8 Besar dari Nerima (2013)

31 Des

Setiap akhir tahun, dimulai pada tahun 2010, aku menuliskan “8 besar dari Nerima”. Sebuah laporan tahunan yang memuat kemajuan, perubahan, prestasi, peristiwa dalam keluarga yang patut dicatat dalam kilas balik. Sebenarnya ini merupakan kebiasaan Gen (dan adiknya Taku) yang mengikuti kebiasaan Jepang memilih 10 “berita besar” dalam keluarga kami. Tapi aku hanya mengambil 8 saja (bukan 10) hanya karena aku suka angka 8. Angka delapan my “lucky number“.

1. RIKU, 10 tahun. Menerima komuni pertama pada Sekolah Minggu dan melanjutkan sekolah minggunya untuk kelompok terakhir SD. Menjadi misdinar pada misa penutupan semester tgl 15 Desember. Karena dia juga suka melihat kegiatan “leader”nya, dia juga ingin menjadi leader kelak. Untuk itu dia minta dibelikan gitar (tapi sampai sekarang belum pernah dipakai/dipelajari). Di sekolahnya dia menjadi pengurus OSIS bagian perpustakaan (semester pertama) dan P3K (semester kedua). Hasil belajar dan pergaulan Riku di sekolah biasa-biasa saja.

2. KAI, 6 tahun. Tiba-tiba menjadi anak “besar”. Sudah bisa ditinggal menunggu rumah sendiri, bisa berbelanja sendiri ke toko terdekat (dan dia memakai uangnya sendiri untuk belanja roti di Hotel Fujiya), dan yang terpenting bisa tidur sendiri tanpa mesti aku temani. Di TK pun Kai juga merasa senang dan tidak pernah malas ke TK. Entah karena gurunya cantik 😀 atau memang dia punya beberapa teman yang cocok di sana, bahkan dia sering minta kelas perpanjangan sendiri. Aku juga sudah cukup menurunkan dia dari sepeda di depan pintu gerbang, lalu dia akan masuk ke dalam halaman TK sendiri. Dengan demikian aku bisa langsung cepat menuju stasiun dengan sepeda. Memang sejak tahun ini aku tidak pernah terlambat mengajar lagi, dan itu berkat Kai juga. Dalam acara sekolahnya dia menari pada acara otanoshimikai, dan memainkan alat musik bellira dalam acara undokai. Dia juga menjadi yang terbawah waktu senam membentuk piramid manusia. Selain itu dia ikut dalam foto dari udara untuk memperingati ulang tahun TK nya yang ke 50.

3. TRANSPORTATION. Jalur kereta Toyoko Line yang dulu selalu kupakai dihentikan, dan dibuka jalur perpanjangan sehingga bisa pergi ke rumah mertua di Yokohama dari stasiun rumahku tanpa perlu ganti-ganti kereta (sekitar 1 jam). Dan Riku berhasil naik kereta ini sendirian sampai rumah mertuaku. Begitu sampai dia ditraktir makan steak oleh kakek neneknya 😀 Memang mulai tahun ini Riku terasa sudah menjadi dewasa, sudah bisa ke mana-mana sendirian. Dia juga mulai tahun 2013 ini mengikuti bimbingan belajar di dekat stasiun, yang untuk pergi ke sana perlu naik sepeda 15 menit. Meskipun sambil malas-malasan, dia bisa mengikuti ujian bulanan yang diadakan bimbel itu dan setiap bulan meningkat nilainya. Mulai Februari tahun 2014 dia akan mengikuti les privat di bimbel itu untuk mempersiapkan ujian masuk SMA (yang sudah harus dimulai dari sekarang). Dari sifatnya yang dulu masih “anak-anak” sekarang sudah mulai untuk bisa mengatur jadwalnya sendiri. Bukan itu saja aku sudah bisa mengandalkan dia untuk tunggu di rumah bersama adiknya selama 5 jam waktu aku pergi mengajar malam. Tahun 2013 membeli sepeda dewasa (sepeda yang ke 3) karena badannya sudah tidak cocok lagi memakai sepeda junior (anak-anak). Kai? Dia masih belum mau belajar naik sepeda. Dia selalu bilang bahwa dia lebih suka berjalan jauh daripada naik sepeda :D.

4. NEW PROJECT deMiyashita memulai proyek keluarga baru yaitu mengunjungi 100 Castle terkenal (pilihan) di Jepang. Selama tahun 2013 sudah mengumpulkan 13 cap kastil. Masih lama perjalanan mengelilingi Jepang (yang membutuhkan budget ekstra juga). Castle yang sudah kami kunjungi adalah:
Odawara,

Odawarajou

Ashikaga,

ashikaga jou

Mishima (belum ditulis),
Hachijouji,

Hachiouji jou

Koufu dan Takeda Jinja,

Koufujou
takeda jinja

Matsumoto ,

Matsumotojou


Kawagoe (aku tidak ikut), 

 

Kawagoe jou


Ina (Takato Castle) ,

 

Takatojou


Sakura jou (Chiba)

Sakura jou

Sunpu (belum ditulis laporannya),

 

Sunpujou


Edo

 

Edo jou


Y
amanakajo

yamanakajou

5. HOBBY. Riku dan Kai memulai hobi baru: memancing dan bermain shogi (catur Jepang). Hobi Kai yang baru adalah membuat “kumpulan Kanji” yang dia ambil dan tulis sendiri, terkadang tidak tahu artinya. Katanya semakin susah semakin bagus. Tapi dia “melompati” penulisan dasar hiragana dan katakana, tapi bisa membacanya sehingga kalau aku tidak bisa membacakan dongeng sebelum tidur, dia akan membaca sendiri. Sekali membaca memang baru 2-3 halaman tapi senang sekali melihat dia sudah bisa membaca (dan menulis) sebelum masuk SD. Hobi Riku masih sama seperti dulu yaitu membaca. Di setiap kesempatan (selain bermain game “pengacara”) dia membaca buku, terutama buku-buku cerita berlatarbelakang tokoh sejarah. Tadinya aku tidak memperbolehkan dia membaca komik, tapi karena pernah melihat di acara TV bahwa komik justru membuat orang “tetap mengingat” jalan cerita dan detil cerita, akhirnya aku memperbolehkan, selama judulnya tidak aneh-aneh. Dan untung sekali di Jepang banyak cerita sejarah yang dikomikkan sehingga pengetahuan sejarah Riku bisa menjadi dasar waktu kami pergi mengunjungi kastil, dan semoga nanti juga membantu pelajaran Sejarah Jepang yang baru akan dipelajari kelas 6 SD nanti. Riku meminjam komik di Tsutaya (rental buku) dan membaca komik sejarah “Ruronin Kenshin”, “Chihayafuru”, “Silver Spoon”. Akibat membaca Chihayafuru, dia juga memulai menghafal Hyakunin isshu (kumpulan 100 pantun yang biasanya dipertandingkan waktu tahun baru).  Sepertinya mulai tahun 2014 Riku akan mempunyai hobi baru Photography jika dia sudah berhasil membeli kamera sendiri 😀

Sebetulnya Riku memintaku membelikan Kindle untuk membaca buku elektronik, tapi begitu aku mencari buku-buku yang bisa dibaca dengan Kindle masih sedikit, terpaksa aku pending. Gen juga jauh lebih senang membaca langsung dari buku daripada secara elektronik. Berlainan denganku yang sekarang senang mengumpulkan novel bahasa Inggris gratis/murah yang bisa dibaca dengan software Kindle yang kupasang di iPhoneku. Selama ini aku sudah membaca 5 buku sejak aku install (sekitar 2 bulan).

6. PET. Setelah kami tidak memelihara ikan hias, pada musim panas memelihara (membesarkan) kumbang badak dari telur menjadi kepompong sampai menjadi kumbang dewasa. Akhirnya dilepaskan di hutan dekat tempat kami mendapatkan telur itu (awalnya sebanyak 50 butir).

7. SPORT. deMiyashita menonton pertandingan base ball pertama kali di Seibu Dome yang berakhir dengan kemenangan kelompok Seibu. Terkagum-kagum dengan besarnya dome, rapih dan bersihnya stasion serta kelakuan penonton yang sopan-sopan. Selain itu Riku dengan omnya pertama kali menonton pertandingan Rugby secara langsung. Tinggal menonton sepak bola yang belum. Oh ya Imelda juga sudah memulai sport baru, tapi laporannya nanti ya kalau sudah rutin hehehe (sekarang belum rutin soalnya).

8.  PARENTS. Gen dan aku tidak ada banyak perubahan dan kemajuan, melewatkan semua pekerjaan yang biasa. Tapi Gen dan aku sedang berlomba menghafal kata-kata bahasa Inggris dengan bermain scrabble, Gen di iPadnya dan aku di iPhoneku. Dua gadget buatan US yang belum lama kami miliki ini banyak membantu kami sekeluarga mengasah otak. iPadnya Gen tidak diinstal game yang tidak menunjang pelajaran, game hanya di iPhoneku karena Imelda itu orangnya bosenan, jadi aman tidak akan kecanduan.Tapi di kedua gadget ini kami instal kamus Inggris, dan kamus penulisan kanji. Sering anak-anak (dan aku) ingin mengecek penulisan kanji yang benar seperti apa sehingga kami melihat dari kamus ini. Selain itu dengan gadget ini kami bisa berhubungan dengan nenek dan kakeknya yang tinggal di Yokohama dengan gratis. Neneknya Riku sempat sakit tapi setelah diperiksa ternyata tidak ada yang serius. Kakeknya Riku masih terus melanjutkan kesenangannya untuk mendaki gunung meskipun sebetulan sudah khatam mendaki 100 gunung terkenal di Jepang. Katanya dia mau mengulang lagi hehehe.

Memang akhirnya setiap anggota deMiyashita mempunyai gadget (anak-anak punya nintendo DS), tapi kami tidak pernah “klutekan” dengan gadget dalam perjalanan doraibu melengkapi proyek 100Castle. Bagaimana bisa, jika kami selalu hunting foto dan pemandangan indah sepanjang perjalanan. Kami membawa gadget untuk melihat kondisi kemacetan jalan tol yang terdapat di website JARTIC dan mencari restoran dan penginapan dengan membuka website gurume (gourmet) dan sistem GPS yang tersedia. Gadget memang dapat “menceraiberaikan” keluarga tapi jika kita tahu pemakaian yang tepat justru dapat “mempersatukan” keluarga loh 😉  

Semoga aku masih bisa menulis “8 Besar dari Nerima edisi tahun 2014” lebih semarak lagi. Yang pasti aku juga akan menjadi lebih sibuk di tahun 2014, sehingga perlu waktu khusus untuk menulis di TE. Mungkin akan ada banyak cerita harian yang pendek-pendek di sini yang selama ini aku hindari dan aku tulis di blog lainku. Tapi tentu akan kuusahakan menulis terus, sesuai dengan janjiku dalam interview Donny kepadaku, yaitu aku ingin menulis blog sampai mati :D…. SEMOGA

 

http://imelda.coutrier.com/2010/12/31/8-besar-dari-nerima/

http://imelda.coutrier.com/2011/12/30/8-besar-dari-nerima-edisi-2011/

http://imelda.coutrier.com/2012/12/31/8-besar-dari-nerima-2012/

 

Menunggu Giliran

30 Des

Kemarin malam, aku membuka percakapan grup di BBM. Biasanya aku jarang ikut nimbrung mengobrol di grup, karena terlalu sibuk dengan macam-macam. Biasanya aku hanya “melirik” tulisan teman-teman, tapi kemarin malam aku tercenung membaca pemberitahuan bahwa seorang teman waktu SMP meninggal. Masih muda 🙁 menurut ukuran orang Jepang. Dan kenyataan ini membuatku (lebih) sadar, kapan saja kita bisa dipanggil Tuhan kembali. Kita sedang menunggu giliran.

alm. Handoko (koko), aku dan alm. Harry. Dulu aku paling tidak suka difoto jadi selalu bersembunyi 😀 Sehingga cukup sulit mencari foto-fotoku waktu SMP.

Foto di atas adalah foto waktu aku SMP. Aku membantu ke dua teman pria ini untuk mengatur lampu panggung. Gara-gara ini aku suka elektronik dan mempunyai keinginan untuk melanjutkan ke Fakultas Elektro, tapi akhirnya aku lebih memilih Sastra Jepang. Aku diapit Harry dan Handoko (Koko). Keduanya sudah almarhum sekarang. Harry juga meninggal karena sakit tahun 2011, dan Handoko meninggal kemarin malam, 29 Desember 2013. Dia akan dimakamkan besok di hari  penutup tahun 2013. Selamat jalan sahabat yang dulu sering kupanggil “Bayi Sehat” karena mukamu yang polos tapi berbadan besar. Nanti, kelak, entah kapan, kita reuni bersama di alam sana ya. Semoga Tuhan memberikan kedamaian dan ketenangan hati bagi keluarga yang ditinggalkan. Rest in Peace.

NB: ternyata hutang tulisan masih banyak yang belum tertulis, tapi pasti dan harus kutulis karena untuk pencatatanku juga. Menunggu giliran (dipublish) nih. Semoga bulan Januari bisa menulis lebih rajin lagi.

Sederhana itu ….

25 Des

Aku membaca tulisan seorang teman kristen yang kesannya “nyinyir” terhadap Natal. Soal pohon natal, santa claus, kebaktian natal, makan-makan enak, hadiah-hadiah mewah dsb. Memang semua itu datangnya dari kebudayaan Eropa dan tidak semuanya juga merupakan tanda-tanda kristiani. Tapi di jaman sekarang ini, mana bisa sih kebudayaan luar diblok supaya jangan masuk? Kebudayaan selain Indonesia dari Asia seperti China, Korea  dan Jepang, Aku sendiri tidak terlalu menyalahkannya karena memang terasa glamour natal itu lebih menyibukkan kita, umat kristiani dibanding persiapan hati kita untuk menyambut kelahiran “Sang Raja Damai”. Tapi aku juga tidak menyalahkan orang-orang (termasuk aku) yang mengadaptasi budaya luar untuk merayakan hari besar agama, untuk lebih merasakan 味わう ajiwau suasana yang sedikit berbeda dengan waktu lainnya. Sedikitnya dengan melihat pohon Natal, hiasan natal kita diingatkan bahwa sebentar lagi akan datang hari istimewa loh. Tanpa itu bisa jadi “lupa waktu”, jadi fungsinya sebagai pengingat saja. Lagipula jika hiasan itu bisa membuat manusia lebih gembira (kalau musim dingin itu bawaannya sedih loh) apa salahnya kan ? Manusiawi kan?

Kemarin Riku pulang pukul 4 kurang dari sekolah. Lalu kami langsung pergi ke Kichijouji karena Riku perlu berkumpul dengan teman-teman Sekolah Minggunya untuk latihan lagu. Akupun perlu datang lebih pagi dari jadwal misa yang pukul 6 sore, kalau-kalau tenagaku dibutuhkan untuk petugas gereja. Jadi jam 5 lebih sedikit aku dan Kai sudah duduk manis di bangku deretan terdepan di gereja. Masih ada satu jam, tapi aku masih beruntung karena jika di Jakarta kami perlu datang 2-3 jam sebelum misa dimulai supaya bisa dapat tempat duduk. Gerejaku di Jakarta memang penuh!

Misa diperuntukkan untuk anak-anak, dan memang cukup banyak anak-anak Sekolah Minggu yang datang tapi 80% dari umat yang datang bukan anak-anak. Keluarga atau kebanyakan lansia. Umat membludak sampai ke luar. Lain dari hari Minggu? Tentu karena misa minggu biasanya ada 6 kali ini dipadatkan menjadi 3 kali. Memang khusus di hari Natal ada yang namanya umat musiman yang hanya datang dalam misa natal saja. Misa dipimpin oleh Romo Ardy yang orang Indonesia, didampingi romo dari India dan romo dari China, misa konselebrasi, tapi jalannya misa tentu dengan bahasa Jepang. Internasional sekali!

Oh ya, aku lupa…lupa sekali bahwa aku sebetulnya TIDAK BOLEH memakai maskara waktu misa Natal 😀 seperti yang kutulis beberapa waktu yang lalu. Tapi ternyata aman! Aku hanya terharu sambil mengerjapkan mata, tapi tidak sampai menangis dalam misa. Kenapa? ya karena aku menikmati misa sepenuh hati dengan hati riang. Kadang aku geli mendengar Kai yang ikut bergumam menyanyikan lagu-lagu natal, tapi dengan suara seriosa. Tahu kan? Suara yang dilengkok lengkokin gitu… gemes deh! Selain itu di awal misa aku melihat anak sulungku ikut dalam prosesi membawa lilin ke altar. Kai pun sama sekali tidak bosan atau mengantuk selama misa seperti yang aku khawatirkan karena sebelum misa dia sudah hampir tertidur karena mengantuk. Lagu-lagu yang dinyanyikan, meskipun tidak semeriah gereja di Indonesia, cukup menghibur dan aku kenali sebagai lagu-lagu internasional tapi berbahasa Jepang. Lalu setelah misa diumumkan bahwa di luar gereja dibagikan biskuit untuk anak-anak serta hot wine untuk yang dewasa. Gratis. Wah! Jadilah aku meneguk segelas kecil hot wine yang bisa menghangatkan badan di udara yang dingin saat selesai misa pukul 19:30 malam.

Kue yang kubuat baru jadi sore ini, sesudah menulis postingan ini. Ingin membuat bentuk snowman yang bulat… tapi susah ya hehehe

Waktu aku menyalakan HPku (yang kumatikan selama misa), aku mendapat pesan dari Gen yang sedang dalam perjalanan pulang dari kantor. Dia tanya apa dia perlu membeli kue natal. Eh ternyata tak lama dia sudah sampai di rumah duluan dari kami. Jam 9 malam kami belum makan malam, dan dengan menu sederhana kami makan bersama. Untung sebelum berangkat ke misa aku sudah menyuruh anak-anak makan dulu sehingga tidak masuk angin. Tahun ini aku tidak mempersiapkan makanan macam-macam. Benar-benar hanya ayam panggang dan nasi pakai kecap manis pedas! Sederhana sekali natalku kali ini, tapi aku bahagia karena bisa mengikuti misa malam natal bersama anak-anak. Selama ini sulit membawa anak-anak ke misa dalam dinginnya malam karena mereka masih kecil dan Gen bekerja. Sekarang sudah bisa diajak, bahkan bisa ikut berpartisipasi dengan aktif.

Oh ya ada satu hal lagi yang membuat hatiku hangat kemarin. Setiap murid Sekolah Minggu dibagikan kotak sumbangan Caritas yang dipakai untuk pengembangan gereja dan atau mereka yang membutuhkan. Karena Riku selalu lupa aku yang membuat kotak itu (dibagikan masih dalam bentuk kertas) dan Kai bertanya kotak itu untuk apa? Setelah mendengar penjelasanku, dia langsung mengambil uang tabungannya 100 yen dan 10 yen dan memasukkan ke dalam kotak tanpa aku minta.
“Kai, kamu mau kasih uang kamu ini?”
“Iya dong… kan untuk gereja!”
Ahhh sekali lagi aku belajar dari ketulusan anak-anak. Bukan jumlahnya yang penting, tapi dari hatinya yang lebih penting.

Semoga hati yang penuh DAMAI dan SUKACITA NATAL ini bisa kubawa terus menghadapi tahun baru yang akan datang. Selamat Natal untuk teman-teman yang merayakan dan selamat berlibur untuk teman-teman di Indonesia. Kami masih bekerja sampai tanggal 30-31 dan akan libur selama 3 hari tanggal 1-2-3 Januari.

Kai dengan kado natalnya, Gaimu Belt, untuk berubah menjadi Kamen Rider Gaimu. Senangnya dia mendapatkan hadiah yang diimpikan sejak lama

Hadiah Natal

24 Des

Kemarin setelah kembali dari perjalanan 2 hari,  aku tercenung dengan kalimat ini yang dipasang di status temanku:

 

Memang rasanya semakin tua semakin tidak lagi mempunyai keinginan materi sebagai hadiah pada hari Natal, tapi tentu tidak demikian halnya bagi anak-anak. Mereka tidak sabar menghitung hari untuk dapat menerima hadiah natal, dari Santa Claus? Hehehe anak-anakku tidak percaya Santa Claus lagi, mereka tahu bahwa itu sebetulnya hadiah dari orang tua. Jadi mereka cukup mengatakan keinginan mereka padaku 🙂
Huh kawaikunai ne…. (ngga lucu!)

Kalau Kai memang dia masih 6 tahun, dia masih ingin mempunyai mainan, tapi Riku (10th) semakin lama semakin besar sehingga tahu harga, dan tidak mau lagi dibelikan mainan. Salahnya aku selalu membelikan buku setiap dia mau, sehingga dia tidak mau memakai “christmas wish”nya untuk buku (toh pasti dibelikan hehehe). Dan, tahun ini dia ingin sekali mempunyai camera sendiri! Akankah aku membelikannya?

NO! BIG NO! Bukan masalah uangnya. Aku tahu kalau aku tidak berpikir panjang, aku pasti akan membelikan begitu saja. Untung aku masih punya suami yang selalu “memarahi”ku kalau aku memanjakan anak-anak 😀 Dan untung saja Riku juga tahu diri, tidak meminta camera untuk hadiah natal 😀 Sudah sejak September lalu dia menabung untuk membeli camera sendiri. Kata Gen, “Pasti dia akan bisa merasakan camera hasil jerih payahnya itu  sebagai harta pertama yang dia punya.” Dan dia menabung dari hasil “baby sitting” adiknya selama aku pergi mengajar kira-kira 5 jam tidak di rumah setiap Selasa malam. Jadi kalau dulu aku membawa anak-anak ikut aku ke tempat mengajar dengan mobil, sekarang aku bisa membiarkan mereka berdua di rumah, dengan tanggung jawab Riku. Tabungannya masih kurang seperlima dari harga camera yang dia mau, jadi dia tidak keburu beli untuk natal/tahun baru ini.

Eh tapi aku tahu dia mengambil uang tabungannya itu kira-kira 1000 yen untuk membeli hadiah natal untuk aku, papanya dan adiknya! Jadi hari Sabtu kemarin itu dia minta ijin untuk pergi ke toko di stasiun, “Ma aku mau cari kado natal dulu ya…” Dan aku biarkan dia pergi sendiri, begitu pukul 10 pagi waktu toko-toko buka. Dengan bangganya dia pulang dan mengatakan padaku, “Ma, aku sudah beli loh…. Yang termahal untuk Kai, kedua papa dan ketiga mama… maaf ya untuk mama yang murah” hehehehe anakku ini tidak sabaran deh, dan tidak bisa pegang rahasia 😀 (persis opanya :D)

“Ma, kapan sih kita dapat hadiah natalnya?”
“Tanggal 24 malam sesudah misa. Kalau tidak misa tidak boleh dapat hadiah natal!”
“Aduh masih lama…. hmmm tapi aku mau kasih hadiah mama sekarang, supaya mama pakai ke misa”
“Haduh namanya kan bukan hadiah natal lagi tuh…”
“Ngga papa deh ma…. aku mau mama pakai…”
Aku sudah tahu sih dia beli apa untukku, pasti anting-anting, karena dia tahu aku paling suka anting-anting yang lucu dan murah-murah.

Jadi? Aku terima dan buka hadiahnya. Benar saja anting-anting… tapi yang lucu itu percakapan antara Riku dan Kai waktu aku buka hadiah itu…
“Ehhh Riku udah beli untuk mama ya?”
“Iya ,…. untuk kamu juga ada kok….”
“Berapa kado mama? Aku juga mau beli ah pakai uang aku…..”
“385 yen ….”
Ooooiiiiiii mama kan ada di situ dan bisa dengar harganya! Dasar anak-anak hehehehe. Aku geli aja dengar percakapan mereka dan pura-pura tidak dengar.

Tidak bisa menahan untuk tidak memberitahukan rahasia isi kado, itu benar-benar seperti anak-anak ya 😀 Aku tahu aku dulu juga begitu, dan rasanya susaaaaaah sekali menahan diri untuk tidak mengatakannya. Well, Riku harus mulai belajar nih 😀 Soalnya dia langsung laporan (sambil berbisik) padaku “Ma… aku beli sarung tangan untuk papa dan mainan untuk Kai” hehehehehhehehe

Aku terharu karena dia masih mau memakai sedikit dari uang tabungannya untuk orang lain. Ini lebih penting dari isi hadiahnya sendiri. Memikirkan orang lain, dan menggunakan sesuatu yang sebetulnya bisa dipakai untuk diri sendiri untuk orang lain. Well done Riku, tapi lain kali tahan diri yaaaaaa 😀

Ok, kalau di atas aku cerita tentang Riku, sekarang aku akan cerita tentang Kai.

Jadi waktu Kai tahu Riku mengeluarkan uang 385 yen untuk mamanya, dia langsung menulis-nulis di kertas. Akhir-akhir ini memang dia suka menulis. Tahu-tahu dia datang ke aku membawa potongan kertas bertuliskan “Karcis Pijat”. Jadi setiap kali aku mau pijat, bisa memberikan “karcis” ini kepada dia untuk minta dipijat. Dan tambahannya, “Ini berlaku banyak kali loh mah, tidak ada batasnya”…. Ahhh so sweet! Tapi karena dia berikan karcis itu hari Sabtu, aku bilang padanya untuk memasukkan ke amplop lalu taruh di bawah pohon natal, sebagai hadiah natal saja. Dan dia tarik kembali kartu itu.

Tapi bagiku, hadiah natal dari Kai adalah peristiwa kemarin…. yang membuat aku benar-benar menangis.

Jadi ceritanya dia suka menulis Kanji, dan kalau kanjinya bagus dia menulis angka 100 sendiri. Aneh memang anak TK ini, belum belajar hiragana sudah mau “lompat” dengan belajar kanji, yang susah-susah lagi. Katanya semakin susah dia semakin senang. Aneh! (katanya sih Gen dulu juga begitu… like father like son!). Kertas-kertas kanji yang rumit-rumit itu dia masukkan ke dalam satu clear file. Dan…. kemarin dia mencari clear file itu dan tidak ketemu!

Lalu kulihat dia mulai menulis lagi. Kali ini dengan hiragana semua! Kalimat yang panjang-panjang. Lalu dia panggil aku ke kamar dan menyuruh membaca tulisan dia. Isinya

“Kai sedih sekali….. Benar-benar sedih. Kertas tulisan kanji kai yang dapat 100 tidak ada. Kai susah membuatnya, tapi tidak ada. Kai sediiiiih sekali. Tapi mama rahasiakan hal ini ya.”

Aku jadi ikut terharu, rupanya dia memang benar-benar sedih. Jadi aku peluk dia dan berkata, “Nanti mama carikan ya… pasti ada kok. Tapi sekarang mama sedang masak. Kalau perlu sampai besok mama cari terus.”

“Terima  kasih ma….” dan aku tinggalkan dia. Dia mulai menulis-nulis lagi. Lalu dia datang lagi…

“Ma, baca ini…”

Ada lanjutan tulisan sesudah kalimat tadi. “Aku sayang mama. Benar-benar sayang mama. Terima kasih sudah memasak dan mengerjakan macam-macam untuk Kai ya. Aku sayang mama. Sayang sekali”

Siapa yang tidak menangis membaca ini sih? Aku langsung tersedu dan memeluk dia….

“Mama juga sayaaaaang sekali sama Kai. Maafkan mama selalu marah-marah ya. Tapi Kai adalah harta mama. Mama sayang sekali sama Kai. Mama rasanya mau Kai yang jadi kado natal untuk mama, dibungkus dan ditaruh di bawah pohon. Terima kasih sayang”

Ahhh aku senang sekali saat itu. Aku memang suka memarahi Kai yang sering mau tahu, sering tanya pada saat-saat aku sibuk. Tapi setiap aku marahi dan bilang tunggu sebentar (dia selalu mau dijawab saat itu juga), dia pasti bilang “Maaf”… ahhhh anakku yang bungsu ini memang pintar dan demanding! 😀

Lalu Kai bilang, “Oh surat ini saja aku taruh di bawah pohon natal ya, jadi hadiah natal untuk mama”
“Iya dong…. nanti taruh di bawah pohon ya. Terima kasih Kai… eh tapi mama musti masak nanti gosong!”
“Oh iya… cepat sana masak dulu” Dan dia sibuk menggulung kertas dan memasang selotip pada kertas yang bagiku sangat berharga itu.

Who needs christmas presents? Aku mempunyai dua harta karun yang begitu berharga bagiku. Aku mempunyai keluarga yang saling mencintai. Aku masih mempunyai tempat tinggal meskipun sewa, yang hangat sebagai tempat berlindung dari dingin. Aku mempunyai teman-teman yang begitu perhatian, yang dari jauh-jauh mengirimkan makanan Indonesia untuk mengobati kerinduan akan tanah air. Memberikan semangat dan menemani dalam kesepian. Terima kasih untuk Arman dan Zay Zopa yang telah mengirim kartu Natal yang bagus. Tapi terutama lagi aku mempunyai DIA yang selalu melindungiku dan memberikan apa yang kuperlukan.

Selamat mempersiapkan malam Natal (kami umat Katolik baru mengatakan “Selamat Natal” setelah mengikuti misa malam Natal) dan menikmati berkat sukacitaNya.

pohon natal mini di rumah kelinciku 😀

Junk Food

20 Des

Rasanya sudah lama tidak menulis di sini ya, sampai tadi pagi waktu teman blog mengatakan “Maaf saya Hiatus dulu sampai tahun depan”, aku menulis: “Saya malah sedang”….. Padahal waktu melihat tulisan terakhirku BARU empat hari yang lalu. Rasanya kok sudah lamaaaaa sekali 😀

Akhirnya kerjaanku mengajar untuk tahun ini selesai tadi siang. Karena takut bulan Januari turun salju, jadi aku membuat ujian hari ini saja. Padahal masih ada sisa 2 kali kuliah di bulan Januari. Tapi ya itu, karena tanggal 14 Januari tahun lalu pas turun badai salju, aku takut nanti malah tidak bisa mengadakan ujian. Anak-anak sendiri SD dan TK nya baru libur tanggal 26 Desember, dengan hari terakhir belajar tgl 25 Desember.

Mulai Rabu kemarin memang di Tokyo tiba-tiba menjadi dingin sekali. Dengan perkiraan akan turun salju, ternyata belum cukup dingin sehingga baru hujan yang dingin saja. Setelah mengantar Riku mengikuti try out bimbel, aku pulang dengan badan tidak enak. Pilek dan masuk angin. Melihat mamanya sakit, Kai menawarkan untuk memijat mamanya, dambil berkata, “Mama jangan sakit ya…”

Untung tidak demam sehingga masih bisa aku paksakan mengajar. Nah, biasanya Jumat siang itu aku makan ramen yang panas di kantin kampus. Tapi tadi itu karena ujian, aku tidak sempat makan ramen di kantin dan membeli ayam goreng dari MOS Burger. Biasanya aku memang sudah berada di kelas pada waktu istirahat siang, sambil ngobrol dengan murid-murid kelompok “daag” (4 mahasiswa yang selalu mengatakan daag waktu pulang :D). Tapi hari ini cuma satu orang yang hadir dan makan di kelas. Dia makan cup noodle! Junk food deh.

Memang di sini banyak mahasiswa makan cup noodle. Tentu karena satu cup noodle itu hanya sekitar 100 yen, padahal makan siang di kantin biasanya 380 yen. Kalau uang saku menipis tentu bisa berhemat dengan makan cup noodle saja. Bener deh, waktu aku melihat dia makan cup noodle itu aku jadi ingin juga. Di luar udara dingin sehingga cocok makan yang panas-panas.

Tapi ada satu hal yang membuatku teringat. Mahasiswa ini biasanya membeli cup noodle di waserba (warung serba ada a.k.a convinience store) di sekat kampus. Kata si mahasiswa ku, kalau di dekat kampus, mahasiswa membeli cup noodle itu, setelah membayar, bisa langsung buka di situ dan memasukkan air panas yang sudah tersedia. (Selain air panas, juga disediakan microwave untuk mereka yang mau memanaskan bekal makanan yang dibeli di toko itu). Kalau di waserba bukan daerah kampus, biasanya malah ditanyakan oleh petugasnya, apa mau diisikan air panas. Service! O MO TE NA SHI!…. ah memang pelayanan di Jepang itu hebat deh.

Ngomong-ngomong soal service, aku pernah mengalami di MacD sini, aku membeli paket dengan minuman cola. Nah karena tempat makannya di lantai atas, aku harus membawa nampannya di lantai atas. Waktu itu Kai masih kecil sekali, dan aku kehilangan keseimbangan dan menumpahkan minumanku. Salahku loh, tapi oleh petugas langsung dibantu membersihkan dan diberikan satu minuman ganti yang sama! Aku terharu sekali waktu itu. Apalagi waktu duduk di atas, di setiap meja ada colokan listriknya.

Baru kemarin dulu Riku mengatakan, “Ma, aku ngga mau makan junk food seperti Mac D lagi deh. Kok aku jadi eneg ya…” Lalu aku beritahu dia bahwa aku memang tidak begitu suka hamburger di sana. Sesekali dalam hitungan 2 bulan sekali boleh deh, tapi sedapat mungkin aku tidak mau. Berminyaknya itu loh….

Kapan kamu terakhir makan junk food? Kalau hitungannya hamburger, terakhir kami makan ya hari Rabu itu sesudah Riku selesai bimbel karena aku tidak sempat masak. Tapi sebelum Rabu ya sudah sebulan lebih kami tidak beli loh. Tapi kalau potato chips, kacang, pop corn dihitung sebagai junk food juga, berarti  baru saja hehehe. Soalnya papanya anak-anak ada acara makan malam di kantornya sehingga kami bertiga makan snack saja…. kalau lapar nanti malam baru aku masak nabeyaki udon deh. Sekali-sekali boleh kan? 😀

Pemuda Harapan

16 Des

Hari Minggu kemarin aku bertemu banyak pemuda harapan! Pemuda yang aku yakin menjadi harapan masa depan. Setidaknya untukku, untuk gereja, dan tentunya jika bisa untuk negara.

Mulai ceritanya dari hari Sabtu ya…. Sabtu itu aku harus pergi mengikuti meeting di universitas, sehingga aku pulang sampai di stasiun Kichijouji sudah jam 8 malam. Tapi aku cepat-cepat pulang, karena selama perjalanan aku menelepon dan berhubungan lewat email dengan Gen dan Riku, katanya Riku mau makan yakiniku. Doooh padahal aku sudah kenyang karena di meeting itu disediakan makan malam (dan bir hehehe). Tapi karena Riku ingin pergi makan DENGANKU (denganku itu yang perlu digarisbawahi hehehe, dan tentu saja aku senang!) aku naik bus ke rumah. Sampai di rumah pukul 8:30 dan cepat-cepat ke resto yakiniku dekat rumah.

TAPI dalam mobil, Riku menyalahkan aku bahwa aku TIDAK memberitahukannya bahwa dia harus menjadi misdinar (pembantu pastor) dalam misa pagi, esok harinya. Aku memang sudah diberitahu guru sekolah minggunya dari minggu lalu, tapi kupikir kalau aku beritahu Riku, dia akan malas, dan mendadak tidak mau ke gereja. Ternyata aku salah! Seharusnya aku lebih memercayai anakku sendiri dan memberitahukannya. Karena Riku mengatakan, “Kalau mama kasih tahu sebelumnya, kan aku ada waktu untuk latihan dan mempersiapkan diri!”. Ah, dewasanya anakku…. dia mau mempersiapkan diri sehingga tugasnya bisa dia jalankan dengan SEMPURNA. Dia takut jika tanpa persiapan dia akan melakukan kesalahan. BETUL sekali! dan aku akan bertanggung jawab jika sampai dia melakukan kesalahan karena tidak latihan. Meskipun memang gurunya bilang latihan 15 menit sebelum misa saja cukup kok…. tapi persiapan hati itu perlu. Jiwa seorang ibu ingin melindungi anaknya dari kekhawatiran yang terlalu lama, sehingga cukup “panik” selama 15 menit saja daripada berhari-hari…. dan itu tidaklah selalu baik. Baik menurut orang tua, belum tentu baik menurut anak. Begitu pula sebaliknya. Dan Sabtu malam itu Riku menangis kesal sebelum makan dan aku sibuk memberi dia semangat dan mengajarkan urutan misa serta menenangkan dia. Sambil makan malam kami berdua memperbaiki kesalahan dan akhirnya bisa makan malam dengan nikmat (padahal aku tadinya sudah kenyang, eh ikut makan juga hehehe).

Dengan kembalinya percaya diri Riku, kami sekeluarga pergi ke misa pagi pukul 9, dan sampai di gereja pukul 8:40. Aku, Kai dan Gen duduk di bangku baris ke empat dan melihat Riku berlatih. Tentu saja aku berdoa terus supaya Riku jangan tersandung jubah misdinarnya, jangan jatuh, jangan gugup, jangan menjatuhkan barang, jangan tertidur, jangan jangan jangan yang lain-lain yang selalu menjadi kekhawatiran seorang pemula. Ah, ternyata mamanya yang lebih khawatir daripada Riku sendiri, karena dia dengan mantapnya bisa menjalankan semua tugasnya dalam misa, tanpa ada kesalahan. Memang ada sedikit keraguan, tapi semua pemula pasti melakukan itu kan? Dan aku bangga karena anakku sudah mulai ikut aktif dalam kegiatan gereja!

Latihan dengan “leader” sebelum misa

Setelah misa, di gedung gereja diadakan acara Natal bersama dan ini merupakan acara sekolah minggu yang terakhir. Karena biasanya akhir tahun banyak keluarga yang mudik, maka misa natal juga tidak diwajibkan. Memang tahun lalu, aku juga mudik ke Jakarta, tapi tahun ini kami akan mengikuti misa malam natal bersama. Ini merupakan pengalaman pertama aku misa Malam Natal di gereja dalam bahasa Jepang, karena tahun-tahun sebelumnya aku memilih misa pagi hari, waktu anak-anak sedang sekolah (sekolah dan kantor di Jepang tentu TIDAK libur pada tanggal 25 Desember. Hari Natal BUKAN hari libur di Jepang).

Acara Natal bersama Sekolah Minggu ini menampilkan dua sandiwara oleh anak-anak sekolah Minggu. Riku masuk kelompok B yang memainkan drama Christmas Carol nya Dickens yang menampilkan cerita Paman Scrouge. Riku berperan sebagai seorang “Gentleman” yang meminta sumbangan kepada Scrouge dan ditolak. Aktingnya cukup bagus hehehe.

Riku ikut bermain sandiwara. Kanan bawah acara dari leadernya

Tapi dari acara Natal ini, aku patut mengacungkan jempol kepada “leader” sebutan kami terhadap kakak-kakak pengasuh sekolah Minggu. Kebanyakan pemuda SMA dan Universitas, dengan perbandingan 2:1 lebih banyak lelakinya. Mereka menampilkan sandiwara? operet? entah apa namanya dengan mengadaptasi tokoh hero anime. Gaya mereka boleh juga, dan membuat kami tertawa terus. Kok bisa mereka ad lip, secara spontan melakukan sandiwara itu. Memang ceritanya hampir sama dengan tahun lalu, tapi isi pembicaraannya lain sekali. Dan sebagai penutup tokoh utamanya mengatakan bahwa cerita ini yang sudah berlangsung 4 tahun, akan selesai tahun ini, karena si tokoh harus mengikuti ujian masuk universitas!

Di masa sekarang banyak pemuda Jepang yang tidak mengutamakan belajar dan kehidupan rohaninya, aku lega karena masih ada pemuda-pemuda andalan seperti mereka. 安心しています Anshin shiteimasu. Mereka tentu akan menjadi bertambah sibuk dengan kegiatan universitasnya, apalagi kalau kelak sudah lulus dan menjadi pegawai. Senang rasanya menitipkan anak-anak kami kepada mereka (Kai akan masuk sekolah Minggu bulan April tahun depan), karena kami tahu kami menitipkan pada kakak-kakak yang baik dan juga bertanggung jawab pada pelajaran di sekolah. Merekalah pemuda-pemuda harapan kami, dan semoga Riku dan Kai juga bisa menjadi pengganti mereka kelak. Itu harapanku sebagai orang tua.

Acara sekolah minggu ditutup dengan pembagian hadiah oleh “Santa Claus”… hadiahnya memang cuma buku tulis dan snack sih. Tapi itu sudah cukup sih menurutku.

Tak terasa sudah tinggal 10 hari lagi menjelang Natal ya… di rumah kelinci deMiyashita belum ada pohon Natal nih… siapa mau bantu beresin rumah dan pasangin pohon Natal? hehehe Soalnya di Jepang menjelang akhir tahun juga harus 大掃除 Oosoji (pembersihan besar-besaran) sih….

 

Keep it as a promise

14 Des

Sabtu 14 Desember, meskipun akhir pekan, aku harus pergi meeting antar dosen di universitas S tempatku bekerja. Tempat meetingnya bukan di kampus yang biasa aku pergi setiap Jumat, tapi di kampus dalam kota Tokyo yang terletak di daerah Kanda. Kepala urusan bahasa asing selain bahasa Inggris meminta maaf karena dosen-dosen mau datang dari tempat jauh, di hari libur dan di akhir tahun yang terkenal sebagai bulan sibuk, shiwasu. Apalagi di luar cuaca cerah sehingga membuat perasaan “bersalah” itu lebih besar karena merebut waktu libur yang sebetulnya mungkin bisa dipakai untuk jalan-jalan bersama keluarga.

Tapi hari ini deMiyashita juga tidak bisa pergi ke mana-mana, karena Riku ada sekolah sampai jam 12 (sebulan sekali mereka masuk hari Sabtu), dan mulai jam 1:30 dia juga harus mengikuti Sekolah Minggu untuk penerimaan sakramen pengampunan dosa dan latihan drama Natal. Besok adalah hari terakhir untuk Sekolah Minggu di tahun 2013, untuk libur sampai awal Januari. Besok juga akan diadakan perayaan Natal bersama, dan Riku harus bermain drama dengan teman-temannya. Jadi Riku dan Imelda sibuk dengan acara sendiri, sedangkan papa Gen dan Kai di rumah dan bagian antar jemput.

Pertemuan dosen kali ini memang perlu sekali aku hadiri karena universitas akan mengganti kurikulum pengajaran bahasa. Dan senangnya aku bisa bertemu dengan dua dosen bahasa Indonesia yang lain, yang belum pernah bertatap muka karena mereka mengajar di hari yang lain (Senin). Kesempatan juga untuk membuat jaringan komunikasi di antara kami.

Setelah pembicaraan yang cukup padat, kami kemudian berkumpul di lantai basement, di kantin universitas untuk mengadakan ramah tamah. Seperti biasanya pertemuan orang Jepang, kami mengelilingi meja yang sudah disediakan bir dan juice kemudian begitu ada tanda untuk menyiapkan minuman, kami membuka bir/juice untuk menuangkannya ke gelas orang lain. Di sini tidak ada yang menuang sendiri (dan “peraturan” seperti ini berlaku untuk acara minum-minum yang lain) begitu melihat gelas seseorang (biasanya atasan) kosong, kita wajib menuangkan minuman baru (bir) ke gelasnya. Setelah masing-masing memegang gelas berisi bir, pemimpin acara akan mengajak berkampai (toast).

Sambil minum, makan kami bercakap-cakap dengan teman-teman sesama dosen, baik yang mengajar bahasa Indonesia atau bahasa lainnya. Terus terang aku kehilangan kehadiran seorang teman dosen bahasa Spanyol, Sarah, yang tidak bisa datang hari ini. Tapi…. aku mendapat teman baru! Yeay….

Ya, waktu itu aku sudah bersiap akan pulang, tiba-tiba ada seorang dosen wanita “bule” dosen bahasa Perancis mendatangiku dan berkata, “Kamu bukan orang Jepang kan?” Hehehe, tentu saja bukan. Dia pikir aku mengajar bahasa Spanyol karena katanya mukaku seperti orang Spanyol. Begitu dia tahu aku mengajar bahasa Indonesia, dia senang, dan memberitahukan bahwa dia tinggal dekat Sekolah Indonesia Meguro! Wah, itu kan wilayahku juga hehehe.

Dia merasa senang universitas ini mengajarkan bahasa Indonesia karena dia pikir memang bahasa Indonesia memang perlu dipelajari, meskipun bahasa Indonesia sendiri tidak termasuk bahasa major di dunia. Lalu dia tanya, bahasa Indonesia susah tidak? Aku katakan tidak susah, karena tidak perlu tulisan khusus seperti Arab atau Thailand. Lagipula pelafalannya mendekati bahasa Jerman. Lalu dia bilang, “Ya saya mengajar bahasa Perancis, tapi sebenarnya saya berasal dari Belgia, dan di Belgia juga memakai bahasa Belanda. Ibu saya bicara bahasa Belanda”. Jadilah kami berbicara bahasa Belanda (dia yang bicara sih, aku cuma menimpali sedikit-sedikit hehehe), padahal awalnya kami memakai bahasa Inggris :D.

Satu lagi persamaan kami berdua adalah kami menikah dengan orang Jepang dan beragama katolik. Masih banyak yang mau kami bicarakan, tapi acara ramah-tamah sudah harus disudahi. Aku menanyakan apakah dia tahu restoran Cabe di jalan Meguro, dan ternyata dia tidak tahu. Karena itu dia berkata, “Imelda, Keep it as a promise. We will meet again at the Indonesian Restaurant. I wont go there without you. Give me your email address, and we’ll set  the date around January!”

Dan sambil berjalan ke arah stasiun dia bercerita bahwa dia baru saja membeli CD lagu anak-anak berbahasa Belanda.
“Tot Ziens Imelda”….
“Tot Ziens Suzanne….”
“Wait, how you said Tot Ziens in Indonesian?”
“Sampai jumpa….”
“Oh I should learn Indonesian”
“No need, lets speak in Dutch and bring back our memories of our mother…..”

Dan ya, bertemu dengannya membuatku ingat pada alm. mama dan alm. Oma Poel.
Suzanne sepintas mirip oma Poel!

(Tadinya aku mau pasang fotonya di sini. Tapi meskipun aku sudah minta ijinnya, aku urungkan. Biar ceritanya saja yang kubagi ya…. pertemuan hari ini menghasilkan seorang teman lagi!suteki )

Kuromon (Gerbang Hitam) simbol universitas ini. Di depan sini aku berpisah dengan Suzanne…. Tot ziens!

Sembuh Alergi Durian

13 Des

Aku dulu suka durian. Tapi juga tidak terlalu fanatik sih. Kalau ada aku makan. Tapi suatu kali di Jepang aku makan durian yang mungkin belum matang, atau tidak matang pohon dan berakibat fatal. Mulut dan tenggorokanku gatal, menyiksa. Gatalnya mirip dengan kalau aku makan rambutan. Memang sejak usia 12-an tahun aku menjadi alergi rambutan, mungkin karena terlalu banyak makan. Maklum di rumahku waktu itu ada 3 batang pohon rambutan. Dan ternyata setelah rambutan, daftar alergi bertambah dengan durian dan manggis.

Dulu aku suka heran kenapa oma Poel, yang tidak suka durian itu, selalu menghindar kalau ada durian di meja makan. Dia benci baunya, katanya. Dan setelah aku menjadi alergi durian, aku bisa merasakan bencinya menghirup udara berbau durian. Sering adik iparku menggodaku dan mengajak aku makan durian lagi. Tapi kalau mengingat gatalnya tenggorokanku, lebih baik aku tidak makan deh. Nah, ternyata lebaran yang lalu, aku berhasil tidak alergi lagi, alias sembuh. Berkat Lebaran deh.

Ini memang cerita usang, karena menceritakan perjalanan mudik Lebaranku yang lalu. Tapi karena banyak yang belum diceritakan, aku mau melunasi hutang tulisan sebelum tahun berganti (huh padahal masih ada cerita mudik 2012 yang belum tertulis juga loh :D)

Mudik tahun 2013 ini memang tidak banyak acara. Tapi dengan demikian aku banyak melewatkan waktu bersama papa, keluarga dan …Ria dan Lia yang kerap datang mampir ke rumah. Nah waktu lebaran sebetulnya aku dan Ria merencanakan mendatangi teman-teman blogger secara mendadak, tapi tidak bisa dong lebaran pertama dan kedua karena Ria juga merayakan dengan keluarganya. Lagipula waktu aku menanyakan rencana Yessy, dia memohon agar aku jangan mendatangi dia karena dia sedang renovasi rumah. Jadi siapa lagi yang bisa kami datangi?

Pilihan jatuh ke Mas Nug! Dan waktu aku BB Mas Nug, beliau senang sekali bahkan mengatakan akan menyiapkan makanan lebaran lengkap! 😀 Dia tahu yang mau datang memang “gede” badannya 😀 Jadilah kami ke rumah Mas Nug hari Sabtunya berempat, aku, Ria, Riku dan Kai. Senangnya bisa bersilaturahmi dengan santai dengan Mas Nug dan Mbak Cindy dan tentu sambil berpotret bersama, dan tidak lupa  bersama makanan 😀

tiga blogger bersilaturahmi

Yang mengherankan Riku bisa makan rendang tanpa nasi 😀 sedangkan Kai sibuk bermain dan minum sprite terus! Mumpung ibunya tidak bisa larang tuh. Dan tentu saja mereka berdua pakai acara berkelahi juga. Susah memang membawa anak-anak ke rumah orang lain. Untung saja Mas Nug tidak marah (arigatou ne Mas) bahkan anak-anak Mas Nug bersedia menemani Riku dan Kai bermain.

Makanan yang disodorkan bermacam-macam, dan terakhir kami disuguhkan pancake durian! Yang konon dibuat oleh seorang dokter berasal dari Medan sehingga dijamin enak. Tentu aku tidak berani makan mengingat aku alergi. TAPI si Ria yang sudah makan satu mengatakan bahwa pancake durian itu ENAK sekali! dan rugi jika aku tidak mencobanya. Berhubung Mbak Cindy seorang dokter, beliau juga menyiapkan obat anti alergi, jika aku gatal dan kesakitan bisa langsung minum obat.

mau makan aja heboh dulu, atur pose 😀 Nah yang aku sesalkan aku tidak ambil foto pancake duriannya 😀

OK, akhirnya aku mau mencoba makan pancake itu, dan ternyata TIDAK gatal sama sekali! Memang kue itu enaaaaak sekali, begitu lembut, tidak terlalu manis, dan tidak terasa campuran obat-obat. Eksklusif deh pokoknya. Sampai aku ingin pesan dan beli juga jadinya 😀 Dan tentu saja aku senang sekali mengetahui aku sudah bisa makan durian lagi, meskipun sepertinya aku perlu “pencicip” dulu yang menyatakan durian itu cukup bermutu atau tidak untuk aku makan. Semakin tua semakin pemilih sih…..

Padahal kalau googling, konon alergi tidak bisa sembuh, hanya bisa berkurang loh. Kamu pernah sembuh dari alergi sesuatu?

 

Kanji of the Year : 2013

12 Des

Setiap tahun tanggal 12 Desember (hari Kanji) akan dipilih satu kanji yang mewakili satu tahun itu. Tahun lalu (2012) terpilih  金 kin/kane  yang bisa berarti emas, bisa berarti uang. Nah tahun ini bagaimana?

Ternyata yang terpilih adalah 輪 (wa) yang berarti lingkaran mendapatkan 9.518 suara dari 170.290 suara dari seluruh Jepang. Selain 輪, yang menduduki ranking ke dua dan ke tiga adalah 楽 (raku/tanoshii = menyenangkan) dan 倍 (bai = berlipat ganda).

Kalau dikaji mengapa kanji 輪 (lingkaran) ini yang terpilih sebagai Kanji 2013, bisa diberikan alasan bahwa dengan lingkaran kebersamaan, Tokyo berhasil terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade 2020, juga Gunung Fuji bisa terpilih masuk sebagai Warisan Dunia dan tim sepak bola Jepang bisa ikut dalam pertandingan Piala Dunia FIFA, dalam desain baju tim sepak bla juga dipakai lingkaran-lingkaran. Selain itu di dalam negeri, dengan lingkaran kebersamaan daerah Tohoku, grup baseball berbasis di Sendai yang bernama Rakuten berhasil menjadi grup Base Ball nomor satu di Jepang.

Kanji 2013

 

Untuk tulisan mengenao Kanji of the year yang lain bisa dibaca:

Kanji of The Year : 2012

Kanji of The Year : 2011