Beberapa hari yang lalu, aku terkejut menerima sebuah surat dari NHK. Tadinya kupikir hanya pemberitahuan biasa saja, ternyata isinya NHK meminta maaf. Hmmm apa pasal?
Seperti biasanya tagihan jasa umum di Jepang, jika kita tidak mau ditarik otomatis dari rekening, maka setiap bulan atau dua bulan (air dan NHK per dua bulan), kami akan menerima tagihan berupa kertas berkode. Dengan membawa kertas tersebut ke kantor pos atau toko konbini, kami dapat membayarnya kapan saja, tidak tergantung dengan jam buka bank. Jadi waktu aku menerima tagihan NHK, aku langsung membawanya ke kantor pos, tanpa memeriksa itu tagihan untuk bulan apa. Ternyata mereka mencetak bulan tagihannya salah, lets say bulan April-Mei, padahal aku ternyata sudah membayar untuk bulan tersebut. Dobel deh!
Untuk itu mereka mengirim surat, minta maaf karena aku membayar dobel, dan mengatakan bahwa bayaran yang dobel itu akan dipindahkan ke tagihan bulan berikutnya (juni-juli) sehingga, bulan juni-juli aku tidak perlu membayar lagi. Hmmm memang ini bukan pertama kalinya aku mendapat “pernyataan maaf” karena dobel atau kesalahan pelayanan. Seperti yang pernah aku tulis di sini, Dulu aku pernah memesan satu plastik tissue kotak (isi 5 kotak). Waktu diantarkan ke rumah saya lihat memang ada secarik kertas ketikan yang ditempelkan ke situ, tapi saya tidak curiga apa-apa. Waktu kotak tissue tinggal 2 buah, saya mau membuang plastiknya, baru ketahuan bahwa kertas itu berisi pernyataan maaf. Saya baca lebih detil, ternyata seharusnya tissue yang saya pesan satu kotaknya berisi 180 lebar (two ply), tetapi yang diantarkan hanya berisi 168 lembar, jadi kurang 12 lembar setiap kotaknya (12×5 = 60 lembar). Dan untuk itu pihak koperasi mengurangi harga tissue tersebut sebesar 18 yen. Duuuh, saya juga tidak ingat, atau tepatnya tidak membaca dengan teliti seharusnya ada berapa lembar tissue dalam satu kotak. Seandainya pihak koperasi tidak menulis itu juga pembeli tidak akan sadar/ tahu. Dan uang sebesar 18 yen dikembalikan dengan cara dikurangi jumlah tagihan yang harus saya bayar.
Maaf, memang adalah kata yang sering kami temui di Jepang. Apa-apa maaf. Karena pembeli adalah raja, maka pelayan tidak segan-segan mengatakan, “Maaf” meskipun belum tentu itu kesalahan dia. Paling sedikit pemilik toko akan membungkuk dan meminta maaf jika terjadi kelalaian atau kesalahan dalam pelayanan. Kami sebagai pembeli (tidak tahu yang lain sih) juga akan meminta maaf karena sudah merepotkan pelayan (misalnya kami menumpahkan air, atau anak-anak makan sampai mengotori lain). Kimochi ii… rasanya enak, hanya karena kata Maaf.
Karena itu aku juga senang membaca tulisan teman SMA ku Diajeng Laraswati di tulisannya “Three Magic Words“, Tolong, Maaf dan Terima kasih memang tiga kata penuh “Magic”, jika bisa diucapkan pada saat yang tepat. Silakan dan Tolong bertandang ke blog Diajeng yang baru pindah ke rumah baru ini, dan kamu-kamu bisa menemukan banyak tulisan yang berguna, termasuk wisata kuliner. sekaligus aku mau mengucapkan terima kasih bagi para pembaca TE sudah masih setia membaca tulisanku ini, dan mohon Maaf aku masih terbatas waktunya untuk blogwalking dan menjawab komentar-komentar pembaca. Semangat tinggi, apa daya waktu dan sarana belum memungkinkan.