Kemarin malam aku marah pada Riku, ternyata dia tidak memberikan Surat Rencana Belajar Bulan Mei kepadaku sehingga aku terlambat tahu bahwa hari kamis ini ada pelajaran khusus di kelasnya. Yaitu menangkap YAGO. Yago, adalah calon anak capung dan bisa diambil dari kolam di sekolah. Karena pasti berbasah-basah, jadi kami orang tua disuruh menyiapkan celana renang+ baju yang bisa dikotori lumpur, sepatu yang sudah tidak dipakai, dan ….(jaring) penangkap serangga. Nah loh… Kalau celana renang, baju dan sepatu pasti bisa disediakan sendiri, tapi penangkap serangga? Harus beli!
Padahal saat itu sudah pukul 6:30 sore. Hujan dan musti cari di mana? Riku sudah putus asa dan bilang,”Ah aku besok bolos aja ahhh…”. Tapi belum aku bicara apa-apa, dia bilang, “Ngga, aku tetap mau ke sekolah. ” Senangnya hatiku mendengar itu, dan aku bilang padanya, “Mama cari di toko Murata sebentar ya. Moga-moga ada. Kalau sekarang mustinya dia masih buka. Kalau tidak ada ya Riku tidak usah bawa tidak apa-apa kan?”
“OK, Riku jaga rumah sama Kai”, dia menawarkan diri jaga rumah, rusuban.
Cepat-cepat aku ke toko Murata dan untung si ojisan (bapak penjaga toko, bapak Murata) ngerti waktu aku bilang aku mau beli penangkap serangga. Ada di gudang katanya. Dan dia mencari di gudang toko yang ada di samping toko. Ternyata ada 2 jenis, yang satu untuk di air, seperti menangkap yago itu, dan yang satu jenis lagi untuk menangkap di udara seperti menangkap kupu-kupu dan capung di udara. Karena sudah pasti untuk Yago saja, maka aku beli jaring yang untuk di air. Harganya? 420 yen saja (hmmm bisa beli satu nasi bento tuh hahaha).
Riku senang sekali melihat aku membawa pulang jaring itu. Dan begitu papanya pulang, yang kebetulan cepat sekali pulang malam kemarin karena tidak enak badan, dia ribut tanya-tanya soal menangkap Yago.
Memang SD di Jepang banyak mengadakan “kuliah nyata” di alam terbuka, terutama menjelang musim panas. Kemarin dulu hari Selasa, Riku mengikuti ensoku, piknik bersama teman-teman sekolah ke Koukou Koen (Taman besar di Saitama yang merupakan bekas pelabuhan udara pertama di Jepang, dan luasnya 11 kali Tokyo Dome). Waktu Riku masih TK juga sudah pernah ke sana, yang foto-fotonya bisa dilihat di sini. Namun kali ini sebagai murid SD kelas dua, mereka pergi berjalan dari sekolah sampai stasiun berjarak jalan kaki 25 menit untuk anak-anak, lalu naik kereta bersama ke Taman tersebut (naik kereta kira-kira 3o menit). Tujuan ensoku ini supaya anak-anak belajar berkomunikasi dengan teman-teman dan guru sambil bermain di taman yang luas. Tentu saja juga mematuhi peraturan yang ada dalam masyarakat, misalnya tidak boleh berlarian di peron stasiun, berbicara keras di dalam gerbong kereta dan lain-lain. Bagaimana anak-anak berinteraksi di masyarakat/umum.
Menangkap yago ini juga untuk mendekatkan anak-anak dengan alam. Sambil mengamati perubahan yago menjadi capung dalam kelas IPA. Termasuk juga mengambar bentuk Yago, dan membuat karangan tentang yago itu.
Dan menjelang musim panas ini aku harus bersiap-siap untuk menikmati anak-anak menangkap serangga seperti chocho kupu-kupu, kabutomushi dan kuwagata kumbang kelapa, cicadas dan juga sarigani udang kepiting sungai. Musim panas berarti alam terbuka! Well, meskipun aku tidak suka binatang kecil seperti serangga begitu, aku harus bisa TIDAK MENJERIT DAN KETAKUTAN, karena kedua anakku itu COWO! Be brave Imelda!