Upik Abu vs Putri

20 Des

Kemarin aku bercakap-cakap dengan si Nique, sesama ibu-ibu aktif dan karena aku mengeluh badanku sakit-sakit, dia bilang, “pekerjaan rumahnya dibantuin suami kan mbak…” wedeh…. aku bilang, “Ngga mau dibantuin suami, soalnya kalau cuci satu piring 10 menit sendiri….! Selain dia memang tidak mengerjakan pekerjaan rumah, aku tidak memperbolehkan dia masuk dapur. Dapur adalah wilayah kekuasaanku (hampir seluruh rumah sih sebetulnya hehehe) Kalau dia masuk dapur, dan membuka lemari es, bisa-bisa kulkasnya kosong, dibuangin semua isinya hahaha. Jadi biasanya dia masuk dapur hanya untuk membuat kopi, atau ngebul di exhaust fan dapur 😀 (Biasanya di teras rumah, tapi sekarang dingin, kasihan jadi aku memperbolehkan ngebul di dapur :D)

Awal aku datang ke Jepang, aku masih sering menerima undangan dari teman-teman kerja papa untuk makan bersama, dan saat itu mereka selalu berkata, “Imelda kan ojousama お嬢様 (putri /princess), mana bisa hidup di Jepang?” Mereka tahunya aku tinggal di Jakarta, dan menempati rumah yang ada pembantunya, jadi pasti tidak bisa kerja pekerjaan rumah. Uuuuh aku waktu itu sebel sekali. Emangnya aku tidak bisa kerja apa-apa? Menyebalkan sekali dibilang ojousama. Apalagi aku mendengar dari Ibu Kost ku waktu itu, bahwa sebelum aku datang dan tinggal bersama mereka, ada sepasang remaja Indonesia yang tinggal di situ. Dan mereka dari keluarga kaya di Surabaya, si perempuan tidak bisa pakai sepatu sendiri jadi dipakaikan oleh yang laki-laki (pacarnya)…. WHAT???? Kalau kebalik ngerti deh, tapi ini? Bus*t deh, pantas saja di anggapan orang Jepang sekitarku itu perempuan muda Indonesia tidak bisa kerja.

Jadi waktu aku mulai membuat kue tart di dapur ibu kost, baru dia mulai sadar bahwa cewe yang ini bisa masak… uhuk uhuk! Jelas saja, sejak umur 10 tahun aku mulai bantu mama buat kue dan puding. Bahkan waktu SMP aku sudah masak untuk sekeluarga. Kalau pembantu mudik lebaran (dan biasanya tidak kembali), maka biasanya ada pembagian tugas. Aku di dapur, adikku Novi bagian cuci, Tina beresin kamar dan pel. Andy masih terlalu kecil, sehingga dia ikut mama siram kebun. Jadi, memasak untukku tidaklah sulit, karena sejak kecil aku sudah biasa mendengar mama berkata, “Untuk sop, pakai daun bawang ditumis dulu pakai mentega sedikit, pala sedikit, lada sedikit, garam juga sedikit, nanti dirasa apa yang kurang…. ” Tidak ada ukuran pasti satu sendok atau berapa gram 😀 Semuanya kira-kira. Tapi dari mama aku tahu untuk kakushiaji (bumbu penyedap terakhir) kita masukkan kecap manis, atau cengkeh tergantung masakannya apa. Bahkan untuk membuat puding coklat yang manis pun disuruh mama memasukkan sedikit garam supaya rasanya lebih “hidup”. Bingung kan 😀

Karena keluargaku juga cukup sering membuat pesta di rumah dengan masak sendiri, aku juga terbiasa masak banyak. Satu panci besar sup untuk 20 -40 orang… biasa. Jadi waktu aku pertama nikah, seringnya masak kebanyakan 😀 Baru sekarang bisa masak sedikit untuk 4 orang hehehe.

Tapiiiii…… memang benar, karena aku lebih sering di dapur, aku tidak pintar untuk membersihkan kamar! Sama sekali! Suruh aku berdiri di dapur seharian-dua harian aku akan senang sekali, tapi jangan suruh aku membereskan rumah. Cuci piring, langsung kelihatan hasilnya, piring kotor menjadi bersih. Sedangkan bereskan rumah? Biar disapu juga tidak kelihatan kan (kalau disapu tiap hari…hihihi alasan saja!)

Sebetulnya mau cerita apa sih aku ini? Intinya, seorang putri pun, jika hidup di luar negeri tanpa pembantu, akan bisa menjadi upik abu, dan mengatur rumahnya sendiri! Apalagi menjelang akhir tahun begini. Satu rumah harus dibersihkan sampai semua pojok. Kebiasaan orang Jepang untuk Oosoji 大掃除 (bersih-bersih besar-besaran) untuk menyambut tahun baru dengan rumah yang bersih. Kesempatan membuang panci yang sudah jarang dipakai dan piring yang gompal. Membersihkan kap lampu di langit-langit rumah, sampai pojok belakang lemari es. Mengganti filter exhaust fan di dapur, sampai membuang buku-buku atau majalah yang sudah tidak perlu. Dari atas sampai bawah. Seluruhnya dan sendirian 😀

Kemarin aku pergi ke TK nya Kai, ada acara Oosoji bersama orang tua murid. Kami membersihkan kelas yang dipakai selama setahun. Dari seluruh kaca jendela dan frame, sampai mengelap semua mainan puzzle dan balok kayu. Pada kenyataannya kelas itu memang masih bersih, tidak ada orang yang sampai perlu mencuci lap basahnya karena debu. Tapi kemarin aku sempat menggeser lemari TV/video dan menemukan sedikit debu di bagian belakang. Entah kenapa tapi senang rasanya melihat lapku berubah menjadi abu-abu 😀

Kegiatan Oosoji di TK memang sudah masuk dalam program TK setahun. Kalau di SD murid-murid sudah cukup besar untuk bisa membersihkan kelasnya sendiri. Tapi untuk murid TK seusia 3-4-5 tahun, tentu belum bisa dan … tidak sampai tingginya :D. Setelah acara bersih-bersih selesai, kami duduk di bangku anak-anak kami, dan mendengarkan laporan sang guru mengenai perkembangan anak-anak kami. Karena kelas nensho 年初 (TK tahun pertama dari 3 tahun), kebanyakan masih berusia 3-4 tahun, pertama kali berkumpul bersama teman-teman dalam ruangan kelas serta belum terbiasa berinteraksi. Masih banyak kejadian menangis, berkelahi karena tidak mau meminjamkan mainan/alat tulis, atau belum tahu cara “pinjam-meminjam”. Saat ada masalah begitu, guru akan menengahi dan memberitahukan kesalahan mereka. Tapi setelah 8 bulan bersama, mereka mulai bisa berinteraksi dan mulai bisa mengatakan “gomennasai”. Selain itu “gomennasai” bukan sekedar di mulut, tapi mulai bisa mengerti kenapa harus berkata maaf dan apa kesalahan sebenarnya. Pantas saja, akhir-akhir ini Kai sering sekali mengucapkan “Mama… maafkan kai, kai sudah bikin marah mama….” Atau, “Mama maafkan Kai, kai kasih tumpah susu di lantai”. Jadi bukan hanya maaf saja. Terharu juga aku mendengar penjelasan gurunya Kai, dan merasakan Kai memang semakin bertambah besar.

So, apakah sudah Oosoji dan membersihkan rumah menghadapi tahun baru? Atau buat yang kristen katolik, sudah oosoji hati kita untuk menyambut kelahiran Yesus? …. Masih ada 5 hari menjelang natal dan 11 hari menjelang tahun baru 😀
OK deh aku mau lanjut beberes lagi yaaaaa….

Gambar Kai yang dipajang di TK nya, katanya itu self potrait tapi Kai jungkir balik. Mungkin seperti Ninja, kepalanya bisa di bawah hihihi