Kentang dalam bahasa Jepang disebut sebagai Jagaimo. Imo sendiri artinya ubi, nah masalahnya artinya jaga apa?
Rupanya kentang pertama kali masuk ke Jepang tahun 1600-an yang dibawa oleh kapal-kapal Belanda. Kentang-kentang ini berasal dari Jakarta, jadi untuk menamakan umbi baru ini dipakailah nama Jagatara (waktu itu Jkt bernama Jayakarta dan disebut orang Jepang sebagai JAGATARA) imo == Jagaimo dan nama ini dipakai sampai sekarang.
Menjelang musim panas begini, setiap bulan Juni, TK tempat Kai bersekolah (dan tentu Riku juga dulu, cerita waktu Riku bisa baca di sini) mempunyai program untuk memanen kentang di ladang masyarakat sekitar. Tentu ada biaya tapi ini dicover dari uang sekolah, sehingga kami tidak ditarik biaya lagi.
Hari Kamis pagi aku mempersiapkan peralatan yang harus dibawa yaitu sepatu boot yang biasa dipakai waktu hujan dimasukkan dalam plastik, kemudian sarung tangan berkebun untuk mengambil kentang. Mereka mengambil kentang langsung pakai tangan, jadi harus pakai sarung tangan berkebun (gunte 軍手). Tapi jarang ada sarung tangan kebun yang khusus untuk anak-anak TK, jadi kami disuruh membawa kaus kaki bekas saja. Kemudian kami juga harus menyiapkan kantong plastik yang agak tebal untuk membawa hasil panenan. Semua peralatan harus diberi nama.
Sejak pagi Kai sudah bersemangat. Padahal cuaca hari itu mendung. Jika hujan maka acara memanen ini akan dibatalkan. Untung saja sampai dengan kelas Kai pergi ke ladang kentang, hujan tidak turun. Dan Kai bisa membawa pulang sekantong kentang yang masih diliputi tanah untuk mama. Ada kira-kira 2 kg.
Begitu pulang, tentu saja Kai minta aku memasak kentang hasil panenannya. Tapi berhubung aku capek sekali dan kami sampai di rumah sudah pukul 6 malam, jadi aku masak miso soup dengan kentang dan potongan daging. Tadinya ingin membuat German Potatoes, tapi tidak keburu. Hari ini aku coba membuat Rosti Swiss dan hasilnya lumayan enak. Aku juga sudah beli daging untuk membuat Kare daging+kentang besok. Untuk beberapa hari ini menu deMiyashita sudah pasti ada kentangnya deh.
Kentang dan ubi jalar banyak di Jepang, tapi singkong tidak ada. Dan biasalah manusia selalu mencari yang tidak ada kan hehehe. (Ssst di bahasa Jepang singkong itu artinya pengantin baru loh 😀 )
wah begitu toh asal-usulnya berasa agak bangga ada nama kota Indonesianya hhehe.
eh Tante jadi tuh yang manen kan Kai ya ? atau Riku juga ikutan ?
Yang manen Kai aja, dan dalam waktu belajarnya dia, jadi aku tidak ikutan. Bersama gurunya ke ladang itu, kira-kira 30 menitan.
EM
oh.. kentang di jepang kecil2 dan ditanam di dalam tanah juga ya… kirain besar2 dan sudah organik 😀 kan biasanya jepang hi-tech banget… kirain…
Weleh secanggih-canggihnya Jepang tidak melupakan yang alami juga kok. Ini kan kentang dari ladang petani sekitar sekolah, jadi masih cara tradisional.
EM
Wah ternyata nama Jakarta udah jd salah satu kosakata dlm bahasa Jepang… heheeee…
Singkong pengantin baru… wah dpt kosakata baru nih! ntarr klo ada yg nikahan aku julukin Singkong ah… kira2 marah gak ya? heheee…
hahaha kalau dibilang ke pengantin org Indonesia marah kali ya, kok dia disamain dgn singkong. Tapi di sini ada sebuah acara TV yang bertajuk, “Sinkon san irrashai” (Selamat datang pengantin baru). Di situ pengantin baru yang “unik” mempunyai kesempatan berkenalan, menjawab kuis untuk mendapat hadiah. Kalau beruntung bisa dapat tiket honeymoon ke LN. Waktu aku dan Gen menikah banyak orang yang mengusulkan kami ikut. Tapi….. Gennya ogah hahaha
EM
Jagatara kali Me bukan Jagarata. please check again
soalnya juga ada kisah Jagatara Bunsho
betul kamu Ye, Jagatara. Krn wkt itu 1600-an Jakarta disebut sbg Jayakarta. (Thanks diingatkan Tyo di FB nih) Lalu org Jepang mengatakan JAGATARA.
Ada novel yang berjudul “Jagatara Oharu” cerita tentang ttg blasteran Jepang Italia yang tinggal di Nagasaki kemudian pindah ke Jakarta “Jagatara”. Aku punya novelnya tapi belum baca…. males hihihi
Maksud kamu Jagatara Bun yah, kumpulan surat orang buangan di Jagatara kepada Jepang.
Terima kasih sudah mengingatkan.
EM
Kai imuuut banget sih…suka ekspresinya di foto ini…
jadi serba kentang terus nih mbak, bosan ..bosan deh ……,
Ternyata cepat habis juga loh Mbak. Malam ini aku buat rosti swiss pakai 5 buah kentang 😀
EM
Walah2 ASik juga.. jadi berasal dari Indonesia tow.. sip2 I like This…sebenarnya Indonesia kaya tapi belum di manfaatkan
ikut bangga ya hehehe
EM
sorry OOT mbak… Kai keliatan masih kurusan ya mbak…
iya masih kurus sejak sakit wkt itu. Tapi sudah mulai makan banyak loh.
EM
hehe lucu amat memanen kentang.. 🙂
seneng ngeliat fotonya kai. dia ini fotogenik banget ya mbak… selalu ketawa dan bagus foto2nya.. 🙂
Kai pasti senang sekali merasakan indahnya memanen kentang. Dan bangga hasil panennya dimakan bersama keluarga.
Ide sekolah yang bagus, mbak. Apalagi jadi kegiatan tahunan dan mengajak warga sekitar. Seneng bacanya.
Singkong 😀
halo…mba Imel…pertama kali posting nih….selama ini cuma baca doang sih…hehehe…
wah…emang seneng bacanya…kegiatan anak2 TK di sana banyak yah? ga cuma dalam kelas doang….
Aku juga suka singkong mbak, dan susah mencarinya di pasar dekat rumahku ini. Jadi kalau mbaknya Vaya pulang kampung baru deh nitip… 🙂
Hebad juga Jakarta sampai sekarang melekat namanya di ubi…. 🙂
Berarti nama Jakarta …jagatara menjadi nama sebutan kentang.
Jadi ingat nama program Java, juga berasal dari nama pulau Jawa…..hmm…asal usul sebuah nama makin beragam.
Saya suka makanan terbuat dari kentang, terasa lembut, tak terlalu merangsang baunya, biasanya enak dimakan dikala badan kurang sehat, dan sedang tak suka makan makanan yang merangsang baunya.
singkong >> pengantin baru…..
mari kita expor pengantin baru ke jepang..heheh
hahahhaa…. ini lucu! ukeru ukeru…
EM
yah…….. mbak EM koq ga ikutan quiz nya sih…siapa tahu bisa menang dan dapat gratis jalan2 tuh….*ngarep jalan2 gratis soalnya….hehehehe*
Suatu ketika bagaimana kalau di sekolahnya Kai dilakukan penanaman singkong, mbak imel. Tapi sebelumnya tentu mbak imel yang menanamnya di rumah. Kan gampang tumbuhnya. Nanti suatu waktu bolehlah dibuat kripik dan diperkenalkan. Kalau mau sedikit pedas, bisa dibuat kripik balado. Pasti asyik.
Dengan kata lain, mbak Imel benar-benar jadi duta. He he
dulunya kentang jepang ini diimpor dari jayakarta, baru tahu saya… tapi bangga juga sih hehehe
saya suka penganan dari olahan kentang kayak donat kentang atau french fries, rasanya enak
kalo panen lagi , sekantong jagaimo boleh deh barter ama 10ml lem lebah panenan saya ^^
silahkan mampir ya jeng ^^
semoga sehat selalu ^^
Saya baru tau …
ternyata dibawa dari Jakarta ya EM …
Yang jelas … Dua Kilo Gram itu lumayan lho …
Aaahhh pasti KAI senang memanennya …
dia pasti bangga …
Salam saya EM
Ternyata Indonesia punya sejarah tersendiri bagi masyarakat Jepang.
Wah ada juga acara kayak gitu ya jeng. Asyik banget kayaknya.
Kentangnya juga gede2, tapi rasanya apa sama dengan kentang Jawa ya he he he.
Salam hangat dari Surabaya
Kai luthuuuuu…. kecapean ga dia mba EM setelah panen Kentang? Dulu pas kuliah sempet jg lho mba aku nyari2 jaga+imo, ternyata ‘Jaga’-nya ini dari Jagatara toh, akhirnya pertanyaanku terjawab mba EM ^^
wah ternyata indonesia berjasa juga bagi jepang yaa
hebat tuh, kentang aawalnya dibawa dari jakarta. keren
baru tau nih Mbak
Sweet smile of Kai
Bikinin tante Eka perkedel kentang donk Kaiiiii, bisa ga? 😛
Btw rosti swiss kayak apa ya mbak? *gugling*
Aku sangat suka sekali paragraf pertama dan kedua (tidak berarti aku tidak membaca utuh tulisan ini lho ya… 🙂 ). Tetapi memang aku tertarik dengan tulisan yang ketika hendak membahas sesuatu, dasar dari tema utama tulisan tersebut ada penjelasannya. Aliran tulisan terasa dibawa dari hulu ke hilir.
Bahwa di sekolah Kai ada kegiatan menanam di ladang masyarakat sekitar, jelas sangat menarik. Apalagi sampai bisa memanen. Tetapi bahwa ada penjelasan secara etimologi, itu jauh lebih mengagumkan.
Aku pribadi misalnya, tanpa membaca tulisan ini, barangkali belum pernah tau bahwa kentang yang dalam bahasa Jepang disebut Jagaimo itu memiliki sejarah politik. Kapal BELANDA membawa kentang dari JAYAKARTA ke JEPANG. Kalau Hindia Belanda saat itu bukan wilayah kolonial Belanda, apakah kentang dalam bahasa Jepang bakal disebut Jagaimo? 😀
He, bukankah itu sesuatu yang menarik mengenai sejarah asal usul sebuah nama benda dan menjelma menjadi kata 🙂
Baca ini, baru tau lho kalau kentang Jepang itu dibawa dari Jakarta, hehe. Jagaimo. Another new vocabulary for me 😀