Latihan

21 Nov

Menjelang Natal dan akhir tahun, ada berbagai acara di sekolah Riku dan Kai. Kalau Riku sudah selesai tampil pada acara pertunjukan musik dengan menyanyi dan bermain ansamble suling (recorder), maka giliran Kai berlatih untuk tampil dalam acara “pentas seni akhir tahun” yang dinamakan otanoshimikai. Otanoshimi itu sendiri artinya yang dinanti-nanti, tidak langsung merefer kepada pentas seni. Jadi sebetulnya bisa acara apa saja. Meskipun akhirnya jatuh pada penampilan gerak dan lagu dari anak-anak usia 3-6 tahun di TK nya Kai.

Acara otanoshimikai ini bisa kami, para orang tua tonton nanti pada tanggal 1 Desember. Sayangnya Gen pada hari itu, meskipun hari Sabtu, harus bekerja, sehingga hanya aku dan Riku yang bisa menonton. Kai sudah berlatih sejak masuk bulan September dan kelasnya memainkan operetta “Bremen the Town Musicians” berdasarkan cerita dari Jacob Grimm. Lucu juga karena sebetulnya operetta ini juga dimainkan oleh Riku waktu dia masih TK Nenchusan 5 tahun yang lalu! Dan peran yang dibawakan Kai juga sama yaitu sebagai pencuri! 😀

Nah hari Rabu ini adalah hari latihan seperti general repetisi, latihan bersama di atas panggung. Jadi pemain operetta memakai kostum yang akan dipakai pada hari H, sekaligus mencoba kostumnya. Aku selalu salut pada TK ini, mereka mempunyai stock kostum yang sudah dipakai bertahun-tahun, jadi tinggal dipinjamkan pada anak-anak, diputer-puter, kalau perlu satu item dipakai beberapa kelas sekaligus, seperti gelang kertas emas, bulu-bulu penghias kaki dsb. Jadi ibu-ibu hanya perlu menyediakan baju dalam dan celana panjang/ burma (burma adalah celana pendek bagi perempuan supaya jika roknya terangkat tidak terlihat celana dalamnya). Untuk Kai aku hanya perlu menyediakan baju kaos hitam dan celana jeans saja. Jadi tidak perlu membeli baju baru. Kalau tidak punya juga bisa meminjam teman, sehingga pentas seni ini tidak perlu biaya tambahan. Pada latihan ini anak-anak juga  mendapat kesempatan melihat pertunjukkan dari kelas-kelas yang lain, bertindak sebagai tamu, berlatih bagaimana menghargai teman-teman yang sedang manggung. Karena pada hari H, mereka tidak bisa menonton disebabkan tempat yang kecil dan harus berganti baju segala.

Guru kelas memang menyiapkan segala hiasan sendirian, juga membagikan kostum masing-masing murid. Tapi untuk menggantikan dan mengurus anak-anak ini, tentu sulit dilakukan sendirian. Jadi senseinya meminta bantuan 5 orang ibu-ibu yang bisa datang pada 3 hari, yaitu hari latihan, hari H dan hari pemotretan yang dilakukan sesudah hari pertunjukan. Dan karena kebetulan pada 3 hari itu aku tidak mengajar, jadi aku sukarela bersedia membantu gurunya. Kapan lagi, karena biasanya pada acara-acara yang membutuhkan bantuan orangtua aku tidak pernah bisa, karena biasanya jatuh pada hari Kamis atau Jumat, hari yang merupakan hariku bekerja.

Jadi tadi pagi jam 8:45 aku ke TK bersama Kai, dan membantu gurunya, bersama 4 ibu lainnya, mengganti kostum murid-murid. Karena Kai mendapat peran pencuri, aku memakaikan kostum 6 orang murid yang menjadi pencuri. Untunglah kostum pencuri tidak ribet, hanya menggantikan baju sekolah mereka dengan blus hitam dan celana jeans. Hiasan yang dipakai juga cuma gelang emas (dari kertas) dan topi. Karena aku cepat selesai, aku sempat membantu seorang murid perempuan berganti kostum ayam. Dan disitu aku sadar! Ternyata baju perempuan itu ribet ya! Waktu ganti baju sekolah saja, si anak perempuan mengenakan baju lapis 3 (tentu karena musim dingin), stocking panjang dan kaus kaki. Lalu kostum ayamnya juga harus memakai baju putih lengan panjang, stocking putih, kaus kaki putih dan burma, lalu di atas roknya pakai renda-renda, belum lagi hiasan dada, sayap dsb aduuuh. Dasar ibu dari 2 anak laki sih, jadi aku sempat termangu-mangu, mana yang duluan dipakaikan. (Padahal dirinya sendiri juga pakai baju berlapis-lapis hehehe)

Murid-murid yang sudah selesai memakai kostum masing-masing duduk di depan televisi yang memutarkan video Tom and Jerry (di sini setiap kelas punya TV+video). Sambil menunggu teman yang lain, mereka duduk anteng. Oh ya dalam pertunjukan anak TK dan SD, tidak pernah aku lihat anak yang memakai makeup tebal-tebal seperti celepuk, seperti anak-anak Indonesia. Mereka tampil selalu dengan wajah biasa, karena toh ini pertunjukan dalam sekolah. Mungkin kalau pertunjukan di luar sekolah, tampil di panggung beneran mereka pakai makeup ya, tapi di sekolah tidak pernah! Bahkan bedak pun tidak. Sekali lagi aku mengagumi hal ini, karena aku benci melihat anak-anak kecil sudah di”cat” sedemikian rupa. Memang kebanyakan ibunya yang mau menge”cat” anak perempuannya supaya terlihat cantik, tapi aku tidak suka jeh… Mungkin karena itu Tuhan juga memberikan aku anak laki-laki ya 😀 Simple dan tidak perlu dandan 😀

Kai selalu dapat posisi di tengah sehingga memudahkan untuk dipotret. Lucky! Sekeliling Kai saya blur untuk menjaga privacy teman-temannya Kai.

Operetta Bremen no Ongakutai ini berakhir dengan sukses. Kai (5 tahun) yang awalnya tegang, malu-malu, bisa memainkan perannya dengan baik. Ah selalu menyenangkan melihat pertunjukan anak-anak balita ini. Kai masih ada kesempatan satu kali, tahun depan untuk tampil di atas panggung, dan biasanya semakin besar mereka, semakin bagus pula penjiwaannya.

Setelah pertunjukan kelasnya Kai selesai, 5 ibu ditambah 2 guru heboh karena harus mengganti baju anak-anak ini dari kostum menjadi baju sekolah. Dan ini semua dilakukan di tempat duduk penonton 😀 Untung anak TK, jadi belum malu untuk bertelanjang dada di depan orang-orang lain. Kami melepas semua atribut, mencopot baju-baju dan hiasan, lalu membawanya ke kelas yang terletak di lantai bawah. Di kelas, kami memisahkan semua baju dan hiasan menurut perannya, karena hari H masih jauh, tgl 1 Desember! Sambil melipat baju dan menghitung hiasan, aku bisa bayangkan betapa repotnya gurunya untuk mempersiapkannya lagi di hari H. Menjadi guru TK itu memang perlu energi yang banyak!

Setelah tanggal 1 Desember tinggal aku dan Riku yang masih ada latihan. Yaitu latihan drama Natal untuk Riku dan latihan koor Natal untuk aku. Koor natal yang aku ikuti untuk gereja orang Jepang di Kichijoji baru berlatih 1 kali, hari Minggu kemarin. Dan di situ aku sudah mulai tidak sreg, karena lagunya BUKAN lagu Christmas Carol… lagunya mendayu-dayu tipikal orang Jepang hahaha. Tapi harus aku akui kebanyakan orang Jepang itu pintar nyanyi (nada tinggi) dan pandai membaca not balok. Aku tak bisa membaca not balok, sehingga aku harus dengar dulu orang lain menyanyi :D, baru menirunya. Ah not angka itu memang memanjakan orang Indonesia! Berani tidak ya pendidikan di Indonesia menghapus not angka dan mengajarkan not balok ke semua jenjang pendidikan? 😀 (pemain piano/alat musik sih memang bisa baca not balok, tapi tidak semua orang Indonesia bisa main piano/alat musik kan?)

(Sssttt satu lagi tambahan: Syarat menjadi guru TK dan SD di Jepang adalah : SEMUA HARUS BISA BERMAIN PIANO. Gugurlah cita-citaku untuk mengambil sertifikat guru SD Jepang hihihi)

Pentas Seni

7 Des

Jaman masih menjadi pelajar tentu pernah merasakan ada program sekolah yang mewajibkan kita menampilkan suatu karya seni di panggung, dan biasanya itu dalam class meeting atau acara perpisahan atau acara kebudayaan. Jaman masih SMP, kelas saya sering menampilkan vokal grup. Waktu di SMA, kelas saya lebih banyak menampilkan modern dance (Nah kalau modern dance gini saya biasanya ngga ikutan…bagian di belakang panggung deh… abis ngga bisa goyang sih). Inget banget pernah memakai lagunya Hawaii Five O untuk modern dance itu. Jaman itu ternyata sudah jadul banget.

Nah, yang saya ingat dulu waktu saya TK, hanya pernah satu kali menari bersama, Hula Dance dengan iringan lagu “Pearly Shells”. Tapi tidak ada yang namanya “Pentas Seni”. SD juga ngga ada deh perasaan. Tapi, di TK Riku mereka selalu memrogramkan acara Pentas Seni minimal setahun sekali.  Dan diberi nama “Tanoshimikai (Pertemuan yang menggembirakan)”. Dalam kalender satu tahun biasanya diletakkan di minggu pertama bulan Desember. Dan untuk itu mulai bulan September-Oktober, mereka mulai berlatih.

Well, aku harus acungkan jempol, kalau bisa pakai jempol kaki juga…. 4 jempol buat guru-guru TK ini. HEBAT. Bayangkan! Mengatur anak-anak usia 3-4 tahun (Nensho-san), usia 4-5 tahun (Nenchuu-san) dan usia 5-6 tahun (Nenchou -san) tidaklah mudah!Tapi artis-artis bocah ini benar-benar memukau penonton, justru dengan kesalahan yang terjadi atau gaya yang cuek-beibeh, dan yang pasti mereka lebih berani berdansa dari pada saya.

look at their costume.... itu milik TK dan dipakai turun temurun bahkan diubah paduannya dipakai lagi untuk pertunjukan berikut. HEBAT!
look at their costume.... itu milik TK dan dipakai turun temurun bahkan diubah paduannya dipakai lagi untuk pertunjukan berikut. HEBAT!

:::::::::::::::::::::::::

Riku masuk TK itu waktu usia 4 tahun sehingga tahun lalu dia baru sempat mengikuti acara Pentas Seni satu kali. Kelasnya dulu Bara-gumi (Kelas Mawar) menampilkan operetta “Bremen the Town Musicians” berdasarkan cerita dari Jacob Grimm. Dalam satu bagian (pertunjukan dibagi dua Pagi dan Siang, dan entah kenapa Riku selalu dapat bagian Pagi) biasanya ada satu operetta. Tahun ini operettanya dari kelas lain, yaitu Tsukushi Gumi. Mereka menampilkan cerita Sarugani gassen (Pertikaian Kepiting dan Monyet, cerita asli Jepang). Wow, kostum mereka coba lihat…. yang merah memerankan kepiting, memakai capit juga. Monyetnya lengkap dengan ekor dan pantat merahnya. Lalu Hachi (kumbang) lengkap dengan sayap. Bener-bener deh…..

Cerita asli Jepang, Pertikaian Kepiting dan Monyet
Cerita asli Jepang, "Pertikaian Kepiting dan Monyet"

:::::::::::::::::::::::::

Dan tahun ini kelasnya Ume gumi (Kelas Plum) dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing menari dengan iringan lagu. Riku tampil dalam lagu yang pertama berjudul “We Are”… entah aslinya lagu dari penyanyi siapa …tapi terdiri dari 9 anak laki-laki, sehingga selain dansa mereka juga menunjukkan keboleh ber-akrobat dan koprol!

Lagu We Are, Riku paling kiri
Lagu We Are, Riku paling kiri

:::::::::::::::::::::::::

Saya sendiri bangga je sama anak saya, soalnya mamanya paling ngga bisa nari, jadi meskipun dia masih suka ngelirik temen2nya sambil nari, gerakannya ngga aneh-aneh banget. Masih sama lah dengan yang lain (kurang goyangnya aja dikit…abis ndut sih hehehe). Juga waktu koprol dia bisa melakukannya dengan baik.

Dan merupakan kebiasaan dari semua tarian yaitu menutup pertunjukan mereka dengan berkumpul di tengah sambil pose terakhir. Mungkin supaya yang mau ngambil foto dari dekat juga bisa ya.Tapi sayang saya tidak bisa mendekat ke panggung, saking banyaknya orang dan sambil menggendong Kai. Untung saja Kai tidak ngamuk dan menangis sementara kakaknya nari hehehhe.

Setelah tariannya Riku selesai, dilanjutkan dengan 3 tarian dari 3 kelompok yang lain. Kelasnya dibagi 2 kelompok anak laki dan 2 kelompok anak perempuan. Persis sesudahnya Riku kelompok cewe menarikan lagu dari Kirari Revolution, sebuah cerita anime tentang anak perempuan yang menjadi artis yang bersahaja. Saya suka nonton anime yang ini, karena lagu-lagunya juga enak, meskipun agak manja manja dikit. Dan sesudah itu menarikan lagu Jepang mengenai Nelayan, dan penutup kelompok cewe lagi menarikan Christmas Medley. Sayang sekali saya tidak ambil foto, hanya ambil video dari christmas medley ini. Kalau Anda bisa akses ke Youtube, Anda bisa melihat di bagian tengah menarilah si gambariya san teman perempuan Riku yang pernah saya ceritakan waktu di Hari Olahraga, yang menderita moyamoyabyou sehingga kakinya agak lumpuh? DIA IKUT MENARI….. uh pertamanya saya tidak sadar… tapi lama kelamaan saya lihat gerakannya yang kaku dan tidak banyak goyang, dan dia di formasi TENGAH. Dan saya menjadi yakin waktu selesai, bertemu dengan ibu lain yang mengatakan, ” …chan hebat ya!” OMG, really aku jadi terharu sekali. Tidak salah deh aku memilih TK ini. (entah kalau TK lain apakah juga sama) Riku akan lulus dari TK ini bulan Maret nanti. Tapi 2 tahun lagi, jika Kai sudah berumur 3 tahun, aku akan memasukkan dia juga ke TK ini (kalau kami tidak pindah rumah).

Kelas Riku dan gurunya
Kelas Riku dan gurunya

:::::::::::::::::::::::::

Setelah selesai acara kelasnya Riku sebetulnya kami harus menonton satu pertunjukan dari kelas lain, baru boleh bubar. Tapi karena Kai mulai rewel, kami menjemput Riku di kelasnya. Mereka sudah selesai berganti pakaian, dan Gurunya memberikan “Hadiah Lelah” yang dimasukkan dalam kantong Merry Christmas. Isinya? kue-kue kecil. Tentu saja anak-anak senang sekali. Mereka langsung lihat apa sih isinya.

Akhirnya Jam 12 murid-murid boleh pulang, dan masing-masing membawa tas ransel, tas tenteng isi hadiah, “sepatu dalam” mereka, juga hand towel mereka seperti biasanya setiap akhir minggu. Hand towel diganti 3 hari sekali. Sementara di luar kelas, Gen sibuk menenangkan Kai yang mulai nangis. See his face!

Waktu pulang kami melihat pengumuman bahwa ternyata bakal SDnya Riku juga sedang mengadakan Bazaar, jadi Gen dan Riku pergi ke SD, sedangkan aku pulang ke rumah. Capek bow, tangan kaku karena gendong Kai terus 2 jam euy. (ngga boleh bawa baby car ke dalam TK, sedangkan Kai maunya sama aku terus … susah deh)

Well program TK yang tertinggal di tahun ini adalah Mochitsuki, membuat kue mochi yang akan diadakan tgl 12 Desember, minggu depan. Karena aku ngajar ngga bisa ambil foto-foto deh…. sedih…