Seorang temanku pak HG menulis begini : “Ada yg berfilosofi, kalau naik taksi jangan melototin argo, lihat pemandangan sekeliling, enjoy the ride…” Tentu saja tulisan ini menuai komentar yang bermacam-macam. Ya kalau ongkos yang dimiliki pas-pasan pasti khawatir, atau malah sang empunya tulisan menulis: “Kalau saya sih melihat pemandangan supaya tahu jangan dibawa keliling-keliling” bahkan ditambah “Dalam hidup jangan terlalu mudah cemas dan khawatir dengan masalah, nikmati saja…”. Ya benar juga sih hehehe.
Kadang kala memang kita harus memakai jasa transportasi Taxi yang tentu saja ongkosnya jauh lebih mahal dari transportasi umum massal. Nah kira-kira beberapa minggu yang lalu, aku pernah naik taxi dari stasiun Kichijoji sampai rumah. Jaraknya sekitar 7 km. Taxi di Jepang argo 2 km pertama sebesar 730 yen (Rp 73000 ), dan biasanya aku harus bayar sekitar 2000-2300 yen. Waktu itu aku tidak sempat mengambil uang tunai, tapi kalau dihitung-hitung ada deh uang sejumlah 2500-an. Jadi cukup. Meskipun agak ngeri juga, karena aku paling tidak suka segalanya mepet-mepet. Meskipun supir taxiku bukan bernama Pak Hari (seperti tulisannya Nique ), aku sempat bercakap-cakap dengan dia.
Nah waktu itu aku tanya padanya: “Pak, taxi ini bisa bayar pakai credit card ya? Minimum berapa ya?”. Memang kebanyakan taxi di Jepang menerima pembayaran dengan credit card, tapi aku belum pernah melihat orang di dekatku yang membayar pakai credit card. Mumpung supirnya baik, aku tanya saja.
“Oh berapa saja kok, tidak ada batasnya. Cuma memang kalau lebih dari 30.000 yen harus verifikasi dulu. Biasa kan itu di toko-toko juga”
“Iya, soalnya saya sering lihat bahwa bisa bayar pakai credit card, tapi belum pernah coba. Lama ngga ya prosesnya?”
“Coba saja ….. cepat kok, langsung keluar kertas invoicenya dan langsung tanda-tangan”
“OK deh kalau begitu saya mau coba. Pengalaman pertama pakai credit card di taxi”
Jadi begitu deh, begitu taxi berhenti di depan apartemenku, dia langsung menggesek kartu kreditku lalu kertas invoice tercetak keluar dari alat khusus untuk aku tanda tangani. Dan selesai. Tidak sampai 2 menit! Lagi pula di Jepang kami tidak perlu memberikan tips untuk taxi. (Untuk semua service no tips) . Aku bayar 2080 yen waktu itu. Lumayan lah dengan begitu aku tidak perlu mengambil uang tunai cepat-cepat kan. Efisien sekali.
Taxi di Jepang memang cukup nyaman, meskipun jarang yang memakai mobil jenis baru/mewah. Jika suatu saat datang ke Jepang dan mau naik taxi, siapkan saja kertas berisi alamat yang dituju, dalam tulisan kanji. Kebanyakan taxi sekarang sudah dilengkapi dengan car navigation (gps) yang bisa memandu supir ke tempat tujuan. Bahkan kata pak supir ada taxi yang dilengkapi alat penerjemah yang bisa mengubah suara dari bahasa Inggris menjadi bahasa Jepang dan sebaliknya.
Kamu bisa memanggil taxi di mana saja jika sedang berjalan, tapi kalau di stasiun carilah tempat naik taxi Noriba 乗り場, tempat taxi antri menunggu penumpang. INGAT JANGAN BUKA PINTUNYA. Tunggu sampai supir membukan pintu kiri belakang untuk penumpang dengan tuas yang ada di dekat dasboard supir. BIARKAN SUPIR MEMBUKA DAN MENUTUP PINTU TAXI. Kecuali untuk pintu kiri depan (samping supir). JUMLAH PENUMPANG hanya boleh 4 orang. Tapi jika berlima, kadang ada supir yang mau menerima Apalagi jika berlima ada anak kecilnya, no problem. Masalahnya jika 5 orang dewasa. Jika supir tidak mau, maka mau tak mau harus memakai 2 mobil (dan berarti ongkos double ya).
Setelah duduk dan menyerahkan/mengatakan alamat tujuan, pasang seat belt (terutama yang duduk di samping supir). Peraturan baru sekarang mewajibkan semua penumpang yang duduk belakang pun untuk memakai seat belt. Setelah itu…. nikmati perjalanan dengan taxi, melihat-lihat pemandangan yang ada 😀 Ada beberapa taxi modern yang menyediakan TV untuk penumpang yang duduk di belakang. Aku pernah melihat juga ada yang memutar video pendek dengan pilihan. Selain itu ada yang menyediakan charger HP. Belum ada sih yang menyediakan makanan dan minuman, kecuali pernah ada seorang supir taxi memberikan permen pada Riku dan Kai hehehe. Oh ya Taxi juga ada yang no smoking taxi loh. Jangan merokok jika sedang naik taxi no smoking.
Dan setelah sampai di tujuan, bayarlah biaya yang tertera di argo dan terima semua kembalian jika ada. Tidak perlu memberikan tip pada supir taxi. Tunggu sampai pintu dibukakan baru turun. Setelah turun tak perlu menutup pintu. Serahkan sang pintu pada kekuasaan supir.
Bagaimana? Siapkah naik taxi di Jepang? Kalau tidak ada uang tunai bisa pakai credit card kok hehehe. Soal mahal? Memang di Jepang apa saja muahal jeh. Aku ingat aku pernah dibayari muridku ongkos taxi sebesar 9.000 yen ( 900 rb rupiah) karena aku kehujanan dan basah kuyup yup yup. Dia melarang aku pulang naik kereta dan mengantarku naik taxi dari universitas Keio di Mita sampai rumah sekitar 28 km. Oh Ibu Kuchiki, aku selalu ingat kebaikanmu itu.
mbak em, ternyata kalau dirupiahkan tarif taksi di jepang mahal banget ya? bisa sampai 900 ribu (kalau dirupiahkan)? astaga…
aku sendiri kalau di sini masih sering mikir-mikir kalau mau naik taksi. kalau berdua sama oni sih kadang-kadang naik taksi kalau memang sedang capek banget misalnya. tapi kalau sendiri, naik kendaraan umum biasa.
mbak kenapa mesti nunggu pengemudi taksi membukakan pintu?
supaya supir yakin bahwa penumpang aman untuk turun. dan Tidak lupa membayar 😀
EM
Minggu lalu pelajaran bhs Jepang-nya tentang naik taxi. Ee, bbrp hr kemudian pengalaman naik taxi, lgsg praktek: “Gakusei shukusha made, oengai shimasu”. “Shukusha mae ni tomete kudasai” 😀
Ttg gk usah buka pintu, untungnya udah ada orientasi pas awal dtg. Hihi…..
Mahal? Banget! 😛
Siap, Mbak.. Ntar kalo mau ke Jepang kan kuingat-ingat tips ini 🙂
Sepertinya di Jepang itu enak banget ya, Mba… Apa nggak ada sopir tasi yang jahat di sana? Gimana kalo pintu nggak dibukain dan kita dibiarkan terkurung didalam berdua si sopir? Sereeemmm…
Ngga bakal ngga dibukain. Gimana mau dapet penumpang baru kalau penumpang baru tidak disuruh turun? Penghasilan ngga nambah dong.
FYI kejahatan di taxi : tidak ada penumpang yang dibunuh/diperkosa oleh supir taxi atau kawanan. TAPI ada cukup banyak supir taxi yang dibunuh oleh penumpang. Itulah faktanya
EM
catatan yang penting dan pastinya berguna jika satu hari nanti saya sampai plesir ke Jepang hehehe … enak ya mba, biar mbayar mahal tapi seneng klo supirnya ramah. dan itu ikut menjaga suasana hati dan mood kita. beda banget klo supirnya butek bin jutek, jadi sepet aja huhuhu
btw, soal buka pintu itu, di sini seringkali lho pada ga sabar gitu yah, nunggu pak supirnya bukain pintu, jadi weh pak supirnya pake bilang, tunggu dulu saya bukakan, atau terkadang saya yang ngeduluin ngomong begitu kalau sudah ada yang buru2 mau turun … 😀
gimana klo yg sepertiitu yg dolan ke jepang ya? hehehe
Di Jakarta juga ada tuh, Bu, taksi yang ber-TV. Tapi saya belum pernah coba. 😀
Kalau lihat dari dorama-dorama gitu, keknya nyegat taksi di jalan itu susah banget yak, Bu? Ah, iya. Soal pintu taksi itu yang paling menarik perhatian saya. Di sini kagak ada begitu soalnya, Bu.
iya gak heran sih kalo taxi di jepang mahal soalnya saya denger emang di jepang apa2 juga mahal ya mbak. heheeh.
disini taxi juga bisa bayar pake credit card. tapi pengalaman saya naik taxi (baru sekali), pintunya sih kita buka sendiri.
nah pengalaman naik taxi yang pintunya dibuka pake tuas dari sopir nya itu pas di KL. sampe kaget juga saya waktu itu kok pintunay bisa terbuka sendiri ya. hahaha.
Sekarang saya mengerti .
Ternyata kita mannersnya itu kalo di jepang tidak perlu buka tutup pintu sendiri
Akan saya ingat-ingat EM …
Siapa tau saya ada tugas ke jepang … 🙂
Salam saya EM
Hehehe, takut kalau argonya mendadak jalan cepat mbak ^^
Diluar negeri, taksi memang mahal, tapi aman. Jika jalan jauh, seperti dari bandara ke hotel, enakan naik taksi…..harganya memang seperti yang diceritakan EM.
Btw, kalau di Jepang, bisa gesek Citibank Card kan? Atau yang penting CC yang Master atau Visa? Jika iya…lumayan juga, jika suatu ketika pergi ke Jepang. Mesti nabung dulu deh…berharap suatu ketika bisa bikin surprise, mengetuk pintu Imelda-Gen di suatu pagi yang cerah….hehehe.
bu, saya juga pengen kasi surprise ngetuk pintu rumah mba Imelda tapiiii nunggu celengan gentongku penuh dulu niiiii…. xixixi
Yang gawat di padang, taxi di sinyalir jadi tempat ajang prostitusi…ANEHHHHHHHHHHHh
sama juga dengan di korea ya Mbak EM, no tips utk jasa apapun, mereka gak pernah mau nerima tips dari kita 🙂
untuk buka tutup pintu, jadi urusan si sopir ya Mbak EM 🙂
hehehe…asik juga ya… 🙂
salam
disini juga sebagian besar taksi terima cashless payment mbak. bisa pake credit card, nets (debit card), ato EZlink (kartu yg buat naek bis/MRT…asal cukup aja saldonya, hihihihihi).
aman banget yah disana. supir taksinya suka nembak gitu gak sih disana? bawa penumpang muter2. disini kadang masih ada loh yang kayak gitu. udah gitu kalo yang nyetir udah tua, rasanya serem banget di taksi. nyetirnya nggak enak 🙁
900 ribu cuma buat ngebayarin ongkos Taxi????
Lha disini bisa cukup untuk makan sebulan lho, Mbak 😀
Iya mba EM, di Jepang mah semua2 mahal ya, temenku ngajak liburan ke Osaka, aku nyerah ah, pasti lgsg bangkrut nanti hihihihi
wah mahal banget ya mbak naik taxi disana.
tapi sebanding ya mbak dengan pelayanannya?
iya…. saya pernah dimarahi gara gara mbuka pintu belakang taxi waktu di tokyo….
kalo pake taxi dari bandara ke hotel gak kuat bayarnya mbak….
muaahal …. gak tau berapa juta …
hiks,,, mahal bgt naik taksinya ya mbak, hehe..
tapi asiknya bisa pake CC, jadi praktis, dan gak perlu nyari2 tempat karena dilengkapi GPRs
memang jepang manteb deh.. 🙂
*eh, kalo kita buka pintu sendiri, bakalannya jadi gimana mbak?? hehhe..
iyha iseng nih
salam sayang buat Riku n Kai,,
untukmu juga mbak,, mmuahh…
900 ribu untuk membayar taxi?. Sepertinya gak dulu deh, Mbak. Lagian saya kan belum ada rencana melancong ke Jepang.
Teliti kantong sebelum menaiki sehingga dalam melihat pemandangan sekitar jadi lebih enjoy..
eh, kok gitu ya? Lucu juga pintu harus dibukain. Sebenarnya alasannya apa ya selain keselamatan? Ngerepotin pak supirnya aja. Heheh
kotaku juga ada banyak taxi, bisa pake kredit card juga, dan rata2 ada tivi kecil. Cuman saya ga suka naek taxi tuh karena pengemudi taxi di kotaku suka kasar kalo nyetir, agresif gitu. Naek are menit aja udah mabuk duluan. Hehe. Untung transportasi masal di sini lumayan praktis sih.
Yaa.. buat jadi pelajaran aku mbak klo mau kejepang biar susah.susahan aja deh naek angkot (caelah istilah si irni angkot) hahaha.. mending uang taxinya buat makan yak.. 😀
Ya ampyuuunnn Mba, mahal bangte yah taxi disana. Saya mah emang jarang pake taxi. aling kalo mo kemana2 disaat suami lagi dinas luar yah naek bus ajah. Murah meriah. kalo deket tujuannya bayar cuma 1 RM. Kalo jauh paling mahal 3 RM hehehe senengnyaaaa 🙂
eh, di Curup banyak banget taksi, dan murah-murah lagi, bisa dinaikin banyak orang pulak..
mau tau apa…? taksi adalah istilah untuk angkot di Curup, hahaha… 😀
Dilayani dengan baik oleh supirnya. Ternyata biaya mahal juga 🙂
Wah mahal banget ternyata.
Eh saya komennya telat 3 tahun 🙂
hahahah kan TAXI dari dulu sampai sekarang ada terus, jadi komentarpun ngga bakal kadaluarsa
Ah, jadi ingat pengalaman naik taksi 4 tahun lalu di Jepang 🙂 Dulu sebelum berangkat kerja dan pulang kerja, aku dan teman-teman selalu naik taksi dari atau ke stasiun Koga, terus bayar taksi pakai voucher yang dikasih dari kantor. Terus, pernah juga naik taksi sendirian dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dan harus bayar sekitar Rp. 200.000 utk jarak tempuh sekitar 15 menit 😀
BTW, sekarang aku lagi ngikutin dorama Sentakushi (選TAXI) yang diperanin sama aktor favorit aku, Takenouchi Yutaka 🙂
wah enaknya dapat voucher ya. Kadang kalau bawa belanjaan berat atau pas hujan/kaki sakit aku naik taxi, tapi sengaja pilih dari stasiun yang terdekat dari rumah. Pernah aku harus tunggu lama waktu hujan karena stasiunnya kekecilan jadi jarang ada taxi. Tapi karena aku ngga bawa payung ya dijabanin aja