Tabu atau pamali

16 Feb

(hari ini rajin euy… ini posting ke dua hari ini setelah Celana Buruh hihihi)

Pagi dini hari tadi, sebuah truk menabrak kereta servis dari Line Seibu Shinjuku. Kejadian pada pukul 3 dini hari menyebabkan jadwal kereta terganggu, dan baru bisa teratasi pukul setengah 11 pagi. Ya, memindahkan kereta yang terguling tidaklah mudah. Aku juga pernah mengalami berada dalam kereta sesudah kereta yang mengalami kecelakaan tertabrak truk di lintasan kereta, dan untuk pulih butuh waktu 9 jam! Aku sendiri terpaksa cari jalan lain, termasuk naik taksi untuk bisa pulang kemudian menjemput Riku yang waktu itu kutitipkan di penitipan bayi dekat stasiun rumah kami.

Jalur kereta itu harus digunakan Gen untuk pergi ke kantor. Dan untung saja kejadiannya hari ini, karena kebetulan kemarin dia naik kereta (biasanya naik mobil, tapi sekarang aku pinjam mobilnya setiap hari Senin untuk mengajar). Coba seandainya Gen naik kereta pasti akan terlambat sekali sampai ke universitas. Dan aku baca juga kebetulan ada beberapa sekolah di jalur kereta Seibu Shinjuku Line ini ada yang mengadakan ujian masuk, sehingga tentu saja kasihan anak-anak yang akan ujian tapi terlambat. Dan untuk mengantisipasinya sekolah-sekolah itu memperlambat jam mulai ujian.

Waktu membaca soal ujian ini, saya teringat dengan percakapan induk semang saya pada anaknya yang akan ujian masuk universitas waktu itu.
“Hati-hati di jalan (waktu itu bersalju) dan selamat ujian ya Nak”
“Terima kasih bu”
Kemudian nenek bercerita, “Iya kasian ya, saya pernah baca banyak kejadian anak-anak yang akan ujian menjadi gagal karena mereka sakit, atau jatuh di jalan yang bersalju”
Mendengar itu si Ibu (anak si nenek ini) marah dan berkata:
“Nenek jangan cerita yang begitu dong. Menurunkan semangat saja. Kalau hal-hal buruk itu terjadi pada anakku bagaimana. Sebelum ujian lagi bicaranya…. bla bla bla”
“Loh saya kan tidak bilang hati-hati jangan terpeleset! Saya hanya cerita saja kok”
Bertengkarlah mereka.

Memang dalam bahasa Jepang,  jangan terpeleset (suberanaiyouni) 滑らないように, Jangan jatuh (ochinaiyouni) 落ちないように tidak pantas atau tabu digunakan dalam percakapan orang yang akan ujian. Karena ada pemikiran kalau berkata “Jangan begini begitu”, biasanya JUSTRU akan terjadi. Kalau berkata “Jangan terpeleset/ Jangan jatuh” nanti akan terjadi, dan ujiannya gagal.

Dalam upacara pernikahan juga dilarang menggunakan kata-kata seperti potong (kiru) 切る, berpisah (wakareru/hanareru) 別れる, 離れる Kata-kata yang negatif seperti itu tabu digunakan di Jepang. Tabu dalam berbahasa seperti ini apakah ada di Indonesia ya? Mungkin saja ada karena tiap daerah yang memakai bahasa daerah, mungkin melarang pemakaian kata-kata tertentu dalam suatu tindakan. Hanya saja biasanya tabu juga menjadi banyak jika mengaitkan dengan pakaian atau sikap, faktor-faktor di luar bahasa.

Tapi mungkin sebagai sharing pengalaman mengenai tabu bahasa ini, aku ingin menuliskan tentang “sakit hati” mama terhadap orang Makassar. Waktu aku berusia 6 bulan, mama membawaku ke Bantaeng (Sulsel) bertemu dengan mertua (kakek dan nenekku) yang kebetulan berada di sana. Setiap orang makassar yang melihat bayi imut (ehm ehm) Imelda ini berkata:
Aduh busukna!” sambil cium-cium dan cubit-cubit diriku.
Semua orang yang mendekat pasti berkata “busukna”, padahal mama yakin aku tidak sedang beol, atau belum mandi atau bau muntah. Kenapa mereka semua bilang busuk? Sakit hati deh mama. Baru setelah bertanya pada papa, baru tahu bahwa orang Makassar itu berbicara KEBALIKANNYA. Mungkin buat mereka pamali menyebutkan yang bagus, dan menjadikan mama atau aku besar kepala nantinya. Aku sendiri tidak tahu apakah semua aspek disebut kebalikannya atau tidak. Kalau ya, wahhh sulit sekali untuk mengerti orang Makassar ya.

Tabu atau pamali…. pasti banyak deh dalam kehidupan kita. Tapi aku rasa unik saja jika di Jepang yang sudah maju begini, masih memperhatikan tabu dan pamali terutama pada mahasiswa yang akan ujian, atau pasangan yang akan menikah. Dan aku sendiri belum pernah mendengar orang tua Indonesia tidak mengatakan “Jangan lupa bukunya/nomor ujian/pensil” dan lain-lain hanya untuk menghindari anaknya nanti akan JUSTRU LUPA hihihi.

Di Jepang tabu untuk memberikan bunga dalam pot untuk pasien RS, karena takutnya penyakitnya akan "mengakar" dan tidak sembuh-sembuh. Jadi kalau jenguk orang Jepang bawa bunga potong ya....

(foto oleh Tadashi Miyashita – bapak mertuaku – Nikon D80)

Celana Buruh

16 Feb

Mungkin bagi orang Indonesia, begitu saya menanyakan mengenai baju buruh akan merasa aneh. Ya kalau di Indonesia buruh-buruh paling-paling mengenakan kaos dan celana pendek, atau bahkan bertelanjang dada. Ada yang bersarung? Hmmm belum pernah bertemu sih, tapi kalaupun bersarung mungkin akan dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu kerjanya. Atau kalaupun ada baju khusus yang dipakai, seperti buruh tambang, pasti sudah bisa membayangkan seperti seragam dengan kantong-kantong dan dilengkapi helm bersenter.

Nah, saya merasa agak aneh waktu melihat buruh bangunan di Jepang, terutama yang bekerja di situs pembangunan rumah/jalanan. Mereka memakai baju memang biasa saja, tetapi celananya itu loh. Aneh! Kalau saya bilang sih mirip celana Aladin. Coba deh lihat foto ini:

persis celana alibaba eh aladin kan? hihihi. Untung ngga transparant 😀 (maksudnya yang bahan chiffon terawang gitu tuh)

Nah, saya tanya sama suamiku (uhuyyy suami nih ye… ) ternyata dia juga ngga ngerti kenapa buruh bangunan pakai celana seperti itu. Soalnya kalau dipikir bukannya “gelembung” itu malah mengganggu?

Bukan namanya imelda kalau ngga penasaran. Jadi deh tanya sama om google jepang, dan ketemu deh. Rupanya namanya di Jepang NikkaBokka  ニッカボッカ dan asal awalnya dari kata knicker bockers, yang merupakan sebutan untuk celana yang bagian bawahnya digulung di bawah lutut dan tidak pas. Rupanya ini adalah gaya anak laki-laki di Belanda. Tapi juga kemudian menjadi sebutan untuk orang Amerika keturunan Belanda di Now York.

Celana jenis ini juga rupanya menjadi populer sejak ditemukannya sepeda. Supaya tidak mengganggu waktu mengayuh sepeda, maka ditariklah ujung celana panjang ke bawah lutut, dan akhirnya malah menjadi fashion.

Mungkinkah celana monyet untuk bayi-bayi berasal dari sini? Kayaknya sih ngga…tapi siapa tahu kan? hihihi

Keterangan berbahasa Jepang diambil dari sini.

正式にというか語源はニッカーボッカーズ(knicker bockers)。膝下でくくる、ゆったりとしたズボンという意味。もともとニッカボッカーズはオランダの男子子供服のスタイルであった。Knickerbockerとなるとオランダ系アメリカニューヨーク)人ということらしい。

一般的にニッカポッカという言葉から連想されるものは土木・建設系の現場作業員のだぶだぶしたズボンであろうか。ニッカボッカーズからニッカポッカに日本にきて変わっていったものと思われる。発声する際になんとなくいいやすく、音が良かったからかもしれない。

150年くらい前に自転車発明された。そして自転車が流行した時に、ペダルをこぐ際に裾が絡まらないズボンとして使われ始めた。自転車の利用者の広がりとともに「自転車着」としてニッカーボッカーズも広まっていった。そのゆとりあるデザインが持つ動きやすさが人々に認識され、主にブルジョワ階級のスポーツ乗馬ゴルフ、登山)ウェアへと利用され、より「おしゃれ」につくられようになった。