarangan, aku juga sering menerima curhatan dari teman wanitaku, mengenai keinginan untuk menikah, tapi jomblo terus.

Nah, aku menemukan sebuah angket yang diadakan situs Goo, dengan topik : “Alasan tidak bisa menikah padahal keinginan untuk menikah itu besar sekali”, dan ada 20 alasan untuk orang Jepang loh. Coba kita lihat, apakah alasan-alasan ini cocok juga untuk orang Indonesia:

Dua puluh alasan itu berdasarkan ranking:

  1. Mengejar pasangan ideal (hmmm universal sekali ya, mencari the knight in shining armor)
  2. Ego yang kuat
  3. Gengsi an
  4. Mencintai tapi dengan terpaksa mengikuti syarat pasangan saja. (Pacar tidak mau segera menikah, ya nurut aja gituh)
  5. Keras terhadap orang lain, tapi tidak keras pada diri sendiri. (Tipe orang yang berkata “Kamu harus begini begono”, tapi tidak melaksanakannya. Tukang nasehat.)
  6. Pada akhirnya lebih suka “sendiri”
  7. Kesempatan untuk bertemu lawan jenis yang terbatas.
  8. Tidak PEDE
  9. Terlalu menunjukkan keingin ingin menikah (jadi pacar dan calon pacar ketakutan hihihi)
  10. Terlalu bersih a.k.a STERIL (suka bersih-bersih jadi pacarnya sampai takut kalau dia “dibersihkan” juga hahaha)
  11. Selalu jatuh cinta pada orang yang “tidak tepat” (hmmm misalnya orang itu sudah beristri/bersuami)
  12. Pas dilamar, terlalu banyak mikir
  13. Diri sendiri tidak belajar (tidak memper”pandai” diri)
  14. Tidak bisa sama sekali mengerjakan pekerjaan rumah tangga (biasa jadi “putri”, segalanya dilakukan orang lain/pembantu)
  15. Terlalu memonopoli (Si pacar “disekap” dalam rumah terus)
  16. Sifat “berdikari” nya terlalu kuat (ya buat apa ada orang lain sebagai pasangan hidup ya)
  17. Tidak SEXY (wahhh ternyata faktor sexy ngga juga masuk hitungan)
  18. Selalu mendahulukan pekerjaan (Nah loh workaholic)
  19. Tidak ada waktu untuk mencari pasangan hidup
  20. Menyukai orang berlainan terus-terusan (bosenan dong 😀 )

Wah, ternyata alasan itu semua universal ya, bisa berlaku di Indonesia juga. Tapi di Jepang masih mending (hampir) tidak ada masalah agama atau suku. Mungkin kalau di Indonesia perlu ditambah dengan : Belum mampu/ mapan untuk menghidupi orang lain. (Gajinya untuk sendiri aja belum tentu cukup gituh). Atau ada juga yang masih dilarang-larang oleh orang tua ya?  Kira-kira di Indonesia apa lagi alasannya ya?

Well, tadinya aku mau posting tentang ini kemarin, ternyata tidak keburu menuliskannya karena Kai masih sakit (meskipun sudah tidak demam, tapi batuknya itu loh, sampai muntah-muntah ….repot ganti sprei) dan selalu minta tidur bersama hihihi.

Have a nice MONDAY!

Kapan Kamu Merasa “Tua”?

27 Jan

Hmmm sudah berturut-turut aku menulis postingan yang agak berat, sehingga ingin istirahat sebentar dengan mencari topik yang ringan dulu. Dan aku ketemu sebuah topik yang menarik, soalnya aku juga sudah merasa semakin tua nih. Judulnya, “Kapan kamu merasa (sudah) tua?”. Dari angket/poling  yang didapat, ternyata nomor satu menjawab: “Waktu tidak bisa lagi begadang”… Hmmm memang aku kadang insomnia, tapi memang benar juga tidak bisa kalau tidak tidur sama sekali. Pasti harus tidur barang sejam-dua jam. Hmm berarti memang sudah tua ya (ya iya lah mel…masak mau muda terus).

Nah berturut-turut ranking yang menyatakan “Wah saya sudah tua” di waktu:

  1. Tidak bisa begadang lagi
  2. Dalam sport profesional, yang bercahaya adalah yang lebih muda (huh boro-boro sport profesional, mau lari aja susah hahaha)
  3. Tidak tahu nama artis muda yang sedang naik daun. (Wah ini gue banget… ngga artis Jepang, ngga artis Indonesia… ora mudeng)
  4. Cepat lupa (amin deh)
  5. Lemak yang berkumpul tambah banyak (no comment)
  6. Waktu akan berdiri, memulai pekerjaan mengeluarkan suara “yoisho” supaya bersemangat. (Kalau orang Indonesia bilang apa ya?)
  7. Menemukan keriput di wajah (Oh nooooo, terutama di bagian mata tuh)
  8. Waktu kedinginan jadi beser (wah aku mah ngga dingin juga beser hihihi)
  9. Sakit pegal-pegal otot susah sembuhnya (hihihihi… diem ahhh)
  10. Menjadi jengkel waktu mendengar percakapan anak-anak muda (wah kalau aku emang jarang denger, tapi kalau baca tulisan mereka….ampuuuun deh )
  11. Pilih baju yang paling sederhana a.k.a tidak berani mengikuti fashion.
  12. Mulai menyebutkan “Anak muda sekrang itu….”
  13. Tidak bisa pergi minum-minum alkohol setiap malam lagi … (hmmmm)
  14. Lebam biru susah hilangnya (semakin tua kan lebam biru tambah banyak tuh)
  15. Malas date/pacaran
  16. Kulit tidak mulus lagi
  17. Tidak bisa membuka plastik tanpa membasahi jari lebih dulu
  18. Setelah berolahraga keras, capeknya tidak hilang-hilang
  19. Lebih memilih ikan daripada daging (NAH ini gue banget)
  20. Waktu memilih daging pasti yang tanpa lemak (hihihi kalo ini sih ngga, masih suka yang berlemak tuh..berarti aku masih muda dong!)

Nah, bagaimana dengan teman-teman… merasa tua itu waktu kapan sih? Kalau aku sih bener-bener waktu membaca blog atau tulisan anak muda sekarang…ampyuuun deh ngga ngertiiiiii!!!!
Sumber: Angket yang dilakukan oleh situs GOO

24/7

12 Nov

Terus terang aku belum lama loh tahu bahwa istilah 24/7 itu berarti 24 hours a day, 7 days a week… atau sama dengan “always”. Dulu pertama baca aku sempat pikir susah amat ya 24 dibagi 7. Mungkin aku akan lebih cepat nge-dong dengan istilah 7-11 (seven eleven) alias nama convinience store di Jepang, yang memang buka 24 jam sehari, terlepas dari angka yang menjadi “trade mark” nya dari jam 7 sampai jam 11 misalnya.

Dalam bahasa Jepang, menggunakan istilah 四六時中 shi-roku-ji-chuu yang mana shi = 4, roku = 6. Lebih bingung kan? Kok 4 dan 6 yang dipakai. Tapi 4 kali 6 = 24 dari 4 kali setengah putaran jam, dan berarti “always” juga.

Terus terang aku sudah tidak tahu apa saja yang buka 24 jam sehari di Indonesia atau Jakarta lah. Yang terpikir adalah UGD, Unit Gawat Darurat Rumah Sakit yang semestinya buka 24 jam sehari. Lalu mungkin toko konbini (convinience store) berlambang huruf K atau toko lain yang buka 24 jam sehari. Ada restoran 24 jam sehari? Hmmm kalau tidak salah info, sepertinya ada tuh resto dim sum di bilangan Kemang, Jakarta.

The city that never sleep! Tetapi sesungguhnya, ya Tokyo tidak bisa juga dikatakan sebagai kota yang tidak pernah tidur. Jika tidak punya mobil sendiri, akan sulit juga untuk jalan-jalan seputar Tokyo di malam hari. Harus jadi orang kaya juga jika terpaksa terdampar di kantor melebihi jam 1 pagi. Karena berarti pulang harus naik taxi, atau menginap di kantor. Nah, kalau rumahnya jauh? Bersiaplah untuk membayar mahal. Meskipun bagi kantor besar, biasanya mereka menyediakan jatah tiket taxi untuk dipakai karyawan jika terpaksa lembur. Aku sendiri pernah satu kali terpaksa membayar taxi pulang dari pusat kota ke rumah sebesar 8000 yen (800.000 rupiah).

Rupanya pemerintah Jepang sedang merencanakan perluasan bandara Haneda menjadi bandara 24 jam. Tetapi memikirkan banyak aspek, seperti lingkungan perumahan di sekitar bandara, transportasi dan lain-lain, membuat sebuah perusahaan data survey mengadakan angket kecil-kecilan yang ditujukan pada warga Jepang mengenai “Sarana apa yang Anda inginkan membuka pelayanan 24 jam sehari?”

Dari angket tersebut diketahui bahwa ranking pertama yang diharapkan warga untuk “Buka 24 jam” adalah Kereta Api. Kereta api memang transportasi umum yang murah di Jepang. Dan ternyata selambat-lambatnya kereta beroperasi, tidak ada yang beroperasi setelah jam 1 dan mulai beroperasi terpagi jam 5 pagi. Jadi tetap ada waktu “istirahat” selama 4-5 jam. Dengan adanya “jam terakhir” kereta, tentu saja membuat warga harus memperhatikan jadwal keretanya, dan menyebabkan harus “menyelesaikan” pekerjaan atau hiburannya, karena jadwal ini.(Memang aku juga ingin kalau bisa kereta buka terus, supaya tidak perlu naik taxi jika kemalaman. Tapi…. jeleknya memberikan “alasan” para suami untuk lembur, kerja di kantor)

Ranking kedua adalah Kantor Kelurahan. Jika kantor kelurahan bisa buka 24 jam, maka pegawai kantor tidak perlu mengambil “ijin” atau “cuti” jika perlu mengurus masalah kependudukan. (ini boleh deh, soalnya kadang aku juga harus mengurus formulir atau surat-surat di kelurahan)

Ranking ketiga adalah Bank. Sabtu Minggu libur! Sudah pasti pegawai kantor harus menyediakan waktu khusus jika ada urusan dengan Bank. Maunya sih Bank juga buka 24 jam…. (ah kalau aku sih ngga peduli, wong ngga ada duit di Bank hihihi)

Rumah Sakit menempati urutan ke 4. Memang ada unit gawat darurat, tapi warga inginnya ada dokter biasa, terutama internis dan bagian anak yang buka 24 jam sehari. (bagus juga kalau ada sih)

Urutan ke 5 adalah Kantor Pos. Jika kantor pos buka 24 jam sehari, maka kapan saja bisa mengirim surat dan mengambil paket yang dikirim. (Sebetulnya ngga perlu juga sih)

Perpustakaan! Wah ini benar-benar mencerminkan betapa orang Jepang suka baca ya? Aku sih jarang pergi ke perpustakaan. Jarang minjem juga, soalnya lebih enak baca buku milik sendiri sih.

Yang ke 7 adalah Jalur BUS (Bukan bus malam antar kota, tapi bus dalam kota loh).  Memang tidak semua pelosok bisa dicapai dengan kereta. Rumahku juga harus naik bus dari stasiun, sehingga kalau bus bisa beroperasi 24 jam juga amat sangat menolong.  Bagiku mungkin BUS menempati urutan nomor 2 setelah kereta.

Kedelapan adalah Toko Buku. Ck ck ck…. alasannya seringkali malam tidak bisa tidur, jadi kalau toko buku buka 24 jam bisa pergi ke toko buku untuk membaca sambil berdiri (tachiyomi) atau membeli buku yang diinginkan. Doooh segitunya. Kalau aku sih cukup pesan online saja, atau browsing.

Urutan ke sembilan adalah Disneyland. Sekarang Disneyland buka dari jam 10 pagi sampai jam 10 malam, inginnya bisa main sepuas-puasnya … kata penjawab angket ini. Aduuuuh deh… kalau musim panas sih ok deh, kalau musim dingin bermain di disneyland sampai pagi bisa-bisa pulang beku hihihi

Dan yang terakhir adalah Apotik. Kalau buka 24 jam maka bisa membeli obat/susu/pampers/keperluan bayi kapan saja. Aku setuju sekali!!! Memang sekarang sudah ada beberapa obat generik yang umum seperti obat sakit kepala atau penurun panas yang dijual di toko konbini, tapi tidak spesifik. Pernah kejadian soalnya tidak sempat membeli pampers pada waktu apotik buka. Bingung deh. Kayaknya apotik di Jepang memang tidak ada yang buka 24 jam deh. Aku setuju banget nih, dan buatku Apotik inginnya di urutan nomor 3 aja deh…

Dari angket ini bisa diketahui kondisi kehidupan di Jepang. Kalau seandainya orang Indonesia, apa ya kira-kira yang ingin buka 24 jam? Atau malah kebalikannya, jangan buka 24 jam dong! hehehe.

Sssttt rahasia ya, aku pelit!

23 Jun

Jam 3 pagi aku terbangun karena Riku juga terbangun setelah hampir 12 jam tertidur. Mungkin pengaruh obat yang diminumnya, dia tidur enak sekali sejak jam 3 sore. Jadi aku temani dia makan, minum obat, dan sekarang tidur lagi. Cukup khawatir karena dia demam 37,9. Semoga besok tidak demam, karena aku ada tugas penting di PTA dari jam 8 pagi sampai jam 9 pagi.

Nah, sambil temani Riku tidur lagi, aku buka internet, masuk FB tidak ada yang online (jelas aja jam berapa mel?). Lalu aku iseng buka SNS berbahasa Jepang MIXI, yang jarang sekali aku masuki. Tapi di sini aku sering menemukan angket yang lucu-lucu. Ya, seperti yang aku tulis di judul, “Sssttt rahasia ya, aku pelit karena….”

Berdasarkan ranking terbanyak dilakukan orang, ada beberapa tindakan “pelit” yang malu untuk diberitahukan pada orang lain. Aku tuh pelitnya di sini nih…

  1. Pergi ke Toko/Restoran yang bisa memakai kupon discount. (wajarlah ini)
  2. Hampir semua baju hasil belian waktu SALE. (wah aku juga tuh! apa salahnya?)
  3. Membeli sayuran/daging/bahan mentah, sengaja waktu supermarket akan tutup sehingga dapat potongan harga banyak (Memang semua supermarket di Jepang memberlakukan sistem potongan harga sampai 70% pada bahan mentah yang tidak bisa disimpan lagi. Tapi aku malah sulit untuk belanja menjelang toko tutup. Kalau bisa sih mau aja)
  4. Tidak pernah membeli majalah, baca sambil berdiri di toko buku (kalau ini sih aku tidak pernah)
  5. Menghemat ongkos telepon dengan memakai internet (waaah ini mah gue banget… kalo emang bisa apa salahnya?)
  6. Memakai point hasil belanja untuk membeli barang (kalau ini agak susah menerangkannya karena mungkin tidak ada di Indonesia. Setiap membeli barang misal di toko elektronik biasanya akan mendapatkan point berapa persen dari harga barang. kemudian point ini bisa ditukarkan dengan uang, atau barang setara dengan jumlah point. Aku pernah bisa beli scanner dengan point yang ditabung)
  7. Tidak pernah membeli tissue, cukup memakai tissue gratisan yang dibagikan di jalan-jalan ( Di Jepang biasanya toko promosi dengan membagikan tissue di stasiun/jalan-jalan. Aku sering mengumpulkan tissue seperti ini tapi tidak cukup kalau hanya mengandalkan tissue2 ini saja)
  8. Mencari pompa bensin yang harga bensinnya paling murah…. (aku males malah, dengan cari-cari gitu kita tidak sadar sudah berapa liter dipakai)
  9. Handuk wajah (Face towel) yang dipakai di rumah berlabelkan surat kabar atau penginapan (Di Jepang surat kabar/penginapan sering membagikan handuk wajah dengan logo perusahaannya)
  10. Mengambil plastik yang disediakan supermarket sebanyak-banyaknya. (Ya…aku sering liat ibu-ibu mengambil begitu banyak plastik roll yang disediakan di supermarket. Aku malah ngga pernah pakai kecuali untuk daging yang mungkin akan mengotori tas belanja)
  11. Selalu mencari rute kereta yang termurah meskipun harus muter-muter. (Aku jarang pake kereta sih sekarang)
  12. Supaya hemat biaya salon, potong rambut sendiri ()wah kena deh gue. tapi aku sebtulnya potong rambut sendiri bukan hanya karena biaya salonnya, tapi waktunya untuk ke salon juga sih)
  13. Hampir semua barang rumah tangga hasil belanja di toko seratus yen (hmm aku suka pergi ke toko seratus, tapi biasanya untuk stationary bukan alat rumah tangga)
  14. Kalau lapar, pergi ke supermarket dan makan sampel makanan (doooh ini mah pelit banget yak… never do that!)
  15. Seberapapun murahnya BSS (Bayar sendiri-sendiri, selalu menghitung sampai pecahan 1 yen (nahhhh ini pernah membuat aku takjub, kok sampe segitu pelitnya orang Jepang. Tapi sejak menjadi ibu rt bisa tahu kenapa harus pelit)
  16. Membeli barang, yang ada kemungkinan terjual mahal di auction (waduh auction… ngga deh, aku ngga bakat. pernah sekali aja beli kaset di Yahoo auction. suman pengen tahu cara mainnya)
  17. Mencukupkan diri dengan memakai kosmetik gratisan (sampel) yang dibagi-bagi di toko kosmetik. (pakai sih sampel gitu, tapi mana cukup lagian jarang beli kosmetik jadi jarang dapat sampel juga hehehe)
  18. Meskipun tidak membeli apa-apa, selalu mengecek uang kembalian di vending machine (doooh ini sih terlalu hihihi)
  19. Hadiah yang diterima dari orang lain, diberikan sebagai hadiah untuk orang lain (Aduh kalau aku sih ngga pernah, biar gimana kan pemberian orang ada kenangannya)
  20. Pinjam CD/DVD, tidak pernah membeli sendiri (no way… aku selalu beli CD yang aku suka, seleranya lain sih …jieee)

Nah, ini 20 tindakan PELIT nya orang Jepang, mungkin tindakan pelitnya orang Indonesia lain lagi. Misalnya untuk menghemat ongkos transportasi nebeng temen terus, atau ngga punya HP sendiri kalau mau kirim sms pinjem HP temen, atau ngumpulin shampoo dan sabun hotel untuk dipakai di rumah dsb dsb dsb dsb.

Yang aku banget tuh nomor 5 dan 12. Juga ngga langganan koran, cukup dengan baca di internet. pelit juga kan tuh. Kasih tahu dong,kamu pelitnya gimana sih? Ngga bakal aku kasih tahu ke orang lain deh…hihihi….