Aku sebetulnya paling benci kata pinjam! Kalau tidak punya ya sudah… soalnya susah ngembaliinnya. Dan ini juga berlaku untuk buku. Karena itu pula aku jarang sekali pinjam buku di perpustakaan di sini sejak aku datang. Abis udah tau juga bakal lama bacanya, Kanji semua kan! Jadi mending aku beli saja, dan bisa coret-coret bacaan furigana kanji itu, tanpa harus takut kelewatan waktu pengembaliannya. Mau pinjam novel bahasa Inggris, ngga ada di perpustakaan. Jadi lebih baik beli deh.
Nah, berhubung ekonomi rumah tangga diperketat sekarang ini, budget untuk buku untuk sementara ditekan. Gen dulu juga sering sekali membeli buku tanpa sepengetahuanku karena dia naik kereta, jadi gampang mampir toko buku yang ada di stasiun. Sekarang dia naik mobil, jadi kalau mau membeli buku harus pergi dengan sengaja waza waza ke toko buku. Untuk memenuhi kebutuhan membaca ini kemudian kami menggunakan perpustakaan di daerah kami.
Perpustakaan daerah? Iya, perpustakaan ini dikelola pemerintah daerah Nerima-ku, Tokyo. Dalam satu wilayah Nerima ada 12 perpustakaan, dan yang dekat rumahku ada dua. Kami biasanya menggunakan perpustakaan yang berada dekat Taman Shakujii (Shakujii Koen 石神井公園). Perpustakaan ini baru direnovasi, jadi masih kinclong deh. Semua warga Nerima bisa menjadi anggota, dan setiap anggota bisa meminjam 10 buku untuk 3 minggu. Karena waktu itu yang mau pinjam buku si Riku dan Gen, jadi cuma mereka berdua saja yang membuat kartu anggota. Nanti seandainya perlu aku bisa buat kartu anggota dan meminjam buku untuk Kai.
Kalau mau meminjam buku bisa mencari di rak sendiri (tentu saja), atau mencari dulu di OPAC (Online Public Access Catalog), komputer untuk mengetahui diletakkan di rak mana. Kadang buku itu tidak ada di situ, tapi di perpustakaan Nerima, cabang lainnya. Untuk itu kami bisa memesan untuk diambilkan, dan disediakan supaya kami bisa ambil di perpustakaan Shakujii. Pernah Riku ingin membaca buku komik Kaiketsu Zorori, tapi 5 bukunya ada di perpustakaan lain, sehingga kami pesan. Begitu buku itu terkumpul, kami ditelepon atau dikirimi email untuk mengambilnya.
Sebetulnya bisa juga kami memesan buku itu sebelum kami datang ke perpustakaan lewat websitenya. Jadi tidak usah buang waktu. Seperti waktu Gen mau meminjam buku tentang Dewi Sri yang aku tulis di sini, kami juga memesan terlebih dahulu. Senang sekali waktu Gen mengetahui buku yang memang dia cari-cari karena sudah zeppan (tidak diterbitkan lagi) ada di perpustakaan Nerima.
Buku yang akan kami pinjam seperti layaknya perpustakaan lain, kami berikan ke petugas. Tapi bisa juga kami bawa ke mesin seperti mesin foto copy yang akan membaca code nomor perpustakaan kami dan code buku. Begitu sudah terbaca, keluar kertas bukti dan bawa pulang. Huh, semakin canggih kan semakin tidak memakai tenaga manusia. Bagus sih, tapi….. manusianya kerja apa dong 🙁
Nah, satu lagi service yang menyenangkan di sini adalah diletakkannya box pengembalian buku di luar perpustakaan. Jadi seandainya mau mengembalikan di luar jam buka perpustakaan, bisa langsung masukkan ke dalam box itu. Yang canggih aku pernah melihat box pengembalian buku perpustakaan daerah untuk Kamakura yang ditaruh di dalam stasiun! Jadi petugasnya yang “menjemput” buku-buku itu ke stasiun dan tempat strategis. Di satu pihak memang ada otomatisasi tapi di lain pihak ada pendayagunaan tenaga manusia untuk service yang lain yaitu “menjemput” dan mengumpulkan buku itu juga mengantar ke perpustakaan lain jika dipesan oleh warga.
Untuk sementara bacaan anak-anak bisa meminjam di perpustakaan deh. Selain di perpustakaan daerah ini, Riku juga bisa meminjam di perpustakaan sekolah. Tapi aduuuh buku-buku di perpustakaan sekolah udah banyak yang hancurrrr….Tapi bacaan untuk Gen dan aku memang jarang ada di perpustakaan, jadi yah harus sabar deh. Aku baru bisa beli kalau mudik ke Indonesia (kalau bahasa Indonesia, kalau bahasa Inggris ya beli deh terpaksa), sedangkan untuk Gen? beli tapi yang murah alias buku bekas!
Nah soal buku bekas aku tulis di posting lain ya….