World Book Day

23 Apr

Hari ini tanggal 23 April diperingati sebagai Hari Buku Sedunia, World Book Day seperti yang sudah kutulis di posting tahun 2008. Tapi di Jepang juga diperingati sebagai hari “Hari Baca Anak-anak”, yang ditentukan dalam UU No 154/ 2011. Wah betapa pemerintah Jepang merasa bahwa membaca itu perlu bagi anak-anak sampai perlu membuat UU. Dan jika melihat undang-undang tersebut bisa diketahui bahwa UU Meningkatkan Minat Baca Anak-anak ini berhubungan dengan UU Dasar Pendidikan Kyouiku Kihonho 教育基本法, UU Perpustakaan 図書館法, UU Perpustakaan Sekolah 学校図書館法, dan Internasional Library of Children Literature 国際子ども図書館.

Perpustakaan memang mempunyai fungsi yang sangat besar dalam mengembangkan minat baca anak-anak. Perlu diketahui bahwa perpustakaan terbesar di Jepang adalah National Diet Library Kokuritsu Kokkai Toshokan  国立国会図書館. Semua buku yang diterbitkan di Jepang baik oleh penerbit atau individu, pasti mengumpulkan contoh bukunya di Perpustakaan Kokuritsu Kokkai Toshokan  yang terletak di Chiyoda-ku. Jumlah buku, majalah, surat kabar dan peta yang terkumpul di sini ada kira-kira 38juta buku. Luas perpustakaan yang di Tokyo sebesar 148.000 meter persegi atau sekitar 21 buah lapangan sepakbola. Pengunjung perpustakaan ini setahunnya tidak kurang dari 500.000 orang, dengan 890 pegawai yang bekerja di sana. Buku tertua yang disimpan dalam perpustakaan ini adalah buku doa agama Buddha yang ditulis tangan pada tahun 740, atau yang tercetak pada tahun 770.

National Diet Library, Kokuritsu Kokkai Toshokan. Foto dari wikipedia

Nah, buku anak-anak yang terdapat di perpustakaan Kokuritsu Kokkai Toshokan ini kemudian dipindahkan ke Perpustakaan Sastra Anak Internasional Kokusai Kodomo Toshokan 国際子ども図書館 yang terletak di Ueno. Konon 300.000 buku anak-anak disimpan di sini. Waktu kubuka website Perpustakaan Sastra Anak Internasional ini aku kaget membaca tentang daftar buku anak Indonesia yang disimpan di situ. Pas dibuka ternyata hanya ada 200 judul buku :D. Terus terang aku sendiri belum pernah pergi ke perpustakaan terbesar di Jepang Kokkai Toshokan, dan Perpustakaan Sastra Anak Internasional ini. Suatu hari aku ingin pergi ke sana.

Internasional Library of Children Literature, Kokusai Kodomo Toshokan. Gambar dari wikipedia

Tapi aku sudah pernah pergi ke distrik atau kota BUKU terbesar di dunia yang terdapat di Jinbocho Kanda. Satu daerah itu mempunyai  18o toko  yang masing-masing mempunyai spesialisasi masing-masing, mulai dari pamflet film sampai buku mengenai kendaraan. Aku sendiri waktu itu pergi ke toko buku ASIA BUNKO, sebuah toko yang menjual berbagai buku dan kaset mengenai Asia sejak tahun 1984. Aku lupa waktu itu aku membeli buku apa, tapi yang pasti saat itu aku melihat sebuah kamus tebal Jepang-Indonesia seharga 20.000 yen (2 juta rupiah saja). Ingin beli tapi……  tentu saja tidak jadi 😀

Sekian dulu perkenalan mengenai buku dan perpustakaan di Jepang sehubungan dengan World Book Day dan Hari Baca Anak-anak di Jepang. Sayangnya akhir-akhir ini belum ada buku picture book lagi yang menarik untuk anak-anak yang bisa aku ulas di sini. Tapi hari Sabtu dan Minggu kemarin, waktu aku bolos menulis TE, aku menyempatkan diri membaca 2 buku novel karangan Maria A. Sardjono berjudul Istana Emas dan Kleting Kuning serta dua buah novel harlequin berbahasa Inggris.

Sudah baca buku apa hari ini (akhir-akhir ini)?

 

 

Yang Tak Bisa Dihindari

23 Apr

Dalam hidup kita tentu ada yang bisa dihindari dan yang tidak bisa dihindari. Yah, seperti kematian, jika kematian alami memang tidak bisa dihindari, tapi jika kecelakaan, semestinya bisa dihindari. Kalau sudah menghindari dengan berbagai cara tapi tetap terjadi kecelakaan ya namanya apes hehehe. Banyak yang bilang nasib (cuma aku kok tidak begitu suka kata nasib, seakan manusia itu pasif jadinya)  atau karma… apalah namanya yang penting sebetulnya manusia harus tetap berusaha sebaik mungkin.

Hari Kamis malam kemarin, mungkin hari apesnya Gen, meskipun aku dan Gen tidak menanggap sebagai apes sih, biasa saja. Waktu dia mengemudikan mobil di jalan tol, ada sebutir kerikil kecil yang seenak udelnya “loncat” ke front mirror, kaca depan mobilnya.  Pletak…. dan membuat lubang kecil yang mulai meretakkan kaca. Untung posisinya bukan di ketinggian mata, masih di bagian bawah. Tapi karena bahaya, kami memutuskan untuk membawa mobil itu ke bengkel untuk diganti. Wahhh pasti mahal deh.

Hari Jumat pagi, kebetulan Gen libur (mengambil cuti) karena menjaga Kai sementara aku mengajar. Jadi berdua Kai, dia pergi ke bengkel dealer Honda, dan diberitahu untuk kembali hari Minggu. Mungkin mereka harus memesan front mirror dulu di bengkel ya. Dan diberitahu bahwa kami harus membayar 50.000 yen (5 juta Rp) untuk penggantian kaca. Hmmm karena memang harus dan perlu karena bahaya jika dibiarkan, kami menyanggupi. Bayangkan jika sedang menyetir, karena getaran mobil, retakan kaca tambah besar dan… pyarr pecah, serta serpihan kacanya masuk ke dalam….. hiiiiii…… Itu saja sudah murah, karena seharusnya biayanya 12 juta. Asuransi yang kami ikuti ternyata tidak menanggung semuanya (tergantung pilihan option kami dan waktu memilih ternyata kami memilih asuransi mengcover biaya jika melebihi 50.000 yen). Sepertinya kami harus mengganti option asuransi mobil kami nih.

Jadi memang ada hal-hal tak terduga yang bisa terjadi dalam hidup ini, yang tidak bisa dihindari. Hal buruk, maupun hal baik 😀 Dan hal baik yang tidak bisa kami hindari itu antara lain adalah ulang tahun! Kebetulan sekali waktu aku mengajar di Universitas S hari Jumat, adikku yang rumahnya hanya beda 2 stasiun dari universitas tersebut, sedang bekerja di rumah. Dia memang programmer sehingga sering juga kerja dari rumah, daripada kantornya yang di Shinjuku. Kebetulan pula hari itu adalah hari ulang tahun adik kami yang terkecil, Andy. Karena mendapat laporan bahwa dirayakan sederhana di rumah Jakarta pakai nasi kuning, aku dan Tina janjian untuk nge-teh di sebuah kedai kopi  stasiun antara tempat kerja dan rumahnya. Aku bilang, “Pokoknya hari ini aku mau makan kue tart :D”. Tapi sayang waktu kami cari kedai kopi yang ada kue tartnya tidak ada, terpaksa kami masuk kedai teh yang display kue tartnya kelihatan enak-enak. The Darjeling, nama kedai itu. Pasti tempat yang cocok dan tepat untuk pecinta teh…sayangnya aku bukan pecinta teh 🙁

Jadi deh aku yang tidak biasanya memesan teh, kali itu memesan teh susu pakai whipping cream, serta sebuah kue tart kecil ntah apa namanya, tapi isinya semacam mousse dari strawbery, dilapis bolu tipis dan diberi gelatin strawbery dan dihias atasnya. Kupikir tadinya kecut (biasanya sih semanis-manisnya strawberry kan ada rasa kecutnya). ehhh ternyata tidak loh. Yang pasti aku malas untuk mencoba membuat kue macam begini yang butuh ketrampilan  dan ketelitian 😀 (emang imelda orangnya gradak gruduk sih hehehe). Merayakan ulang tahun adikku tanpa kehadirannya, ternyata lucu juga! Well, bertambah umur juga tak bisa dihindari ya….