Di dekat rumahku ada sebuah lahan yang dipakai sebagai lahan parkir dan di pinggirnya ada satu pohon yang gundul. Bukan pohon mati, tapi dia akan berbunga putih yang cukup besar menjelang musim Semi. Pertama kali aku melihat bunga itu memang aneh, karena sama sekali tidak ada daunnya. Daunnya tumbuh setelah bunganya habis. Sama seperti sakura. Dan waktu itu Gen berkata, “Kalau melihat bunga itu, senang rasanya karena sebentar lagi musim semi tiba, dan itu berarti menjadi hangat”.
Bunga itu bernama Mokuren 木蓮 (dari kanjinya terlihat artinya adalah teratai di pohon) , dan bahasa latinnya adalah Magnolia Heptapeta (yang putih). Aku baru tahu bentuk bunganya ya di Jepang ini, padahal nama Magnolia itu sering kubaca di sabun-sabun Indonesia. Karena bunganya putih pertama kupikir itu Gardenia, tetapi ternyata salah. Gardenia juga berbunga putih tapi nama latinnya Gardenia Jasminoides. Lihat namanya saja sudah tahu bahwa Magnolia dan Gardenia tidak “sodaraan”. Kalau Gardenia aku selalu ingat iklan obat rambut (shampo atau apa ya aku lupa) jaman dulu. Tapi yang aku tahu setelah obrak abrik rumah om Google, ternyata kedua bunga ini asalnya dari China.
Benar sekali perkataan Gen bahwa kalau melihat bunga Magnolia berarti hari menghangat. Hari ini memang hangat, bahkan terasa panas untuk kami bertiga yang masih memakai jacket down hari ini. Dalam rumah jauuuh lebih dingin daripada di luar. Hari ini ceritanya aku mau mengajak kedua anakku untuk pergi ke Kichijoji dan makan cake/sweets all you can eat. Riku sudah mulai libur Spring Vacation hari ini. Tapi ternyata setelah sampai di Kichijoji, resto all you can eatnya tidak ada! Mungkin sudah pindah, dan aku tidak catat nomor teleponnya. Ya sudah, akhirnya kami makan siang di Mac D. Tentu saja mereka senang sekali (lebih senang daripada temanin mamanya :D).
Ternyata sudah 2 minggu berlalu dari nightmare, mimpi buruk di siang hari. Seminggu terakhir ini rasanya memang cepat berlalu, mungkin karena semua kegiatan sudah pulih seperti semula. Kereta juga sudah beroperasi meski jumlah trayeknya dikurangi. Gen juga sudah bisa mengisi bensin fulltank (dulu kan dijatahin 2000-3000 yen saja) meskipun sekarang harga bensin per liter melangit lebih dari 150 yen (pasti gara-gara libya nih 😀 ).
Kemarin aku juga sudah belanja sampai ngamuk, bukan membeli bahan pokok, tapi malah membeli snack dan beberapa bahan frozen. Di rak supermarket sudah ada banyak telur, susu, roti, tahu (tapi belum ada Natto) dll. Tapi biasanya dibatasi perorang hanya boleh membeli dalam jumlah tertentu. Dan apalagi dengan adanya isu kenaikan kadar iodine 131 naik dalam air ledeng, maka air mineral botol tidak ada. Padahal aku masih bisa ambil air RO gratis….. (Pas hari ini aku pergi ambil RO Water itu, ternyata sudah dibatasi juga satu orang hanya boleh isi 1 kali 4 lt). Dan larangan untuk memakai air ledeng untuk bayi pun sudah dicabut, karena kadar iodine 131 nya sudah kembali normal, jauh di bawah standar konsumsi bayi.
Kehidupan sudah berjalan normal, dan terus terang aku sudah tidak menonton TV lagi. Kalau perlu info aku sesekali membuka homepage NHK, atau koran online Asahi. Bukannya tidak mau tahu, tapi tidak mau menjadi panik. Ada pula satu orang Jepang dalam list FB ku yang cenderung memberikan informasi yang negatif-negatif saja. Aku tahu dia benci dengan negara Jepang, jadi selalu cari kesalahan negaranya terus. Kesal juga setiap membaca status dia. Akhirnya aku hide saja dia, karena….. aku mulai menjadi panik.
Ya entah kenapa, mungkin memang sudah limitnya, sejak kemarin sore aku menjadi panik sendiri. Menjadi sedih dan sensitif. Butuh sekali untuk bertemu dan bicara dengan orang lain. Pasti pengaruh hormon deh nih hihihi. Udah gitu, sampai jam 1 malam Gen belum pulang. Mulai mikir macam-macam, persis seperti tulisan Putri di Ketika Papa Terlambat Pulang. Dan sekitar jam 1:30 Gen kucluk-kucluk masuk dan berkata, “Akhirnya satu deadline selesai”…. iya sih, tapi kasih tau dong 🙁 Pas aku lagi sensitif soalnya.
Mungkin karena aku pasang foto kami berempat-saudara kemarin. Mungkin karena Riku sudah masuk liburan dan aku sebetulnya bisa pulang sebentar kalau saja ada tiket dan uang lebih:( Mungkin karena aku selalu berusaha tenang dan tidak panik……Dan sejuta kemungkinan yang lain 🙁
Berbagai peristiwa sejak dua minggu yang lalu ini semua menguji kekuatan syarafku dan tampaknya aku perlu mengistirahatkannya sejenak. Benar aku ingin berlari saat ini…… Bosan aku dengan penat
.
.
Kulari ke hutan kemudian menyanyiku
kulari ke pantai kemudian teriakku
sepi, sepi dan sendiri
aku benci
Aku ngin bingar
aku mau di pasar
bosan aku dengan penat
dan enyah saja kau pekat
seperti berjelaga
jika ku sendiri
Pecahkan saja gelasnya
biar ramai
biar mengaduh sampai gaduh
Ah…ada malaikat menyulam
jaring laba-laba belang
di tembok keraton putih
kenapa tak goyangkan saja loncengnya
biar terdera
Atau aku harus lari ke hutan
belok ke pantai ………
(Puisinya AADC)