I (dont) like Monday

19 Jan

Ya, RIKU akan berkata, “I dont like Monday!”. Tadi pagi jam 9 lebih aku antar dia ke TK. Kali ini jalan kaki (tentu saja Kai di baby car), karena aku bilang “Biar sehat dan bisa diet Riku!”. Tapi tengah jalan kami baru sadar, tidak membawa tugas yang diperintahkan gurunya yaitu membawa kantong kertas yang dibolongi bagian matanya. Kantong itu nantinya akan dibuat menjadi topeng ONI (setan) pada upacara setsubun tanggal 2 Februari nanti. Dan seperti juga mamanya dulu, Riku jadi tidak mau ke TK kalau tidak mengambil tugas itu. Dia tidak mau kalau ditegur gurunya. OK. Aku pikir masih ada waktu untuk kembali ke rumah, ambil kantong itu dan jalan atau naik sepeda ke TK. Toh baru jam 9:07…. kami diharapkan datang ke TK sebelum jam 9:30.

Jadi kami kembali ke rumah untuk mengambil kantong kertas itu, dan langsung berangkat lagi. Nah yang menjadi masalah, Riku sadar bahwa dia datang ‘pas-pasan’. Lalu dia memang sudah 3 hari sejak hari Rabu lalu tidak masuk TK (akunya sakit…. flu perut +flu biasa). Mulai dia ngedumel…. ya terlambat lah… teman-teman lupa aku… sensei tidak suka aku…aku mau berangkat lebih cepat lagi dsb dsb. Sampai dia menangis di depan pintu masuk sekolah karena dia mau ikut pulang sama aku dan Kai. Untung senseinya datang dan membujuk dia. Aku cuekin dia dan meninggalkan dia sama sensei dan teman-temannya. Hmmm salahku juga tidak mengantar dia ke TK saja minggu lalu. Tapi aku sendiri amat sangat sakit kepala sih, jadi ngga bisa keluar rumah. Dia musti adaptasi lagi dengan kelasnya. Wah bagaimana nanti kalau kami pergi ke Indonesia  1bulan ya?  Tapi begitu kembali ke jepang tgl 15 maret, tanggal 18 nya sudah upacara wisuda jadi biarlah. Kalau dia SD, yang pasti aku harus mengikuti jadwal dia dan tidak bisa seenaknya meliburkan dia. Liburan nanti harus bener-bener aku pakai untuk bersenang-senang.

Sebelum pulang ke rumah aku mampir ke toko kombini, dan si Kai sudah bisa memilih sendiri apa yang dia mau, dan minta dibelikan. Hmm Kai juga sudah besar. Meskipun belum jelas bicaranya, dia bisa mengucapkan kode-kode tertentu jika ingin apa-apa. Yang paling menggemaskan kalau dia panggil ‘Mama’ pada saat yang tepat. Kemarin malam Riku memaksa untuk berendam, buka baju sendiri dan baju adiknya, dan menunggu aku mengisi air panas di dalam bak. Mereka berdua main air deh. Dan rupanya aku sempat basah dan aku biarkan sehingga malamnya aku demam lagi. Susah ya… seorang ibu tidak boleh sakit. Untung Gen pulang tadi malam setelah 2 malam nginep di kantor untuk mengurus ujian sipenmaru yang memakai universitasnya. Kasihan juga dia capek, tapi akunya menggigil dalam tempat tidur sehingga dia terpaksa harus memperhatikan dua anak yang masih segar bugar. Dan aku terbangunnya lagi pukul 3 pagi 🙁

Menuju apartemen, aku lihat di tanah kosong depan apartemen kita ada seorang Pendeta Shinto Kannushi lengkap dengan pakaian kebesarannya. Rupanya di situ akan mulai dibangun rumah/gedung sehingga diadakan upacara mulai pembangunan . Biasanya di tanah itu akan dihias dengan kertas lipat dan sesajian kemudian oleh Kannushi akan disucikan. Upacara ini bernama jichinsai 地鎮祭.

Ada sesajennya sake juga tuh... nanti siapa yang minum ya? hihihi (Photo dari inet)
Ada sesajennya sake juga tuh... nanti siapa yang minum ya? hihihi (Photo dari inet)

Sambil menunggu waktu jemput Riku, Kai mengantuk dan dia menuntut untuk dibacakan buku. Dia sekarang sudah punya beberapa buku yang disukai. Jadi dia mau dibacakan terus menerus…padahal mamanya capek dan mengantuk. Well hari ini mungkin tidak baik untuk Riku, tapi untuk Kai OK, karena bisa memonopoli mamanya satu siang untuk menemani dia. Untuk aku? so so…. karena sebetulnya badan belum sembuh, tapi … well,  the life must go on. Seorang ibu memang tidak boleh sakit.

Hatsumode – Sembahyang pertama

1 Jan

Tadi malam, kami tidak sempat mengikuti pergantian tahun lewat televisiNHK yang sedang menyiarkan acara “rutin” tahun baru Kohaku Uta Gassen 紅白歌合戦 (Kompetisi Lagu Merah-Putih) — sebuah kompetisi penyanyi kelompok pria (putih) dan kelompok wanita (merah). Kami juga mendengar tanda pergantian tahun yang dibunyikan dari kapal Hikawamaru di pelabuhan Yokohama. Juga tidak mendengar bunyi Joya no Kane 除夜の鐘, lonceng kuil Buddha yang dibunyikan sebanyak 108 kali. Angka ini merupakan perlambang dari dosa-dosa/nafsu manusia (bonno 煩悩).

Jadi setelah kami mandi/berendam di ofuro serta goro-goro malas-malasan, sekitar jam 12:30, saya, Gen, Riku dan Kai keluar rumah jalan-jalan. Tujuannya hatsumoude 初詣 ke kuil Jinja dekat rumah yokohama. Rumah mertua (selanjutnya saya bilang rumah kami saja, bahasa jepangnya JIKKA 実家 rumah asal, karena kelak kami akan menempati rumah itu secara turun temurun)  terletak di daerah perbukitan. Jadi kami harus melewati jalan naik turun tanjakan yang tidak terhitung jumlahnya. Untung pergi dengan Gen, kalau tidak saya harus menggendong baby car naik-turun tangga…. ogah deh… Yang pasti jangan coba-coba naik sepeda deh di sini.

(Ada rumah yang memasang bendera Nipponmaru, bendera Jepang menyambut tahun baru, kanan adalah penunjuk jalan menuju jinja Takada Tenmanggu)

*********************

Sampailah kita di Takada Tenmanggu, dan waktu melihat antrian… hmmm kami pikir tidak begitu panjang antriannya. Saya membeli Hamaya 破魔矢 (Panah mengusir kemalangan) untuk tahun 2009. Biasanya orang Jepang akan menaruh panah ini sebagai hiasan dinding. Waktu kami masuk ke komplek kuil jinja ini juga terdapat sebuah pembakaran Hamaya dan perhiasan tahun baru dari tahun yang telah lewat. Lumayan juga dnegan adanya pembakaran ini maka udara di sekitar tempat itu menjadi hangat.

*****************

Ternyata antrian yang kami kira pendek, lumayan panjang sampai ke tangga yang menuju ke lembah. Jadi Gen yang antri terlebih dahulu, saya dan anak-anak menunggu di dekat api dan yang terang terkena sinar matahari. Jika berada di bawah bayangan terasa sekali dinginnya udara luar.  Tadi sebelum pergi, Ta-chan bilang di luar hanya 10 derajat.

Sambil menunggu, saya memperhatikan orang-orang yang datang untuk hatsumode. Banyak pasangan muda yang bapaknya menggendong bayi yang terbungkus dengan baju tebal. Tapi ada satu pasangan manula yang menarik perhatian saya. Bapaknya pakai kimono untuk pria, dan wanitanya tentu juga memakai kimono…. kimononya berwarna hijau tua dengan obi (ikat pinggang) berwarna emas…. wah warna emas itu membuat saya tidak bisa melepaskan pandangan saya dari pasangan itu. Saya ikuti semua gerakan mereka, termasuk waktu mereka membeli omikuji おみくじ undian peruntungan.

(Pasangan manula yang menarik perhatian saya, kanan omikuji Riku yang artinya Untung Besar)

*********

Tak lama Gen sudah mencapai ke dekat tempat kami menunggu, jadi kami bergabung untuk ikut antri. Di pintu masuk JInja terdapat tiga lonceng besar dan sebuah kotak persembahan. Biasanya kami memberikan uang logam 5 yen atau 50 yen (yang berlubang itu) sebagai persembahan. Kemudian kami akan menggoyangkan lonceng dengan tali itu, dan menepuk tangan, serta menunduk. Selesailah doa cara shinto. Tapi saya agak kaget waktu akan kembali ke  arah datang, ternyata  di sebelah saya berdiri seorang Kannushi 神主 (pendeta Shinto). Duh sayang sekali tidak bisa berfoto bersama (dasar mikirnya foto mulu hihihi).

(Biasanya omikuji yang tidak begitu bagus diikat pada tali yang ada di jinja tersebut)

**********

Lalu kami membeli omikuji, undian keberuntungan. Dan Riku mendapat Daikichi 大吉 (Keuntungan Besar). Semoga benar ya Riku heheheh. Di samping pintu Jinja itu juga terdapat daftar tahun sial bagi orang-orang yang lahir tahun tertentu. Tahun ini adalah tahun sial untuk laki-laki yang lahir di tahun 1985, 1968 dan 1949 dan untuk perempuan bagi mereka yang lahir di tahun 1991, 1977 dan 1973. Dan untuk mereka yang memasuki tahun sial, biasanya akan membeli jimat penolak bala di jinja.

(kimono girls , kanan di depan kuil buddha– loncengnya berbentuk gong)

********

Dalam perjalanan pulang, kami melihat dua anak perempuan memakai kimono. hmmm memang lain ya kalau punya anak perempuan (tapi saya tidak ngiri bahwa anak saya laki-laki saja… karena… saya tetap yang tercantik di rumah saya hahahaha). Kami kemudian berjalan menuju kuil buddha yang berada dekat dengan jinja. Memang orang yang pergi ke kuil buddha untuk berdoa sedikit. Tapi dengan berdoa ke sini, saya mendapat kesempatan untuk ikut membunyikan lonceng besar kuil… wow… (saya ingat di hiroshima juga pernah tapi tidak boleh sampai bunyi…hanya untuk ambil foto saja). Meskipun sedikit yang antri untuk membunyikan lonceng kuil ini sebentar-sebentar terdengar bunyi lonceng …sungguh terdengar mistis.

Kami pulang melewati SD tempat dulu Gen bersekolah. Tahun ini SD Takada menyambut ulang tahun ke 134 tahun. Sedangkan SD Shakujidai, tempat Riku nanti bersekolah bulan April baru 33 tahun. Hmmm SD yang bersejarah.  Dengan melewati ladang penduduk, kami kembali pulang ke rumah kami, sementara Kai tidur terus sejak kami berdoa di Jinja tadi….

Zoo Debut

29 Des

Membesarkan Kai yang anak kedua memang lain dibanding dengan Riku. Jika Riku sewaktu berumur 6 bulan sudah bersosialisasi di penitipan bayi, mempunyai banyak teman dan sering kami ajak bepergian, maka Kai baru waktu berumur 1 tahun “menikmati” kehadiran teman-teman di penitipan. Saya juga jarang membawa dia pergi-pergi karena kalau pergi berarti harus bersama Riku juga. Dan membawa dua anak dengan kendaraan umum memang sulit. Papa Gen sejak Kai lahir memang sibuk sekali, sehingga juga jarang membawa Kai pergi-pergi, lebih senang mengajak Riku yang tentunya tidak merepotkan untuk pergi date berdua. Karenanya memang Kai lebih manja (dan keras kepala) daripada Riku. Sekarang dia sudah mau jika saya tidak ada, dibanding sebelum dia terbiasa di penitipan yaitu sejak bulan November. Dia juga sudah menyambut papanya kalau pulang kantor dnegan anthusias, bahkan kata-kata yang paling sering dia ucapkan adalah “papa” (sebeeeelll…. tapi gpp deh supaya papanya mau ngurusin dia hahaha)

(Primadonanya Kebun Binatang Kichijoji, seekor gajah yang bernama Hanako, kalau tidak salah umurnya sudah 60 tahun lebih)

Dan kemarin (Minggu 28 Desember, 2008) pertama kalinya Kai pergi jalan-jalan tanpa mama. Kai debut, pertama kali pergi ke Kebun binatang di Kichijoji. Tiga laki-laki pergi sesudah makan siang sekitar jam 1, sementara mamanya tinggal di rumah untuk membersihkan rumah. Bongkar pohon Natal, buang mainan Riku yang tidak “utuh” lagi, sambil mencetak kartu tahun baru. Ternyata kartu Tahun baru dari keluarga Miyashita akan terlambat lagi, tidak bisa sampai pada tanggal 1, tetapi baru bisa tanggal 5, hari Senin…. Ngga apa-apa deh, yang penting masih melanjutkan tradisi mengirim kartu pos tahun baru Nengajo, sehingga kebudayaan Jepang ini tidak hilang. (Kalau bukan generasi mudanya yang berbuat, siapa lagi coba?)

(Ternyata mereka sempat beristirahat di kedai minuman Jepang. Yang Riku pesan adalah oshiruko, semacam bubur kacang merah yang manis dan hangat. Sedangkan Gen memesan Amazake, yang terbuat dari beras berfermentasi dan disajikan manis dan hangat. Kadar alkoholnya amat rendah (hampir sama dengan tape singkong)

Karena di luar dingin sekali aku pikir mereka akan pulang cepat. Sebelum pergi juga aku sudah wanti-wanti, kalau misalnya Gen capek atau kewalahan ngurus anak-anak, telepon saja dan aku akan jemput ke Kichijoji. (sorry ya…rada ngga percaya soalnya hihihi). Ternyata, mereka pulang jam 6 sore, dan membawa ayam si kolonel untuk makan malam…. jadi aku tidak usah masak lagi …asyiiik.

Waktu buka pintu untuk mereka langsung si Riku gandeng aku, dan bilang bisik-bisik,”Mama jangan bilang ya bahwa aku bukan pertama kali makan hotdog…. ” Rupanya dia bilang ke papanya, dia tidak pernah makan hotdog, padahal sudah pernah (padahal aku juga lupa sih, kapan itu) Hmmm, sudah mulai mau membohongi dan menutup-nutupi sesuatu nih…. dan aku dijadikan sekongkolnya. hihihi….

(kanan: pohon dilindungi dengan tali-temali sehingga salju tidak akan tertimbun di dahan yang akan menyebabkan dahan patah)

Hasil potretan yang saya rasa bagus, burung-burung yang berenang di kolam+ pelukis (diambil oleh Gen)

Foto-foto lain yang diambil oleh Riku:

Sssssttt…pulang-pulang Gen pasang koyok di bahu kirinya. Dia memang menggendong Kai terus karena tidak membawa baby carnya. Dan dia bilang sama aku, “Saya bisa rasakan betapa beratnya Kai…” hihihi

Kaleidoscope

22 Des

Saya diberi tugas oleh Bang Hery untuk membahas tentang kaleidoscope. Setelah saya cari dalam google versi jepang, saya mendapatkan keterangan ini.

Kaleidoscope berasal dari bahasa Yunani yang merupakan paduan kata [Kalos] yang berarti indah, [eidos] berarti corak dan [scope] berarti melihat. Jadi kaleidoscope sendiri merupakan sebuah alat semacam teropong yang didalamnya terdiri dari 3 lembar lempengan kaca yang diberi sekat, dan di bagian dalam diberi kepingan kaca atau kertas warna warni sehingga bisa memantulkan sesuatu corak yang berwarna-warni. Kita bisa melihat langsung ke dalam teropong tersebut atau memantulkannya ke dinding. Seni ini sangat terkenal di Jepang, sehingga kalau Anda pergi ke toko cendera mata, pasti akan menemukan tabung dengan lapisan kertas Jepang, dan jika Anda melihat lewat lubang kaca yang ada di ujungnya, bisa melihat corak warna yang bisa berubah jika tabung itu diputar.

Ya! itulah kaleidoskop (bahasa Jepangnya Bankakyou) . Arti sesungguhnya melihat corak yang indah…. sampai ada museum di Kobe bernama Kobe Kitano Kaleidoscope yang menyuguhkan keindahan kaleidoscope dalam berbagai jenis warna dan corak. Lihat slogannya, Healing and Relaxing Time with Beautiful View in a Small Hole.

Tapi di penghujung tahun biasanya memang ada acara di televisi/media lain di Indonesia yang menyajikan suatu rangkaian kejadian yang terjadi dalam satu tahun sebagai kilas balik, dan dinamakan Kaleidoscope. Tapi karena isinya bermacam-macam kejadian, dan termasuk juga kejadian buruk, mestinya tidak cocok ya dinamakan kaleidoscope. Semestinya diberi nama kilas balik saja… atau perenungan. Siapa yang mau usul?

Hei boy... what are you thinking about? Live? or enjoying the scenery or thinking of you Mother?
Hei boy... what are you thinking about? Live? or enjoying the scenery or thinking of you Mother?(Riku @ Okinawa)

:::::::::::::::::::::::

Saya sebetulnya ingin sekali membuat kaleidoscope eh kilas balik saya di tahun 2008. Tapi karena tidak ada waktu, saya ingin membuat sebuah “CHILDLENS”. Apa yang dilihat seorang anak melalui lensa kamera. Terinspirasi dari sebuah buku dengan judul sama, yang saya baca di Sendai. Seorang anak diberikan kamera dan bebas mengambil foto apa saja. Dalam buku itu ada foto tatami, ada foto kamar, atau mainannya, dan ada foto ibunya sedang berganti baju. Sebagai pengganti Kaleidoscope saya, saya ingin mengetengahkan childlens Riku yang membawa kamera waktu dia pergi ke Okinawa musim panas lalu. Saya pilihkan beberapa foto dia yang layak menurut kacamata orang dewasa.

Bagaimana? Apakah Anda terhibur dengan hasil potret Riku?

Waktu kecil dan pertama kali saya kasih Riku pegang/potret dengan camera digital, papanya bersungut-sungut. Katanya,”Anak-anak dikasih kamera, nanti kalau rusak bagaimana?” Tapi saya bilang, asal kita kasih tahu tidak boleh begini begitu kan pasti bisa. Kalau rusak ya itu resiko. Sama halnya waktu Riku sudah mulai mengerti dan menggeratak apa saja, saya bilang, “Jangan pegang pisau. Pisau itu bisa membuat berdarah, dan sakit. Tapi kalau Riku mau sakit, silakan!. Riku mau sakit?”….. Tentu saja dia bilang tidak. Dan sejak saat itu biarpun ada pisau di atas meja, dia tidak akan pernah ambil atau bermain. Malahan dia bilang, “Mama ini pisau. Bahaya loh!”….

Biarkan anak-anak bermain dan berkembang dan juga merasakan kenyataan yang mungkin tidak bagus, sejauh resiko itu masih rendah. (Tentu saja saya tidak akan biarkan dia berjalan sendirian di jalan besar waktu itu kan, karena semua juga ada waktunya. Lihat-lihat kondisinya lah….)

Buku Pertama

20 Des

Hari ini saya beberes lemari buku yang lama tak tersentuh. Dibantu Kai yang membuang semua CD ke lantai, akhirnya satu dinding buku dan CD milikku berhasil dibersihkan/diatur kembali. Gara-garanya ada satu lemari buku yang terpaksa kami bongkar waktu Kai lahir supaya lebih lega kamar untuk dia. Akibatnya semua buku saya yang ada di lemari itu harus masuk kardus sementara. Sekarang sudah lega karena sudah mendapatkan tempat selayaknya.

Rak Buku Riku berisi Picture Book
Rak Buku Riku berisi Picture Book

Bicara mengenai buku, masih ingatkah Anda buku yang pertama kali Anda baca atau dibacakan? Saya sendiri masih ingat buku yang dibacakan oleh ibu saya, berbahasa Belanda yang pernah saya posting di sini. Dan cerita yang paling mengesankan adalah Blauwbaard (Si Jenggot Biru).

Nah untuk Riku buku yang pertama dia punya, dan kita bacakan adalah “Gatan Gotong” artinya hmmm suara kereta api, yang mungkin di bahasa Indonesia menjadi jes jes jes. Sebuah Picture Book yang mudah sekali. Kami bacakan pertama kali ketika dia berumur 6 bulan. Hanya untuk membiasakan dia untuk melihat buku. Buku ini kami dapat dari kelurahan Nerima pada waktu check up berkala dan suntikan BCG di Pusat Kesehatan Masyarakat (Hokenjo) . Semua bayi mendapat satu buku sebagai program memasyarakatkan buku pada anak-anak.Hmmm seandainya saja program ini bisa ditiru di Indonesia…… (atau sudah ada?)

Gatang Gotong dari penerbit Fukuinkan Shoten seharga 735 yen
Gatang Gotong dari penerbit Fukuinkan Shoten seharga 735 yen, dengan target usia 0-2 tahun

Si Virus Noro

16 Des

Ternyata diagnosis dari dokter tentang penyakit kami bertiga adalah Norovirus. Penyakit yang ringan-ringan berat, karena gejalanya biasanya “hanya” muntah-muntah dan buang air. Norovirus adalah RNA virus (sejenis SARS, influenza dan hepatitis), jadi menular sekali. Dan kabarnya virus ini menguasai 90% penyebaran epidemi penyakit perut di seluruh dunia.

Virus ini mudah menyebar pada komunitas kecil, seperti Rumah Sakit, penjara, sekolah dll. Dan jika menyerang anak-anak serta lansia, bisa menyebabkan kematian juga, yang lebih disebabkan karena dehidrasi. Penyebaran virus ini lebih banyak terjadi akibat sentuhan langsung dengan penderita atau makan makanan yang terkontaminasi virus akibat penanganan yang tidak steril. Diperkirakan sumber penyakit dari Kai, yang saya titipkan di Himawari hari Kamis lalu, kemudian menular ke Riku dan Saya. Kabarnya tidak ada obat yang ampuh kecuali istirahat dan minum yang banyak (meskipun dapat obat dari dokter untuk stabilisasi keadaan perut).

Di Jepang sendiri setiap tahun pada musim dingin ternyata sering mengalami wabah Norovirus. Pada tahun 2006, dikabarkan ada 10 juta orang di Jepang menderita Norovirus ini. (Saya juga sering melihat berita mengenai Norovirus di TV, selain berita mengenai bakteri e-coli pada musim panas).

Kami yang di Tokyo menderita Norovirus, sedangkan teman-teman di Indonesia (antara lain Yoga) banyak yang menderita penyakit Typhoid (katanya Thypus adalah nama untuk penyakit yang lain tapi kita sering rancu memakainya), yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Memang menjelang akhir tahun, dengan kesibukan yang bertubi-tubi menyebabkan ketahanan badan menjadi berkurang, dan dengan faktor cuaca yang tidak mendukung mudah menjadi sakit. Semoga semua teman-teman blogger yang lain dapat menjaga kesehatan dengan baik dan bisa menyambut Natal, tahun baru dan libur panjang akhir tahun dengan baik.

Salam dari Imelda-Riku-Kai di Nerima (BTW Gen juga sedang flu…jadi sekeluarga sakit deh… tapi… blogging jalan terus heheheh)

==== Kai belajar pakai sumpit ====

Membeku

15 Des

Pagi hari 3 derajat, dan maximum hari ini adalah 8 derajat. Rumahku biarpun di Tokyo, memang lebih dingin (dan lebih panas di musim panas) dibanding bagian lain Tokyo, karena struktur tanahnya yang cekung, sehingga dingin maupun panas tidak bergerak, mubeng-mubeng di situ-situ aja terus. Jika turun salju, maka kalau bagian Tokyo lain sudah habis saljunya, di Nerima-ku ini masih tersisa gundukan salju. Bener masih ndeso deh.

Untung hari ini Gen tidak naik mobil, sehingga aku bisa setir mobilnya untuk menyelesaikan berbagai urusan keluarga, Bank, bills, belanja dll. Dan hari Jumat lalu aku sudah pesan di Himawari, tempat penitipan Kai, untuk hari Senin ini akan menitipkan Kai mulai dari jam 9:30 sampai jam 13:30. Karena jam 14:00 aku harus jemput Riku lagi di TK.

So, pagi jam 9 aku dan anak-anak menuju tempat parkir…….. dan alangkah terkejutnya kita menemukan mobil terbungkus dengan shimo lapisan es tipis seperti di freezer. Dan memang matahari belum cukup menyinari mobil kami, sehingga masih kachi-kachi …beku semua. (Sayang waktu itu tanganku penuh jadi tidak bisa foto hehhehe). Perlu waktu 10 menit untuk mencairkan es yang di kaca depan mobil sambil aku dudukkan Kai di kursi bayinya, siap-siap…and go. Sambil mikir…gimana kalau salju ya?

Setelah Kai aku antar ke Himawari, aku mulai melaksanakan tugasku. Mobil aku parkir di parkiran yang terdekat dengan stasiun, dan aku lari-lari ke sana sini. Untuk belanja saja aku bolak-balik 4 kali ke mobil untuk menaruh barang-barang yang memang berat. Terasa deh punggung mulai sakit sehingga tidak berani maksa angkat yang berat. Tapi sekitar jam 10 aku sempatkan masuk sebuah toko dengan pernak-pernik mainan dan hiasan rumah… Cukup terhibur melihat barang-barang yang lucu-lucu itu. Memang perlu juga ya waktu seperti itu…cuci mata…dengan barang yang bagus dan daun muda hihihi.

Tapi memang pemandangan sudah banyak berubah, seiring dengan dingin yang menusuk tulang. Hari ini memang matahari bersinar cerha, jadi kalau berjalan di bawah sinar matahari tidak seberapa dingin, tapi jika di bawah bayangan gedung atau pohon…brrrr. Pohon-pohon yang memerah mulai berguguran daunnya dan meninggalkan kerangka pohon yang sendiri dan sepi. Saya selalu suka pada foto sebatang pohon tanpa daun, seakan dia siap menantang dinginnya alam… dan jika salju turun dahan dan rantingnya siap menopang salju yang akan membuat pemandangan lain lagi pada sebatang pohon itu. Ya, saya sangat menikmati pemandangan sebatang pohon di sebuah padang hijau, yang akan berubah sesuai jamannya….

(kiri diambil dengan Canon PowerShot G9, kanan dengan HP –dan jenis pohonnya berbeda)

Selain pohon juga hiasan natal dan lagu natal di mana-mana, Karena siang memang tidak terasa gaungnya, semestinya berjalan malam-malam, menikmati iluminasi lampu-lampu yang menghiasi gedung dan pepohonan. Ah mana ada waktu aku pergi ke luar malam-malam.

nama tokonya MOS burger, jadi Xmos...pinter juga bermain kata ya
nama tokonya MOS burger, jadi Xmos...pinter juga bermain kata ya

Anak-anak dan saya juga sekarang sedang tidak sehat. Berawal dari hari Kamis, waktu saya jemput Kai di penitipan, diwanti-wanti oleh gurunya bahwa sekarang sedang mewabah flu perut dengan gejala muntah dan diare. Ternyata benar juga. Kemarin malam kami pergi makan di restoran…. bayangkan waktu menunggu tempat duduk kosong di restoran Riku muntah. Untung saya sigap keluarkan kantong plastik dan menadah. Setelah duduk, dan selang berapa lama, giliran Kai muntah dnegan hebohnya. Untung dia duduk di baby seat yang kami bawa dari mobil sehingga tidak perlu dibersihkan sampai tuntas. Eeeee selang 5 menit, tiba-tiba Riku muntah lagi. Riku duduk dengan papanya, jadi papanya yang harus bersihkan Riku. Cepat-cepat kami habiskan makanan yang tersisa dan pulang. Saya pikir, coba seandainya saya sendirian dengan dua anak, dan kejadian begitu bergantian gimana ya? Paling cuman bisa bengong atau tertawa hehehhe.

Begitulah kalau punya anak, adik-adik (terutama Lala-Dewi-Putri semua deh) yang belum menikah. Semua harus diantisipasi. Dan perlu diingat di sini tidak ada baby sitter yang bisa bantu membersihkan atau membawakan baju ganti satu koper … But, enjoy ajaaaaa deh.

Menghentikan Waktu

14 Des

Saya rasa siapapun pernah berkeinginan seperti ini. Menghentikan waktu. Terutama jika kita dalam keadaan bahagia. Kita ingin terus dalam keadaan itu, takut jika waktu terus berjalan, maka keadaan itu akan berubah menjadi yang lebih buruk.

Kemarin saya sedang berdua di meja makan dengan Riku. Saya sedang mengetik di laptop, dan Riku seperti biasa menonton. Saya tidak perhatikan acara apa…mungkin juga tidak penting, karena tiba-tiba Riku diam, melihat ke arah saya. Saya merasa dia memperhatikan saya, lalu saya lihat dia. Lalu muka dia mulai aneh, sambil berkata;

“Mama …aku tidak mau menjadi besar…
aku mau tetap menjadi anak-anak saja….”

“Loh kenapa Riku? Tidak bisa terus jadi anak-anak. Semua orang akan menjadi besar”

“Pokoknya aku tidak mau menjadi besar.” Dan dia mulai menangis sesegukan. Saya heran dan saya tanya

“Ada apa?”

“Aku mau mama dan papa dan Kai seperti sekarang jangan berubah”

Tiba-tiba Kai yang sedang tidur menangis, sehingga saya terpaksa menghentikan pembicaraan dengan Riku, karena ingin memberi minum Kai susu. Tapi saya pikir kalau saya biarkan dia dengan kekhawatirannya, dia akan merasa saya tidak memperhatikan dia. Jadi saya ajak dia ke kamar, dan sambil peluk dia memberikan susu pada Kai. Sambil berbisik-bisik saya tanya padanya,

“Riku kenapa tiba-tiba pikir begitu?”
“Aku ngga mau jadi gede. Karena kalau aku jadi gede, mama dan papa jadi tua… mama jadi tua nanti mama mati….aku bagaimana?”
“Hmmmm tapi manusia semua akan mati….”
“Aku ngga mau mama mati, aku mau sama mama terus!!”
“OK makanya kita berdoa supaya, mama, papa, Riku dan Kai bisa panjang umur ya…”
……masih menangis…

“Kenapa kok Riku tiba-tiba bicara begitu? Kan ada sebabnya. Cerita deh sama mama”
“OM mati…….”

Nah….rupanya ini sumbernya. Memang waktu Om meninggal dia hanya diam saja. Yang pasti dia tidak mau melihat wajah kaku Om dalam peti. Pertama juga dia tidak mau bersembahyang di depan altar. Tapi untung waktu terakhir sebelum penutupan peti, dia mau berdoa juga di samping saya. Tidak ada tangisan, tapi itu kami yang dewasa pikir, dia belum mengerti…. Ternyata tidak!

Dia memendam perasaan sedih dan takutnya akan kematian sampai kemarin itu. Sudah lewat 2 minggu lebih. Memang Riku perasa, dan dia juga sudah mulai mengerti apa itu arti “kematian” setelah dua kali mengalami Nenek buyut dan Omnya Gen.

Akhirnya saya hanya bisa bilang, “sudah Riku jangan terlalu dipikirkan , yang penting kita berdoa terus dan berusaha hidup baik kan….”

Saya teringat film Ponette yang menggambarkan kebingungan seorang anak berusia 4 tahun yang tidak mengerti kenapa ibunya harus “tidak ada” (Mati). Kemudian saya teringat sebuah buku , The Last Lecture yang menceritakan seorang dosen Randy Pausch yang mengidap penyakit Kanker. Yang sudah tahu bahwa hidupnya tinggal sebentar lagi…. Semuanya begitu menyedihkan …. Dan saya bisa mengerti sekali keinginan Riku untuk menghentikan waktu supaya dia tidak usah tumbuh menjadi besar…..

Bukankah kita semua begitu?

Bunga di makam Nenek

Masih segar waktu kami pergi nyekar Hari Senin

Padahal orang yang membawanya pada hari Kamis sebelumnya, sudah meninggal hari Jumatnya.

Tuhan Sang Pemberi Hidup memang Maha Kuasa.

Pentas Seni

7 Des

Jaman masih menjadi pelajar tentu pernah merasakan ada program sekolah yang mewajibkan kita menampilkan suatu karya seni di panggung, dan biasanya itu dalam class meeting atau acara perpisahan atau acara kebudayaan. Jaman masih SMP, kelas saya sering menampilkan vokal grup. Waktu di SMA, kelas saya lebih banyak menampilkan modern dance (Nah kalau modern dance gini saya biasanya ngga ikutan…bagian di belakang panggung deh… abis ngga bisa goyang sih). Inget banget pernah memakai lagunya Hawaii Five O untuk modern dance itu. Jaman itu ternyata sudah jadul banget.

Nah, yang saya ingat dulu waktu saya TK, hanya pernah satu kali menari bersama, Hula Dance dengan iringan lagu “Pearly Shells”. Tapi tidak ada yang namanya “Pentas Seni”. SD juga ngga ada deh perasaan. Tapi, di TK Riku mereka selalu memrogramkan acara Pentas Seni minimal setahun sekali.  Dan diberi nama “Tanoshimikai (Pertemuan yang menggembirakan)”. Dalam kalender satu tahun biasanya diletakkan di minggu pertama bulan Desember. Dan untuk itu mulai bulan September-Oktober, mereka mulai berlatih.

Well, aku harus acungkan jempol, kalau bisa pakai jempol kaki juga…. 4 jempol buat guru-guru TK ini. HEBAT. Bayangkan! Mengatur anak-anak usia 3-4 tahun (Nensho-san), usia 4-5 tahun (Nenchuu-san) dan usia 5-6 tahun (Nenchou -san) tidaklah mudah!Tapi artis-artis bocah ini benar-benar memukau penonton, justru dengan kesalahan yang terjadi atau gaya yang cuek-beibeh, dan yang pasti mereka lebih berani berdansa dari pada saya.

look at their costume.... itu milik TK dan dipakai turun temurun bahkan diubah paduannya dipakai lagi untuk pertunjukan berikut. HEBAT!
look at their costume.... itu milik TK dan dipakai turun temurun bahkan diubah paduannya dipakai lagi untuk pertunjukan berikut. HEBAT!

:::::::::::::::::::::::::

Riku masuk TK itu waktu usia 4 tahun sehingga tahun lalu dia baru sempat mengikuti acara Pentas Seni satu kali. Kelasnya dulu Bara-gumi (Kelas Mawar) menampilkan operetta “Bremen the Town Musicians” berdasarkan cerita dari Jacob Grimm. Dalam satu bagian (pertunjukan dibagi dua Pagi dan Siang, dan entah kenapa Riku selalu dapat bagian Pagi) biasanya ada satu operetta. Tahun ini operettanya dari kelas lain, yaitu Tsukushi Gumi. Mereka menampilkan cerita Sarugani gassen (Pertikaian Kepiting dan Monyet, cerita asli Jepang). Wow, kostum mereka coba lihat…. yang merah memerankan kepiting, memakai capit juga. Monyetnya lengkap dengan ekor dan pantat merahnya. Lalu Hachi (kumbang) lengkap dengan sayap. Bener-bener deh…..

Cerita asli Jepang, Pertikaian Kepiting dan Monyet
Cerita asli Jepang, "Pertikaian Kepiting dan Monyet"

:::::::::::::::::::::::::

Dan tahun ini kelasnya Ume gumi (Kelas Plum) dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing menari dengan iringan lagu. Riku tampil dalam lagu yang pertama berjudul “We Are”… entah aslinya lagu dari penyanyi siapa …tapi terdiri dari 9 anak laki-laki, sehingga selain dansa mereka juga menunjukkan keboleh ber-akrobat dan koprol!

Lagu We Are, Riku paling kiri
Lagu We Are, Riku paling kiri

:::::::::::::::::::::::::

Saya sendiri bangga je sama anak saya, soalnya mamanya paling ngga bisa nari, jadi meskipun dia masih suka ngelirik temen2nya sambil nari, gerakannya ngga aneh-aneh banget. Masih sama lah dengan yang lain (kurang goyangnya aja dikit…abis ndut sih hehehe). Juga waktu koprol dia bisa melakukannya dengan baik.

Dan merupakan kebiasaan dari semua tarian yaitu menutup pertunjukan mereka dengan berkumpul di tengah sambil pose terakhir. Mungkin supaya yang mau ngambil foto dari dekat juga bisa ya.Tapi sayang saya tidak bisa mendekat ke panggung, saking banyaknya orang dan sambil menggendong Kai. Untung saja Kai tidak ngamuk dan menangis sementara kakaknya nari hehehhe.

Setelah tariannya Riku selesai, dilanjutkan dengan 3 tarian dari 3 kelompok yang lain. Kelasnya dibagi 2 kelompok anak laki dan 2 kelompok anak perempuan. Persis sesudahnya Riku kelompok cewe menarikan lagu dari Kirari Revolution, sebuah cerita anime tentang anak perempuan yang menjadi artis yang bersahaja. Saya suka nonton anime yang ini, karena lagu-lagunya juga enak, meskipun agak manja manja dikit. Dan sesudah itu menarikan lagu Jepang mengenai Nelayan, dan penutup kelompok cewe lagi menarikan Christmas Medley. Sayang sekali saya tidak ambil foto, hanya ambil video dari christmas medley ini. Kalau Anda bisa akses ke Youtube, Anda bisa melihat di bagian tengah menarilah si gambariya san teman perempuan Riku yang pernah saya ceritakan waktu di Hari Olahraga, yang menderita moyamoyabyou sehingga kakinya agak lumpuh? DIA IKUT MENARI….. uh pertamanya saya tidak sadar… tapi lama kelamaan saya lihat gerakannya yang kaku dan tidak banyak goyang, dan dia di formasi TENGAH. Dan saya menjadi yakin waktu selesai, bertemu dengan ibu lain yang mengatakan, ” …chan hebat ya!” OMG, really aku jadi terharu sekali. Tidak salah deh aku memilih TK ini. (entah kalau TK lain apakah juga sama) Riku akan lulus dari TK ini bulan Maret nanti. Tapi 2 tahun lagi, jika Kai sudah berumur 3 tahun, aku akan memasukkan dia juga ke TK ini (kalau kami tidak pindah rumah).

Kelas Riku dan gurunya
Kelas Riku dan gurunya

:::::::::::::::::::::::::

Setelah selesai acara kelasnya Riku sebetulnya kami harus menonton satu pertunjukan dari kelas lain, baru boleh bubar. Tapi karena Kai mulai rewel, kami menjemput Riku di kelasnya. Mereka sudah selesai berganti pakaian, dan Gurunya memberikan “Hadiah Lelah” yang dimasukkan dalam kantong Merry Christmas. Isinya? kue-kue kecil. Tentu saja anak-anak senang sekali. Mereka langsung lihat apa sih isinya.

Akhirnya Jam 12 murid-murid boleh pulang, dan masing-masing membawa tas ransel, tas tenteng isi hadiah, “sepatu dalam” mereka, juga hand towel mereka seperti biasanya setiap akhir minggu. Hand towel diganti 3 hari sekali. Sementara di luar kelas, Gen sibuk menenangkan Kai yang mulai nangis. See his face!

Waktu pulang kami melihat pengumuman bahwa ternyata bakal SDnya Riku juga sedang mengadakan Bazaar, jadi Gen dan Riku pergi ke SD, sedangkan aku pulang ke rumah. Capek bow, tangan kaku karena gendong Kai terus 2 jam euy. (ngga boleh bawa baby car ke dalam TK, sedangkan Kai maunya sama aku terus … susah deh)

Well program TK yang tertinggal di tahun ini adalah Mochitsuki, membuat kue mochi yang akan diadakan tgl 12 Desember, minggu depan. Karena aku ngajar ngga bisa ambil foto-foto deh…. sedih…