Sankanbi

20 Jun

Hari ini hari Minggu, tapi kami harus ke SD Riku karena ada sankanbi. Sankanbi adalah kunjungan orang tua ke kelas anak-anaknya dan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana anak-anaknya belajar di kelas dalam satu hari. Saya tidak tahu apakah sankanbi juga dilakukan di SMA dan SMA atau tidak, tapi yang pasti di TK dan SD dilakukan sebagai salah satu program sekolah. Cerita sankanbi Riku waktu TK aku tulis di sini dan di sini, sedangkan waktu di SD kelas 1 di sini.

Entah kenapa, mungkin karena capek, Kai tidur sampai jam 11 siang. Padahal Riku sudah berangkat sejak jam 8, untuk memulai jam pelajaran pertama “Berhitung” mulai jam 9 pagi di sekolahnya. Karena sankanbi biasanya dilakukan hari biasa, yang tentu saja tidak bisa dihadiri Gen, maka karena kali ini hari Minggu, Gen bertekad untuk menghadiri semua pelajaran. Lagipula hari ini adalah Father’s Day. Tidak biasanya kemarin dia tanya Riku, “Riku, papa pakai celana jeans tidak apa-apa kan? ” Dijawab Riku, ” Gpp… pake kacamata hitam juga ngga papa kok” hahahhaa lalu papanya bilang, “Kalau papa pakai kacamata hitam jadi seperti gangster dong”. Intinya Gen ingin Riku bangga dengan kehadiran papanya di sekolah.

Jadwal pelajaran hari ini adalah ① “Berhitung 算数”, sesudah itu ② “Bahasa Jepang 国語”, ③”Musik 音楽”, ④ ”Olahraga 体育”  dan ⑤ ” Ilmu Hayat 生活”. Aku dan Kai akhirnya menyusul pada mata pelajaran Olahraga. Waktu itu mereka sedang lari estafet, kemudian bermain dodge ball. Nah, sesudah pelajaran olah raga yang selesai jam 12:15 itu, mereka makan bersama di sekolah 給食 dan kami harus pulang dulu untuk kembali pada jam pelajaran ke 5, jam 13:15. Cuma ada waktu 1 jam, sedangkan kalau pulang ke rumah dan masak, pasti akan terlambat kembali. Jadi kami membeli obento, bekal makanan dan sandwich di toko konbini, kemudian makan di taman terdekat. Piknik deh! (Yang aku lupa bahwa Kai pakai celana pendek, sedangkan musim panas di taman-taman banyak nyamuk. Jadi deh dia “dimakan” nyamuk 蚊に食われた)

Makan bento bersama Kai di taman

Kembali lagi kami ke sekolah untuk melihat jam pelajaran terakhir, “Ilmu Hayat” dan memang sedapat mungkin orang tua diminta datang pas jam pelajaran ini, karena anak-anak akan mengadakan “presentasi” 発表 mengenai tumbuh-tumbuhan yang mereka tanam di sekolah. Dari 33 orang murid, 2 orang menanam paprika ピーマン, 5 orang menanam okura オクラ, 10 orang mini tomato ミニトマト,  15 orang ketimun きゅうり dan 1 orang terong ナス。Satu orang itu adalah Riku…. Untung anakku tidak kelihatan grogi dan bisa mempresentasikan pohon terong dengan baik.

Anak-anak ini meskipun baru kelas 2 SD bisa menyampaikan apa yang mereka amati dari pohon yang mereka tanam. Ada beberapa anak yang aku rasa hebat karena bisa menggambarkan hal-hal detil dari pohon mereka. Dari SD mereka sudah dilatih untuk presentasi begini, sehingga tidak heran kalau mereka bisa mengarang dan mempresentasikan suatu penemuan di kemudian hari.

Ada satu joke yang aku lihat di TV beberapa waktu yang lalu. Situasinya begini: Jika ada presentasi, waktunya tinggal 30 menit bagaimana orang-orang mengantisipasinya.   Tepatnya aku lupa tapi secara garis besar begini: “Orang Jerman akan berbicara spt biasa, dan berhenti tiba2 pada waktunya. Orang Italia akan bicara terus terus terus sampai 2 jam melebihi jatah. Orang Amerika akan bicara lebih cepat dan marah2 karena wkt yang disediakan sedikit. Orang mana lupa, akan bicara dua kali lipat kecepatan sampai pendengar tidak ngerti”
Nah… orang Jepang gimana? Karena ini kuis jadi ada yang menjawab, “Orang Jepang bungkuk2 terus minta maaf”
tapi jawaban yang benar adalah “Orang Jepang tidak akan panik, dia akan bicara terus karena DIA TIDAK TERLAMBAT MEMULAI PRESENTASI dan sudah memperhitungkan semua, pasti akan selesai dalam 20 menit, dan akan menyediakan wkt 10 menit untuk pertanyaan.
IT IS SOOOOOO JAPANESE!! (bener 100%). Adalah hal yang memalukan utk selesai terlambat karena semua oang punya “ACARA” lain sesudahnya. Jadi seandainya mulai terlambat sudah biasa untuk minta maaf tetapi  juga minta maaf berkali-kali jika selesai terlambat.

Waktu aku mengikuti kuliah di sini pun aku agak shock dengan sistem “seminar” bersama dosen pembimbing. Jadi biasanya di tingkat 3 universitas, mahasiswa akan mendapat atau memilih dosen pembimbingnya untuk skripsi, dan mengikuti “seminar” dari dosen itu. Dan sistem seminar adalah presentasi dari setiap murid. Aku tidak terbiasa dengan sistem begini di UI, jadi agak keteteran juga tuh waktu mengikuti seminar. Seharusnya sistem seperti ini di “budayakan” di Indonesia, sehingga mahasiswa terbiasa membuat presentasi ilmiah. (Maaf, mungkin sudah ada universitas yang menjalankannya, tergantung bidang studinya juga sih).

Setelah semua murid kelas 2 SD ini sudah selesai presentasi, guru cantik melanjutkan pelajaran dan mempersiapkan anak-anak pulang. Tak lupa semua anak berdiri dan menghormat ke arah orang tua, karena orang tua sudah emluangkan waktu datang untuk mereka.

Dalam perjalanan pulang, Gen cuma mengatakan …”Aduuuh Riku itu ngga bisa main harmonika. Dia musti kita latih terus bermain harmonika. Tadi dia cuma main not terakhir saja. Malu-maluin!” hihihi….. nah aku emang ngga bisa juga, jadi gimana mau latih dia? Aku mending disuruh nyanyi deh daripada main musik 🙂

Well, menurutku kebiasaan sankanbi ini memang merepotkan orang tua, tapi amat bagus untuk melihat langsung perkembangan dan tingkah anak di sekolah.

Karena kami tidak boleh memotret di dalam sekolah, jadi aku tutup dengan foto Kartu "Fathers Day" buatan Kai di penitipan.

He’s just trying to be ….

19 Des

independent. Ya, anak sulungku berusaha menjadi “anak besar yang mandiri”.

Sudah sejak April lalu, waktu Riku masuk SD, aku memberikan kunci rumah padanya. Kalau seandainya dia pulang ke rumah dan tidak ada yang membukakan pintu, dia bisa buka pintu sendiri dan menunggu di dalam. Anak yang membawa kunci sendiri di Jepang disebut Kagiko (Anak Kunci).

Hari Selasa tanggal 15 Desember lalu, kami orang tua murid dipanggil untuk menyaksikan proses pembelajaran di sekolah. Sekolah-sekolah di sini biasanya mengadakan acara Sankanbi “school visitation” tiga kali setahun. Mulai dari jam pertama jam 9:00 sampai jam ke 4, sekitar pukul 12. Nah, hari itu setelah mengantar Kai yang agak ngambek tidak mau ke penitipan, dengan agak terlambat aku datang ke kelas Riku. Sudah memasuki jam kedua yaitu mata pelajaran prakarya.

Layang-layang dengan gambar Stitch + rumah balon

Setiap anak diberikan satu set bahan untuk membuat layang-layang. Setelah sensei menjelaskan cara pembuatannya, mereka mencoba membuat sendiri. Yang pasti bagian kertas yang besar yang akan diterbangkan digambar menurut kesukaan masing-masing anak. Dan anakku ternyata membuat gambar stitch di dalam rumah dengan balon-balon. Ow dia mau menggabungkan stitch dengan film UP (yang dia belum tonton, karena baru saja mulai di putar di bioskop di Jepang).

Aku sempat membuat foto Riku memegang layang-layang di dalam kelas, dan sesudah itu pada jam ke 3 anak-anak diperbolehkan mencoba menerbangkan  layang-layang buatan mereka di lapangan sekolah. Di lapangan aku juga sempat memotret Riku. Kemudian pada jam ke 4, murid-murid kembali ke kelas untuk pelajaran matematika. Temanya waktu itu adalah mengenal bentuk, seperti lingkaran, segitiga dan empat persegi panjang. Nah saat ini aku baru tahu bahwa sebetulnya ngga boleh motret-motret di dalam sekolah… hihihi. Aku tidak baca kertas pengumumannya karena Riku lupa memberikan padaku. Untung aku ngga terlalu menyolok waktu motret hehehe.

Nah setelah pelajaran ke 4, murid-murid makan bersama dan melanjutkan ke pelajaran ke 5, sedangkan kami orang tua pulang. Tapi aku harus kembali lagi jam 4, karena aku mendapat jadwal diskusi dengan guru mengenai perkembangan pelajaran anak hari itu jam 4 sore.

Riku pulang ke rumah jam 3. Yang menjadi masalah, selama aku ke sekolah bertemu gurunya, Riku bagaimana? Apa dia mau ikut ke sekolah, dan bermain sendiri (dia tidak boleh masuk kelasnya), atau dia tinggal di rumah menunggu aku di rumah SENDIRIAN. Beberapa hari sebelumnya, dia memang berhasil menunggu sendirian di rumah sementara aku menjemput Kai. Jadi dia memutuskan untuk menunggu aku di rumah.

Tapi, ternyata…. dia tiba-tiba menjadi takut. Jadi, sementara aku di sekolah, dia pergi ke tetangga sebelah. Kemudian dia memutuskan untuk menyusul aku ke sekolah (jarak sekolah kira-kira 10-15 menit jalan kaki). Aku kaget melihat mukanya di jendela kelas. Jadi begitu waktu diskusi dengan senseinya selesai, aku langsung cari Riku di taman depan sekolah. Tidak ada! hmmm mungkin sudah pulang, jadi  aku cepat-cepat pulang ke rumah.

Sesampai di rumah…. Tidak terkunci. Waduuuuh kalau ada orang masuk bagaimana? Tapi aku sih tidak terlalu khawatir soal rumah terbuka (tidka terkunci) , yang lebih aku khawatirkan apakah heater gas dalam keadaan menyala atau tidak. Untung saja tidak nyala, tapi Riku tidak ada di rumah. Waaah kemana dia?

Aku membaca catatan di atas meja makan (hebat anakku udah bisa nulis euy…). Katanya:  “Mama aku ke tetangga sebelah. Ternyata aku takut dan tidak bisa tinggal di rumah sendiri…. bla bla…” Tengah aku baca, HP ku berdering. Pas aku lihat nomor belakangnya 110. Polisi!

“Ya…”
” Ibunya Riku? Ini Riku ada di sini tolong jemput ya!”
“Ya, saya segera ke sana. Terima kasih”
Langsung aku pergi ke KOBAN (pos polisi) dan menjumpai Riku di situ. Mukanya hampir menangis. Pak Polisi berkata bahwa Riku mencari-cari tapi tidak ketemu, dan untung dia bawa nomor telepon ibu. Hati-hati jangan sampai jatuh catatan  itu” (Mungkin takut disalahgunakan). Setelah aku ucapkan terima kasih pada polisi, aku ajak dia keluar, sambil memeluknya.
“Ma, maaf ya aku tidak bisa tinggal di rumah. Aku takut”
“Iya tidak apa-apa. Tapi lain kali kalau mama tanya tinggal atau ikut harus tegas memilih. Karena kalau tidak tegas, semuanya akan berantakan. Kalau mau tinggal ya harus terus tinggal. Kalau mau ikut, ya bilang mau ikut saja. Jangan plin plan. Tapi tidak apa-apa, ini kan pengalaman untuk Riku. Sudah benar Riku bawa catatan nomor telepon mama (dia tulis sendiri di secarik kertas dan masukkan ke dalam kantong tempat kunci dia), dan langsung ke KOBAN waktu tidak ketemu mama. Pintar. Sudah lupakan saja. Jangan jadi takut untuk mencoba ya? Sekarang kita harus cepat-cepat jemput Kai. Kita langsung naik bus saja ya…”

My baby is still a baby …. cute baby who is trying to be a big kid! Dan aku hargai itu. Dalam hati aku pikir… kok aku juga ngga ada rasa marah sama Riku. Aku tahu dia sudah berusaha. Dan aku tahu jika mencoba, dan gagal itu juga tidak enak. Dan hey… dia BARU 6 tahun (sebentar lagi 7 sih). Jangan paksa dia menjadi dewasa karbitan ah…

Jadi waktu aku tahu bahwa kita masih mempunyai waktu 30 menit luang sebelum menjemput Kai, aku ajak dia date mendadak.
“Riku, mau makan es krim?”
“Boleh???” (Sepertinya dia heran kok dia gagal tapi dikasih reward)
“Iya. Makan es krim dan lupakan kejadian hari ini ya?”
“OK”

Sambil bergandengan tangan kami berjalan menuju counter Baskin Robbins di Stasiun. Di luar dingin. Es krim juga dingin meskipun manis. Tapi kuharap hati kami berdua manis dan hangat!