Sailor Kid

13 Mei

Tanggal 5 Mei adalah hari Anak-anak Laki-laki di Jepang. Sebetulnya karena tanggal 3-4 Mei, kami sudah berada di Yokohama, bisa saja kami melanjutkan menginap di rumah mertua dan melanjutkan jalan-jalan di daerah Yokohama. Tapi karena tanggl 5 itu hari Minggu, Riku harus mengikuti sekolah minggu di gereja, dan aku pun harus hadir karena ada pertemuan orang tua murid dari anak-anak sekolah minggu. Kebetulan yang menjadi penasehat sekolah minggu adalah Pastor Ardy yang orang Indonesia, jadi tentunya aku harus memberikan support dong:D. Apalagi Kai yang kuajak ke gereja, karena merasa sudah akrab dengan pastor, dia duduk di sebelah kanan pastor 😀 Sok teu 😀

Setelah selesai mengikuti rapat sekolah minggu, Gen bergabung dan kami berjalan menuju stasiun. Kami memang mau memakai kereta api untuk jalan-jalan hari itu, dengan tujuan ke Minato Mirai di Yokohama. Parkir di Minato Mirai itu sulit dan mahal! Jadi lebih baik naik kereta yang lebih pasti. Setelah makan siang di Sukiya (restoran gyudon -nasi dengan tumis daging yang murah meriah), kami memulai perjalanan hari itu.

Untung saja kami datang di Yokohama Port Museum itu pas sebelum jam 2:30, jadi kami bisa ikut mendaftarkan anak-anak untuk mengikuti latihan memasang layar di kapal Nippon Maru, yang merupakan kapal pelatih. Untuk ikut acara ini sih gratis, tapi kami harus membayar harga masuk ke kapal seharga 600 yen untuk orang dewasa.

Latihan memasang layar untuk anak-anak

Tepat pukul 3:00 siang, kami berkumpul di geladak kapal dan karena pesertanya cukup banyak, maka orang tua tidak ikut memasang layar, cukup anak-anak saja. Itupun tidak semua layar dikembangkan. Hanya satu layar di bagian bawah. Kalau semua layar dikembangkan, katanya berbahaya untuk anak-anak karena harus memanjat. Yang diajarkan waktu membuka layar itu, bahwa menarik tali itu perlu banyak orang, tenaga dan keseragaman gerakan. Jadi ingat sih dulu waktu bermain ke sini waktu Riku masih kecil, kami melihat ‘pertunjukan’ mengembangkan layar oleh para kadet, dan indah sekali gerakan, juga  pemandangan layar terkembangnya.

bagian dalam kapal pelatih Nippon Maru

Sesudah acara memasang layar untuk anak-anak ini, kami bisa mengelilingi dalamnya kapal Nippon Maru. Memang Riku untuk kedua kalinya melihat dalamnya Nippon Maru, tapi Kai baru pertama kali sehingga dia mau melihat SEMUA, dan tertarik pada semuanya. Dia juga sempat bergaya mengemudikan kapal loh.

Riku dan Kai juga mencoba memakai baju kapten 😀

Setelah selesai, Gen dan anak-anak masuk ke museum pelabuhan Yokohama yang persis terletak di depannya (harga karcis 600 yen tadi sudah termasuk tanda masuk ke museum juga). Aku beristirahat di pelataran depan Nippon Maru sambil memotret yang bisa dipotret. Lama-kelamaan terasa dingin karena angin mulai bertiup, dan aku baru sadar bahwa jaketku ketinggalan di restoran Sukiya tadi :D. Untung masih ada syal, sehingga cukuplah untuk menutup leher.

Kembali berjalan ke stasiun, kami melihat bahwa di rotari sekitar tangga ada seniman jalanan  daigeido 大芸道 sedang bermain dengan api. Cukup menarik yang dibawakan sehingga cukup banyak orang yang berkumpul. Karena Kai kecil dan tidak bisa melihat, dia digendong papanya di pundak sehingga bisa menonton, sedangkan Riku sudah menyelinap ntah ke mana untuk menonton. Aku akhirnya naik tangga dan menonton dari atas. Ah, aku memang suka Yokohama! Kota pelabuhan yang modern dan bernafaskan luar negeri (baca: western).

menonton atraksi seniman jalanan

Setelah si seniman selesai, seperti halnya pengamen di sini, dia mengumpulkan uang, tapi bagi yang mau memberi saja. Aku lihat Riku diberikan uang oleh papanya, dan dia pergi ke kerumunan orang untuk memberikan kepada si seniman. Setelah itu kami berjalan ke stasiun dan naik kereta untuk pulang…. ke rumah mertua karena esoknya tanggal 6 Mei juga libur. Dan acara kami tanggal 6? nanti kutulis terpisah ya 🙂

 

Hari Anak-anak

6 Mei

Semestinya aku menulis ini kemarin, persis hari anak-anak (anak lelaki)  atau Kodomo no hi, yang sekaligus merupakan penutup rangkaian hari libur berurut yang disebut Golden Week. Kemarin kami bener-benar melewati waktu dengan anak-anak dan… alam. Mungkin hadiah alam adalah hadiah yang masih berharga saat ini, semasa alam yang hijau dan bersih masih dinikmati. Kabarnya di Tokyo kebun binatang dan beberapa tempat wisata menggratiskan karcis masuk untuk anak-anak (kapan ya di Indonesia bisa gini hehehe, hari anaknya udah ada kok). Tapi kami memang sepakat untuk tidak pergi jauh-jauh. Takut terjebak macet arus balik.

Kami pergi bersepeda ke Taman Shakujii (Shakujii Koen), sambil tak henti-hentinya aku merasa takjub, kok aku dulu bisa pilih rumah (apartemen yang kami tempati sekarang aku yang memilih persis sebelum kami menikah) yang begitu dekat dengan alam sebagus dan seluas ini, tapi masih dalam kawasan kota. Tujuan kami kali ini cuma satu, yaitu memenuhi permintaan Riku untuk naik perahu.

Bunga Wisteria berwarna ungu, biasanya memang ditanam dan merambat di atas pergola. Pertanda bulan Mei sudah datang!

Sambil melewati perumahan orang kaya dengan arsitektur yang bagus (kapan ya aku bisa punya rumah di tepi kolam/danau begini), kami bersepeda cukup jauh. Tapi tidak terasa 20 menit sampai di tempat naik perahu, di sisi Kolam Danau Shakujii. Setiap menjelang musim panas, disewakan perahu kayuh dan perahu dayung di Kolam (Danau) Shakujii ini dan libur jika musim dingin. Pikirku mungkin kalau musim dingin, tidak ada yang mau ambil resiko tercebur dan mati kedinginan ya? hihihi. Kami harus menyewa dua perahu, karena satu perahu hanya bisa 3 orang (meskipun bayi tetap dihitung 1 orang — ya iya laaaah). Jadi Papa Gen dengan Riku maik perahu kayuh biasa, sedangkan aku dan Kai naik perahu kayuh berbentuk angsa. Kai langsung berkata, “Ga…ga noru (naik angsa)”.

Kai menyetir, sedangkan mama sibuk memotret dan mengirim foto lewat HP hihihi

Sebetulnya ini bukan kali pertama aku naik perahu kayuh begini, dulu juga pernah bersama Gen dan aku ingat waktu itu aku takut sekali. Takut tercebur. Tapi kali ini entah kenapa aku enjoy sekali naik berdua Kai, dan tidak takut… dan bisa mengayuh selama 30 menit jatah mengelilingi kolam (perahu angsa 700 yen, perahu kayuh biasa 600 yen). Hmm aku perhatikan aku juga banyak berubah sejak Kai lahir. Jadi sambil aku yang mengayuh, Kai yang menyetir entah arahnya kemana terserah dia. Asal begitu mendekati perahu orang aku yang ambil kendali setirnya. Senang sekali dia bisa menyetir perahunya.

Setelah puas bermain sepeda, kami pergi mampir ke tempat bermain untuk Riku. Kai tidak bisa bermain di sini karena alat permainannya terlalu besar untuk dia, Jadi aku menjanjikan mengantar dia pergi ke taman bermain untuk anak balita yang memang ada di tengah perjalanan juga. Dan ternyata di tempat luncuran itu tertulis “Untuk usia 3-6 tahun”. Pantas Kai juga tidak begitu mahir… baru sadar kami bahwa Kai belum berusia 3 tahun. Tapi lagaknya sudah seperti anak besar! dan cerewetnya itu deh ampuuunnnn…

Kai memperhatikan kakaknya membuat gulali di mesin gulali dengan memasukkan 100 yen

Setelah bersepeda, bermain dan mandi pasir, kami pergi membeli sepatu untuk Riku, karena kondisi sepatu dia yang sudah kasiaaaan banget deh. Bolong! Padahal aku sudah belikan sepatu baru, tapi dia tidak suka karena musti pakai tali…. Pelajaran buat aku, Jangan pernah beli sesuatu untuk anak-anak tanpa dipilih mereka sendiri. Mubazir. (Aku juga tidak bisa dan tidak mau memaksakan sih…padahal ibunya Gen dulu streng nya minta ampun. Ngga ada tuh ba bi bu. Dibelikan ya harus pakai!  Tapi entahlah aku sejak anak-anak balita lebih suka membelikan sesuatu yang mereka suka, mungkin ini adalah salah satu bentuk memanjakan mereka.) Jadi deh Riku membeli sepatu yang termurah di toko itu, tidak sampai 1000 yen! Dan dia senang sekali…. dan dompet mama senang juga hehehe.

Sesudah dari toko sepatu, kami makan malam di okonomiyaki ala hiroshima. Dan sekitar pukul 8 malam Riku pergi ke Sento, pemandian umum bersama papanya. Hari ini adalah hari khusus di sento, yaitu Shobu yu, air panasnya dipakaikan batang shobu, katanya supaya anak lelaki menjadi kuat.  Tadinya aku dan Kai juga mau ikut, tapi Kai sudah terlalu capek dan mengantuk. Karena aku tidak ikut, jadi tidak ada deh foto mereka mandi berendam di Shobu-yu…hahaha (padahal biar aku ikut juga tidak bisa masuk ke pemandian khusus pria).

Hari anak-anak berlalu dengan kegiatan bersama anak-anak. Biasanya memang ada banyak kegiatan “seremonial” dalam memperingati hari anak-anak. seperti tahun lalu kami memperingati bersama Nobu, sepupu Riku dan Kai yang baru berusia 1 tahun. jadi lengkap semua makanan, perhiasan seperti Koi Nobori dan yoroi (baju perang samurai) seperti yang bisa dibaca pada posting tahun lalu. Tapi karena tahun ini ibu mertuaku kurang enak badan, kami menghapus kegiatan seremonial dan hanya bermain bersama saja.

Kata Witha yang menulis artikel ini, dari sekian banyak foto, foto Kai yang terpilih. Pasti karena senyumnya tuh hehehe. Thanks ya Wit.

Tapi tahun ini Kai memperingati hari anak-anak secara khusus sebenarnya, karena dia “masuk koran”, udah gitu koran Indonesia lagi. Foto Kai dengan hiasan yoroi terpajang di koran “Berani” edisi 27 April 2010. (dan aku lupa kasih tau keluarga di Jakarta hihihi). Maklum deh keluarga cueks, mau masuk koran kek tipi kek, udah biasa…. hahaha. Lagian kan Riku dan Kai udah “masuk internet” karena ada tuh yang bilang (beberapa) kalau tidak ada Kai dan Riku, TE ngga laku …. hiks.(mamanya nangis air mata darah deh….)

Sebagai akhir tulisan ini, aku mau berbangga sedikit dengan menampilkan karangan Riku. Suatu hari tiba-tiba dia menyodorkan karangan ini, dan membuat aku terharu. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan dia menulis begitu. Apa ada sesuatu yang dia tonton, atau di sekolah (yang aku ragukan). Tapi semoga seruan ini, tulisan dari seorang anak bisa menjadi masukan untuk  dapat direnungi.

Tulisan 1:

Mina-san (Semuanya) saya ingin membuat pernyataan.
Saya tidak suka senjata. Bukan saya saja, tapi semua negara menjadi susah.
Perang menyebabkan negara-negara menderita.
Saya ingin mengubah dunia masa depan yang baik.
Apa sebab? Saya tidak ingin kehilangan banyak orang (teman)

(halaman sebaliknya dia menulis, Apa pendapatmu?)

Tulisan 2:

Saya bisa makan kenyang, tetapi banyak orang di negara lain
tidak mempunyai makanan, sehingga banyak orang yang meninggal.
Kamu juga jika ada orang yang kamu kasihi meninggal pasti akan sedih kan?
Saya kadang-kadang memberikan sumbangan di kotak dana di Circle K.

(lalu aku kotbahin dia, sebelum kasih sumbangan —
karena kamu belum bisa bekerja dan cari uang, berusaha lah
jangan membuang makanan. Itu saja sudah bagus)

Well, semoga dunia ini mau mendengarkan juga suara dan perasaan anak-anak. Tidak keras kepala dengan pemikiran yang ingin menguasai segala sesuatu menjadi miliknya sendiri.Dan semoga anak-anakku tetap terus mempunyai hati yang murni dan peka terhadap penderitaan sesamanya.

Bouya

6 Mei

Bouya 坊や adalah sebutan kesayangan untuk anak laki-laki di Jepang. Bahasa resminya otoko no ko 男の子, tapi seperti kalau di Indonesia menamakan anak laki-laki dengan bocah atau buyung, di Jepang juga sering memanggil anak-anak laki-lakinya dengan bouya.

Koinobori

Tanggal 5 Mei adalah hari khusus untuk anak laki-laki, yang berasal dari perhitungan kalender China Kuno yang disebut dengan sekku. Hari libur ini merupakan serangkaian hari libur di akhir April dan awal Mei yang disebut Golden Week (Minggu Emas) di Jepang. Berdasarkan hukum Hari Anak-anak diperingati sejak tahun 1948 dan ditetapkan dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) untuk “menghormati kepribadian anak, merencanakan kebahagiaan anak sambil berterima kasih kepada ibu.”

(dari kiri-kanan) Papa Gen - Om Taku - Nobu - Kai
judul: Tukeran anak? (dari kiri-kanan) Papa Gen - Om Taku - Nobu - Kai

Kira-kira sebulan sebelum hari ini, di tiap rumah yang mempunyai anak laki-laki akna menghias rumahnya dengan bendera berbentuk ikan koi, yang disebut Koi Nobori. Semakin kaya keluarga itu, semakin besar dan bagus bender yang dipasang. Karena kami tinggal di mansion (apartemen) jadi tidak memasang bendera seperti itu (sekipun saya tahu ada 2-3 keluarga yang memasang di teras rumahnya). Dan biasanya kakek-nenek lebih antusias merayakan upacara anak laki-laki ini dibanding dengan keluarga muda sekarang.

Jaman dahulu, untuk merayakan hari anak laki-laki ini, keluarga akan membelikan replika baju samurai yoroi, topi/helm samurai kabuto, dan sebagai tambahan patung anak laki-laki kuat dalam dongeng Kintaro. Semakin besar, semakin lengkap menunjukkan kekayaan keluarga itu. Dan  memang harga satu set perlengkapan ini tidak main-main loh. Satu kabuto helm samurai saja, saya lihat berlabelkan harga 250.ooo yen di sebuah departemen store terkenal. Baru kabuto, belum yoroi (yang biasanya jarang dipunyai).

Tapi sekarang karena keluarga muda banyak yang tinggal di apartemen, tidak ada tempat untuk meletakkan perhiasan seperti itu, sehingga semakin kecil semakin bagus (meskipun harganya belum tentu semakin murah hehehe).

Kai - Nobu - Riku

Tahun ini kami memperingati hatsu sekku, peringatan anak laki-laki pertama untuk Nobu (10 bl), sepupu Riku dan Kai. Jadi seperti biasa kami berkumpul di rumah mertua di Yokohama. Di sana sudah terhias satu set perhiasan yoroi dan kabuto yang sudah berusia 60 tahun lebih (yang dibelikan untuk bapak mertua saya olehbapak-ibunya). Biasanya kami mengadakan pesta di rumah, tapi karena kali ini dihadiri oleh besan, orang tua adik ipar saya, maka acara makan-makan diselenggarakan di sebuah restoran dekat rumah.

Sulit sekali untuk mengumpulkan kami yang memang tinggal di berlainan kota, apalagi mengumpulkan ke tiga cucu keluarga Miyashita untuk bisa berpose dengan baik, tanpa menangis, di depan hiasan untuk diambil fotonya. Well, yang penting ketiga cucu laki-laki ini bisa hidup sehat dan menjadi besar dan kuat, serta berbakti pada orang tua.

Imelda - Nobu - Om Taku
Imelda - Nobu - Om Taku

Anda juga bisa membaca tulisan saya tahun lalu tentang “Hari Anak Laki-laki“.

Tambahan informasi:

Ada pula  upacara untuk anak perempuan yang dirayakan tanggal 3 Maret,  yang sering disebut dengan Hina Matsuri. Saat ini menghias rumah dengan hina ningyo (boneka hina)

Jumlah anak-anak berusia 15 tahun ke bawah menurut data 1 April 2009  sebanyak 17.140.000, lebih sedikit 110.000 dibanding tahun sebelumnya dan sudah 28 tahun berturut-turut mengalami penurunan jumlah.

Kai dan mama kampai!!!
Kai dan mama kampai!!!