Tulisan ini bukan bermaksud untuk memojokkan teman-teman blogger yang masih jomblo. Hanya ingin menuliskan bahwa masalah “ingin menikah tapi tetap jomblo” itu adalah masalah yang universal sekali. Tidak di Jepang, tidak di Indonesia…. sami mawon. Untuk pria Indonesia mungkin tidak begitu masalah lambat menikah, tapi untuk wanita Indonesia itu mungkin masalah… meskipun kadang bukan masalah dari diri sendiri, lebih ke masalah (omongan) masyarakat sekitarnya.
Di Jepang wanita berusia di atas 30 tahun yang belum menikah semakin lama bertambah banyak. Bahkan sampai timbul istilah-istilah ARASAA dan ARAFO seperti yang telah aku tulis di postingan KATA POPULER. Menurut Departemen Dalam Negeri Jepang, jumlah wanita single berusia sekitar 25-29 tahun pada 1980 menempati 25% sedangkan pada tahun 2005 sudah mencapai 59%. Usia menikah wanita bergeser menjadi lebih lambat atau tidak sama sekali. Dan mungkin ini juga sudah mencapai tahap kritis.
Sebagai seorang yang kerap disebut sebagai ANEGO, kata lain kakak perempuan onesan yang JANGAN Anda pakai sembarangan, aku juga sering menerima curhatan dari teman wanitaku, mengenai keinginan untuk menikah, tapi jomblo terus.
Nah, aku menemukan sebuah angket yang diadakan situs Goo, dengan topik : “Alasan tidak bisa menikah padahal keinginan untuk menikah itu besar sekali”, dan ada 20 alasan untuk orang Jepang loh. Coba kita lihat, apakah alasan-alasan ini cocok juga untuk orang Indonesia:
Dua puluh alasan itu berdasarkan ranking:
- Mengejar pasangan ideal (hmmm universal sekali ya, mencari the knight in shining armor)
- Ego yang kuat
- Gengsi an
- Mencintai tapi dengan terpaksa mengikuti syarat pasangan saja. (Pacar tidak mau segera menikah, ya nurut aja gituh)
- Keras terhadap orang lain, tapi tidak keras pada diri sendiri. (Tipe orang yang berkata “Kamu harus begini begono”, tapi tidak melaksanakannya. Tukang nasehat.)
- Pada akhirnya lebih suka “sendiri”
- Kesempatan untuk bertemu lawan jenis yang terbatas.
- Tidak PEDE
- Terlalu menunjukkan keingin ingin menikah (jadi pacar dan calon pacar ketakutan hihihi)
- Terlalu bersih a.k.a STERIL (suka bersih-bersih jadi pacarnya sampai takut kalau dia “dibersihkan” juga hahaha)
- Selalu jatuh cinta pada orang yang “tidak tepat” (hmmm misalnya orang itu sudah beristri/bersuami)
- Pas dilamar, terlalu banyak mikir
- Diri sendiri tidak belajar (tidak memper”pandai” diri)
- Tidak bisa sama sekali mengerjakan pekerjaan rumah tangga (biasa jadi “putri”, segalanya dilakukan orang lain/pembantu)
- Terlalu memonopoli (Si pacar “disekap” dalam rumah terus)
- Sifat “berdikari” nya terlalu kuat (ya buat apa ada orang lain sebagai pasangan hidup ya)
- Tidak SEXY (wahhh ternyata faktor sexy ngga juga masuk hitungan)
- Selalu mendahulukan pekerjaan (Nah loh workaholic)
- Tidak ada waktu untuk mencari pasangan hidup
- Menyukai orang berlainan terus-terusan (bosenan dong 😀 )
Wah, ternyata alasan itu semua universal ya, bisa berlaku di Indonesia juga. Tapi di Jepang masih mending (hampir) tidak ada masalah agama atau suku. Mungkin kalau di Indonesia perlu ditambah dengan : Belum mampu/ mapan untuk menghidupi orang lain. (Gajinya untuk sendiri aja belum tentu cukup gituh). Atau ada juga yang masih dilarang-larang oleh orang tua ya? Kira-kira di Indonesia apa lagi alasannya ya?
Well, tadinya aku mau posting tentang ini kemarin, ternyata tidak keburu menuliskannya karena Kai masih sakit (meskipun sudah tidak demam, tapi batuknya itu loh, sampai muntah-muntah ….repot ganti sprei) dan selalu minta tidur bersama hihihi.
Have a nice MONDAY!