Pernahkah Anda mengalami badai? bukan…bukan badai di hati, tapi badai topan yang berpadu dengan hujan deras dan angin kencang. Jepang setiap memasuki bulan September pasti mengalami beberapa kali badai. Badai di Jepang, berlainan dengan badai atau hurricane di Amerika yang biasanya memakai nama wanita, badai di Jepang hanya diberi nomor, sesuai dengan waktu kedatangannya. Dan sebetulnya persis sore hari ini akan datang badai nomor 11 yang mendekati daerah Tokyo dan sekitarnya.
Sebelum badai mendekat memang sebaiknya, kita menyingkirkan semua barang yang kira-kira bisa berterbangan/jatuh jika angin keras bertiup. Pot tanaman yang berada di beranda/teras diletakkan ke tempat yang aman. Selain itu karena sulit untuk pergi keluar dalam badai, lebih baik menyimpan bahan makanan/makanan.
Sesudah badai datang, yang biasanya berlangsung 2-3 jam tergantung besarnya badai itu sendiri, langit yang tadinya seperti mengamuk kembali tenang dan ….begitu bersih, begitu biru dan begitu indah! Memang ada sisa-sisa sampah/kotoran bekas badai, tapi jika Anda melihat ke langit, tidak akan percaya bahwa hari sebelumnya pernah terjadi badai.
Well, kemarin telah terjadi badai dalam pemerintahan Jepang. Dalam kehidupan berpolitik di Jepang. Karena kemarin adalah hari pemilu untuk memilih anggota parlemen, dan hasilnya… sungguh di luar dugaan.
Karena kami pergi menginap di rumah mertua di Yokohama Sabtu malam, maka sebelum ke sana, Gen pergi ke kantor kelurahan cabang dekat rumah untuk melakukan pemilihan sebelum hari H. Pemilih yang tidak bisa memilih pada hari H (tanggal 30 Agustus) boleh memilih sejak hari Rabu atau kira-kira 10 hari sebelum hari H, di tempat yang sudah ditentukan. Tinggal datang, menyerahkan kartu pemilih dan mendapatkan surat suara. Kurang lebih caranya sama dengan pemilu Indonesia. Yang mungkin beda adalah lembar kertas suara yang tidak sebesar koran, karena hanya memilih 4 orang untuk wakil dari kelurahan kami, dan 7 orang untuk wakil di parlemen. Bukan sistem coblos atau contreng. Semua pemilih wajib menulis nama calon yang diinginkan (tulis tangan) dalam selembar kertas sebesar memo pad.
Hal yang lain lagi adalah bilik pemilihan yang hanya berupa sekat-sekat seperti booth telepon umum. (praktis, tidak usah mengeluarkan biaya pembuatan “kamar” kecil) . Hmmm pasti kalau sekat sebesar itu saja tidak bisa dipakai di Indonesia. Karena pasti tidak bisa membuka surat suara sebesar kertas koran dengan leluasa, atau mungkin akan terjadi “kasus mencontek” alias melihat pilihan orang di sebelahnya.
Juga tidak ada tanda pencelupan jari dengan tinta sebagai tanda sudah memilih. Sesudah memilih, ya keluar saja dari tempat pemilihan. Saya cuma bisa melihat dari luar ruang pemilihan, karena saya tidak punya hak pilih. Lha wong saya masih warga negara Indonesia.
Ada dua partai yang besar yang bersaing dalam pemilihan umum ini, yaitu partai LDP (Liberal Democratic Party) atau Jiminto, dan The Democratic Party of Japan (DPJ) atau Minshuto. Nah yang membuat “badai” di pemerintahan Jepang kemarin yaitu hasil yang membuktikan adanya “Perubahan Politik ” Jepang (Hasil pemilu diketahui semalam saja yah). Dari LDP yang berkuasa, ke tangan DPJ dan dengan hasil yang telak sekali. Bayangkan LDP yang sebelumnya menguasai 300 kursi harus puas dengan 119 kursi. Dan DPJ mendapatkan 308 kursi dari sebelumnya 115 kursi. Suatu kemenangan yang telak!
Memang hasil pemilu mencerminkan keinginan/harapan warga terhadap politik Jepang sendiri. Sudah sejak turunnya Koizumi, warga merasakan turunnya semangat masyarakat dalam mendukung pemerintahan. Nah, kemarin saya tanya sebetulnya apa sih JANJI dari DPJ, jika mereka menang, yang digembar-gemborkan dengan slogan Manifesto itu? (Semoga janji itu ditepati tentunya).
Ada 6 bidang yang jelas-jelas dijanjikan oleh partai DPJ untuk mendapat penekanan yaitu Menghapus Pemborosan, misalnya dengan menghentikan pembangunan “Cafe Mangga Pemerintah” (katanya sebuah cafe Mangga Negara akan dibangun, yang mungkin memang bisa menarik wisatawan domestik dan manca negara, tapi untuk membangunnya perlu biaya yang tidak sedikit), juga menghentikan “penugasan” mantan birokrat ke perusahaan dengan gaji pemerintah. Rekonstruksi Ekonomi dan Keuangan Negara, Memperkuat Produksi Pertanian, Kehutanan dan Perairan, Pembangunan Kembali Daerah, Reformasi Dana Pensiun dan Medis. Dan yang langsung “terasa” di keluarga-keluarga Jepang adalah bidang Dukungan Membesarkan dan Pendidikan Anak.
DPJ menjanjikan bantuan/tunjangan pemerintah dalam membesarkan anak dan pendidikan. Secara nyata mereka menjanjikan memberikan bantuan biaya melahirkan sebesar 550.000 yen (dari 300.000 yang sekarang) Well… ini membantu sekali, karena biaya melahirkan di Jepang TIDAK MURAH, karena tidak dicover asuransi (melahirkan bukan penyakit kan, makanya lebih baik operasi caesar spy dianggap sakit dan tercover asuransi. Tapi di Jepang ibu-ibu sedapat mungkin tidak memilih operasi, tidak seperti di indonesia yang katanya operasi = trend)
Setiap anak akan mendapatkan tunjangan sebesar 312.000 yen per tahun sampai dengan lulus SMP. Well….terima kasih sekali….paling tidak bisa ditabung untuk pendidikan selanjutnya yang biasanya tidak terbayarkan. Banyak orang Jepang kewalahan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke Universitas karena mahalnya. Jauh lebih murah mengirimkan anaknya belajar di LN daripada di Jepang.
Saya sih tidak begitu ngerti masalah politik begini, tapi yang penting warga Jepang memang menantikan perubahan dalam kehidupan bernegara. Dan semoga dengan perubahan partai yang memimpin negara ini, warga bisa merasakan perkembangan yang baik. Meskipun tentu saja perubahan yang terjadi bagaikan badai, yang juga membuat perubahan, dan mungkin kotoran/sampah sehingga perlu pembersihan besar-besaran.
Ada satu yang kami sesalkan dari pemilu kemarin, yaitu tidak sempat memotret Putra kedua Koizumi (mantan PM), Koizumi Shinjiro) yang akhirnya terpilih sebagai wakil Jiminto untuk daerah pemilihan Kanagawa 11. Karena sebetulnya waktu kami pergi ke pantai Kannonzaki beberapa wktu yang lalu, sempat berada di belakang mobil kampanye anak Koizumi ini.
Karena tidak kesampaian memotret mobil kampanyenya anak Koizumi, jadi saya pasang foto waktu naik mobil kampanye bapak-semang tempat tinggal saya yang kebetulan anggota parlemen ya (sudah mantan sih). Ceritanya pernah saya tulis di Pengalaman Demokrasi -1-