Karaoke

18 Sep

Ah begitu banyak yang aku mau tulis, tapi akhir-akhir ini semangat menulisku terpecah ke beberapa kegiatan, dan ya, salah satunya adalah bermain game. Huh, padahal sudah hampir satu tahun lebih aku sudah tidak bermain game loh. Ternyata juga panasnya Jepang membuatku insomnia dan malas berpikir.

Sudahlah, jangan menyalahkan siapa-siapa. Mumpung lagi mau menulis, lebih baik aku tuliskan dulu apa yang ada di benakku sekarang.

Cuma mau laporan! Kemarin adalah hari Lansia, tapi kami tidak pergi ke rumah mertuaku di Yokohama. Karena tiba-tiba saja Gen berkata, “Mel, kalau aku kerja hari Senin, boleh?” (Soalnya Jumat nanti dia ambil cuti, untuk mengikuti open school nya Riku). Ya, tentu saja bolehlah. Akibatnya ada satu hari libur yang… nganggur. Riku begitu kecewa papanya kerja di hari libur. Jadi aku mengajak dia pergi ke karaoke.

Kenapa aku mengajak ke Karaoke? Sebetulnya waktu aku mudik kemarin ada dua kali kesempatan kami sekeluarga besar berkaraoke. Pertama waktu ulang tahun keponakan pas hari Idul Fitri. Kami diundang ke sebuah restoran di Kelapa Gading.Waduuuh aku udik deh, baru pertama kali ke Kelapa Gading Mall, dan lewat Mall of Indonesia 😀 Untung juga ada undangan itu, sehingga aku keluar dari predikat “udik” hehehe. Dan saudara-saudara, KGM itu penuuuh yah 😀 Berasa di Singapore juga karena banyak dijual makanan non halal. Ya, jadi ceritanya hari itu kami pergi “nyekar” dulu ke Oasis Lestari, sowan mama pada pukul 2 siang, lalu pulangnya daripada kembali ke rumah, lebih baik kami pergi langsung ke Kelapa Gading saja. Undangan ulang tahunnya sih jam 6:30, tapi jam 4 kami sudah di KGM. Ceritanya mau minum kopi, tapi di eat-and-eatbegitu banyak pilihan makanan, sehingga kami akhirnya kebanyakan ngemil “besar” deh 😀 (aduh terbayang lagi deh itu mpek-mpek uenaaak tenan)

Nah sekitar jam 6:20 kami menuju restoran Green Leaf, di lantai 2 saudara sepupuku  sudah memesan satu kamar besar yang berkaraoke. Jadilah kami makan (lagi) makanan chinese sambil berkaraoke. Wah meskipun jurang usia terbentang lebar, cukup seru lah. Ada tante-tante (adik-adik gue sih) menyanyi Maroon 5, yang usia belasan menyanyi… apa ya? judule aku ngga tau. Lalu yang opa-oma (papaku dan aku hahaha) menyanyi lagu Blue Velvet, Yesterday dan macam-macam deh, lagi tahun 60-an 😀 Senang juga mendengar suara papa menyanyi, karena sudah lama sekali kami tidak karaoke bersama. Ternyata suaraku bagus (huh muji diri sendiri, abis sapa lagi yang mau muji ya hahaha) karena keturunannya papa (etapi mamaku juga bagus loh suaranya). Aku ingat dulu kami punya LP karaoke player dan kadang menyanyi di rumah…. jaman kapan tuh ya? 1985-an mungkin.

di sini lumayan banyak lagu Jepang, tapi Rikunya yang tidak (sempat) nyanyi

Nah, kami deMiyashita juga diminta nyanyi bahasa Jepang, tapi lagu bahasa Jepangnya tidak ada yang kami tahu. Kalau lagu bahasa China tentu banyak. Apalagi untuk Riku, meskipun diminta nyanyi dia tidak bisa nyanyi, karena tidak tahu satu lagupun. Padahal Riku suka menyanyi. Mengulang “kemesraan” keluarga kami, beberapa hari sesudahnya kami pergi khusus ke karaoke bersama, mumpung masih libur lebaran. Nah, kupikir karena karaokenya khusus di tempat karaoke  (bukan restoran) mustinya banyak juga dong bahasa Jepang. Dan memang, banyak lagu bahasa Jepang, tapi….. Riku tidak tahu. Ada satu lagunya Southern All Stars yang diketahui Riku dan Kai, berjudul Namida no Kiss…. ngga banget deh untuk anak-anak, wong judulnya aja artinya “Ciuman Air mata” hahaha. Tapi mereka hafal karena sering kupasang di mobil, waktu kami bertiga pergi ke Meguro untuk mengajar.

kedua krucils menyanyi dengan asyiknya 😀

Karena selama 3 jam itu akhirnya Riku tidak bisa menyanyi sama sekali, aku bilang, “Pulang ke Jepang, mari kita latihan karaoke yuuk”. Dan kesempatan kemarin itu, kami bertiga pergi ke Kichijoji. Tentu saja karena karaoke room di Jepang, pasti ada lagu-lagu baru yang bisa dinyanyikan anak-anak terutama lagu OST dari anime-anime terkenal. Jadilah Riku menyanyi 5-6 kali lagu yang sama hahahaa.

Mamanya? sempat sih nyanyi lagu lama sementara Riku istirahat, tapi karena moodnya lain tidak begitu asyik deh nyanyinya. Aku jadinya menonton saja mereka menyanyi. Untung cuma 2 jam hahaha! Tapi Kai seperti biasa, malu-malu tidak mau menyanyi. Ini anak emang aneh. Kalau di rumah nyanyi kencang-kencang tapi kalau di luar rumah….duh susah disuruh nyanyi. Dia juga paling malu disuruh bergerak (berdansa mengikuti irama seperti senam/gerak dan lagu)… padahal nanti tanggal 8 Oktober akan ada acara olahraga di sekolahnya. Setiap hari dia tidak mau ke sekolah karena tidak mau disuruh ikut acara 🙁 Sampai terpaksa aku pakai berbagai cara membujuknya, ya es krim, ya coklat, ya ngga boleh nonton TV seminggu dsb. Cara yang paling ampuh adalah mencabut semua listrik jam 8 pagi sebelum dia bangun, supaya dia tahu, meskipun dia tinggal di rumah tidak bisa ngapa-ngapain karena tidak ada listrik 😀 (Bulus ya :D)

di lorong tempat karaoke

So, kami memang melewati hari Senin yang menyenangkan bertiga, berkaraoke. Tapi waktu melihat Riku menyanyi, akupun teringat dulu waktu aku pertama datang ke Jepang juga getol karaoke setiap minggu. Selain sebagai hiburan, bagiku karaoke merupakan salah satu cara belajar KANJI yang paling ampuh. Aku dipaksa untuk menghafalkan kanji dan mengucapkan bacaannya. Jadi kadang sebelum coba menyanyi, aku cari dulu bacaan kanjinya di kamus :D. Dan sepertinya karaoke akan menjadi salah satu tempat tujuan baru deMiyashita.

Suka karaokean? Apa manfaat karaoke bagimu? Yuuuuk nyanyi yuuuuk.

Sweet and Fun

30 Mar

Dalam posting “Magnolia“, aku menulis bahwa aku sudah mulai stress, dan langsung ditanggapi teman gerejaku, Lisa, katanya, “Mel jgn stress yuk bikin acara ngumpul di park pas anak2 lg liburan nih… Atur waktu biar nesta ama inge bs ikutan sekalian:) aku tunggu ya…”. Dan kupikir memang benar, aku harus keluar dan bertemu teman-teman. Setahan-tahannya aku dengan segala “cobaan” untuk panik, ada batasnya juga. Dan karena aku harus mengajar hari Senin, maka aku set hari Selasa tanggal 29. Tadinya ingin mengunjungi NHK Park di shibuya, tapi waktu aku cari di website bisa tahu bahwa NHK Park itu tutup s/d bulan September. Jadi?

Akhirnya aku menentukan tempat pergi kali ini adalah resto sweet and cake all you can eat yang bernama “Sweet Paradise”. Terakhir aku pergi ke resto ini tgl 26 Juni th 2008, hampir 3 tahun yang lalu!

Karena takut tidak dapat tempat sekaligus tanya apakah mereka buka seperti biasanya sesudah gempa, sebelumnya aku sudah telepon dulu. Ternyata buka, dan aku reserve untuk 7 orang jam 11:30.

Jadi jam 11 kami berkumpul di Hachiko, Shibuya, sebuah tempat orang-orang Jepang janjian untuk bertemu dengan patung anjing Hachiko yang terkenal itu. Riku dan Kai juga sudah senang sekali mendengar aku ajak mereka untuk ke restoran bertemu orang Indonesia (ntah kenapa kedua anakku suka sekali kalau bertemu tante-tante hihihi), apalagi waktu kubilang bahwa ada satu tante (Lisa) membawa 2 anak laki-laki juga. “Mama, dia akan bawa DS ngga ya? aku mau tanding dengan dia”…duuuh kemana-mana mainnya game aja.

Hebat deh teman-temanku ini, Lisa dan Riku, teng jam 11 sudah ada di Hachiko! Good…sudah menjadi orang Jepang hihihi. Tadinya masih tunggu Whita akan join atau tidak, tapi ternyata suaminya sakit cukup parah sehingga perlu diinfus. Jadi Whita batal ikut makan-makan kali ini.

Kami berjalan ke arah Resto Sweet Paradise ini yang terletak di Spainzaka, sebuah daerah bagian tengah yang cukup padat dengan toko dan resto. Untung saja bisa pakai GPS nya sehingga tidak kesasar, dan bisa langsung ketemu. Meskipun kami datang lebih pagi dari jam pesan, kami dipersilahkan masuk. Oh ya di sini sistemnya pakai sistem bayar duluan di vending machine (mesin tiket). Dewasa 1480 yen dan anak-anak dari 4 tahun 840 yen. Yipiiii, Kai tidak usah bayar karena masih 3 tahun (Orang Jepang jarang berbohong dengan umur anak. Dan pegawai toko juga tidak minta surat keterangan yang menunjukkan umur anak tersebut).

Kami diantar ke meja, dan persis deh anak-anak satu meja, ibu-ibu satu meja. Memang awalnya Kai maunya duduk dengan aku, tapi akhirnya dia bisa akrab dengan Ruben, sulunya Lisa. Layaknya di restoran all you can eat di Indonesia, seperti Hanamasa atau American Grill, di sini kita tingga ambil apa yang kita mau. Dan meskipun dikatakan Cake and Sweet, di sini disediakan juga spaghetti berbagai jenis, nasi, kare, udon dan sandwich. Juga ada salad, sup, bermacam agar-agar, es krim, minuman dan… 10 jenis lebih kue.

cakes and chocolate

Kecuali Kai, anak-anak sudah cukup besar untuk ambil makanan sendiri, apa yang mereka mau. Sedangkan Kai yang memang penyuka spaghetti lebih asyik bermain sambil aku suapi. Selain jenis makanan yang aku sebutkan tadi, ada juga fountain coklat cair (aku jadi ingat Narpen… Narp kalau ke Tokyo kita makan di sini yuuk, di Kichijoji dekat rumah juga ada kok). Dan ada pop corn…. lucu sekali melihat Kai bolak balik ambil pop corn terus. Benar-benar terlihat bedanya kedua anakku ini. Riku suka manis, Kai suka asin 😀

Sambil makan 90 menit (memang cuma bisa 90 menit…tapi itu cukup lama), aku, Lisa dan Nesta ngobrol soal gempa dan kepanikan orang-orang yang terlalu “lebay”. Lihat saja di mana-mana sudah penuh orang jalan-jalan mencari hiburan, tanpa ada yang pakai masker (kecuali sakit) dan tanpa was-was. Enjoy aja tuh. Memang sih kalau tinggal di rumah terus, lalu menonton berita terus, apalagi isinya tentang kehidupan pengungsi yang sedih, bawaannya tentu suram terus. Yah sama dengan aku setelah 2 minggu tanpa hiburan bertemu teman, rasanya mulai tertular panik. Padahal semua BIASA-BIASA saja. Di dekat rumahku memang tissue dan air mineral tidak ada, tapi di dekat rumah Lisa dan Nesta masih banyak kok. Wilayahnya lain kebutuhannya memang lain. Wilayahku memang banyak perumahan dengan keluarga-keluarga yang minimum 4 orang (ayah-ibu-2 anak) sehingga kebutuhan pokok cepat habis.

Sayang sekali Whita tidak bisa hadir

Senang sekali bertukar cerita begini, dan kami semakin yakin bahwa orang Jepang itu memang hebat! Menurutku itu semua karena masyarakat Jepang adalah masyarakat Tate shakai atau vertikal (jadi ingat kuliahnya Ibu Jenny Simulya “Sistem Masyarakat Jepang” )  yang menuruti perintah atasan. Jadi kalau atasan berkata “OK, tenang saja” atau “tidak apa-apa”, ya mereka percaya saja.

Begitu mendekati waktu 90 menit habis, kami bersiap-siap pulang. Karena memang berbenturan dengan makan siang jadi antriannya panjang banget di luar. Restoran juga kebanyakan penuh oleh remaja-remaja putri, jadi…rame deh hihihi

Berjalan ke arah pulang, bingung juga mau ke mana. Kalau ke departemen store sudah pasti anak-anak bosan. Susah deh kalau pergi dengan anak-anak, tapi memang rasanya kami belum mau berpisah saat itu. Wong baru jam 1 siang….. Jadi akhirnya kami mampir deh ke karaoke. Dan sebetulnya aku sudah lama sekali tidak pergi karaoke. Terakhir kapan ya?

Ini kesempatan pertama karaoke untuk Kai, tapi juga pertama kali untuk Riku setelah dia bisa baca hiragana sendiri. Riku cukup banyak tahu lagu-lagu anime dan acara TV, sehingga bisa menyanyi. Senang juga mendengar anakku menyanyi. Musti sering-sering pergi nih. Karena si Kai juga kelihatannya suka menyanyi. Yang pasti dia tidak mau melepaskan mike dari genggamannya 😀

Tidka mau melepaskan mike dari genggaman 😀

Yang tadinya hanya mau 1 jam karaokean, menjadi 2 jam. Dan akhirnya kami berpisah di depan patung Hachiko kembali, untuk berjanji bertemu lagi jika ada kesempatan. Minggu depan sakura mulai mekar di Tokyo, jadi kalau bisa kami akan pergi ke taman bersama anak-anak.

Terasa sekali secara mental aku bisa recharge dengan pertemuan ini. Sampai-sampai kemarin aku malas posting hehehe. Hari ini pun aku paksakan posting supaya jangan sampai menjadi malas. Bahaya loh begitu “libur” posting, biasanya akan keenakan, keterusan libur, dan menjadi hiatus. Jadi …. jangan sampai libur lama-lama deh (ini pengalaman pribadi loh)

4 boys di depan patung Hachiko

 

Boling

22 Jun

Aku masih belum biasa mengatakan boling untuk bowling, sebuah cabang olahraga yang: “berupa permainan dng menggelindingkan bola khusus untuk merobohkan sejumlah gada yg berderet yg kemudian dapat tertata lagi secara otomatis; bola gelinding” (kbbi daring). Yah memang kalau mau menyingkat bola gelinding jadi boling, memang tidak perlu huruf “w” di tengahnya. Hanya saja, aku masih belum bisa melihat boling sebagai sebuah cabang olahraga. Soalnya aku jarang melihat orang berkeringat dengan main boling, lha wong tempatnya biasanya ber-AC gitu.

Pertama kali kenal boling dari tante kenalan keluarga yang cukup mahir sampai pernah dikirim sebagai kontingen nasional. Tapi selama tinggal di Jakarta belum pernah menyentuh bola boling! Aku pertama kali kenal boling ya di Jepang sini.

Boling adalah satu “kegiatan” kumpul-kumpul waktu mahasiswa selain karaoke. Dosen pembimbingku di tahun pertama pernah bertanya, “Imelda bisa boling?” Aku cuma bengong dan bilang, “belum pernah main”. Jadi batal deh acara bolingnya karena kasian pada diriku hihihi, dan diadakan acara makan-makan saja. Sesudah makan-makan baru pergi karaoke, dan dosenku tidak ikut. Katanya, “Kalau acara karaoke lebih baik mahasiswa saja, biar lebih rileks. Kalau ada saya nanti tegang semua…” hihihi. Well, tahun-tahun kuliah di sini memang diisi dengan boling dan karaoke (selain juga minum-minum/makan-makan tentunya)

Jadi? Imelda jago dong main bolingnya? Meskipun cukup sering “strike” tapi jumlahnya masih kalah dengan “masuk got”, dan sepertinya tidak jago-jago mainnya. Cukup dengan “pernah main” aja deh. Eh tapi kalau main boling di computer game sih jago hihihi. Kadang ingin sih main lagi di Jakarta waktu mudik. Yang aku tahu dulu di Blok M ada tempat main boling, tapi sekarang tidak ada. Adik sepupuku kalau main boling jadinya di Manggala Wanabakti Bowling Center, Jl Jend Gatot Subroto. Tapi aku selama ini belum pernah ke sana. Perlu dicoba mungkin nanti kalau mudik ya…. Dari pembaca TE ada yang jago boling ngga?

Kenapa tiba-tiba aku menulis soal boling? Ya tentu saja ada alasannya, yaitu hari ini tanggal 22 Juni adalah hari peringatan untuk boling, yang ditentukan sebagai hari boling oleh “Serikat Tempat Bowling Jepang“, karena menurut sejarahnya tanggal ini di tahun 1861 tercatat sebagai hari pertama dibukanya tempat bowling di kompleks orang asing Nagasaki.

Sekaligus aku juga mau mengucapkan selamat ulang tahun kota Jakarta, tempat kelahiranku yang ke 483 tahun.

Dirgahayu Jakarta!

Hari ke 22 – Balai Melayu

14 Mar

Hari ke 22, tanggal 8 Maret 2009…. bagaikan antiklimaks, aftermath yang meninggalkan rasa kosong di hati.

Aku terbangun sekitar pukul 6 pagi, masih melihat beberapa teman tergolek di kasur. Tapi Riku yang selalu bangun pagi, segar bugar bangun dan berjalan-jalan sendiri. Di luar aku melihat Mas Totok dan entah Mas Goen, ntah Mas Arief masih ngobrol. Wah bener-bener lek-lek-an dia. Kemudian Mas Tok pamit untuk menjemput istrinya.

Banyak yang tidak kuingat pagi itu, termasuk siapa yang memesan sarapan … Lala pastinya. Karena hanya yang dia memesan Mie Goreng, sedangkan yang lainnya Nasi goreng. Oleh petugas Hanis, sarapan di atur di meja di luar, padahal waktu aku cek in, mereka bilang harap makan di restoran, karena mereka tak sanggup bawa peralatan untuk 8 orang ke villa. Wah, pelayanan extra lagi. Memang pelayanan di Villa Hanis ini top banget. Apalagi Mbak Wanti yang selalu menanyakan padaku apa ada yang mereka bisa bantu. (Aduh aku ingat dia yang membereskan semua sampah yang kami tinggalkan begitu saja sewaktu berangkat ke Kweni. Aku sampai mempercayakan kunci padanya, padahal ada laptop yang kami tinggalkan)

Sarapan pagi di luar, di halaman Villa, di pagi yang masih berselimutkan embun. Alangkah romantisnya. Apalagi kelak jika pembangunan kolam renang di sisi kanan villa selesai. Wah deh…. Semoga saja suatu waktu aku bisa mengajak Gen datang ke sini. Villa ini jauh masuk ke dalam sehingga memang privasinya terjaga.

Mas Arief, Mas Goenoeng, Riku, Lala, Noengki, Danny dan aku mengelilingi meja, menikmati breakfast di udara terbuka. Topik pembicaraan kemarin dilanjutkan, masih mengenai zodiak dan sifat-sifat mereka. Paling senang mengganggu Mas Arief yang selalu kupotong kalimatnya hehehe. Jangan marah ya Mas.

Setelah sarapan selesai, aku mandi. Karena tadi pagi setelah bangun tidur, aku sempat dipijat oleh Noengki. Oh ya! sekarang aku ingat…. memang Lala yang memesan sarapan karena saat itu aku masih berteriak kesakitan setiap kali Noengki memijat bagian yang sakit. Memang aku terbangun dengan bahu kanan nyeri sampai ke telapak tangan, dan aku tahu bahwa Noengki bisa memijat, jadi aku minta tolong padanya. Satu botol balsem habis deh dipakai (abis badan kamu gede sih mel! hihihi). Hebat memang kamu Noengki, selain jadi dokter gigi bisa menjadi pemijat. Atau pijatanmu ini bisa jadi service tambahan untuk pasiennya? seperti di salon-salon jika kita potong rambut mendapat extra service dengan pijatan? Enak juga pasiennya Noengki ya…..heheeh

Waktu aku selesai mandi, rupanya Mas Totok sudah kembali dengan istrinya. Dan mau langsung pamit pulang ke Gunung Kelir. Sayang sekali aku tidak sempat bercakap banyak dengan istri Mas Tok yang kelihatan cerdas dan manis itu. Mungkin lain kali aku akan pergi ke Gunungmu yang kamu banggakan itu Mas! Tunggu saja aku akan ke sana. Dan saat itu tolong siapkan anak kambing etawa guling yang katamu enak itu. Tapi jangan tagih aku seharga avanza ya…. Karena kalau seharga itu bagaimana aku mau beli avanza untuk pergi ke Gunung Kelir? (Salh mel… kamu musti beli 4WD untuk bisa ke sana, surga bandwith internet tapi tanpa sinyal XL)

Mengantar Mas Totok sekeluarga sampai depan pagar Villa, dan setelah itu “NARSIS TIME”. Untung aku sudah mandi, meskipun belum bermake up. Dengan pose ala pre-wed, jadilah kami model dadakan. Ada satu foto yang bagus dengan judul “Majikan dan Tukang Kebun” tapi sayang tidak bisa saya tampilkan di sini tanpa ijin si Tukang Kebun hahaha. (Baru kali ini kan Majikan harus minta ijin dulu pada si tukang Kebun). Sementara itu saya akan menampilkan foto narsis 3 dara (ups bukan dara lagi sih hahaha) tiga primadonanya Villa Hani’s.

Selesai berfoto-foto, Mas Goenoeng dan Mas Arief pamitan untuk pulang ke Semarang. Terima kasih banyak atas kehadirannya dan partisipasi dalam acara Bocah Kweni. Mungkin tahun depan bisa kita adakan di Semarang, dengan Mas Goenoeng selaku EO nya? Who knows….

Karena Noengki harus pulang dan mengejar kereta pukul 14:30, sekitar jam setengah satu kami keluar villa menuju stasiun dengan mobil rental. Pak Sudi kali ini yang mengantarkan kami. Mobil ini sangat mendadak aku pesan, dan hebatnya bisa datang dalam 1 jam! Kupikir kalau tidak bisa, ya kita pakai taksi pergi bersama… meskipun kurang praktis. Satu lagi pelayanan Villa Hani’s yang patut diacungkan jempol.

Mampir di toko Gudeng (ngga ngerti namanya apa) untuk membeli oleh-oleh, kemudian bergegas ke stasiun. Mas DM mengantar bu dokter gigi sampai beliau aman naik kereta, sementara kami mengobrol di dalam mobil. Dan setelah itu kami pergi bersama ke arah Pasar Bering Harjo (bener ngga ya tulisnya) untuk makan Mpek-mpek sementara si Lala jalan ke arah pasar untuk mencari batik (yang akhirnya tidak ketemu jg).

Dari situ kami menuju Ambarukmo Plaza, untuk mencari hotspot (apalagi hahaha), sambil bertemu blogger pengunjung tetapnya Penganyam Kata (sorry I can’t recall her name) di AW lantai sekiannya Ambarukmo Plaza. Di sini Riku sempat bermain di game center sebelahnya AW ditemani Lala. Makasih ya La….

Mengingat kami punya janji dengan Mbak Tuti Nonka jam 7 malam di Balai Melayu, sekitar jam 5 kami meninggalkan Ambarukmo Plaza dengan maksud pulang ke Villa Hanis untuk ganti baju dan mandi, dan berdandan…supaya harum, cantik dan tidak malu-maluin datang ke acara “Singing and Dancing” Mbak Tuti.

Tapi hitung punya hitung, kami tidak akan keburu pulang dan kembali lagi ke Balai Melayu tepat waktu. Dan aku tidak mau kita terlambat seperti kemarin. Jadilah kita pergi ke Balai Melayu dengan baju yang sama, tanpa mandi, hanya membetulkan make up dalam mobil setelah kami memarkirkan mobil di seberang Balai Melayu pukul 18:30. (Mandi parfum saja deh Mbak Tuti heheheh)

Kami turun mobil 5 menit sebelum pukul tujuh, dan memasuki Balai Melayu. Tidak begitu besat tempatnya tapi apik dan benar-benar bisa merasakan nuansa melayu di sana. Mbak Tuti tentu saja pernah mengulasnya di blognya. Kami dipandu melihat lantai atas sampai ke teras balkon lantai atas yang sejuk. Konon teras ini ikut ambruk waktu gempa menghantam Yogya, kemudian dibangun kembali. Tentu saja ini merupakan spot yang bagus untuk narsis kembali. (Bukan blogger deh kalo tidak bisa narsis hahaha)

Ada detil-detil Balai yang sempat terekam dalam kamera, berkat kejelian Danny. Sehingga mungkin kelak bisa dicatatkan royaltynya loh Mbak Tuti…. yaitu pegangan pintu berupa “keris” (entah apa namanya…keris bukan ya?). Unik!!

Setelah berjalan-jalan mengitari Balai Melayu dari atas sampai bawah, kami diajak bersantap malam yang sudah disediakan Mbak Tuti. Ada bistik, ada nasi goreng, ada lasagna…. Kalau tidak ingat diet, pasti aku coba semua tuh mbak. (Tapi dibungkus juga sih akhirnya untuk dibawa pulang)

Setelah selesai makan, lanjut deh dengan acara Dancing!!! Karena guru dansa Mbak Tuti ikut hadir, jadi kita seakan menonton para profesional menari. Lala dan Hesti ikut berdansa.

Aku? OH NOOOOO kalau aku ikut berdansa, Gempa kedua akan menghantam Yogya lebih kuat lagi. Aku paling tidak bisa memadukan gerakan kaki dan tangan dan seluruh badan deh. Ritmenya itu loh. (Goyang dangdut itu juga sulit loh…udah coba juga dan ngga bisa hahahah) . Hanya pernah dansa walts yang dipandu cowok (hmmm siapa ya waktu itu… oh Darma Sutantio yang di New York sekarang (apa kabarnya dia ya?)! dia yang mengajari aku dansa (once and the last one) dan pasti dia kapok deh sakit kakinya keinjek-injek hahaha). Jadi, boleh percayakan mike padaku tapi jangan percayakan lantai dansa padaku. Bubar maning! Bubar kabeh! Bubar grak!!

Sambil makan desert, kita dihibur calon penyanyi broadway, Miss (tra) Lala dengan lagu-lagu eighties. Mbak Tuti juga…dan saya juga. Lagu andalan saya semuanya Jazz sih, Masquerade, Just the way you are, You needed Me… paling yang pop If we hold on together… Yang agak sulit adalah lirik yang tercantum di buku pinternya suka salah, jadi aneh hehehe.

Semua yang hadir dari blogger akhirnya menyanyi. Uda Vizon dengan lagu kesayanganku juga, “Arti Kehidupan” nya Mus Mujiono (udah tahu sekarang artinya kehidupan itu apa uda?) dan Danny dengan lagu-lagunya MJ… Jadilah dia Daniel Jackson (jadi nama whiskey deh dia — Daniel Jackson. Another name for the Whiskey drink Jack Daniels.)! Hebat! (jangan-jangan DM juga jago melantai nih) …. Maaf foto tak bisa saya pajang tanpa ijin ybs hihihi.

Gantian deh aku dan lala menguasai panggung… doooh panggung ni ye…. Tapi kita juga musti tahu diri karena Balai Melayu bukan Karaoke Box yang kedap suara. Dan masih untung Host kita mbak Tuti masih mau memberikan waktu sampai lewat dari jam 10 loh.  Jadi sambil kukut-kukut, dibungkusin sangu untuk nyemil.

Yang paling asyik waktu kami menerima hadiah CD LANGKA. Yang dicari dan mau bayar mahalpun belum tentu dapat di toko-toko. CD nya bermeteraikan nama ku khusus!!! Dan boleh dong PAMER hihihi… Penyanyinya Top, Mbak Tuti Nonka yang dulu kukenal sebagai novelist, tapi sekarang bertemu sebagai blogger. Terima kasih banyak untuk kado special (pake telor) nya mbak. Juga sebuah buku yang aku tahu aku HARUS punya, yaitu 366 Cerita Rakyat Indonesia dari Adi Cita, penerbit kepunyaan suami Mbak Tuti.

Terima kasih banyak Mbak Tuti untuk malam yang begitu mengesankan. Jangan kapok untuk memanggil/mengundang bloggers datang lagi. Mungkin saya juga akan mengajak Mr. Miyashita untuk mengunjungi Balai Melayu, jika kami bisa vacation lagi ke Yogyakarta. Malam terakhir di Yogya benar-benar mengesankan.

Bunga – Mekarkan bunga di dalam hati semua orang

17 Feb

Bagi mereka yang pernah ke Jepang, dan mungkin pernah pergi ke karaoke di Jepang, kebanyakan tahu lagu ini. Hana – Subeteno hito no kokoro ni hana wo- ~すべての人の心にを. Begitu lagu ini mengalir dan masuk ke telinga, pasti kita akan merasa damai, dan FAMILIER. Karena cengkok lagu ini mengingatkan kita pada lagu-lagu jawa. Padahal lagu ini asli Jepang, yang dikarang oleh orang Jepang (or I should say lagu asli Okinawa, yang diciptakan oleh orang Okinawa) .

Shoukichi Kina and the champloose merupakan sebuah grup musik Okinawa yang dibentuk pada tahun 1968 (waduh setua saya nih) dan pada tahun 1979 melahirkan sebuah lagu yang terkenal seantero Jepang, bahkan sampai ke luar negeri. Ya sebuah lagu yang berjudul Hana atau BUNGA ini. Menurut teman saya, Zay yang memang ahlinya radio (yang punyanya Radio Soka di Jember) , lagu ini bisa dikenal di segala penjuru dunia karena dicover oleh Emil Chou dengan judul “Hua Xhin”.

Coba deh dengar lagu ini yang dinyanyikan oleh penyanyi aslinya di depan kuil Toudaiji. Saya kok kalau melihat penyanyinya Shoukichi Kina jadi ingat pada Sujiwo Tejo, yang kemarin sempat lihat waktu kopdar dengan mbak Tuti. (Yug, kalau boleh dipasang tuh foto kamu dengan Pak Sujiwo Tejo).

Saya coba terjemahkan lirik lagunya sebagai berikut :

Bunga – Mekarkan bunga di dalam hati semua orang

Sungai mengalir …entah kemana
Manusiapun bergerak entah kemana
kelika aliran itu sampai tujuan
Ingin kumekarkan sebagai bunga
Menangislah  dan tertawalah
entah kapan
Mekarkanlah bunga itu

Air mata mengalir… entah kemana
Cinta pun mengalir entah kemana
dan aliran itu pada saatnya
ingin kusambut sebagai bunga
Menangislah  dan tertawalah
entah kapan
Mekarkanlah bunga itu

Bunga  dapatlah tertawa sebagai bunga
Manusia dapat mengeluarkan air mata sebagai manusia
Itulah lagu alami
di dalam hati mekarkanlah bunga itu
Menangislah  dan tertawalah
entah kapan
Mekarkanlah bunga itu

( by Shoukichi Kina and the champloose) terus terang waktu saya baca nama kelompoknya yang ditulis katakana, saya pikir asli penulisannya the Campurs. Karena memang di Okinawa ada masakan bernama Goya Campur (Pare campur yang ditumis). Diperkirakan kata campur ini memang berasal dari bahasa Indonesia yang menyeberang sampai ke Okinawa.

teks bahasa Jepangnya

川は流れて どこどこ行くの
人も流れて どこどこ行くの
そんな流れが つくころには
花として 花として 咲かせてあげたい
泣きなさい 笑いなさい
いつの日か いつの日か
花を咲かそうよ

涙流れて どこどこ行くの
愛もながれて どこどこ行くの
そんなながれを このうちに
花として 花として むかえてあげたい
泣きなさい 笑いなさい
いつの日か いつの日か
花を咲かそうよ

花は花として わらいもできる
人は人として 涙もながす
それが自然のうたなのさ
心の中に 心の中に 花を咲かそうよ
泣きなさい 笑いなさい
いつの日か いつの日か
花を咲かそうよ

喜納 昌吉&チャンプルーズ  作詞・作曲:喜納 昌吉

Nah lagu ini memang akhirnya banyak di-cover oleh penyanyi-penyanyi muda terkenal Jepang seperti Otaka Chizuru (saya justru punya CDnya Miss Otaka ini, bukan CD penyanyi asli). Suaranya memang cocok untuk lagu ini. Melengking tinggi. Bagi yang mau mendengar bisa melihat di

http://www.youtube.com/watch?v=FPGMsifqRgg

Selain itu Natsukawa Rimi, penyanyi terkenal dari Okinawa juga menyanyikan lagu ini. Suara Rimi ini lebih halus dan cengkoknya cocok bagai pesinden. Adik ipar saya suka sekali dengan lagu okinawa dan akrab dengan penyanyi ini. Jika Anda mau mendengar suaranya bisa lihat di

http://www.youtube.com/watch?v=tz0scjJC-wk

Tapi Saudara-saudara, yang meng-cover lagu Hana ini bukan hanya orang Jepang, Karena ada orang Indonesia juga yang menyanyikan lagu ini. Hebatnya dia menyanyikan dalam bahasa Jepang dan bahasa JAWA. (nah loh saya tidak bisa menerjemahkan bahasa jawanya heheheh) Dia adalah WALJINAH.

Waljinah pernah merelease CD di Jepang dengan judul Ratu Jawa. Lihat saja cover CDnya, Wajinah berpakaian kimono. hehehe. Nah CD ini diproduce oleh Zay dan Tanaka Katsunori. Jika ingin membaca ulasan lengkap pembuatan dan review CD Wajinah Ratu Jawa ini silakan baca di

http://sokaradio1009.multiply.com/photos/album/13/Waldjinah_-_Ratu_Jawa#

Ulasan Zay untuk lagu Hana yang dinyanyikan Wajinah:

7. Kumanthil Neng Ati (Hana)
Mungkin ini adalah lagu Jepang yang paling terkenal diera 90’s, judul originalnya: “Hana”, ciptaan Kina Shokichi. Tembang ini berkat didaur-ulang oleh penyanyi Taiwan kelahiran Hongkong; Emil Chou dirilis dengan judul “Hua Xhin” meledaklah dimana-mana….sampai keseluruh penjuru dunia!
Arasemenya dibuat pop keroncong. Accordionist S Atan dan pianist Marc Chu, keduanya dari Malaysia, ikut meramaikan tembang ini. Mbak Waldjinah bernyanyi dalam 2 bahasa, Jawa dan Jepang!

Sayang tidak ada contoh lagunya Waljinah ini di Youtube, jadi saya tidak bisa memperdengarkan lagu ini. Saya sendiri diberikan CD ini langsung dari yang buat, gratis! hehehe. (arigatou ne Zay)

Ya, bunga itu memang indah dan cocok bila berada dalam hati setiap insan.