Kimigayo

13 Agu

“Mel… lagu kebangsaan Jepang apa?” Nov (adikku)
“Kimigayo”
“Thanks”

Itu adalah sms yang saya terima sekitar seminggu yang lalu, dari adik saya yang menanyakan soal lagu kebangsaan Jepang. Saya sudah tahu pasti dia mau mengisi teka teki silang. Pertanyaan yang umum.

Dan kebetulan kemarin waktu aku buka i-google ku, tercantum bahwa hari itu tgl 12 Agustus adalah hari Kimigayo. Lagu Kebangsaan Jepang.

Terus terang saya jarang mendengar lagu Kimigayo ini. Tidak seperti Indonesia Raya, yang dulu pasti dikumandangkan setiap TV habis, atau di upacara-upacara bendera, atau upacara penyerahan piala dalam turnamen internasional. Rasa bangga pada waktu-waktu bersejarah seperti itu, membuat para atlit tegak berdiri (saya harap) dan bernyanyi “Indonesia Raya”, mungkin sambil menghormat ala militer/polisi.

Tapi, pemandangan seperti itu sangat jarang saya lihat di Jepang. Paling-paling waktu pencapaian medali emas di Olimpiade/Kejuaraan Olahraga. Banyak atlit yang tidak menyanyikannya. Entah karena tidak bisa atau tidak hafal atau tidak mau. Di sekolah-sekolah tidak ada itu upacara bendera setiap hari senin, sehingga paling-paling Kimigayo dinyanyikan saat upacara penerimaan murid baru dan upacara wisuda. Pokoknya, saya tidak familier, meskipun waktu sata pergi ke upacara penerimaan murid SD nya Riku, Gen menyanyikan Kimigayo dengan lantang, di sebelah saya. Dan saya hanya bisa terdiam….juga tanpa tahu artinya.

Liriknya dalam bahasa Jepang :

君が代は   Kimigayo wa
千代に chiyo ni
八千代に yachiyo ni
細石の Sazare ishi no
巖となりて Iwao to narite
苔の生すまで Koke no musu made

artinya:

Semoga kekuasaan Yang Mulia, berlanjut selama seribu (tahun), delapan ribu generasi. Sampai kerikil berubah menjadi batu karang, yang diselimuti lumut. (Kimigayo-wikipedia)

Lagu Kimigayo yang sekarang diciptakan tahun 1880, tetapi liriknya merupakan sebuah puisi anonim yang tertulis dalam kumpulan puisi lama “Kokin Wakashu” pada Jaman Heian (794-1185). Karena merupakan puisi, dan bahasa jepang memang pendek, maka lagu kebangsaan Jepang ini merupakan lagu kebangsaan sebuah negara yang terpendek di dunia dengan 32 suku kata (bunyi bahasa Jepang).

Meskipun sudah lama warga Jepang menganggap Kimigayo sebagai lagu kebangsaan, sebetulnya barulah pada tahun 1999, ditegaskan dalam parlemen mengenai lagu kebangsaan dan bendera nasional. Meskipun demikian masih banyak polemik sekitar pemakaian di sekolah, karena dianggap lagu Kimigayo mengandung unsur imperialisme dan militerisme.

Ah, sebentar lagi hari kemerdekaan Indonesia. Semoga aku masih bisa (hafal) menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan tidak lupa liriknya. Tapi yang pasti aku cinta Indonesia.

Belajar terus sampai mati

30 Jun

Akhir-akhir ini aku sering mengisi kuis di FB, dan salah satunya menghasilkan pernyataan seperti ini:

Your dream is to live a life where you are constantly learning and evolving.
You believe that the world, people, and life are incredibly fascinating.
You want to use your mind as much as possible. You want to dare yourself to do what’s difficult. You’d like to expand your worldview and maybe even solve some of the world’s problems.

Belum lagi ada kuis yang mengatakan orang yang lahir di bulan Januari memang suka mengajar dan diajar.  OK memang kita tidak usah percaya hasil ramalan/kuis sepenuhnya, tapi memang aku berusaha untuk terus belajar tentang apa saja rather than specialize in one subject. Aku ingin tahu semua! Dan pemikiran ini sebetulnya tidak cocok untuk orang Jepang yang “Otaku” menguasai bidang keahliannya saja sedalam-dalamnya, bukan all round.

Tetapi merupakan kenyataan juga bahwa jika kita sudah capek, atau sudah mencapai kondisi tertentu, stagnan atau berada dalam comfort zone, zona aman kita merasa tidak perlu lagi menambah pengetahuan dan seiring juga dengan kemampuan otak yang melambat. Padahal otak yang tidak dipakai, bisa berkarat, jamuran, dan akan menjadikan kita pikun!

“Saya tetap belajar bahasa Indonesia seminggu sekali supaya tidak pikun!” demikian jawab Bapak Watanabe, 94 tahun, mantan muridku. Dia, dan hanya dia sajalah yang selalu memenuhi pikiranku dan menyemangati aku untuk belajar dan belajar terus …. sampai mati.

Lelaki kelahiran delapan belas April 1915, siang ini duduk di hadapanku sambil makan siang bersama. Oh Tuhan,…. aku harus bersusah payah menahan haruku, dan jangan menangis di hadapan dia.

Kemarin aku telepon dia, dan basa-basi bertanya kabarnya… dan dia berkata, “Sensei, kapan yuk kita minum kopi bersama”.
Lalu aku berkata, “Watanabe san, sebenarnya saya telepon untuk menanyakan apakah besok ada waktu untuk bertemu? Besok saya ada urusan di KBRI, kalau bisa sekitar jam 11 bertemu di Stasiun Meguro bagaimana?
“Tentu saya akan pergi ke sana. Sampai jam 11 besok”.

Jam 11 kurang lima aku sampai di stasiun, setelah tergesa-gesa setengah berlari dari KBRI menuju stasiun. Jangan sampai aku membiarkan Watanabe san menunggu. Dan persis pukul 11, aku melihat ke arah terminal bis, di situ bapak tua itu menunggu sambil celingak celinguk. Aku berjalan ke arahnya, sambil tersenyum gembira.

“Sensei… saya senang sekali bertemu sensei”… dia menjabat tanganku… dan memelukku. Aduh …aku benar-benar terharu dan ingin menangis. Laki-laki Jepang mana yang mau memeluk wanita di depan umum? Meskipun istrinya.  Aku merasakan kerinduannya yang besar untuk bertemu denganku. Ahhh Bapak… aku merasa tersanjung… aku tahu kamu menghormati aku sebagai sensei, tapi aku lebih menghormati bapak bukan sebagai murid. Entah harus kukatakan sebagai apa, sebagai sesepuh yang mengingatkan terus… Hai manusia, Jangan kalah oleh umur!

Dia masih sehat. Matanya awas, telinganya tajam. Hanya sayang kakinya mulai lemah, meskipun dia tidak memakai tongkat. Dan aku salah waktu itu, terlambat menyadari, sehingga dia sempat “merosot terduduk” di atas tangga turun. Tidak jatuh, tapi tiba-tiba sudah terduduk di atas tangga. Untung aku langsung tangkap dia, kemudian membantunya berdiri. Sambil berjalan menuju lift ke lantai atas gedung stasiun, aku lihat dia mengisap jari tengahnya. Oh No… buku jari tengahnya berdarah! Terkelupas kulitnya. Aduh….

“Watanabe san saya cari plester dulu ya?”
“Tidak usah… biasa ini”
dan kita langsung ke lantai atas dan mencari restoran soba. Aku tahu pasti makanan yang paling cocok untuk dia hanya soba…. (Aku pernah berdosa besar padanya. Waktu aku masih mengajar dia, dia memberikan aku tiket makan di restoran soba dekat rumahku. Tapi aku tidak pakai sampai hangus. dan aku menyesal…)

Sambil memesan soba, aku tanya pada pelayan restoran apakah dia punya plester. Dan aku dapatkan plester dan aku pasangkan di jari tengahnya.


Lelaki berusia 94 tahun, bukan main-main … 6 tahun lagi dia 100 tahun!  Dan siang ini dia memenuhi undanganku makan siang bersama.  Kami bertemu terakhir 4 tahun yang lalu. Oh Tuhan…. aku harus bersusah payah menahan haruku, dan jangan menangis di hadapan dia. Karena…..

Ya, ternyata yang luka bukan hanya jari tengahnya. Kamu tahu, jika manusia sudah tinggal tulang berbalut kulit, maka kulit itu akan mudah mengelupas. Dan aku baru sadar ketika aku lihat bercak darah di mulut lengan kemeja putihnya. Ya dia berkemeja putih, berdasi dan berjas untuk bertemu dengan aku. Ternyata di lengan di bawah jam tangannya kulitnya terkelupas sepanjang 8 cm. Uhhhh tidak bisa dengan plester, itu harus diperban. Tapi dia berkata, “Tidak apa sensei, memang kalau sudah tua suka begini. Gampang jatuh! Tidak apa-apa. Nanti juga kering lukanya. ” Ingin aku memberikan saputanganku untuk membalut luka, tapi pasti kotor.
“Kalau ada saputangan….”
“Saya ada saputangan, tapi tidak apa-apa”

Aku sudah mulai sulit menelan makanan yang ada di hadapanku. Bukan… bukan aku takut darah atau luka, tapi aku tahu kenyataan, bahwa manusia yang renta mudah luka, mudah jatuh, mudah goyah…. dan sewaktu-waktu si renta itu tiba-tiba tidak ada lagi di hadapanku.

Aku berusaha bercakap-cakap yang ringan, sambil memperhatikan dia makan, jangan sampai tersedak. Jangan sampai dia emosi ingin menjawab, lalu makanan salah masuk. Aku selalu tunggu dia selesai mengunyah dulu baru aku ajak bercakap-cakap.

Dia adalah lulusan Tokyo Teikoku University. Elite, sangat elite di jamannya. Jurusannya? Ekonomi. Pasti dia cerdik pandai. Dan setelah lulus dia bekerja di perusahaan dagang Mitsui Bussan. Aku juga sering mengajar pegawai dari MB dulu, pegawai yang ditugaskan ke Indonesia. Namun Watanabe san ini tidak pernah mendapat kesempatan ditugaskan ke Indonesia. Malahan dia bertugas di Hamburg, Jerman selama 4 tahun. Karena pengalaman di Jerman ini, dia bisa berbahasa Jerman, dan anak lelaki yang sekarang tinggal bersamanya juga bisa berbahasa Jerman dan menjadi penerjemah.

Watanabe san sendiri tidak pernah punya hubungan dengan Indonesia. Hingga usianya yang ke 83, waktu dia berjalan-jalan di dekat sekolah Indonesia Tokyo. Dia mendengar bahasa Indonesia. Juga waktu dia mengajar bahasa Jepang sebagai volunter di Kelurahan Meguro, dia bertemu dengan orang Indonesia. Dia merasa bahasa Indonesia indah bunyinya. Sampai dia bertanya, dimana saya bisa belajar bahasa Indonesia? Kemudian sampailah dia di rumah seorang guru bahasa Indonesia yang mengajar di SRIT (Sekolah Republik Indonesia Tokyo). Dan dia mendapat keterangan dari Pak Herlino Suleman (Pengarang “Pintu Tertutup Salju” ) ini, bahwa setiap hari Senin, Rabu dan Jumat ada pelajaran bahasa Indonesia yang diselenggarakan oleh Kedutaan yang bisa diikuti oleh warga Jepang. Pak Herlino juga mengajar di KOI (Kursus Orientasi Indonesia), tapi Watanabe san masuk ke kelas pemula, yang gurunya bernama Imelda Coutrier. Dan dia mengakui, bahwa kalau bukan Imelda sensei, mungkin dia tidak akan belajar terus di KOI.

Ya aku tahu kehadiran bapak Watanabe ini di kelasku. Kelas yang sulit, karena waktu itu muridnya berjumlah 40 orang. Jaman itu bahasa Indonesia sedang berjaya, zaman keemasan. Semua kursus dipenuhi peserta, sampai membludak. Guru Bahasa Indonesia dicari-cari. Dan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat aku mengajar di lobby SRIT, karena itu satu-satunya tempat yang bisa menampung 40 orang. Tanpa mike, aku harus menguasai 40 orang. Impossible. Tapi aku tahu awalnya 40 orang, setelah berjalan biasanya  akan berkurang. Akan ada murid-murid yang tidak tahan untuk belajar 3 kali seminggu. (setelah itu kami ubah jam belajar menjadi 2 kali seminggu dan akhirnya 1 kali seminggu). Benar saja setelah 6 kali, murid-murid tinggal 30 orang. Tapi Bapak Watanabe masih terus hadir dengan rajinnya. Sampai kelas atas dia sudah ikuti, dan begitu dia mengetahui bahwa aku mengajar kelas atas (kelas lanjutan) di sebuah Culture Center, Watanabe san berhenti belajar di KOI, dna belajar di Culture Center, di kelas saya. Di kelas itu, aku harus mengajar 3 lansia dari 9 murid yang ada. Bapak Watanabe 87 th, Bapak Fukuoka 85 th, dan Bapak Asaga 83 tahun. Kelas yang impresif (dan agak sulit)

Watanabe san masih terus belajar di Culture Center itu sampai sekarang. Meskipun aku sudah berhenti mengajar di sana sejak 5 tahun yang lalu. Hanya karena mendengar bahasa Indonesia yang indah… tanpa sekalipun pernah pergi ke Indonesia … bahkan ke Bali pun belum pernah. Tapi kecintaannya pada bahasa Indonesia dan ketekunannya memang patut mendapatkan penghargaan. Kalaupun aku punya hak untuk mencalonkan penerima Bintang Maha Putra atau penghargaan lainnya, ingin aku calonkan nama bapak Watanabe ini dalam nominasi. Yang pasti, semangatnya akan selalu aku patri dalam ingatanku.

“Seharusnya persatuan alumni KOI membuat acara reuni ya?” dia berkata. Terlihat dia ingin sekali hadir dalam acara-acara silaturahmi.
“Ya, seharusnya ada acara reuni ya. Tapi… ketua persatuan alumni (Bapak Fukuoka) sudah meninggal….” Ahhh suram sekali percakapan ini.
“OK nanti saya coba bicara dengan ibu Hikita, supaya kita mengadakan acara reuni.  Nanti saya kasih tahu hasilnya”
“Sensei juga kalau iseng, telpon saya, nanti kita bicara di telepon ya”
“Ya…. kalau tidak, saya akan coba kirim fax ya” Tapi aku tahu dia ingin ngobrol….
“Watanabe san juga hati-hati ya, jaga kesehatan dan hati-hati kalau mandi. Kamar mandi kan licin….”
“Iya… waktu itu juga teman saya ada yang meninggal di kamar mandi. Istrinya panggil-panggil, ternyata sudah tengkurap dalam bak” ….ahhh kenapa aku musti menyebutkan kamar mandi segala!!!!

Sambil berjalan ke tempat taxi….
“Kalau saya kebetulan ke Meguro lagi, nanti saya telpon dan mungkin bisa bertemu lagi ya…. ” Aku tahu ada perasaan itu…. di hati kami…. Mungkin kali ini adalah kali yang terakhir…

Kami berjabatan tangan lagi di depan taxi yang menanti…. dan berpelukan lagi. Tapi aku tahu pelukan ini agak lemah dibanding dengan yang tadi. Aku cuma bisa berdoa, Tuhan lindungi dia… lindungi dalam perjalanannya setiap hari Sabtu untuk belajar bahasa Indonesia, karena berarti dia akan naik kereta, dan jalan kaki sampai tempat kursus yang aku tahu jaraknya cukup jauh.

Aku bantu dia duduk di kursi belakang taxi dan berkata pada pak supir, “Yoroshiku onegaishimasu” (tolong perhatikan dia ya)

Dan aku membungkuk ke arahnya takzim dan melambaikan tangan…

Dan aku berbalik ke arah stasiun dan berusaha menahan tangis.

Dan sekarang aku bisa melepaskan tangisan yang kutahan tadi, sambil menuliskan posting ini.

Jika kamu bisa hidup sampai 94 tahun, masihkah kamu akan belajar… dan belajar…dan belajar terus?

Hormat, Doa dan Terima kasihku untuk Watanabe san.


Dan pagi ini (1 Juli 2009) pukul 8:00 aku menerima telepon darinya, mengucapkan terima kasih untuk pertemuan kemarin (Orang Jepang selalu begitu, menghubungi kembali untuk berterima kasih, sebuah kebiasaan yang patut ditiru). Dia berkata, dia senang dan terkejut melihat aku yang katanya tambah cantik (hahhaha dan aku tambahkan …tambah gendut). Dan dia mengucapkan selamat beraktifitas, semoga bisa bertemu lagi…. Ya, aku masih berharap bisa bertemu lagi, sementara itu aku ingin menulis banyak tentang sejarah dan pertemuan-pertemuanku dengan orang Jepang yang menginspirasiku.

EM

 

NOTE:

Watanabe san sudah meninggal tgl 7 Maret 2012, dalam usia 96 (hampir 97 di bulan April),  karena pnumonia. Di RS dia tetap membaca buku bahasa Indonesia. Sayang aku tak dapat datang melayat, karena persis pulang dari Indonesia, sesudah menghadiri pemakaman mama yang meninggal tgl 23 Februari 2012. Rest in Peace Watanabe san. Hormatku selalu.

Dua kakek Jepang yang kutulis di sini semua sudah meninggal. Bapak Fukuoka adalah dokter di Manado selama pendudukan Jepang. Bapak Asaga bertugas di Aceh dan Medan, pernah bercerita bahwa dia menjalani operasi usus buntu dalam perahu, tentu tanpa obat bius 🙁 Bapak Asaga mendonorkan badannya untuk medis, sehingga tidak ada penguburan sampai 3 tahun lebih. Hormatku untuk ketiga bapak tua, yang begitu mencintai Indonesia. Salute

Sssttt rahasia ya, aku pelit!

23 Jun

Jam 3 pagi aku terbangun karena Riku juga terbangun setelah hampir 12 jam tertidur. Mungkin pengaruh obat yang diminumnya, dia tidur enak sekali sejak jam 3 sore. Jadi aku temani dia makan, minum obat, dan sekarang tidur lagi. Cukup khawatir karena dia demam 37,9. Semoga besok tidak demam, karena aku ada tugas penting di PTA dari jam 8 pagi sampai jam 9 pagi.

Nah, sambil temani Riku tidur lagi, aku buka internet, masuk FB tidak ada yang online (jelas aja jam berapa mel?). Lalu aku iseng buka SNS berbahasa Jepang MIXI, yang jarang sekali aku masuki. Tapi di sini aku sering menemukan angket yang lucu-lucu. Ya, seperti yang aku tulis di judul, “Sssttt rahasia ya, aku pelit karena….”

Berdasarkan ranking terbanyak dilakukan orang, ada beberapa tindakan “pelit” yang malu untuk diberitahukan pada orang lain. Aku tuh pelitnya di sini nih…

  1. Pergi ke Toko/Restoran yang bisa memakai kupon discount. (wajarlah ini)
  2. Hampir semua baju hasil belian waktu SALE. (wah aku juga tuh! apa salahnya?)
  3. Membeli sayuran/daging/bahan mentah, sengaja waktu supermarket akan tutup sehingga dapat potongan harga banyak (Memang semua supermarket di Jepang memberlakukan sistem potongan harga sampai 70% pada bahan mentah yang tidak bisa disimpan lagi. Tapi aku malah sulit untuk belanja menjelang toko tutup. Kalau bisa sih mau aja)
  4. Tidak pernah membeli majalah, baca sambil berdiri di toko buku (kalau ini sih aku tidak pernah)
  5. Menghemat ongkos telepon dengan memakai internet (waaah ini mah gue banget… kalo emang bisa apa salahnya?)
  6. Memakai point hasil belanja untuk membeli barang (kalau ini agak susah menerangkannya karena mungkin tidak ada di Indonesia. Setiap membeli barang misal di toko elektronik biasanya akan mendapatkan point berapa persen dari harga barang. kemudian point ini bisa ditukarkan dengan uang, atau barang setara dengan jumlah point. Aku pernah bisa beli scanner dengan point yang ditabung)
  7. Tidak pernah membeli tissue, cukup memakai tissue gratisan yang dibagikan di jalan-jalan ( Di Jepang biasanya toko promosi dengan membagikan tissue di stasiun/jalan-jalan. Aku sering mengumpulkan tissue seperti ini tapi tidak cukup kalau hanya mengandalkan tissue2 ini saja)
  8. Mencari pompa bensin yang harga bensinnya paling murah…. (aku males malah, dengan cari-cari gitu kita tidak sadar sudah berapa liter dipakai)
  9. Handuk wajah (Face towel) yang dipakai di rumah berlabelkan surat kabar atau penginapan (Di Jepang surat kabar/penginapan sering membagikan handuk wajah dengan logo perusahaannya)
  10. Mengambil plastik yang disediakan supermarket sebanyak-banyaknya. (Ya…aku sering liat ibu-ibu mengambil begitu banyak plastik roll yang disediakan di supermarket. Aku malah ngga pernah pakai kecuali untuk daging yang mungkin akan mengotori tas belanja)
  11. Selalu mencari rute kereta yang termurah meskipun harus muter-muter. (Aku jarang pake kereta sih sekarang)
  12. Supaya hemat biaya salon, potong rambut sendiri ()wah kena deh gue. tapi aku sebtulnya potong rambut sendiri bukan hanya karena biaya salonnya, tapi waktunya untuk ke salon juga sih)
  13. Hampir semua barang rumah tangga hasil belanja di toko seratus yen (hmm aku suka pergi ke toko seratus, tapi biasanya untuk stationary bukan alat rumah tangga)
  14. Kalau lapar, pergi ke supermarket dan makan sampel makanan (doooh ini mah pelit banget yak… never do that!)
  15. Seberapapun murahnya BSS (Bayar sendiri-sendiri, selalu menghitung sampai pecahan 1 yen (nahhhh ini pernah membuat aku takjub, kok sampe segitu pelitnya orang Jepang. Tapi sejak menjadi ibu rt bisa tahu kenapa harus pelit)
  16. Membeli barang, yang ada kemungkinan terjual mahal di auction (waduh auction… ngga deh, aku ngga bakat. pernah sekali aja beli kaset di Yahoo auction. suman pengen tahu cara mainnya)
  17. Mencukupkan diri dengan memakai kosmetik gratisan (sampel) yang dibagi-bagi di toko kosmetik. (pakai sih sampel gitu, tapi mana cukup lagian jarang beli kosmetik jadi jarang dapat sampel juga hehehe)
  18. Meskipun tidak membeli apa-apa, selalu mengecek uang kembalian di vending machine (doooh ini sih terlalu hihihi)
  19. Hadiah yang diterima dari orang lain, diberikan sebagai hadiah untuk orang lain (Aduh kalau aku sih ngga pernah, biar gimana kan pemberian orang ada kenangannya)
  20. Pinjam CD/DVD, tidak pernah membeli sendiri (no way… aku selalu beli CD yang aku suka, seleranya lain sih …jieee)

Nah, ini 20 tindakan PELIT nya orang Jepang, mungkin tindakan pelitnya orang Indonesia lain lagi. Misalnya untuk menghemat ongkos transportasi nebeng temen terus, atau ngga punya HP sendiri kalau mau kirim sms pinjem HP temen, atau ngumpulin shampoo dan sabun hotel untuk dipakai di rumah dsb dsb dsb dsb.

Yang aku banget tuh nomor 5 dan 12. Juga ngga langganan koran, cukup dengan baca di internet. pelit juga kan tuh. Kasih tahu dong,kamu pelitnya gimana sih? Ngga bakal aku kasih tahu ke orang lain deh…hihihi….

Jangan paksakan diri demi aku

22 Jun

terjemahan dari bahasa Jepang, “Boku no tameni muri shinaide ne”

Sabtu malam, papa Gen pulang ke rumah sekitar jam 8 malam. Kebetulan anak-anak belum makan, dan pas baru akan makan. Waktu aku  mempersiapkan makanan, Gen bilang padaku, “Sorry sayang, besok (minggu) aku harus kerja”. What?
Aku juga agak kecewa, karena kebayang capeknya melewati hari minggu bertiga lagi. Tapi apa boleh buat, kalau memang kerjaannya belum selesai abis bagaimana. Jadi aku bilang pada Riku, “Riku besok papa kerja, jadi kasih itunya sekarang saja”.

Riku sudah membuat gambar dan “convinience tools” untuk papanya, kado di Hari Ayah. Karena aku bilang kasih sekarang saja (semestinya besok), kemudian dia berikan pada papanya. Terima kasih bla bla bla….. ok… dinner time.

Salah satu gambarnya Riku ; “Riku with Papa”

Tapi waktu kami akan mulai makan, Riku bertanya sekali lagi,
“Besok papa kerja?”
“Iya, maaf ya Riku….”
“Ya sudah, besok Riku, Kai dan mama pergi jalan-jalan yuuuk”, aku berusaha menghibur.
Tapi aku lihat warna mukanya berubah. Gen tidak perhatikan, karena dia duduknya menyamping. Aku tahu, Riku akan menangis, jadi aku langsung menghampiri dia, memeluk dia dan berkata,
“Riku, papa juga ngga mau pergi kerja, tapi kalau pekerjaannya belum selesai gimana”
Meledaklah tangis Riku, dan Gen terkejut. Tidak menyangka. Langsung Gen bilang,
“OK Riku, besok papa libur!!! Yosh… kimeta (saya putuskan) tidak ke kantor”
Gantian Gen memeluk Riku, dan terucaplah kalimat di atas,
“Papa jangan paksakan diri libur hanya untuk Riku!”
sebuah ungkapan yang sering dipakai orang Jepang yang sebetulnya berusaha untuk menyatakan bahwa dirinya tidak apa-apa. ….. Tapi biasanya dipakai oleh orang dewasa tentunya. Aku juga heran sampai Riku yang baru 6 tahun bisa berkata begitu. Kasihan, dia terlalu cepat menjadi dewasa pemikiran….

Sambil menahan haru, Gen bilang,
“Kamu bilang apa? Bagi papa, Riku lebih penting dari kerja. Besok kita pergi sama-sama ya”
Kami bertiga menghapus airmata dan berdoa makan…. cuma kai saja yang tertawa melihat kami…..

Hari Minggu Hari Ayah! Masak seorang Ayah harus bekerja di hari itu? Sama saja seorang buruh bekerja di Hari Buruh… dan itu sering terjadi di keluarga Jepang pada umumnya, dan keluarga Miyashita pada khususnya. Bukan karena suka kerja, workholic, tapi karena terpaksa. Sambil merenungi kejadian Sabtu malam itu, aku berpikir. Dulu papaku juga tidak pernah ambil cuti. Tapi anak-anaknya tidak ada yang protes atau berkata seperti Riku, jadi ya begitu saja terus. Kami jarang sekali bepergian/piknik bersama. Jadi teringat sebuah iklan mobil di TV Jepang, “Mono yori omoide” (Daripada barang lebih baik kenangan).

Berkat Riku, hari Minggu kami lewati dengan penuh kegembiraan, meskipun hari hujan dari pagi hari. Aku terbangun jam 6 pagi, padahal baru tidur jam 3 pagi. Tapi Riku juga bangun jam 6, dan tak lama Kai bangun juga. Jam 8 semua sudah berkumpul di kamar tamu. Jadi, hari ini mau ke mana?

Dan sekali lagi Riku berperan, “Aku mau ke yokohama, ke tempat A-chan (ibunya Gen) dan Ta-chan (bapaknya Gen)”. Ya, sekaligus deh merayakan Hari Ayah bersama Ketua Clan Miyashita.

Jam 9 pagi kami sudah di jalan raya di bawah rintik hujan, dan… lapar. Lalu aku bilang pada Gen, bahwa mulai kemarin di Mac D hadiahnya karakter Pokemon. Dan ini pasti cepat habis. Jadi akhirnya kami mampir ke Mac D, dan saya juga pesan Happy Set + untuk anak-anak, supaya bisa dapat mainan pokemonnya 3 buah. Dan Kai, langsung berseri-seri melihat mainan pokemon, “Pipa…pipa…” rupanya dia mau bilang Pika (pikachu).
Ternyata tidak perlu makanan mewah dan mainan mahal untuk menggembirakan satu keluarga (Yang pasti Gen dan aku ikut gembira karena rasa lapar terobati. Paling tidak enak menyetir dalam keadaan lapar).

bermain bersama Ta-chan

Setelah selesai sarapan, kami bergerak menuju Yokohama dalam hujan yang menderas, dan jalanan yang mulai padat dan macet. Hampir satu bulan lebih kami tidak saling bertemu, dan ternyata banyak berita keluarga yang tidak sempat kami ketahui. Yang sakit, yang cuti, yang menderita…. Nampaknya tahun ini akan menjadi tahun yang sulit juga bagi keluarga kami. Menghitung hari-hari tersisa dalam kehidupan.

Biasanya kami pulang larut malam, tapi karena sudah lama juga tidak bertemu adikku Tina, jadi kami mampir dulu ke apartemennya. Ternyata dia sendiri, Kiyoko temannya sedang pergi ke rumah orangtuanya. Jadilah kami ajak dia makan malam bersama di restoran Taiwan. Yang saya merasa menyesal saat itu, kenapa tidak minta Tina untuk memotret kami berempat! Baru ingatnya setelah jalan pulang.

Well, week end is over, and back to reality.

Hujan Berudu

9 Jun

hmmm kalau seandainya saya tuliskan hujan beludru, maka akan terbayangkan sesuatu yang romantis… velvet rain… meskipun saya tahu kadang hujan tidak bisa selembut beludru.

Tapi yang saya mau tulis adalah berudu, atau kata lainnya cebong/kecebong, anak katak. Dan yang pasti menjijikkan sekali ya jika terjadi hujan berudu.

Fenomena alam yang aneh ini terjadi sejak tgl 4 Juni lalu, di Ishikawa Prefektur sekitar pukul setengah lima sore. Seorang pegawai pemda mendengar suara “pletak pletak” di pelataran parkir salah satu fasilitas pemda. Waktu didekati ternyata di atas mobil dan sekitar pelataran parkir itu ada banyak sekali kecebong sepanjang 2-3 cm berjatuhan. Dilihat dari posisi jatuhnya cuma bisa diperkirakan bahwa kecebong itu jatuh dari langit…. dan berarti? hujan kecebong? Dan kejadian ini berlangsung juga di beberapa tempat dalam beberapa hari.

Foto dari sini

Ternyata di daerah Ishikawa pada musim-musim sering terjadi angin puting beliung memang sering terjadi “hujan ikan dan benda benda lain” tapi saat ini bukanlah musim angin puting beliung. Pada saat kejadian cuaca sedang stabil. Kepala kebun binatang Ishikawa mengatakan,” Memang kadang burung bangau atau bebek makan kecebong,  tapi tidak mungkin kalau sampai menjatuhkan 100 ekor lebih kecebong pada saat yang bersamaan” .

Kalau hujan kecebong yang sekecil-kecil uprit sih ngga papa mungkin ya… meskipun agak geli juga. Tapi kalau sampai hujan kodok? hiiiiiii

6666 dan lain-lain

26 Mei

Pagi hari di Minggu yang agak mendung. Aku membuka dashboard WP ku setelah beberapa jam sebelumnya membuat tulisan baru mengenai “Singkat-menyingkat”. Selama ini aku selalu perhatikan jumlah pengunjung yang hadir sudah berapa tapi baru pagi itu aku sadar bahwa angka komentar sudah menunjukkan angka 6660. Wow, 6 komentar lagi akan menjadi 6666…. angka bagus kan tuh. Kalau tiga berderet memang “mengerikan” katanya (buat saya sih tetap saja angka heheheh). Tapi ini 6 nya ada empat kali. Kapan lagi nih bisa begini…. Dan bisa tidak ya tertangkap mataku siapa komentator ke 6666.

Aku jadi teringat Uda Vizon juga sempat menangkap angka 1000 untuk komentar di dashboardnya. Aku jadi membayangkan itu kebetulan sekali Uda pas menangkap saat-saat bersejarah itu, atau ditungguin ya? Soalnya terus terang, setelah pagi itu aku menemukan tinggal 6 komentar lagi ke angka cantik itu, aku tak bisa beringsut dari tempat dudukku. Datang Pak Oemar Bakrie, lalu Bu Enny…. yaaah saya pikir coba tunggu siangan lagi bu, pak hehehhe. Lalu Fanda dan Hastu…. sayang sekali Anda kurang beruntung! Yang lucunya di angka 6665, datanglah Mang Kumlod…. tapi dia sempat istirahat sebelum menuliskan komentar lagi (sampe 2 jam istirahatnya …coba langsung dapet deh Mang hihihi)

Akhirnya angka 6666 jadinya diisi Daniel Mahendra. What a coincidence, mungkin gara-gara aku pasang link ke blognya dalam posting terakhir, jadinya dia bertandang ke tempatku. Padahal kan dia lagi “hiatus”. So,…. selamat ya DM … tadinya aku pikir untuk sang komentator ke 6666 akan aku kirimi Picture Book bahasa Jepang aja. Karena biarpun bahasa Jepang kan Picture Book tetap bisa dimengerti (ya kalau perlu aku kasih terjemahannya di kertas lain). Tapi berhubung yang “juara” adalah DM, maka saya ganti aja ya…Picture Book nya dengan buku yang pasti dia suka, yaitu Bukunya Pramoedya Ananta Toer yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Jepang berjudul “Gerira no Kazoku” (Keluarga Gerilya) .

Mumpung lagi nulis tentang “blogthing” gini, sekalian deh aku mau meneruskan award yang aku terima selama ini. Minta maaf kalau sempat “terpendam” cukup lama di gudang. Sampai musti bongkar gudang, bersin-bersin karena alergi debunya yang sudah bertumpuk tuh. Maaf beribu maaf.  Bukannya saya tidak suka loh dapet award dari sahabat-sahabat blogger… tapi yang sulit itu kan meneruskannya hehehe (rakus banget deh si imelda maunya simpen sendiri).

Jadi saya deretkan saja ya awardnya di atas rak TE, silakan dipandangi dan ditimang-timang.

Award-award itu aku dapat dari sahabatku (berdasarkan tanggal penerimaan aja ya):

1. Ria , si pintar dalam postingan berjudul “Fabulous”, tanggal 5 April 2009.

2. Award yang sama: Fabulous dari si pencinta buku Fanda, dalam postingan berjudul Lingkaran Persahabatan, tanggl 17 April 2009.

3. Dari si penyiar  Lia Christie sekaligus dua,  i luv you blog sambil naik vespa. Bisa dibaca di postingannya “Award untuk blog favoritku“, tanggal 17 April 2009.

4. Si Seksi Eka, dalam postingan “Mungkinkah ini yang pertama?“. Beratnya ini judule “international award”. Lah blogku bahasa Indonesia jeh.

Kayaknya udah bongkar gudang sampai ke sudut-sudut, sudah habisin tissue kotak (bukan TISSUE WC) sampai 1 dus dan kayaknya udah ngga ada yang ketinggalan deh. BUT, kalau sampai ada yang merasa ngirim tapi belum ditaruh di atas Rak nya TE, mohon maaf, dan tulung ingatkan saya ya.

Nah katanya (menurut UU perblogeran), award-award ini harus diteruskan, dan masing-masing ada rule/ aturannya. Tapi karena udah capek ngeluarin ing*s (hiiii jorse deh) bikin sendiri deh rulenya. Ada yang musti diteruskan ke 7 orang, ada yang 10 orang. Bisa dibaca  rulenya di blognya pemberi hadiah ini, biar sekalian blogwalking ya….

Nah saya mau memberikan award ini kepada sahabat-sahabat saya, yang beberapa masih “niuwbee” dalam dunia perblogeran. Silakan ambil aja deh award yang kamu-kamu pada suka ya…. (dan dirinya merasa pantes ngga  pake …loh kok pake sih… majangin award itu di rak rumah mayanya masing-masing) . Saya juga tidak mau membebani sahabat-sahabat dengan kewajiban untuk meneruskan tradisi ini. Mau dikasihken yang lain juga boleh, mau masukkan gudang juga boleh…. asal please… jangan dijadiken gayung untuk c***k hihihi.

1. Hilda.  Waaah si Hilda ini hebring loh. Meskipun sedikit yang komentar di blognya dia, tapi semangatnya untuk nulis itu loh. Apa juga ditulis! Dan Hilda mengingatkanku waktu aku pertama-tama ngeblog… kalo bisa daftar belanjaan juga ditulis. Suer!!! Tapi aku rasa, yang penting semangat dan konsisten menulis yang sangat penting dalam ngeblog, atau menulis diary online. Karena menurut saya daftar belanjaan pun bisa jadi berguna untuk yang kebetulan sedang mencarinya. Baca deh postingan dia terakhir tentang “Blogwalking Pattern” atau sebelumnya tentang “Kosongkan Gelas“. Postingan dia kebanyakan pendek-pendek tapi mengena. Dan dia juga memperkenalkan tempat tinggalnya di Batam sana dengan detil. So, yang butuh informasi tentang Batam, bisa kunjungi blognya ya. Dear Hilda, keep blogging ya…. aku selalu intip blog kamu kok.

2. Krismariana. Hmmm kalau soal menyusun kalimat Kris ini sudah profesional deh. Di profilnya dia menulis begini, “seorang penerjemah dan editor lepas. suka menulis walaupun tulisan curhat biasa.”  Aku senang sekali membaca tulisannya yang sudah dibukukan berjudul  Knock… Knock… “Are you there, God?”, yang dikirimkan khusus ke alamat rumah saya di jakarta, waktu saya pulkam Maret lalu. Sayang belum sempat kopdar dengan Kris.  Tulisannya juga kerap dimuat di situs kristen Glorianet.org. Akhir-akhir ini bisa baca kerinduannya untuk pulang kampung dengan posting-posting yang menceritakan rumah dan masa lalunya.

3. Cindy. Ibu Dokter yang baru mulai blogging setelah disertasinya selesai. Istrinya Mas Nug ini meskipun “baru” tanggal 22 Maret menulis posting di “Sentuhan Jemari“, isinya daleeeemm bo. Postingan terakhirnya benar-benar menggambarkan betapa wonder-woman yang sibuk seabreg-abreg juga butuh waktu untuk diri sendiri. “Me and My Time“.  Gara-gara baca postingan ini, aku sampai berpikir, kapan terakhir I have my own me-time?…. Mungkin bu Dok akan sulit untuk menulis rutin, tapi tetap ditunggu postingannya ya. Dan please, jangan nulis di OK (Kamar Operasi) ya…. kasian pasiennya hihihi.

4. D Laraswati H, alias Diajeng, sahabatku waktu SMA (eh kita satu kelas ngga ya? sama-sama IPA kan?). Ketemunya lagi di FB. Dan gara-gara jadi “ghost reader” Twilight Express (awalnya), ingin mencoba buat blog juga…. ini pengakuannya loh. Posting pertamanya tentang Lebah Madu… cocok sekali untuk menjelaskan kenapa judul blognya Honey Bee. Tulisannya mungkin akan dianggap sebagian orang agak kaku, karena memang Ajeng ini kan peneliti yang bekerja di suatu badan pemerintah. Tapi dalam postingannya bisa juga dibaca perasaan seorang “ibu sebagai wanita karir”.  Sayangnya aku baru tahu tentang Kawah Putih sesudah aku kembali ke Tokyo. Coba waktu aku di Jakarta, pasti mau ke sana. So, my next destination deh. Tentu saja ditambah rencana kopdar di Eat & Eat Food Market (sekalian reuni SMA yuukkkk). Keep blogging ya jeng.

5. Afdhal. Om nya Riku (ngakunya). Aku ingat banget waktu Mas Trainer memperkenalkan trainee nya yang juga blogger di sini.  Kupikir dia baru juga ngeblognya eeeh ternyata dia sudah punya blog sejak awal Juli 2008. Tapi karena aku baru kenal sejak 24 Oktober itu, ya aku anggap baru aja ya Dhal.. (peace!). Eh tapi gini-gini udah pernah kopdar loh (makanya dia berani ngaku om nya Riku ihihi). Aku inget pertama nulis komentar di blognya dia tgl 11 November (boong kalo inget, yang bener setelah aku survey) menulis beberapa pertanyaan termasuk boleh ngga minta fotonya dia lagi makan duren hahaha. Dan lucunya lagi dia jawab pertanyaan aku di Who Am I…. yang terlewatkan aku baca/jawab. Sekarang sudah “sok” akrab, jadi kalo OM ADHAL ngga komentar di postingan aku, rasanya blogging tidak berarti lagi…. uhuuuyyyyyy. hihihi.

6.  Bro Neo. wah wah wah… ini bener-bener berantai. Aku kenal Afdhal dari Makelar Blog. Lalu aku kenal Bro Neo dari Afdhal yang menurut pengakuan Afdhal dia sudah menularkan virus ngeblog pada teman-temannya, dan salah satunya Bro Neo ini. Wah kalau baca tulisannya Bro Neo ini, bisa mengerti bahwa beliau (cihuy) pandai pula merangkai kata dan melek SASTRA. Bacaannya Anak Bajang Menggiring Angin jeh. Blognya banyak menceritakan tempat/kota di Sulawesi sono, tapi seperti juga Afdhal yang banyak bercerita ttg orangtuanya,  ada postingnya yang sweet tentang kasih ibu. Senangnya kalau membaca pemikiran pemuda-pemuda tentang kasih orang tua (kalo pemudi sudah pasti tidak diragukan deh, tapi kalo cowo kan lain tuh penyampaiannya … gimana gituh). So Bro Neo, aku akan selalu baca loh, ditunggu posting-posting berikutnya.

7. Muzda. well, seperti yang dia tuliskan di posting pertamanya awal January 2009. “Maksudku, kamu nggak perlu punya kemampuan seperti cenayang, Edward Cullen, Snape, atau temanku si pembaca tarot itu untuk tahu siapa aku .. apa yang aku pikirkan ..Just read this blog,, and i am exactly like open book ..”.Dan memang benar membaca blognya saya menemukan banyak kalimat yang berani. Lihat saja dalam tulisannya Profesi yang Aku tak Ingin Dilakukan oleh Anak Keturunanku. Pasti semua akan berkata, pekerjaan apapun asal halal. Tapi yang Muzda ingin sampaikan bukan soal halal ngga nya kok. Dan pasti pemikiran itu ada di dalam benak semua orang, masalahnya ngga diungkapkan saja kok. Sampai Muzda menulis begini di komentar saya,”Dan tentu saja, sepertinya aku menuliskannya dengan kekhawatiran yang menimbulkan kesan bahwa aku ini punya tingkat kesombongan akut.” Well aku tidak melihat begitu, so jujur saja Muzda. Kejujuran itu yang membuat kamu beda. Dan aku suka! Ditunggu terus postingannya.

Sebetulnya aku juga mau mengulas tentang pendatang baru si EKA (Ka, elo bukan penulis professional kan?), tapi berhubung aku dapet award dari dia, jadi ngga bisa deh dimasukkan dalam list “penilaian”ku. But really Eka, aku suka blog kamu… terutama kalo udah nyerempet-nyerempet hahahah (Eka mah bukan nyerempet lagi, dia udah tabrak lari hahaha).

Aku juga masih banyak ingin menuliskan nama-nama di sini, tapi karena aku batasi dengan blogger pemula, maka cukuplah 7 orang yang kupilih untuk mendapat so called hadiah award dariku. (nulis posting ini  merupakan rekor terlama untuk aku total  5 jam euy! soalnya pake mikir dan link sono sini sih)

So, sebelum jumlah komentar menjadi 7000, dan jarak posting yang terlalu lama, aku sudahi dulu tulisanku kali ini. Terima kasih atas pertemanan lewat blogsphere ini, and I love you all…. Keep blogging!

Singkat-menyingkat

23 Mei

“km b4 sdh smp di 7an dgn slmt. Bsk pg bgt brgkt naik GA ke Sby. ”

Arrrghhh saya paling benci membaca sms yang penuh dengan singkatan begitu. contoh saja b4 itu bisa dibaca berempat atau before dalam bahasa Inggris kan? Memang yang disingkat kebanyakan adalah bunyi vokal sehingga kita masih bisa mereka-reka dari ke 5 vokal yang ada, kata apa yang dimaksudkan. OK deh kalau singkatan itu dituliskan pada sms untuk menghemat pulsa. TAPI, please jangan diteruskan ke dalam blog atau catatan akademis Anda. Belum lagi kalau tulisannya dalam satu kata terdapat penggunaan huruf besar/angka yang tidak pada tempatnya. Semisal aQ suKa an9ka sEmbiLaN ugggh… sorry aja kalau ada yang merasa tapi terus terang bikin pusing. (Ada yang pake angka 8 untuk B ngga ya? seperti 8ukan)

Padahal bahasa Indonesia sudah mengakui adanya singkatan dan akronim. P.T.  yang bisa singkatan dari Perguruan Tinggi atau Perseroan Terbatas (bisa dilihat dari konteksnya), SIM atau WNI, yang merupakan penyingkatan huruf awalnya saja atau sosbud, pemilu, tilang (bukti pelanggaran) yang merupakan akronim. Kalau yang lain-lainnya juga mau disingkat lagi, bagaimana jadinya bahasa itu?

Posting ini memang bukan untuk membahas bahasa Indonesia. Apalah saya ini sehingga mau “sok tau” melangkahi pak Sawali yang memang guru Bahasa Indonesia, atau penulis-penulis handal seperti pak EWA dan mas DM (mas loh uhuuy) dan mbak Tuti Nonka. Saya cuma mau mencoba menjawab pertanyaan Ariez yang nyasar ke shoutbox saya (Ngga tau juga kenapa dia sampai mempertanyakan hal penyingkatan bahasa Jepang ke saya, dan sayanya kok jadi tergelitik untuk menjawab).

Sebetulnya satu kanji dalam bahasa Jepang sudah mewakili satu kata, sehingga untuk term tertentu, satu kanji saja bisa dipakai. Misalnya dalam rekening bank ada kanji (普) yang singkatan dari 普通 futsuu, rekening biasa. Atau simbol sebelum/sesudah nama perusahaan (株) yang merupakan singkatan 株式会社 kabushiki kaisha, perseroan terbatas.  Atau yang sering terdapat dalam kartu nama orang Jepang yang bekerja di Kantor besar (代) singkatan dari 代表 Nomor telepon utama mereka.

Satu Kanji juga sering dipakai di surat kabar untuk menunjukkan nama negara. Misalnya 印 untuk India, 仏 untuk Perancis,  独 untuk Jerman, 米 untuk USA, 伊 untuk Italia. Untuk Indonesia? tidak ada tuh, biasanya dipakai katakana saja インドネシア。

Biasanya kata-kata yang disingkat (略称)juga merupakan nama yang mungkin aslinya panjang, kemudian disingkat dengan mengambil huruf-huruf awal dari frase. Yang paling sering adalah nama perusahaan, nama universitas,nama departemen atau kantor-kantor pemerintah. Dan ini sering menghiasi poster, slogan-slogan yang dipasang di tempat umum selain surat kabar Jepang.

  • 東大 早大 慶大 上智大 専大 (Tokyo University, Waseda University, Keio University, Sophia University, lalu tempat saya juga ngajar Senshu University)
  • 全日空 (ANA) maskapai penerbangan ANA; 日航 (日本航空) maskapai penerbangan JAL; 日石(新日本石油) Nisseki, perusahaan minyak
  • 全農 (全国農業協同組合連合会) Japan Agriculture; 入管 (入国管理局) Kantor Imigrasi;  東京フィル (東京フィルハーモニー交響楽団) Tokyo Philharmonic Orchestra
  • 文科省 (文部科学省) Departemen Pendidikan dan Science;  農水省 (農林水産省) Departemen Pertanian, Kehutan dan Perikanan

Bagi mahasiswa, singkatan yang sering didapat misalnya, 入試 dari 入学試験 ujian masuk setiap jenjang pendidikan dari SD sampai universitas. 一限  dari 第一限目 Mata kuliah jam pertama (dst).  Untuk tugas akhir 卒論  dari 卒業論文 skripsi,  修論 dari 修士論文 thesis,  博論 dari 博士論文 disertasi.

Dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya tidak bisa lepas dari  kata-kata ini : アニメ anime singkatan dari アニメーション animation;  アポ apo singkatan dari アポイントメント appointment ; エコ eko singkatan dari エコロジーecology;  コネ kone  コネクション connection; コンビニ konbini singkatan dari  コンビニエンスストア convinience store; デパート depato singkatan dari  デパートメントストアdepartement store;  サントラ santora singkatan dari  サウンドトラック sound track;  ケータイ ketai singkatan dari 携帯電話 keitaidenwa (ponsel)  ;着メロ chakumero 着信メロディ chakushin melody (nada panggil); デジカメ dijikame singkatan dari  デジタルカメラ digital camera ; リモコン rimokon リモートコントローラー remote control;  バイトbaito singkatan dari  アルバイトarbaito (kerja sambilan); パンスト pansuto singkatan dari  パンティーストッキング panty stocking; ママチャリ mamachari singkatan dari  ママ用チャリンコ (自転車) mama yo charinko (jitensha) – sepeda untuk ibu-ibu yang mempunyai keranjang depan belakang untuk belanja.

Nah, ternyata bisa dilihat bahwa yang banyak dipakai itu singkatan dari  katakana ya? Meskipun belum bisa dikatakan kesimpulan karena perlu penelitian lebih lanjut. Kanji yang saya ambil contoh itu juga saya pilih yang paling sering saya dengar/lihat dan mungkin dimengerti orang asing. Karena banyak sekali yang tidak bisa dimengerti tanpa Anda tinggal di Jepang.

Wah senang juga sih bisa menulis yang agak serius sedikit tentang bahasa Jepang, dan ingat kembali keinginan untuk meneliti macam-macam.  Paling sedikit saya bisa menghasilkan satu posting deh dalam waktu 1,5 jam research (cihuuuy). Akhir kata saya mau bilang 39 sankyu (thank you ) -arigatou pada  Ariez yang telah membangkitkan kenangan mahasiswa (baca : meneliti) malam ini.

Lupa mau tulis ini 新型インフル shingata infuru singkatan dari shingata influenza a.k.a flu babi. Baru nih… fresh from the oven hihihi

*****************************

Gara-gara baca komentarnya Muzda, aku teringat deh pernah delete id YM seseorang yang berbahasa begini:

W   : Quwh dpet ID mu dri tmend quw namanya ***.. tau kan??
EM: oooh ok
W   : quwh tertarik nge add samean cz ktanya samean kerja d jepang yah??
EM: tinggal di jepang
W   : jga kerja d sanah kn??
EM: ya kerja sbg dosen  part timer
W   : ooooooooo skrg msh da d jepang??
EM: msh
W   : gmn critanya samean bsa kerja d sanah??
EM: wahhh panjang lah ceritanya, mending baca di blog saya
EM: sudah 17 th di sini, ceritanya ngga habis 5 menit
W   : gy sbug pa nie samean??
EM : saya sedang kerjain terjemahan
EM : kamu laki atau perempuan sih?
EM : bhsnya kayak laki2
W    : ya perempuan lah.. emangnya knp??
W    : mav yah klo emang ganggu samean….
W    : klo ganggu mending saya klwar ja deh…
EM : samean itu apa?
EM : sampeyan sih ngerti
EM : kebiasaan sms pasti
W   :  yah maksudnya sampeyan,, getoo..
W   : iyaah..

Langsung saya delete deh ID nya….. kesel bener, ngga ada hormat-hormatnya. Bukannya gila hormat, tapi daripada dia ngetik samean, jelas lebih dikit ngetik MBAK kan? trus seperti yang Muzda cerita, MAV untuk maaf, QUWH untuk aku (masih mending AQ deh) . Mau nyingkat tapi diperbanyak di kata-kata yang ngga perlu seperti QUWH dan Getoo (jelas lebih pendek gt kan?

(Kalau ada yang khawatir dia baca tulisan ini? Bodo amat deh biar dia tahu bahwa bahasanya aneh. Dan orang kayak gini jelas-jelas ngga akan baca kalimat yang panjang-panjang hahahaha…ywd (ya udah deh , ini juga singkatan baru sodara-sodara, kali ada yang ngerasa …sorry ya dipake jadi contoh hihihi)  ihhh syirik deh quwh.

Menjadi Seorang Ibu

12 Mei

Dulu, aku tak pernah membayangkan diriku mempunyai anak. Suka anak-anak? well, suka tapi tidak terlalu, meskipun tidak bisa dibilang benci anak-anak. Aku tidak pernah memimpikan diriku menjadi seorang ibu, karena aku takut melahirkan. Tapi itu dulu.

Takut sakit melahirkan? Ya mungkin itu penyebabnya, meskipun aku bisa menahan sakit usus buntu yang hampir pecah, yang katanya semestinya sakit tak tertahankan. Tapi selain itu mungkin aku tidak pernah bermimpi akan mendidik anakku seperti apa.

Gen berkata, “Aku tidak mau punya anak. Kasihan anak-anak itu hanyalah makhluk yang tidak berdosa yang harus menuruti kehendak ayah-ibunya dan tidak pernah punya kebebasan. Menderita selalu!” Dan dia tidak mau membuat anaknya menjadi sama dengan dia.

Namun Tuhan jugalah yang menentukan sehingga akhirnya kami punya dua anak laki-laki yang ….. baik …dan nakal.
“Apa konsep kamu mendidik anak?” katanya.
“Haruskah membuat manual?”kataku. “Aku tak punya konsep, akan kutiru apa yang diajarkan ibuku ketika kecil, dan tapi akan kuajarkan juga sesuatu yang kurang diajarkan ibuku padaku waktu kecil, yaitu percaya diri dan keberanian untuk bertindak”

Tidak jarang Riku berkata pada ayahnya, “Kita tanya saja petugasnya dimana letak binatang itu”…. dan dengan santainya dia menghampiri petugas kebun binatang dan bertanya, dan menemukan jawaban bahkan diberi hadiah. Sementara papanya melongo di kejauhan.

Atau Kai yang mengambil kain pel dari tanganku dan mengepel lantai basah seakan pekerjaan itu sudah biasa. Atau meminta aku membukakan plastik kue, tapi yang diambil bukan hanya kuenya saja, tapi juga plastiknya… pergi dan membuang plastik itu di tempat sampah. Meninggalkanku dengan mata berkaca-kaca.

“Papa, anone…. hari minggu kan hari ibu… Riku nanti mau beli coklat untuk mama. Dan tulis kartu untuk mama. Papa mau beli apa untuk mama? Ini rahasia loh …jangan sampai mama tahu.” –sebuah percakapan di kamar mandi—

“Mama… aku mau pergi ke Murata (toko kelontong) sebentar ya?”
“Ngga boleh… kamu itu buang uang terus untuk beli makanan, jus dsb”
“Aku kan mau beli untuk mama…. juga (sambil ngedumel : ahhh hampir ketahuan)”.  Dia pergi dan kembali setengah jam berikutnya.
“Aku pergi ke Murata ya Ma”
“Ya sudah pergi sana… cepat kembali ya” Sambil pura-pura tidak tahu, dan tidak tanya.

Begitu pulang, dia langsung sembunyikan coklatnya di laci, dan mengambil kertas untuk menggambar. Aku sengaja tidak mendekati dia. Sampai temannya datang ke rumah.
“Eh kamu… udah beli apa untuk ibu kamu?”
“Hmmm belum… tapi di TK buat gambar”
“Aku dong… udah beli coklat untuk mamaku” Diucapkan di kamar seeblah kamarku…. Oi Nak.. ada mama nih di sini.

Dan betapa marahnya dia, waktu Kai menemukan coklat itu di laci, dan membawanya padaku minta dibukakan. Aku ingin tertawa dan menangis bersamaan melihat kotak coklat yang bertuliskan dengan spidol “Mama… terima kasih….” Sambil berkata pada Kai…. “Ini punya kakak!”
“Rikuuuuu…. ini Kai ambil barang kamu loh” sambil pura-pura tidak baca. Kai mengejar Riku keluar kamar, dan di luar Riku memarahi adiknya, “Kai… INI KAN AKU BELI UNTUK MAMA….. JANGAN AMBIL” (Dalam bahasa Indonesia). Dan terpaksa aku mengambil stock es krim di lemari es untuk menghibur dua bouya-ku, yang satu sedang marah, satunya lagi menangis.

Coklat dan gambar dari Riku

Ahhh setiap hari aku sering harus bertengkar mulut, menyuruh ini itu, melarang ini itu, mengurut dada melihat kenakalan mereka memporakporandakan rumah……. tapi setiap kali kusadari mereka itu anak-anak yang “melihat” ibu – bapaknya dan meniru kami.

Aku selalu tertawa setiap kali melihat Kai yang terdiam dari tangis kelaparannya jika melihat makanan. Persis ibunya. Dan selalu melihat sosok papanya pada Riku yang menunduk diam setelah dimarahi, dan berusaha mencairkan suasana dengan membuatkan sesuatu atau mengambilkan sesuatu untuk mamanya.  Meskipun setelah itu Riku akan datang padaku dan memelukku, “Mama, maaf ya. Mama tahu di dunia ini yang aku sayangi hanya mama seorang”. CARA INI KHAS RIKU.

Ah…. mempunyai dua anak sangat menyenangkan. Apakah dulu mamaku juga merasa demikian? Ketika membesarkan kami empat anak di sebuah rumah besar di Jakarta, yang kerap tak ada pembantu? Apakah mama juga pernah merasa bahagia memiliki aku, anak tertuanya, yang dengan kehamilanku membuatnya tak bisa bekerja lagi? Yang harus menangis ngidam mie ayam tapi tak bisa beli karena tidak ada uang?  Yang.. yang… yang… lainnya?

Ya mama… di hari ulang tahunmu hari ini aku ingin bertanya, “Apakah mama bahagia selama ini?” Apakah anakmu yang dulu sering berteriak, “Mama minta tambah ayamnya” padahal maksudnya bayam… sudah bisa membuatmu bahagia?

Kartu Mothers Day dari Kai yang dibuat di penitipan
Kartu Mother's Day dari Kai yang dibuat di penitipan

Betapa aku merindukanmu hari ini Mama.  Sayang aku tak bisa ikut pergi ke misa pagi, misa syukur hari ulang tahun yang merupakan kebiasaan keluarga kita selama bertahun-tahun jika ada yang berulang tahun. Tapi yang pasti aku berdoa di sini, agar engkau tetap sehat dan menikmati hari-harimu di Jakarta. Selamat menyambut usia 71 tahun dengan ceria, dikelilingi anak-anakmu dan cucu-cucumu di sana, dan di sini. Dan kita semua bisa sama-sama berdoa, hari ini, “Terima kasih Tuhan atas semua anugerahmu kepada kami, setiap detik kehidupan kami. AMIN”

Imelda usia 6 bulan di Bantaeng, Sulsel

NB:  Dan ntah bagaimana hari ini adalah hari Perawat …sedangkan mamaku adalah mantan perawat. Aku juga ingin berdoa bagi semua Perawat di dunia, semoga mereka bisa membantu penderita sakit melewati hari-hari suramnya.

Tokyo Tower and mother

10 Mei

Jumat malam, anak-anak sudah tidur jam 9 malam. Saya menemani Gen yang baru pulang untuk makan malam sekitar jam 10 sambil bercerita soal Riku,Kai dan hariku di universitas. Dan saat itu Gen mengganti chanel TV yang tadinya berita, menjadi sebuah adegan film. Waktu itu tepat adegan seorang laki-laki yang pulang ke rumah bersama pacarnya, dan sang Ibu menyambut dengan masakan yang hangat. Hommy.

Dan aku tahu, film ini adalah sebuah film yang bagus, karena pernah diulas di televisi, sehingga merasa sayang kami mulai menonton sudah setengah (biasanya film dimulai jam 9 malam dan selesai jam 11 malam). Cerita tentang seorang anak lelaki yang ibu dan bapaknya bercerai karena main perempuan. Umur 3 tahun, dia dibawa ibunya ke rumah kakek-neneknya di desa, dan dibesarkan oleh ibunya yang bekerja banting tulang sendirian.  Setiap hari dia makan masakan ibunya yang sangat lezat (ofukuro no aji) , sampai dia berumur 15 tahun ingin berdikari dan pergi dari sarangnya (baca: desanya). Menuju Tokyo, dia masuk SMA kesenian dan akhirnya Institut Kesenian. Antara lulus dan tidak, ancaman menjadi mahasiswa abadi, dia tetap dikirimi uang kuliah oleh ibunya, bahkan sampai dia membuat hutang sana sini.

Salah satu adegan yang terkenal. Hei, kapan terakhir Anda menggandeng Ibu Anda?

Setelah dia berhasil menjadi “orang” (sebagai penulis), melunasi hutangnya, dan dia memanggil ibunya untuk tinggal bersama di Tokyo. Setahun pertama dia mengajak ibunya jalan-jalan dan menikmati Tokyo. Ya, saya ikut menangis waktu melihat adegan si Pemeran Utama menggandeng ibunya menyeberangi jalan. Hei, anak laki-laki…. kapan terakhir kamu menggandeng ibumu? Dalam adegan itu Si Anak mengatakan pikirannya, “Aku pertama kali menggandeng ibuku. Aku yang menggandeng ibuku. Dulu waktu aku kecil Ibuku yang menggandeng aku. Sekarang dia mulai melemah, aku yang menggandeng dia”. Duh… aku juga jadi kangen mama. Kapan terakhir aku menggandengnya?

Waktu kukecil, ibuku yang menggandengku.....
Waktu kukecil, ibuku yang menggandengku.....

Adegan itu menjadi semakin menyedihkan karena saat itu dia sudah tahu bahwa ibunya menderita kanker, dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Kemoterapi. Sang Anak harus melihat ibunya yang kesakitan menahan efek sesudah kemo seperti mual-mual dan kejang-kejang. Duhhh,  akting pemeran ibu yang memang artis kawakan itu hebat … tapi waktu saya melihat film itu saya tidak henti menangis dan berdoa, semoga ibu atau keluarga saya jangan sampai ada yang harus menderita kanker. Tidak tahan atas rasa sakit treatment kemoterapi itu, sang Ibu minta supaya treatment itu dihentikan. Dan dokter berkata pada sang Anak, hidup ibunya tinggal 2 bulan lagi.

Yang juga menjadikan film ini benar-benar filmnya orang Jepang adalah adegan  perjuangan sang Anak untuk menulis novel dan ilustrasi yang deadlinenya persis di hari pemakaman ibunya. Di sebelah jenazah ibunya, dia menulis, menulis dan menulis terus, sambil bercakap-cakap dengan ibunya. Dan terakhir dia tidur kelelahan di samping jenazah ibunya setelah menyelesaikan tulisan yang ditagih penerbit.

Pada suatu hari yang cerah, Sang Anak membawa Ihai (kayu bertuliskan nama yang diberikan pendeta Buddha, fungsinya sama dengan batu nisan)  menaiki Tokyo Tower, dan memenuhi janjinya memperlihatkan kota Tokyo dari atas. Tokyo Tower tu juga selalu terlihat dari jendela kamar ibunya di Rumah Sakit.

a real multitalented
a real multitalented person

Judul film ini  “Tokyo Tower, my mom, me and sometimes my father”. (東京タワー オカンとボクと時々オトン). Ditulis oleh “Lily Franky” , nama lain dari Nakagawa Masaya, yang berangkat dari kisah nyatanya yang dinovelkan. Dijadikan drama seri di televisi pada tahun 2006, dan kemudian menjadi film di layar lebar tahun 2007.  Novelnya sendiri mendapat penghargaan HonyaTaisho 2006 (penghargaan yang diberikan oleh Serikat Toko Buku kepada buku yang terlaris tahun itu) . Waktu saya mencari siapa sih Lily Franky itu, ternyata dia adalah multi talented person yang berprofesi sebagai illustrator, writer, penulis essei, novelist, art director, designer, pemusik, pencipta lagu, aktor, fotografer….. (uhhh bikin ngiri ngga sih tuh?). Foto diambil dari CinemaToday.

Pemeran Sang Anak adalah seorang aktor muda yang lumayan terkenal bernama Odagiri Joe. Ibu diperankan artis Kiki Kirin. Wah kalau artis ini memang hebat kalau memerankan seorang ibu yang tangguh. Dan dia adalah ibu mertua dari Motoki, Mokkun, aktor yang pernah saya bahas dalam film Okuribito, Sang Pengantar.

Setelah film itu selesai, kami berdua menyayangkan karena menonton tidak dari awal. Tapi saya mungkin tidak mau menonton ke dua kalinya, karena saya tahu pasti saya akan menangis terus, dan menjadi homesick ingin bertemu mama. Dan kami baru sadar saat itu bahwa film ini diputar untuk merayakan Hari Ibu, Mother’s Day yang jatuh pada hari ini, tanggal 10 Mei 2009. So untuk semua Ibu, Happy Mother’s Day. (I love you MyMama…. really do). Dan saya juga mau memberikan selamat khusus kepada Mbak Tuti Nonka yang hari ini berulang tahun. Happy Birthday to you mbak Tuti …. I love you too.

Hari Ibu Internasional selalu dirayakan pada hari Minggu ke dua di bulan Mei,demikian pula Father’s Day yang dirayakan pada hari Minggu ke tiga bulan Juni. Jika ingin tahu coba buka saja portal yahoo.com hari ini, dan di situ ada animasi kangguru memberikan bunga Tulip pada ibu Kangguru.

NB:
Saya berkata pada Gen, “Saya selalu bilang pada orang-orang bahwa saya tidak suka menonton, tapi kok lumayan sering menulis tentang film di T.E. ya? hihihi.”
Katanya, “Kamu harus berterima kasih sama aku”
huh….

hihihi have a nice SUNDAY.