Junk Food

20 Des

Rasanya sudah lama tidak menulis di sini ya, sampai tadi pagi waktu teman blog mengatakan “Maaf saya Hiatus dulu sampai tahun depan”, aku menulis: “Saya malah sedang”….. Padahal waktu melihat tulisan terakhirku BARU empat hari yang lalu. Rasanya kok sudah lamaaaaa sekali 😀

Akhirnya kerjaanku mengajar untuk tahun ini selesai tadi siang. Karena takut bulan Januari turun salju, jadi aku membuat ujian hari ini saja. Padahal masih ada sisa 2 kali kuliah di bulan Januari. Tapi ya itu, karena tanggal 14 Januari tahun lalu pas turun badai salju, aku takut nanti malah tidak bisa mengadakan ujian. Anak-anak sendiri SD dan TK nya baru libur tanggal 26 Desember, dengan hari terakhir belajar tgl 25 Desember.

Mulai Rabu kemarin memang di Tokyo tiba-tiba menjadi dingin sekali. Dengan perkiraan akan turun salju, ternyata belum cukup dingin sehingga baru hujan yang dingin saja. Setelah mengantar Riku mengikuti try out bimbel, aku pulang dengan badan tidak enak. Pilek dan masuk angin. Melihat mamanya sakit, Kai menawarkan untuk memijat mamanya, dambil berkata, “Mama jangan sakit ya…”

Untung tidak demam sehingga masih bisa aku paksakan mengajar. Nah, biasanya Jumat siang itu aku makan ramen yang panas di kantin kampus. Tapi tadi itu karena ujian, aku tidak sempat makan ramen di kantin dan membeli ayam goreng dari MOS Burger. Biasanya aku memang sudah berada di kelas pada waktu istirahat siang, sambil ngobrol dengan murid-murid kelompok “daag” (4 mahasiswa yang selalu mengatakan daag waktu pulang :D). Tapi hari ini cuma satu orang yang hadir dan makan di kelas. Dia makan cup noodle! Junk food deh.

Memang di sini banyak mahasiswa makan cup noodle. Tentu karena satu cup noodle itu hanya sekitar 100 yen, padahal makan siang di kantin biasanya 380 yen. Kalau uang saku menipis tentu bisa berhemat dengan makan cup noodle saja. Bener deh, waktu aku melihat dia makan cup noodle itu aku jadi ingin juga. Di luar udara dingin sehingga cocok makan yang panas-panas.

Tapi ada satu hal yang membuatku teringat. Mahasiswa ini biasanya membeli cup noodle di waserba (warung serba ada a.k.a convinience store) di sekat kampus. Kata si mahasiswa ku, kalau di dekat kampus, mahasiswa membeli cup noodle itu, setelah membayar, bisa langsung buka di situ dan memasukkan air panas yang sudah tersedia. (Selain air panas, juga disediakan microwave untuk mereka yang mau memanaskan bekal makanan yang dibeli di toko itu). Kalau di waserba bukan daerah kampus, biasanya malah ditanyakan oleh petugasnya, apa mau diisikan air panas. Service! O MO TE NA SHI!…. ah memang pelayanan di Jepang itu hebat deh.

Ngomong-ngomong soal service, aku pernah mengalami di MacD sini, aku membeli paket dengan minuman cola. Nah karena tempat makannya di lantai atas, aku harus membawa nampannya di lantai atas. Waktu itu Kai masih kecil sekali, dan aku kehilangan keseimbangan dan menumpahkan minumanku. Salahku loh, tapi oleh petugas langsung dibantu membersihkan dan diberikan satu minuman ganti yang sama! Aku terharu sekali waktu itu. Apalagi waktu duduk di atas, di setiap meja ada colokan listriknya.

Baru kemarin dulu Riku mengatakan, “Ma, aku ngga mau makan junk food seperti Mac D lagi deh. Kok aku jadi eneg ya…” Lalu aku beritahu dia bahwa aku memang tidak begitu suka hamburger di sana. Sesekali dalam hitungan 2 bulan sekali boleh deh, tapi sedapat mungkin aku tidak mau. Berminyaknya itu loh….

Kapan kamu terakhir makan junk food? Kalau hitungannya hamburger, terakhir kami makan ya hari Rabu itu sesudah Riku selesai bimbel karena aku tidak sempat masak. Tapi sebelum Rabu ya sudah sebulan lebih kami tidak beli loh. Tapi kalau potato chips, kacang, pop corn dihitung sebagai junk food juga, berarti  baru saja hehehe. Soalnya papanya anak-anak ada acara makan malam di kantornya sehingga kami bertiga makan snack saja…. kalau lapar nanti malam baru aku masak nabeyaki udon deh. Sekali-sekali boleh kan? 😀

9 Replies to “Junk Food

  1. kalo indomie termasuk junk food gak? kalo iya, ya tadi pagi. huahaha.

    mos burger ternyata emang beneran dari jepang ya mbak. saya suka banget lho makan chicken teriyaki burger nya mos. 😀

  2. Hm, kalo yang disebut junk food itu sebangsa McD or KFC (Ayam goreng) mungkin udah hampir dua bulan aku gak makan, Mbak 🙂

    Tapi kalo makanan semacam hokben termasuk junk food, aku baru makan itu minggu lalu sih 😀

  3. Saya kemaren karena istri lagi luar kota dan gak sempet masak. Bener banget mba Em. Kalo makan junk food rasanya langsung eneg. Bahkana da yang bikins ampe muntah.

  4. Kalau bagi mahasiswa di Jogja, makan di angkringan adalah solusi paling tepat untuk mengatasi bekal yang menipis. Menu nasi kucing + tempe goreng + teh manis, sangat cukup untuk mengatasi kelaparan. Eh, makanan angkringan termasuk junk food gak ya? 🙂

  5. Mbak Imel rajin bgt.. Baru 4 hari aja berasa lama. Rajin bikin tulisan. 🙂
    kalo saya terakhir kemaren mbak.. Bikin indomie, tapi pake sayur, telur kok.. Kan tambah gizinya.. #ngeles 😀

  6. Sesekali saya masih makan junk food jika tak ada pilihan lain.

    Imel, baru 4 hari….itu mah belum lama.
    (Alasan orang yang males nulis dan sok sibuk).
    Kok kayaknya saya makin kewalahan dengan waktu ya, mungkin juga usia tak bisa dipaksa untuk menulis sampai malammalam lagi seperti dulu.
    Juga kemacetan Jakarta, membuat kalau habis bepergian terasa sekali lelahnya, walau naik taksi.

    Akibatnya, selain jarang nulis, juga jarang bw….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *