Ada satu hal yang kadang saya rasakan kurang ketika bertemu dengan teman-teman lama atau teman-teman baru, baik waktu reuni, maupun kopdar blogger di Indonesia. Yaitu tidak adanya kebiasaan untuk bertukar kartu nama. Seperti saya dengan Lala, saya tidak punya kartu namanya, sehingga kalau saya mau mengirim sesuatu, saya harus menanyakannya via email atau sms. Dari sekian banyak blogger/teman lama yang pernah saya temui, mungkin hanya 5-10 lembar kartu nama yang pernah bertukar tempat dengan kartu nama saya.
Mungkin memang cukup dengan nama, blog dan email saja. Tapi mungkin karena saya sudah (seperti) orang Jepang, maka saya merasakan ada kejanggalan. Ya, di Jepang, jika mau bertemu dengan seseorang , harus menyiapkan KARTU NAMA atau MEISHI 名刺. Kalau tidak membawa, seakan kamu tidak “serius” dalam berkenalan, dan saya yakin, kamu akan kehilangan chance untuk mendapatkan pekerjaan. Terutama untuk orang seperti saya yang freelancer, then don’t leave home without it! (kalau Anda hanya ibu rumah tangga tentu saja tidak perlu, sekarang cukup tukar menukar nomor HP dan email HP saja!)
Tidak berbeda dengan di Indonesia, Kartu Nama di Jepang tentu saja memuat Nama, Alamat dan Nomor telepon. Untuk bisnis, biasanya hanya mencantumkan alamat dan nomor telepon kantor, nomor HP dan email HP. Dan untuk kalangan entertainer (maklum pernah bekerja di Radio) biasanya dipasang juga foto wajah (bukan pas photo).
Nah ada satu fenomena yang menunjukkan bedanya masyarakat Jepang dan Indonesia mengenai pendidikan. Dan ini saya sering pakai untuk menjelaskan mengenai Gakureki shakai 学歴社会 society which places excessive [undue] emphasis on academic records . Dalam kartu nama saya yang berbahasa Jepang, tidak pernah saya cantumkan gelar kesarjanaan saya. Tetapi dalam kartu nama yang berbahasa Indonesia “terpaksa” saya pasang gelar itu. Saya selalu memberikan contoh kartu nama orang Indonesia misalnya Prof. Dr. H. Alibaba SE, MA, MSc dst dst. (Jadi bahan juga untuk menjelaskan singkatan apa saja itu, termasuk bedanya singkatan dan akronim). Saya rasa sedikit sekali orang Indonesia yang “tidak mau memamerkan” gelar mereka yang panjang-panjang itu. Lah…untuk dapatkannya juga susah payah …mungkin itu alasannya. Dan inilah gakureki shakai… yang jumlah elite berpendidikan masih sedikit (dibanding Jepang), sehingga gelar yang didapat haruslah dipajang.
Saya tidak bermaksud mengritik siapa-siapa, lah wong saya juga akhirnya pakai penulisan gelar itu karena memang masyarakat Indonesia menuntutnya. Sayang saya tidak sempat memotret baliho-baliho caleg di Indonesia waktu itu. Duuuh banyak sekali gelar kesarjanaan yang saya TIDAK TAHU singkatan apa itu. Coba lihat poster caleg Jepang! tidak ada satupun yang memakai gelar kesarjanaan. Dan memang pada dasarnya gelar kesarjanaan TIDAK ditulis. Lulus Universitas itu atarimae 当たり前, lumrah. Gelar kesarjanaan hanya dipakai di biografi buku yang ditulisnya, atau di seminar-seminar ilmiah.
Ada satu cerita lucu yang saya dapatkan dari teman saya. Dia cerita begini:
“Mel, kamu punya kebiasaan nulis sesuatu ngga di kartu nama orang?”
“Ya dong, biasanya tulis pake pensil, ketemu kapan, di mana”
“Tulis ciri khas orang itu ngga?”
“Hahahahahaha … iya, abis orang jepang kan mirip semua. Kadang aku tulis berkacamata, atau pinter bhs indo, atau cantik, atau spt somebody dll”
“Nah …. ini kejadian. Aku dan temanku pergi bertemu orang Jepang. Setelah selesai, kita masih ada di kantor itu beberapa saat, sambil ngopi di coffee shopnya. Terus temen gue ini pergi ke WC. Di situ ketemu dua kartu nama yang jatuh. Ternyata itu kartu nama kita. Dan……
“Hahahaha ada tulisan apa di belakangnya?”
“Ah elu mel, nyela aja. Iya gitu deh, ternyata si Jepun itu tulis ciri khas kita. Nah si temen gue ini sampai pucet, ternyata di kartu namanya ditulis cerewet, gendut, rambut kriwil. Sebel banget dia.
“Haahahaha. Makanya kalo nulis di kartu nama orang tuh yang bagus-bagus aja. Atau jangan pake bahasa yang bisa dimengerti orang lain. Kode dong kode…..”
“IYAAAAA…. tapi kan ini orang Jepang. Dan lu tau ngga di kartu nama gue ditulis apa? Si temen gue ini sampe ngga mau kasihin ke gue, takut gue marah.
“Apa? Gendut? ”
“Masih mending… ditulis HAGE はげ alias BOTAAAAAAAAAAAAAAAKK!”
“Hahahahahahahahaahah…. sorriiiiii but…. abis …. gimana lagiiiiiii”
“Sompret bener tuh orang”
“Hahahaha….. ya sudah… abis mau digimanain lagi kan? ”
“Iya…sekarang masalahnya. Dia ngejatuhin kartu nama kita nih kan. Nah kalo dia mau urusan sama kita kan ngga bisa jadinya. Dia mungkin cari ke WC. Tapi itu kan udah kita ambil. Mau kita balikin, ntar diambil org lain gimana? NAHHHH, kalo kita kembaliin ke YBS, lebih gawat lagi dong. Dia akan tahu kalo kita udah baca “MEMO” dia di kartu nama itu kan. Mazui まずい。 Payah!”
“Hahahahahahha… buah simalakama ya…. susyah deh. Ya diemin aja lah, mustinya dia bisa usaha tanya temennya yang lain atau gimana.”
“Ho oh. Cuman gue kan KESEL banget ditulis gitu”
Cerita nyata dengan sedikit modifikasi. Untuk yang merasa sorry ya …. hehehe.
So, hari ini tentang Kartu Nama ada dua pelajaran penting yang harus dihapal:
1. Selalu siapkan kartu nama jika bertemu dengan orang Jepang
2. JANGAN menulis yang negatif sebagai keterangan di kartu nama orang lain.
eh yang ketiga:
3. JANGAN menjatuhkan kartu nama orang lain di tempat senonoh….hihihihi (Kalau kartu nama sendiri sih namanya promosi atau cari masalah hihihi)
punya kartu nama di bikinin sama kantor, jumlahnya ada sekitar 400 lembar dari th 2007 sampe skrg baru kesebar 50 lembar…hehehehe
kalo di Indonesia susah mo tukeran kartu nama bun, mungkin kalo hanya sekedar nama g akan berubah. coba no hape 3bln sekali udh ganti, alamat email 2 bln sekali berubah, alamat rumah 1 thn sekali pindah *kontraktor* hahahahaha…ya wajar lah bun org indonesia pelit kartu nama…. wkwkwkwkwkwkkkk
ato bunda mau nampung kartu nama saya yg masih 350 biji lg??? heuheu..
^_^
Hahahah 350 lembar ya? Bisa tuh aku bagi-bagikan ke mahasiswa di sini, sisanya ditaruh di WC di stasiun hihihi
EM
Saya sudah sangat jarang mendapat kartu nama dengan embel-embel gelar lho Mel … apa orang yang saya temui memang nggak bergelar semua ya ? hahaha
Mel, coba ceriterain juga cara orang Jepang memberi kartu nama, karena cara dia bagus banget
Bukan tidak bergelar pak… mungkin karena sudah retire jadi merasa tidak perlu tulis apa-apa lagi. Atau kerjanya sudah kebanyakan hehehe
EM
Waktu awal-awal kembali ke Indonesia kami (apalagi Pak Nanang yg memang sekolah di Jepang) ngebet banget bikin kartu nama. Ceritanya untuk relasi, “potential client” atau apa-lah … Sudah habis dua box katrtu nama dibagi-bagi ternyata nggak ada satupun proyek yg nyangkut … hahaha. Kalau inget cerita itu saya dan Pak Nanang suka ketawa … 🙂
Oemar Bakrie´s last blog post..Ngawur tapi kreatif ?
Hehehe masalahnya orang Indonesianya tidak bermodal kali pak.
Nah, saya belum punya kartu nama bapak. Pasti pakai lambang ITB dan …ehm …gelar bereret kan pak hihihihi (Iya ya kok bisa lupa saat ketemu dulu)
EM
Tambahan …
Maksud saya cara mereka memperkenalkan diri (Dalam pertemuan bisnis)
Hmmm sudah terbayang sih pak, mau nulisnya gimana. Cuman saya kan bukan orang kantoran hehehehe. Saya usahakan pak.
EM
Mel, kalau jaman sekarang, kira2 lazim ga kita mencantumkan alamat facebook dan website kita? ini kan untuk jejaring juga. Aku biasanya perlu banget sama kartu nama, kalau pas lagi kursus ke luar. Merasa perlu selalu pada saat terakhir, jd dikirim kursusnya dadakan, eh pesan kartu nama juga dadakan. Lebih panik nunggu kartu nama jadi, karena tiket dll kan udah diurus kantor. Dasar, wong Indonesia, hehe…
D Laraswati H´s last blog post..Arum dan Kolintang
Kalau Facebook kayaknya aku belum pernah lihat DI, kalau website harus hehehe. Kapan bikin website domain sendiri? DOTCOM gitu (ngomporin lagi hihihi)
EM
Hehe… penting juga sih, kartu nama. Cuma sy nih pemalas, shg kadang2 teman yg prihatin lalu memesankan kartu nama buat saya. Tapi ya itu tadi, gelarnya ditulis panjang, jadi malu. Btw, minta kartu namanya dong, mbak… wkwkwk… 🙂
Hejis´s last blog post..Bangga hanya layak sekali untuk satu karya
Memang Pak Heru gelarnya terlalu panjang sih. hihihi. Abis mau dipotong kan ngga bisa ya. Ayo kapan ketemu dan tukeran kartu nama? Hmmm saya belum ada rencana ke Malang sih
EM
Imelda
bagus dan menarik tulisannya
jadi ikut senang bacanya
terima kasih mas sapto…
sering-sering berkunjung ya…
EM
Hehehe. Ngakak juga baca cerita orang Jepang yang menuliskan deskripsi orang yang baru dikenalnya di balik kartu nama. Ya, bisa saja kartu itu jatuh. Meskipun ciri yang dia tuliskan, kalau kubaca, memang jadi memudahkan. Hehe.
Aku kemana-mana bawa kartu nama. Hanya saja terkadang lupa untuk menyodorkan. Kecuali orang yang baru kukenal menyodorkan duluan, baru deh insaf dalam hati: “Oh, aku juga kan punya kartu nama.” Hihi.
Aku sih biasanya menanggalkan pangkat Letjen purnawirawanku di kartu nama…
*kabur*
Ya, 12:12… nice number danny….
(aku, kamu dan angka-angka itu…. kayaknya cocok jadi judul cerpen tuh)
HAH… sudah purnawirawan? Sudah uzur kali kamu ini ya Danny?
sedikitnya berumur 50 tahun kan utk menjadi purnawirawan?
kok kamu tidak menyodorkan kartu namamu waktu itu?
(oooh lupa ya?)
Tapi untunglah waktu itu aku juga tidak bawa kartu nama.
Nanti kalau bertemu lagi kita tukeran kartu nama ya? (Seperti anak-anak sekarang tukeran gambar tempel, tukeran cowok? weks salah hihihi)
EM
Kl ttg kartu nama ini saya dulu punya dua jenis ada yang untuk personal & ada yang untuk kerja dibikinin kantor.
Yang personal dulu juga buatnya macam2x ada yang standar No.telpon,No. HP dan homepage dan ada juga yang standar spt di atas tadi ditambah link portfolio saya.
Nah untuk masalah penempatan foto di kartunama mmg kadang2x membantu namun kadang riskan jg kl sampai kartu nama kita dibuang di sembarang tempat sehingga jadi gak tega untuk naruh/pasang foto so saya ganti dengan gambar karikatur dari saya ha2x …jadi orang kl nerima kartu nama saya pribadi suka cengar-cengir.
Btw, kl ketemu kopdar atau sesi lain …speertinya yang ditanya sekarang lebih simple account FB (minta di Add) he2x atau kl yang pengin lebih deket ya minta sekalian PIN Blackberrynya ha2x …
JMZACH´s last blog post..Million … Billion eyes … even more!
Wah Imel… waktu kita ketemu di Jogja bulan lalu lupa nggak tukeran kartu nama ya? 😀
tanti´s last blog post..Muatan Beban
saya juga menyukai penulisan nama tanpa gelar….malu…..
hilda´s last blog post..Resensi Buku “The Power Of Kepepet”
Hore….aku termasuk yang beruntung punya kartu nama mbak Imel. Tentang gelar di kartu nama itu mungkin tergantung kebiasaan di setiap daerah ya… aku siy banyakan ngikut aja.
Saya udah dong ngasih kartu nama ke mba Imel (hmm berasa jadi orang Jepang. ahahaha…) Ini kebiasaan sih di tempat kerja kalau ketemu siapa pun yang baru kenal, harus tukeran kartu nama (dan pake dasi, males nih)
Kalau pake gelar sih ga masalah, malah bisa tau backgroundnya apa. Tapi kalau saya sendiri males ah di deretin gelar (orang cuman satu gelarnya.. :P). Entar deh, kalau udah dapet gelar yang bonafid, saya tempel di namecard.
mangkum´s last blog post..Kejebur Euy..!!
berarti aku udah kayak orang jepang dong nechan… kan waktu kopdar di kweni aku sodorkan kartu namaku ke semua blogger… hehehe… 🙂
sepertinya, dg majunya teknologi komunikasi,terutama handphone, kayaknya bertukar kartu nama jadi tidak praktis, kebanyakan kita cuma tukaran nomer hp secara langsung…
@dm:
sudah purnawirawan ya pak…? maaf pak, tak kirain masih smp, soalnya tampang bapak masih imut2 gitu… (kabur ke medan…!)
vizon´s last blog post..cantiak
Iya abis anak-anaknya sudah japanis minded sih hehehhe.
secanggihnya teknologi komunikasi, di Jepang masih memelihara beberapa tradisi yang tidak bisa tergantikan oleh teknologi.
Coab seandainya HP nya rusak atau jatuh? Tidak ada copynya kan?
soal dm imut? segitu imut? huaaaaaahhhhh
eh tapi nanti ada yang marah ….ikut kabur ke irian hihihi
EM
hehehhehe… kita sama mbak punya jidat jenong dan lebar (itu tandanya pinter tauuu !! ) tapi koq bisa2nya dibilang botak, dasar gak menghargai ciptaan Tuhan:D
Hahhaha terpingkal – pingkal nich hehhehe
Anw dulu waktu baru masuk kantor ini, sang Bos minta saya bikin kartu nama. setelah liat draftnya, beliau bingung karena saya gak cantumin gelar. Dimintalah saya memasukkan gelar, tapi bener deh saya risi bgt ! Setelah beragumen panjang sampe 1/2 jam, akhirnya kartu nama saya jadi tanpa mesti ada gelar 😀
Buda budaya… beda tradisi..
tapi suka dengan tradisi kartu nama ala Jepang
Eka Situmorang-Sir´s last blog post..EXCHANGE LINKS
sssst Eka, kamu salah baca… bukan aku yang botak, tapi temenku itu (dan emang kenyataannya gitu hihihi)
memang aku lebih senang tanpa gelar, tapi ya itu tuntutan masyarakat membuat kita harus patuh.
EM
Kadang ribet Mb’, kartu nama kalo numpuk banyak mo ditaruh di dompet, ntar ketebelan.. ditaruh di holder, ribet bawanya .. ahhaa..
kalo soal gelar, males ya nyantumin. Kan kartu nama, bukan kartu gelar.
Apalagi di CV, orang yang ditanya nama, masa jawabannya : Ir. Seseorang, M.Sc ..
Muzda´s last blog post..Suster Ngesot
wah saya juga kok jarang tukeran kartu nama,
kalau pas ada tamu datang ke pabrik, tamunya sudah kasih saya kartu nama, sayanya malah sok cuek aja … duh .. kebiasaan menyepelekan yaa .. merasa sok penting .. hehehe
mascayo´s last blog post..Dari pagi hingga pagi
Kartu nama ???
Ah aku tidak bisa berkreasi disini ..
Sudah dibuatkan dari kantor …
Sudah standart …
Nama tanpa gelar, posisi, Logo perusahaan, No Telp, ALamat, dan E mail kantor …
Menulis di Kartu nama ???
mmm nggak pernah aku …
Salam saya
nh18´s last blog post..REKAYASA HATI
aduh, lucu banget ceritanya.
dan kebayang deh, mbak. orang jepang itu kan suka nggak enak hati banget
kalau ketauanmempermalukan orang lain. pasti orang yang menulis deskripsi nyablak itu bakal rikuh luar biasa kalau dia tau yang sebenarnya.marshmallow´s last blog post..Slow Down A Little
wah kalo dulu kebelet banget punya kartu nama atas nama perusahaan..dan pengennya cepet2 dibagi-bagi…
tapi sekarang, aku agak alergi bagi-bagi kartu nama..
hihihi sering di-telpon orang untuk minta sponsorin 🙂
AFDHAL´s last blog post..Hallooo
Membaca postingan sensei ini, saya jadi teringat pas waktu sd kelas 2-3 an skitar thn 95-96 papa membuatin kita kartu nama. Tapi yang namanya kartu nama pada masa itu kan masih asing jadinya ga digunakan.
Sekarang-pun udah dibuatin kartu nama (belum lulus udah punya, soksokan, hehehehehe) tapi yang namanya belum butuh tetep aja ga digunain..
Kalo saya liat, penggunaan kartu nama di Indonesia lebih banyak ke arah bisnis dan networking yang kira2 dapat menunjang perusahaan atau usaha seseorang, jadi akan diberikan kepada orang2 tertentu saja. Kalo orang seperti saya ini jarang akan menerima kartu nama kalo tidak meminta terlebih dahulu :(..(komentar sok tau saya, hehehehehehe)
Soni Satiawan´s last blog post..24 Maret 2009
hahahaha.. lucu juga yaa.. aku sih ga pernah ngasih note di kartu nama orang euy mbaa.. ide bagus tuh biar ga kelupaan..
mbaa, aku tadi pake aplikasi FB buat nyari namaku dalam bahasa jepang.. Aiko Gojo, artinya apaan yaa mba?
Ade´s last blog post..Heat wave
Apa boleh buat … saya ngak punya kartu nama … tapi kalau lebih bermanfaat kenapa tidak?
Ersis Warmansyah Abbas´s last blog post..Menulis Jangan Berguru
se umur umur say juga gak pernah bikin kartu nama, jadi lucu juga, sementara saya punya album khusus untuk nyimpan kartu nama teman-teman, lahhh say sendiri kagak punya hehehehehe, munkin karena say paling getol menghubungi dari pada di hubungi kali hehehe
imoe´s last blog post..…tuhan, jangan beri aku sakit…
Daku kadang2 suka lupa juga sih, ngasih kartu nama sama client ku, kalau mereka nggak nyodorin card mereka dulu.
Kalau nggak sadar malah ngasih, KTP bahaya tuh.. hehehe
Betul Bu,
Saya juga merasa ada yang kurang kalo bepergian gak bawa kartu nama
Karena bisa jadi kita berhadapan dengan orang2 yang memang membuat kita harus lebih saling mengenali 🙂
wah malah bikin ngeri saja, kalo nemu kartu nama sendiri ada testimonialnya dibelakangnya, kayak fs aja… haha
hahahaha 😀 lucu banget nich ceritanya tante 😀
Mmmm jadi punya ide bikin kartu nama nich…. ada kolom khusus untuk ciri2 kita hehehe 😀 sebagian udah kita isi duluan sisanya ya biarin orang yang terima kartu nama kita yang nulis hehehe 😀
Retie´s last blog post..Di antara Dua Pilihan….
Beberapa hari yang lalu….saya menghadiri undangan untuk small discuss di Grand Hotel Jambi. Yang hadir adalah petinggi 3 perusahaan yang bergerak dibidang media. Radio koran dan TV, yang mengundang adalah salah satu instansi perbankan yang ingin produk tabungannya menjadi kebanggaan Jambi. Tamu lainnya yang hadir sengaja ditugaskan dari agency jakarta. Yang satu Managing Director yang satu scriptwriter nya….
Namanya orang baru kenal setelah salaman biasanya kan langsung melakukan tukar menukar kartu nama. Saya sengaja tiap kali keluar pasti menyelipkan beberapa lembar kartu nama. sehingga kalau ketemu dengan siapapun saya tinggal memberikan kartu nama dengan maksud menjalin relasi dimanapun kapanpun…
Sampai hari ini saya masih mikirin mereka2 yang hadir dalam small discuss…yang kepikiran….. Kenapa orang yang mengajak tender dari perbankan ini tidak mau memberikan kartu nama pada saya….jawabbannya cukup simple…mereka belum buat. Menurut pengakuannya sih…”Maaf kartu saya masih dipercetakan….kemaren habis”
Orang agency malah kelabakan sendiri buka tutup dompet, untuk memastikan didompetnya ada kartu nama atau tidak….ternyata ada…meskipun agak lusuh.
Intinya…jika mau pergi kemanapun. Persiapkan minimal 20 lembar kartu nama untuk dibawa kemanapun kita pergi. Ingat…simpan dengan rapih…jangan sampai ketasnya lusuh….apalagi dicoret moret coret moret dan lusuh…
pakde´s last blog post..The Punishment
ha..ha…ha.. lucu…. saya sih gak kepikiran buat kartu nama, biz seumur2 gak pernah ada yg minta tuh.. ntr aja deh klo dah terkenal he..he…
heri koesnadi´s last blog post..Uhhhh… Pusing..
sama dng mabk imel.. aku punya 2 jenis kartu nama…
dulu.. waktu masih muda dan baru mulai kerja … yang satu tanpa gelar.. yang lain dengan gelar plus jbatan yang amat sangat hebat .. dng tujuan mencari jodoh.. hehehe..
sekarang .. satu dng alamat kantor .. satunya personal dng alamat rumah .. dng tujuan memasukan ke amplop kalau ada undangan perkawinaan.. (dan dibelakang bisa ditulisi “selamat menempuh hidup baru” .. )…
Kalau tukeran kartu HP aja gimana bu ? hehehhee
Mungkin di level staff Kartu Nama kurang populis bu , jadi jarang digunakan.
Mal´s last blog post..Melati Tertusuk Duri
apa kabar mbak?
wah ini khas mbak imel, kalo cerita keseharian yahuud banget
thanks
Blogger Senayan´s last blog post..Tips Membeli Domain Ber-Pagerank
Terima kasih ilmunya, cerita ini akan saya jadikan koleksi cerita saya buat anak-anak dan juga siswa-siswa saya. Pasti mereka senang sekali.
Puspita´s last blog post..Gadis Mati Tabrakan Berhasil Dikloning
hehehe…lucu banget kejadiannya. Punya kartu nama memang penting mbak, untuk memperluas jaringan dan seklaian promosi…
1nd1r4´s last blog post..Waktu ku kecil…
wah…dr beberapa posting mba imel yanh aku baca akhirnya ada juga yang lucu….aku sampe ketawa loh bacanya….hehehehe
exort´s last blog post..Comédie Madam…Comédie Monsieur…
Urusan kartu nama ini hanya disiplin saat masih punya kantor yang tetap, maksudnya lebih banyak kerja di kantor, dan kalau ada yang memberi kartu nama…saya teriak..”tolong kartu namaku (ke sekretaris)…” hahaha
Gara-gara ini bosku sempat sebel, pesen ke sekretaris,” Tolong ingatkan, ibumu jangan lupa bawa kartu nama saat kunjungan ke Surabaya besok”…hahaha…dan si mbak sekretaris yang baik hati ini lalu me wanti2..”Bu, jangan lupa bawa kartu nama ya…” Maksudnya untuk saling bertukar ke klien.
Dan saya punya kartu nama, yang berduaan dengan suami, artinya satu kartu nama buat berdua…ituun sering lupa. Tapi kayaknya Imel termasuk yang kukasih ya saat itu…hehehe
Tapi khusus saat pestablogger 08 kemarin, saya titip ke Popy untuk mencetakkan kartu nama, hanya isi nama, alamat email dan alamat blog….kayaknya ini yang paling tepat buatku, tanpa embel2 yang lain. Kalau perlu kan bisa berhubungan dengan email
edratna´s last blog post..Apa, bagaimana dan kapan akuntansi forensik digunakan?
aku bikin kartu nama pribadi pas udah memutuskan jd freelancer. tp kok kayaknya yg kesebar baru separo ya? padahal udah setahun lebih lo. hihihi. nggak niat memang.
krismariana´s last blog post..
Enak aja tulisannya orang jepang itu.
Cerewet kek, gendut kek, botak kek!
Itu bukan ciri-ciri khas orang dong. Gunjingan namanya.
Kasian teman mbak itu.
oops, aku ga kasih kartu nama ya waktu kopdaran mba. ga kepikiran aja sih, krn biasanya kasih kartu nama kalo ketemu orang yg berurusan dgn kerja saja. tapi jadi point bagus nih, i’ll keep that in mind! tks mba 🙂
soal gelar, aku sih emang sejak dulu memutuskan tidak akan mencantumkan gelar apapun baik di CV, cover letter, kartu nama, bahkan kelak insyaallah di wedding invitation (kan “adat” Indo banget tuh pamer gelar di wedding invitation, apalagi undangan Batak yg family listnya bisa segudang2). mungkin a little bit idealist, soalnya ngebandingin dgn orang2 bule (baru tau ternyata jepang juga) ga punya adat spt itu -dgn beberapa pengecualian tertentu. ini juga berlaku utk pencantuman agama di CV, wah ga banget. so irrelevant.
anyway, soal kebiasaan org jepang nulis small notes di kartu nama orang, that’s cool mba. worth to try tuh kayanya 🙂
Lia Christie´s last blog post..kalah taruhan: JK maju capres
Ahahahahaaa….. saya betul2 terhibur membaca kisah nyatanya, haha!! Memang bener siy, kalau mengatakan hal2 yg ga mengenakan ttg seseorang, jgn sampai yag bersangkutan tahu, xixixi..
Ngomong2 ttg kartu nama, wah saya juga ga punya kartu nama. Mungkin khusus kalau ketemuan dengan mbak EM saya bikin kartu nama, atau.. gimana kalo disosialisasikan kartu nama untuk blogger ya, jadi kan bisa mencantumkan web-nya masing2, hahaha..
G´s last blog post..dialog dengan rindu, atau ini sebuah monolog
@Imelda:
– Kira-kira isi cerpennya kayak apa ya… 😉
– Sudah uzur? Iya. DM kan manusia tua yang hidup di dalam raga muda. Haha.
– Oh iya, nanti kalau kita masih lagi ketemu, kita kuteran gambar tempel ya. Tapi jangan tukeran cowok, soalnya aku nggak punya cowok :p
Daniel Mahendra´s last blog post..Haruskah Pergi?
Ini komen yang telat buangeet … maaf … hehehe
Saya sudah lama sekali nggak punya kartu nama. Dulu sering menyelipkan beberapa di dompet, tapi karena dompet jadi tebal, padahal kartu nama jarang ‘laku’, akhirnya saya keluarin semua …
Sekarang kalau ketemu kenalan yang mengesankan (halah!) paling=paling minta nomor hape saja.
.-= Tuti Nonka´s last blog ..4 – 7 – 09 = 51 =-.
dulu pas masih kecil saya pernah punya kartu nama, tante.. ahahaha.. cuma buat gaya2an dan namanya juga anak2… ga kepake saja dong 😀
tapi parah juga ya, ketauan nulisin yg jelek2 di kartu nama, kekekeke…
kayanya daripada dibegituin.. kita yang inisiatif pasang foto..
*tapi yang nerima kartu kita pada males banget liatnya ga ya? hihi. apalagi klo pake pose narsis.
.-= narpen´s last blog ..TV dan Trend Angkot 2009 =-.
Selalu bawa kartu nama, dan selalu lupa memberikannya kepada teman-teman 🙂
Btw, kalau ada acara-acara, kartu nama itu penting banget siapa tahu dapat doorprize.
Dalam rangka kopdar dengan ibu Imelda Miyashita tahun ini kayaknya saya harus mencetak kartu nama nich, tanpa gelar kesarjanaan.
Entar di balik kartunamanya mau tak tulis sesuatu deh.
Salam hangat dari Surabaya
Di kartunama saya dulu tertulis lengkaaaaaap sekali
Brigjen TNI Abdul Cholik, M.Sc
Direktur Kerjasama Internasional
Departemen Pertahanan RI
dipojok bawah kiri alamat instansi
dipojok bawah kanan alamat rumah
dipokok atas kiri ada logo Garuda Keemasan
Wuih….nggaya banget lho (waktu itu) – famili di kampung suka minta 2-3 kartunama ku ha ha ha ha
salam hangat dari Surabaya