Eco-kitchen

9 Jan

Sekarang jamannya Eco, bukan Ekonya mas Eko yang wong jawa, tapi eco yang merupakan singkatan ecology. Seperti yang sudah kutulis di postingan yang ini, kami mendapat potongan pajak yang cukup besar 75% karena membeli eco-mobil, mobil (baru) yang dianggap tidak atau kurang mengotori lingkungan. Sebetulnya agak rugi juga waktu itu, coba seandainya mobil lama sudah dipakai lebih dari 12tahun, maka kami malah akan mendapat “bonus” tambahan potongan yang banyak, karena berarti mengurangi jumlah mobil lama berseliweran di jalan-jalan yang sudah jelas akan mengotori lingkungan.

Di Jepang sekarang juga sedang giat-giatnya mengumpulkan eco-point dari perumahan. Jika membangun rumah dengan memakai solar panel (berarti mempunyai pembangkit listrik sendiri) atau jendela rangkap dua (mengurangi pemakaian heater dan AC), maka akan mendapat eco-point yang bisa dipakai sebagai potongan harga.

Lalu kenapa aku menulis judul Eco Kitchen? Sebetulnya masih rancu pengertian eco kicthen itu sendiri, apakah merefer pada dapur yang “ramah lingkungan” seperti pemakaian gas bukan minyak tanah, atau bahkan pemakaian listrik bukan gas, yang katanya lebih irit energi. Dengan alat pencuci piring, yang katanya juga lebih irit air, dengan alat pembuat kompos sendiri dll. Yang pasti aku belum tahu seberapa iritnya barang-barang ini, mungkin lebih irit dapur alam di desa-desa terpencil sana, daripada dapur di kota-kota besar. Tapi yang lebih mau aku tonjolkan dengan pemakaian eco-kitchen ini adalah HEMAT MAKANAN/Bahan Makanan.

Bapakku, P.L. Coutrier, boleh dikatakan seorang pemerhati lingkungan, meskipun dia lebih berkutat di masalah pertambangan dan minyak. Sering dia memberikan seminar-seminar baik di tingkat nasional maupun tingkat yang lebih kecil, kumpulan-kumpulan kekerabatan. Pada suatu kesempatan, setelah memberikan seminar, tibalah acara makan siang (atau malam…saya lupa). Dan sambil mengambil makanan, bapakku berkata, “Dengan kita mengambil makanan secukupnya saja, kita sudah ikut andil dalam menjaga lingkungan a.k.a environment.”

“Loh, kok bisa begitu pak?”
“Ya, dengan tidak menyisakan makanan, Anda mengurangi sampah. Dan dengan makan yang cukup dan tidak berlebihan memasak, Anda menjaga kebutuhan makan sekian banyak orang.  Jika petani tidak berlebihan memproduksi beras, maka kesuburan tanah bisa dipertahankan dst, dst. Selain hemat tentunya, banyak aspek yang sebetulnya jika dikaitkan bermuara ke perlindungan lingkungan. ”

Kemudian ibu-ibu yang hadir di situ berkata, “Aduh bapak Coutrier sih bicara begitu, lihat semua jadi mengurangi nasi dan makanan yang diambil….”
dan bapakku berkata, “Saya tidak mengatakan tidak boleh makan banyak. Ambil secukupnya. Kalau kurang, boleh tambah, tapi juga jangan sampai menimbulkan sampah dengan membuang makanan.”

Sampah makanan…. Aku tidak tahu bagaimana pendidikan di keluarga masing-masing, tapi dulu oleh mama, kami tidak boleh meninggalkan nasi sebutirpun di piring. Itu kupegang sampai datang ke Jepang, sampai menikah… tapi begitu punya anak, sulit rasanya untuk tidak membuang makanan sisa anak-anak (makanya badan melar gini kan… hihihi alasan). Tapi seberapapun sedikitnya aku sudah mengambil makanan untuk anak-anak, pasti ada sisanya. Dan aku biasanya makan sisa-sisa mereka….. Tapi ada batasnya, karena aku juga harus menjaga jarum timbangan badan supaya tidak naik terus kan….

Sulit sekali untuk tidak buang makanan di Jepang. Menurut data yang ada, setiap tahunnya Jepang membuang 22.000.ooo ton, wuih 22 juta ton itu setengahnya berasal dari dapur rumah tangga biasa. Padahal jumlah 22 juta ton itu sama dengan jumlah program bantuan pangan dunia selama 2 tahun! Jadi makanan yang dibuang orang Jepang satu tahun bisa dimakan selama 2 tahun  melalui program bantuan pangan sedunia! Dan sesungguh sepertiga dari bahan makanan di Jepang berasal dari impor…. bayangkan betapa mubazirnya… SEKEH-SEKEH kata mas trainer di blognya.

Memang di Jepang, kadaluwarsa atau batas konsumsi lewat satu detik saja, langsung masuk tempat sampah. (Mungkin Anda bingung soal kok batas konsumsi bisa per detik. Di konbini di Jepang jika menjual sandwich, onigiri atau bento, pasti tercantum kadaluwarsa sampai tanggal berapa, jam berapa lengkap dengan menitnya. Jadi kalau lewat, tidak boleh dijual lagi. Karenanya satu atau dua jam sebelum jam habis terkadang di beri tanda potongan harga, supaya terbeli… daripada dibuang kan?) .

OK kalau masalah kadaluwarsa begitu, masing-masing punya pandangannya sendiri, padahal sebetulnya kita musti jeli membaca kadaluwarsa di Jepang itu biasanya best before, lebih enak jika dimakan sebelum tanggal itu, bukan berarti makanan itu sesudah tanggal tercantum akan rusak. Aku sendiri tidak terlalu peduli soal kadaluwarsa, karena bisa ketahuan kok sebetulnya makanan itu masih baik atau tidak. Tentu saja faktor suhu, cara penyimpanan, musim juga sangat berpengaruh.

Nah yang paling tidak “etis” rasanya, makanan yang dibuang itu akibat kesalahan pencantuman. Misalnya onigiri berisi ikan tuna dari suatu negara, tapi ditulis kokusan (produk Jepang). Nah berarti terjadi kesalahan pencantuman atau labeling kan? Itu semua masuk tempat sampah! Pabrik tidak mau susah-susah ganti label, atau suruh pegawai membenarkan dengan spidol kek apa kek. Semua masuk tong sampah! Duuuh… Aku pernah baca di suatu display dalam kereta, bahwa setiap detik ada sekian ratus onigiri terbuang di tempat sampah, padahal di seluruh dunia masih banyak orang yang kelaparan. Menurut data, 1 menit di seluruh dunia 17 orang meninggal karena kelaparan, dan 12 di antaranya adalah anak-anak.

Aku tahu, aku juga akhirnya di sini sering buang makanan, karena berbagai alasan. Setiap kali aku membuang nasi sisa makanan anak-anak dalam plastik, aku berucap, “Maafkan saya…”. Dan kalian tahu kenapa aku menulis tentang ini…. karena kemarin aku terpaksa harus membuang nasi sekitar 1 piring karena telah kering, dan tidak bisa dimakan lagi. Tapi kemudian aku terpikir, aku kumpulkan saja deh, cuci dan jemur supaya benar-benar kering, lalu digoreng jadi rengginang. Sambil berkata dalam hati, “Makanya masak yang pas-pasan aja, atau kalau sisa langsung masuk cling warp ditaruh freezer!”. Akhir-akhir ini sering lupa sih masukin freezer, ngga sadar bahwa musim dingin cepat sekali membuat nasi menjadi kering. Sekarang aku sedang sibuk mencari kira-kira nasi kering sisa itu bisa diolah jadi apa lagi ya?

Sambil berharap Jepang lebih hati-hati soal makanan dan bahan makanan, aku berusaha juga jangan membuang makanan jika tidak perlu sekali. Mari ibu-ibu, kita juga mulai menggalakkan eko-kitchen yuuuuk.

Sebuah foto yang sudah lama ada dalam folderku, ngga tahan melihatnya. Tapi harus! Mengingatkanku bahwa banyak orang yang tidak bisa makan hari ini.

Data-data mengenai Jepang diambil dari homepage Morino Kumahachi, seorang chef yang juga penyanyi. Beliau menuliskan “Memikirkan Lingkungan dari Dapur”.

Otayori – Mumps dan 10 tahun

6 Jan

Otayori お便り berarti kabar/ berita, atau pemberitahuan atau surat/kartu pos atau media lain yang memberitahukan perkembangan seseorang atau sesuatu.

Kemarin tanggal 5 Januari, hari pertama kerja di keluarga kami. Gen baru mulai masuk kerja tanggal 5. Tumben sekali, karena biasanya tanggal 4, dunia Jepang sudah banyak yang mulai bekerja setelah libur resmi tahun baru tanggal 1-2-3. Senang juga sih karena berarti tanggal 4 masih bisa pergi jalan-jalan (yang akhirnya dihabiskan waktunya oleh Gen dan Riku berdua ke dokter mata dan potong rambut). Gen ceritanya ingin tampil rapi di hari pertama tanggal 5, karena di kantornya ada sekedar upacara untuk karyawan, dan dia menerima penghargaan sudah bekerja 10 tahun (yang lain tentu saja ada yang sudah 20 tahun bekerja)

Jadi pagi-pagi Gen sudah berangkat kerja, dan berpesan padaku untuk mengantar Riku ke dokter karena dia pilek dan batuk. Lebih baik minta obat. Tapi setelah aku dan Riku mengantar Kai ke penitipan dan mau ke dokter, aku baru melihat bahwa ternyata lehernya bengkak. Wah jelas-jelas ini gondong atau Mumps (otafukukaze おたふく風邪). Jadi begitu sampai di RS, aku suruh Riku tunggu di tempat terpisah, dan aku mendaftar serta memberitahukan perawat bagian anak bahwa Riku kemungkinan gondong. Langsung dia dibawa ke kamar terpisah dengan satu tempat tidur anak-anak dan rak buku.

Tanpa demam, tanpa leher meradang, hanya bengkak saja sehingga dokter menyatakan “mungkin” gondong. Memang Riku waktu kecil sudah mendapat vaksin. Padahal vaksin otafuku BUKAN merupakan vaksin wajib di Jepang. Untuk itu kami harus membayar 8000 yen. Kalau wajib semua gratis. Nah, yang menjadi masalah, Kai belum menerima vaksin otafuku ini … moga-moga dia tidak tertular. Dan ternyata untuk gondong tidak ada obat khususnya. Hanya diberi 3 dosis ampul yang harus diminum jika merasa sakit atau demam tinggi. Thats all.

Tapi penyakit ini berasal dari virus yang biasanya menyerang anak sekolah. Kemungkinan Riku mendapatnya di sekolah persis sebelum libur tanggal 25 Desember lalu. Dan karena penyakit menular, biasanya tidak boleh pergi ke sekolah. Untuk itu harus mengurus “Berhenti sekolah sementara” (supaya tidka dihitung bolos) dan waktu akan masuk harus menyerahkan sertifikat “Sudah sembuh” dari pihak rumah sakit, baru boleh masuk sekolah kembali. Tapi untung saja sekarang Riku sedang libur, dan baru masuk lagi tanggal 8 hari Jumat nanti. Menurut perkiraanku sih Riku baru bisa masuk sekolah minggu depan.

Waktu aku chatting dengan Ria, dia tanya apakah aku memberikan “blau” di leher Riku? Wahhh mana ada blau di Jepang. Lagipula menurutku blau itu fungsinya hanya membuat adem leher saja kan? Obat tradisional terkadang memang bagus, tapi kadang ada obat yang lebih ampuh daripada “ramuan” turun temurun. Daripada aku susah-susah cari ramuan yang belum tentu ada, lebih baik ke RS hehehe. Yang penting sikonnya saja lah!

You Gotta Quintet

5 Jan

Tadinya aku sama sekali tidak tahu bagaimana bahasa Inggrisnya. Karena hanya tertulis dalam katakan “Yugata kuintetto”, jadi aku pikir quintet sore hari. Tapi ternyata arti “Quintet sore hari” itu juga benar, karena program acara televisi NHK  ini awalnya disiarkan pada pukul 5 sore.

Aku berkenalan dengan acara dari chanel 3 (TV Pendidikan NHK) ini mulai April 2009, setiap pukul 7:25-7:35 sambil wara-wiri mempersiapkan Riku pergi ke sekolah pukul 7:45. Well, aku langsung jatuh cinta pada acara ini. Betapa tidak…. kami dihibur dengan musik Klasik! Wow, pagi-pagi musik klasik….

Acara yang selalu kami nantikan setiap pagi, You gotta Quintet.

Setelah lagu pembuka yang khas, maka acara dimulai dengan penampilan panggung boneka oleh “Quintet”. Mereka adalah 4 boneka yang bernama Scoa (chelo), Flat (harmonika),  Aria (biola/ukulele, alat petik lain), Sharp (terompet/perkusi atau alat pukul lain). Satu-satunya manusia (meskipun kadang tampil juga versi bonekanya) adalah Miyagawa Akira.

Mereka membahas berbagai jenis musik yang dikemas dengan ringan bahkan sambil bercanda. Dan ada beberapa kali siaran ulangan tentang lagu kita, lagu Bengawan Solo. Untung saja terjemahannya bagus, Solo no Kawa (kawa = sungai) , bukan Solo no Hana (hana = bunga). Tapi cerita penjelasannya amat sangat tidak memuaskan hihihi. Yah cukup senang karena mereka memasukkan topik lagu dari Indonesia.

Setelah acara interaksi dengan pendengar melalu gambar, biasanya diakhiri dengan permainan musik klasik oleh Quintet ini, atau oleh Miyagawa Akira-san sendiri dengan alunan piano. Nah biasanya ini yang aku tunggu-tunggu. Karena terus terang aku banyak mendengar musik klasik tapi tidak tahu siapa penciptanya dan apa judulnya. Tanpa ada acara ini, aku tidak akan bisa recall/ mengingat lagu: “Arabesque” karangan Claude Debussy, atau thema song dari film” Jeux interdits” yang berjudul “Romance de Amor”, atau  “Dance of the Sugar Plum Fairy” dari Tchaikovsky, “Andante” dari Handel dll (tentu saja sudah diarransir oleh Akira san itu). Karena setiap permainan musik mereka pasti dicantumkan judul dan penciptanya, meskipun dalam bahasa Jepang. Biasanya aku catat dan cari dalam bahasa aslinya dengan bantuan Paman Google.

Acara hanya sepuluh menit, tapi begitu menarik. Dan membuat anak-anak juga tertarik pada musik klasik, karena ditayangkan pada Televisi pendidikan diapit dengan program-program anak-anak lainnya. Perkembangan acara ini memang ada dalam acara lain, yang berjudul “Doremifa Wonderland” yang lebih lengkap berikut pengenalan alat musik dan sejarah musik, yang tentunya juga lebih panjang. Tapi acara yang dimainkan oleh Miyagawa Akira ini berhasil membuat kami berempat duduk menonton dan terpaku. Cukup 10 menit!

Miyagawa Akira (pencipta lagu) , primadonanya acara You Got a Quintet.

Musik klasik jangan dianggap sebagai musik ekslusif. Konon jika memperdengarkan musik klasik pada calon bayi waktu mengandung, maka si bayi akan cerdas. (Nah waktu Riku saya perdengarkan juga musik dangdut tuh…. apakah itu menjadikan tidak cerdas? hehehe)

Lagu pembuka You Gotta Quintet dari Youtube (lengkap dengan lirik – Bahasa Jepang)

Makanan Tahun Baru

3 Jan

Dulu toko-toko tutup sampai tanggal 3 Januari, karena tanggal 1-2-3 Januari adalah hari libur resmi. Dan di tiga hari pertama tahun baru itu biasanya ibu rumah tangga bisa “beristirahat” dari tugas memasak, dengan sebelumnya mempersiapkan makanan khas tahun baru dalam jumlah banyak yang disebut osechi ryouri.

Untuk menjawab pertanyaan henny dalam komentar di posting Hari Pertama dan Belanja Pertama, maka saya perbesar foto osechi ryori keluarga kami tahun ini. Yang pasti harus ada dalam osechi ryori adalah:

1. Datemaki, bentuknya seperti rool tart (bolu gulung), karena memang dia terbuat dari banyak telur dengan rasa asin manis karena memakai garam dan gula, tapi berbeda dengan telur dadar biasa, datemaki memakai parutan daging ikan/udang, lalu dipanggang di cetakan persegi, kemudian digulung. Biasanya orang Jepang juga tidak membuat sendiri, karena sulit untuk mendapatkan warna dan bentuk yang bagus.

2. Kamaboko atau saya terjemahkan menjadi bakso ikan. Biasanya terdiri dari warna merah (pink) dan putih.  Juga terbuat dari pasta ikan yang dikukus, tapi tanpa telur. Biasanya adonan ikan tersebut ditaruh di atas sebuah papan kecil lalu dibentuk setengah lingkaran. Tapi ada pula yang dibentuk bundar dengan teknik khusus yang menimbulkan huruf atau gambar jika dipotong. Pada gambar yang pertama sebetulnya jika dipotong akan menampilkan gambar mickey mouse (sayang saya lupa mengambil fotonya).

3. Kuromame atau kacang hitam. Direbus dan diberi banyak gula sehingga manis, selain menimbulkan efek warna mengkilap.

4. Kurikinton, rebusan chestnut dengan pasta ubi yang manis.

5. Nimono atau rebusan yang biasanya terdiri dari renkon (akar teratai), wortel, konnyaku (lidah setan), ubi taro (sato imo) yang bulat, jamur shiitake dan ayam. Direbus memakai dashi (kaldu ikan). Membuat rebusan yang “pas” tidak lembek tidak keras, memerlukan latihan dan kemahiran sang juru masak. 3 tahun yang lalu saya pernah memasak rebusan ini, tapi kali ini saya membeli jadi.

6. kembang tahu isi sayuran (optional)

7. Buah plum kecil dan chorogi (semacam acar dari china yang berbentuk seperti kepompong). Paduan warna hijau dan merah, membuat makanan osechi terlihat menarik.

8. kacang kedelai rebus dan telur ikan nisin (kalau di makassar ada tuing-tuing atau telur ikan terbang…mirip)

9. Ada banyak tambahan bahan lain seperti daging atau lobster, tergantung selera keluarga ybs. Tentu saja semakin banyak memakai ikan/udang/daging maka osechi ryori siap saji akan menjadi mahal. Biasanya orang-orang memesan masakan osechi yang sudah jadi, tinggal bawa pulang, tapi kali ini saya membeli bahan yang sudah jadi dan menghiasnya sendiri dalam kotak susun tiga. Kacang dan ikan menjadi bahan utama dari osechi ryori. Bentuk makanan yang bundar atau panjang, semua mengandung arti, yaitu keharmonisan dan panjang umur.

Jika ditanya apakah osechi itu lauk atau bukan…. hmmm yang pasti osechi tidak cocok dimakan dengan nasi putih. Biasanya dimakan begitu saja. Karena banyak mengandung protein dan gizi, secara jumlah mungkin kurang, tapi sebetulnya cukup untuk mengganjal perut selama 3 hari.Mungkin karena manisnya ya.

Jika nasi putih maka berarti sang ibu harus menanak nasi, dan itu menyebabkan dia harus bekerja. Satu-satunya bahan makanan di tahun baru yang mengenyangkan adalah 0-mochi. Tapi karena keluarga Miyashita tidak begitu suka mochi, sering terlupa untuk saya tuliskan. Padahal di banyak keluarga o-mochi merupakan keharusan.

gambar dari pixta.jp
kagamimochi. Gambar diambil dari pixta.jp

Kagami -mochi merupakan hiasan mochi berbentuk bundar yang ditumpuk, dan biasanya di atasnya ditaruh mikan (jeruk). Biasanya kagami mochi ini ditaruh di depan altar Shinto, kamidana. Ini tidak dimakan sampai tanggal 4 Januari. Setelah tanggal 4 ada kegiatan yang diberi nama mochi biraki, dengan membelah kagami mochi yang ada, dan memakannya.

Mochi potong atau kirimochi. Gambar diambil dari wikipedia japan

Untuk dimakan setiap rumah membeli mochi potongan yang dibungkus plastik satu per satu. Laaah, kalau begitu ibu kerja lagi dong? Hmmm setiap orang bisa membakar mochi sendiri, bahkan kadang jika masih memakai heater dari minyak, kita bisa membakar mochi di atasnya. Atau membakar langsung di atas api kompor atau memakai toaster roti yang berpintu. Kalau mau lebih praktis lagi, masukkan dalam microwave dalam piring berisi sedikit air, dan panaskan selama 2 menit. Memang kurang afdol dengan microwave karena tidak ada “bagian gosong” nya. Cara memakannya bisa begitu saja, bisa dilapis dengan nori (ganggang laut) dan diberi kecap asin. Mochi ini bahan utamanya adalah beras, sehingga makan mochi = makan nasi.

mochi potong yang dibakar. Dimakan dengan nori (ganggang laut) dan shoyu (kecap asin). cocok sebagai pengganti nasi.

Selain dibakar, mochi juga biasanya dimasukkan dalam sup khusus tahun baru yang bernama Ozouni. Setiap daerah mempunyai resep yang berlainan untuk sup ozouni ini.

Ozouni ala Miyashita. Di bagian bawahnya terdapat mochi. Hati-hati jika makan mochi karena mudah menyangkut di leher. Banyak orang tua yang meninggal karena saluran pernafasan tersumbat mochi.

Mochi merupakan salah satu usaha mengawetkan nasi yang paling “canggih” menurut saya. Di musim dingin makan mochi merupakan kesenangan tersendiri. Selain mochi sebetulnya ada satu lagi cara mengawetkan nasi yang disebut dengan kiritanpo きりたんぽ.  Nasi yang telah ditumbuk ditempelkan pada batang bambu sehingga menyerupai susis. Kemudian dibakar di atas arang. Tetapi yang dijual di toko-toko sudah kering, berbentuk hampir seperti chikuwa tapi dengan lubang dibagian batang bambunya. Kiritanpo ini biasanya kemudian dimasukkan ke dalam nabe (panci dengan rebusan macam-macam) atau sukiyaki.

Kiritanpo, cara lain mengawetkan nasi. Banyak didapat di daerah utara Jepang yang suhu mencapai minus di musim dingin. Gambar diambil dari rakuten.co.jp

Karena biasanya selain makan osechi juga banyak yang minum sake, yang sebetulnya terbuat dari beras sehingga cukup mengenyangkan (selain memabokkan). Tapi biasanya sih, tidak ada orang yang tahan makan osechi selama tiga hari berturut-turut. Pernah seorang murid saya mengatakan, “Sensei, pada hari kedua atau ketiga, saya terpaksa lari ke konbini (waserba) dan membeli roti untuk membuat toast. Toast itu benar-benar menyelamatkan saya dari kebosanan pada osechi”. Well saya juga ingat, saya pernah masak Kare di hari kedua, karena bosan dengan rasa yang itu-itu saja. Manis dan asin.

 

Bisa baca juga tulisan serupa : http://imelda.coutrier.com/2011/01/10/semua-ada-artinya/

Hari Pertama dan Belanja Pertama

2 Jan

Hari terakhir tahun lalu, tanggal 31 Desember, dalam bahasa Jepang disebut dengan Oomisoka 大晦日, seperti biasanya dimeriahkan dengan acara Kouhaku Uta Gassen 紅白歌合戦, sebuah acara kebanggaan NHK yang sudah berlangsung 60 tahun. Kouhaku berarti Merah Putih, sedangkan Uta Gassen berarti pertandingan lagu. Kelompok Merah adalah kelompok penyanyi wanita, sedangkan kelompok Putih adalah kelompok penyanyi pria. Dan hasil pilihan pemirsa, tahun ini pemenangnya adalah kelompok Putih.

Riku, Kai dan sepupu Nobu

Yang menarik dari tahun ini adalah kehadiran penyanyi yang membuat seluruh dunia terkejut yaitu Susan Boyle. Dia menyanyikan lagu yang menjadikannya idola, sampai kami yang mungkin sudah terlalu sering melhat videonya di youtube bertanya-tanya, “Dia bisa ngga sih nyanyi yang lain ” hihihi. Setelah acara Kouhaku ini dia langsung pulang “kapan-kapan saya mau datang lagi” katanya. Jelas saja….  karena dia juga membawa pulang 5.000.000 yen sebagai honor.

Susan Boyle sebagai tamu acara NHK Kouhaku Uta Gassen

Terus terang aku agak kaget melihat foto-foto dari Mas Nug tentang pesta kembang api di Jakarta. Dan berpikir kenapa di Jepang tidak ada pertunjukan kembang api ya? Padahal waktu aku melewatkan tahun baru di Jerman, di kote kecilpun ada kembang api. Udara dingin semestinya tidak menjadi alasan. Baru aku tersadar setelah diingatkan Gen, bahwa pada pergantian tahun akan terdengar lonceng/gong kuil Buddha sebanyak 108 kali yang disebut Joya no kane 除夜の鐘. Dan jika ada kembang api pasti suara gong itu akan tertutup oleh ributnya kembang api di luar. Pergantian tahun justru dilewatkan dengan tenang, sambil mengingat dosa-dosa manusia (108 dentangan gong melambangkan 108 jenis dosa manusia). (Aku sebenarnya jadi penasaran 108 dosa itu apa saja sih? Setelah susah payah baca kanji sejumlah 108 dan belum semua terbaca karena kanji kuno, nomor satu adalah “Rakus” dan nomor dua “Marah” dst dst)

Otoso, sake obat khusus tahun baru untuk mendoakan keluarga sehat sepanjang tahun

Tanggal 1 Januari,  setelah melakukan tradisi otoso 御屠蘇, sejenis sake untuk obat, mengharapkan kesehatan satu keluarga, kami makan ozooni  お雑煮 sup khusus untuk tahun baru, dan osechi ryouri おせち料理 sederhana yang aku persiapkan.

Seperti yang pernah saya tulis di postingan tahun lalu, kami melaksanakan “Hatsumode, Sembahyang Pertama” di Takada Hachimangu dekat rumah mertua di yokohama. Merupakan kebiasaan orang Jepang untuk mudik ke rumah asalnya, jikka 実家. Sembahyang pertama selalu dilakukan di kuil Shinto.  (sebagai informasi: untuk hal duniawi orang Jepang memohon di kuil Shinto, untuk hal spiritual, terutama pemakaman orang Jepang berdoa ke Kuil Buddha). Karenanya kebanyakan orang Jepang beragama Buddha dan Shinto (jika Shinto bisa dikategorikan sebagai agama) .

Kami juga membakar Hamaya 破魔矢 panah pengusir bala tahun lalu, dan membeli Hamaya tahun ini. Di Kuil juga dijual omikuji, atau kertas bertuliskan ramalan nasib. Riku dan Kai membeli dan isinya lumayan bagus lah.

Riku diapit papa Gen dan om Taku

Biasanya tanggal 1 Januari, semua toko di Jepang akan tutup, dan pada tanggal 2 buka untuk mengadakan “Penjualan Pertama” Hatsuuri 初売り。 Tapi sekarang sudah cukup banyak toko-toko yang buka pada tanggal 1 Januari. Sayang sekali ada istilah “Penjualan Pertama” tapi tidak ada istilah “Pembelian Pertama”. Adanya Fukubukuro 福袋, kantong keberuntungan, kantong berisi barang yang tidak diketahui isinya dan harganya, tapi dijual dengan harga sama sekitar 5.000 yen sampai 10.000 yen.

Nah, karena kami mau membelikan notebook computer untuk ibu mertua, maka setelah dari Kuil, kami pergi ke sebuah departemen store yang besar dekat rumah mertua. Wah harga-harga komputer sekarang murah-murah ya. Memang kalau merek terkenal pasti mahal, tapi ibu mertuaku hanya perlu untuk melihat blog TE dan blog adik Gen di Sendai. Plus main game hehehe.

Jadi deh “Belanja Pertama” kami menghiasi kamar tamu, yang pasti nantinya akan kami pakai juga jika bermain ke rumah mertua.

Bagaimana hari pertama teman-teman semua? Bukan neshogatsu (hari tahun baru yang dilewatkan hanya dengan tidur dan makan) kan?

de miyashita melewati hari tahun baru di yokohama

Hatsuyume: Mimpi Pertama

2 Jan

Orang Jepang mempunyai sebuah peribahasa “Satu: Gunung Fuji, Dua: Burung Elang, Tiga: Terong”. 一富士、二鷹、三なすび。Dipercaya jika bermimpi mengenai ketiga tema ini pada malam tahun baru (tanggal 1 dan 2) maka pasti akan ada kejadian yang bagus yang terjadi dalam tahun itu. OK, saya mengerti jika Gunung Fuji menjadi tema mimpi. Bukan orang Jepang pun senang melihat keindahan gunung Fuji yang mistis, yang jika di Indonesia bentuknya mirip dengan gunung Merapi. Selain gunung Fuji adalah gunung tertinggi di Jepang, kata “Fuji” menyerupai kata BUJI yang artinya selamat (keselamatan).

Elang? Ya jika membayangi seekor Elang melayang tinggi, dapat dimengerti bahwa Elang mewakili pencapaian cita-cita. Jadi kehadiran gunung Fuji dan Elang dalam mimpi bisa dipahami. Tapi Terong? Mengapa harus ada terong? Memang di sini ada permainan kata dari bahasa Jepang, yaitu nasu, yang berarti terjadi atau terlaksana. Dan menurut saya, warna dari terong yang ungu itu juga melambangkan “keanggunan” dan “kemewahan”.

Selain “Mimpi Pertama” 初夢, orang Jepang juga mengenal “Sembahyang Pertama”初詣, “Matahari Pertama”初日の出, “Penjualan Pertama” 初売りdan “Kantong Keberuntungan”福袋, dan PR Riku yang pertama adalah”Tulisan Pertama” 書初め. Segala sesuatu yang pertama jika dilaksanakan dengan bagus, dipercaya akan membuat kehidupan selanjutnya akan menjadi bagus. Awal yang baik.

Semoga mimpi pertama Anda bagus….