Kastil dan Taman Bunga Shibazakura

29 Apr

Menjelang bulan Mei di Jepang, pasti banyak terlihat singkatan GW, yaitu Golden Week. Minggu emas, karena ada hari libur beruntun yaitu tgl 29 April, 3 Mei, 4 Mei dan 5 Mei. Nah kadang bisa berurut dengan akhir pekan sehingga membuat hari libur lebih dari 4 hari. Tapi tahun ini sayangnya susunan tanggalnya tidak “manis” , yaitu hari ini tanggal 29 April “nyelip” di tengah hari kerja sehingga otomatis GW baru terasa mulai 3-4-5-6 Mei.

Sambil beberes rumah akhirnya aku punya waktu untuk menulis lagi. Kali ini aku tulis kejadian yang paling baru dulu ya, nanti kalau ada waktu lagi baru tulis yang lain. Aku ingin menulis tentang perjalanan kami hari Minggu yang lalu Tanggal 27 April 2014.

Sebetulnya kami tepatnya aku dan Gen butuh istirahat, karena hari minggu tanggal 20 pun dia bekerja, juga sehari sebelumnya tanggal 26 April dia bekerja setengah hari. Aku pun cuma punya istirahat waktu weekend, tapi pada kenyataannya ada acara gereja dan lain-lain sehingga tidak bisa istirahat. Hari Minggu tanggal 27 kemarin itupun aku masih mengantarkan nasi ke gereja Kichijouji untuk acara Sekolah Minggu. Saat itu aku mendapat pesan singkat dari Gen yang sedang mencari kamera dan buku 100Castlenya Kai. Jadi aku cepat-cepat naik bus pulang ke rumah.

Tujuan kami hari itu ke daerah Gunma prefektur, tepatnya di Ota-shi. Di sana ada Kanayama Castle yang termasuk dalam 100 Kastil Terkenal Jepang. Perjalanan tidak macet sehingga kami bisa sampai di kompleks kastil itu pukul 1 siang. Sebetulnya bisa lebih cepat tapi kami melewatkan waktu 1 jam di sebuah toko sepatu di tengah jalan. Sepatunya Kai sudah kekecilan, sedangkan sepatu Riku sudah bolong-bolong. Riku sih mengatakan “Ngga usah masih bisa dipakai kok”, tapi kok tidak tega melihatnya. Apalagi tgl 31 Mei nanti akan ada pertandingan olahraga, sehingga lebih baik memakai sepatu baru sampai terbiasa pada hari H nya, daripada tiba-tiba ganti baru persis sebelum pertandingan. Jadi deh kami berbelanja sepatu dulu.

Sebelum kami mulai memasuki rute menuju kastil, kami mendapatkan penjelasan dari volunteer di sana. Dikatakan bahwa sebetulnya di daerah Kanto (Sekitar Tokyo) sejak dulu tidak ada kastil yang terletak di atas lapisan bebatuan. Tapi khusus untuk Kanayama ini sudah sejak pintu masuknya terdiri dari lapisan batu, termasuk parit yang mengelabui jalan (sepertinya jalan terus menuju kastil padahal itu jalan kembali ke awal mula) atau jembatan kayu yang biasanya akan diruntuhkan jika musuh menyerang. Pokoknya berlapis-lapis pertahahan termasuk jalan mendaki (yang sudah diberi tangga sekarang) untuk mencapai kastil utama. Dan  keistimewaan lainnya, kastil ini mempunyai dua kolam batu yang terus berisi air, sehingga mereka tidak akan kekeringan meskipun dikepung musuh. Memang di kompleks ini tidak ada lagi 天守閣 atau bangunan kastilnya, karena masih digali dan direkonstruksi kembali.

Kanayama Castle. Kiri atas parit mengelabui musuh. Kanan atas jembatan kayu. Kiri bawah kolam air dan kanan bawah sisa-sisa jalan masuk dan bangunan

Kami mengambil cap kastil di tempat istirahat yang terletak di atas bukit, sehingga kami dapat melihat pemandangan kota di bawahnya. Yang menarik Kai menemukan sebuah tempat yang ternyata itu menunjukkan arah pusat kota. Jadi seperti penunjuk kiblat.

Kanayama Castle. Kiri atas Pohon Keyaki berusia 800 tahun. Kanan atas Nitta Jinja. Kiri bawah ‘kiblat’ ke arah pusat kota. Kanan bawah pemandangan kota di bawah

Kami berjalan kembali ke arah parkir dan menuju tempat tujuan kedua, yaitu Minowa Castle yang terletak 1 jam dari Kanayama. Saat itu sudah pukul 3 siang dan kami mulai lapar. Tapi kalau kami makan di restoran, takutnya tidak keburu mendapatkan cap kastil Minowa yang terletak di kantor Pemda. Jadilah kami membeli onigiri di Parking Area dan sambil makan di mobil menuju ke kantor Pemda dulu yang letaknya terpisah dengan lokasi kastil Minowa. Setelah mendapatkan cap, kami diberitahu bahwa di dekat lokasi kastil ada taman Shibazakura. Dan kalau datang setelah pukul 4:30 bisa parkir gratis.

Minowa Castle

Jadi Kami mampir dulu ke lokasi kastil yang memang tidak ada apa-apanya. Hanya sebuah batu bertulis dan dua buah pohon sakura di lapangan yang luas bekas bangunan kastil. Setelah mengelilingi lapangan dan tidak menemukan apa-apa lagi, kami naik mobil kembali menuju Taman Misato Shibazakura. Benar saja kami bisa parkir gratis karena toko-toko sudah tutup dan orang-orang sudah pulang. Karena toh sudah sampai di situ, kami pikir kalau masih bisa masuk, kami beli saja karcis masuk yang harganya 300 yen/orang dewasa. Eh, tapi di loket tidak ada petugas, dan petugas parkir justru menyuruh kami masuk tanpa membayar. “Silakan”

Misato Shibazakura Koen

Waaaah memasuki taman yang begitu indah dengan gratis, dan sedikit orang itu rasanya seperti mendapat hadiah besar. Kami bisa berfoto tanpa harus terhalang orang banyak. Memang ada beberapa orang yang terlambat datang sehingga masuk gratis seperti kami, tapi jumlahnya tidak banyak dan masih bisa berfoto menghindar mereka. Di latar belakang terlihat Gunung Haruna, yang sering dikatakan duplikatnya gunung Fuji karena mirip. Cukup lama kami berada di sini meskipun Riku terus menerus berkata, “Ayo pulang yuuuk aku sudah capek!”.

Kemudian kami pulang mengantisipasi macet, dan mampir di Parking Area yang bernama YORII, yang dibangun dengan tema dari buku The Little Prince karangan Antoine de Saint-Exupéry. Bergaya perancis gitu deh. Setelah pergi ke toilet, kami masuk ke toko yang menjual bermacam souvenir dan snack. Di situ kami menemukan KOPIKO, mengail Indonesia seperti kata Donny di sini. Dan tentu saja Gen langsung beli.

Baobab Omellet Rice di Yorii Parking Area

Sebetulnya kami sudah membeli bento juga berupa nasi ayam khas dari daerah Gunma itu, tapi akhirnya kami makan malam di cafeteria di Parking Area itu. Jika ada yang pernah baca bukunya tentu tahu tentang pohon Baobab, jadi waktu kami melihat ada menu Baobab Omellet Rice, kami beli.

Untungnya setelah kami makan itu, jalan tol yang tadinya agak macet, sudah lancar jaya sehingga kami bisa dampai di rumah pukul 9 malam. Hari yang melelahkan (karena harus jalan mendaki) tapi juga menyenangkan (karena mendapat 2 cap kastil dan melihat taman bunga indah). Riku membuat PR lalu kami tidur pukul 10 malam.

 

 

Matsumoto Castle

28 Nov

Sabtu 23 November lalu, Gen libur! Horreeeee…. soalnya jarang sekali Gen libur 2 hari weekend, sabtu dan minggu. Untung saja dia libur, kalau tidak pasti aku ngedumel. Tanggal 23  itu hari buruh (terima kasih kepada pekerja) kok malah masuk kerja 😀 Karena bisa libur 2 hari, kami bermaksud untuk jalan-jalan, doraibu (drive– menyetir) sambil momijigari (mencari daun-daun merah kuning musim gugur).

Tapi sampai sabtu pagi kami belum tahu akan kemana. Untung saja Gen terbangun jam 8 sehingga dia langsung mengatakan, “Yuk kita ke Matsumoto (Nagano)! Jam 9 kita pergi”. Haiyah aku langsung kelabakan deh, sambil siapkan sarapan onigiri, susis dan telur, aku bersiap-siap ganti baju Kai dan diri sendiri. Dan yah jam 9 lebih sedikit kami bisa berangkat.

Jalanan padat tapi tidak sampai macet, karena Matsumoto itu cukup jauh yaitu sekitar 222 km dari rumah kami, paling sedikit butuh 3 jam untuk sampai. Tapi tentu saja kami mau tidak mau mampir di beberapa parking area untuk istirahat ke wc. Dan tidak lupa aku membeli roti dan minuman. Untung saja, karena dengan makan roti itu kami bisa lanjut terus sampai Matsumoto tanpa harus berhenti makan.

Yang menyenangkan waktu kami berhenti di Futaba Parking Area. Dulu waktu musim ajisai dan lavender, kami bisa mendapatkan foto yang indah di situ. Dan kali ini kami bisa mendapatkan pemandangan gunung Fuji yang jelas sekali! Sayang cahaya matahari cukup kuat sehingga sulit untuk mengatur balance cahaya jika mau memotret manusia dengan latar gunung Fuji.

Gunung Fuji dari Futaba Parking Area

Karena hari begitu cerah dan sesekali kami bisa melihat pemandangan gunung Fuji, juga pegunungan Alps Jepang, kami menikmati doraibu kami. Aku beberapa kali mengambil foto-foto tapi karena dari dalam mobil yang bergerak, hasilnya kurang bagus.

Sambil menuju Matsumoto Castle, Gen sempat menyebutkan nama castle lain yang terletak hanya satu jam dari Matsumoto. Karena itu aku bilang supaya membatasi saja kunjungan di Matsumoto dan dapat dua castle. TAPI ternyata tidak bisa memperpendek kunjungan ke castle yang satu ini. Kenapa?

Matsumoto Castle dan bayangannya

Sebelum masuk areal castle itu saja pemandangannya sudah bagus. Castle itu dikelilingi parit/ kolam yang membuat bayangan castle di permukaannya. Indah! Riku memakai camera canon jeprat-jepret sana sini. Di luar saja cudah cukup lama kami melewatkan waktu.

Kemudian kami masuk ke areal castle itu dengan membayar harga tanda masuk 600 yen (dewasa) dan 300 yen (anak-anak). Dan tidak jauh dari pintu masuk ada dua orang SAMURAI dengan pakaian perangnya menawarkan diri untuk berfoto bersama dengan latar belakang castle. Senangnya kalau ada ‘service’ seperti ini, kami TIDAK perlu memberikan tip kepada mereka (tidak seperti di Indonesia, apa-apa tip). Mereka dengan senang hati melayani, meskipun waktu sore kami akan pulang, kami sempat juga melihat samurai duduk kecapekan (dan Gen memotretnya hehehe). Tentu saja karena pakaian perang itu memang berat kan.

Riku dan Kai bersama dua samurai beryoroi (baju perang)

Lalu kami masuk ke dalam castle yang juga disebut dengan Karasujou Crow Castle (Kastil Gagak) karena bangunannya dicat hitam semua. Di pintu masuk kami harus melepaskan sepatu dan memasukkannya ke dalam tas plastik yang telah disediakan, dan mulai antri untuk menaiki kastil tersebut. Perlu diketahui castle ini didirikan 1504 (akhir jaman Azuchi Momoyama, awal jaman Tokugawa)

bagian dalam kastil. Kanan bawah tempat mengintip ke luar

Haduuuuuh aku teringat waktu pergi ke Himeji Castle deh. Waktu itu aku amat sangat ketakutan memanjat tangga dalam castle itu. Dan di Matsumoto Castle ini bahkan LEBIH mengerikan karena sudut tangganya sangat curam, melebihi 60 derajat. Udah gitu sempit dan tidak bisa berlama-lama ragu naik atau tidak karena antrian padat. Tapi sebetulnya menaiki tangga curam itu masih lebih mending daripada menuruninya! Legaaaa sekali rasanya waktu berhasil keluar dari castle ini, sekaligus bangga aku tidak batal tengah jalan. Mungkin kalau 20 tahun lalu aku akan membatalkan naik (sampai di Basillica St Peters pun aku terpaksa menunggu di bawah karena takut naik :D), tapi sekarang aku punya satu tekad yaitu menunjukkan pada anak-anakku bahwa mama bisa! Tentu dengan harapan mereka juga tidak takut untuk mencoba sesuatu hehehe.

tangga yang curam

Kami keluar dari kompleks kastil itu menjelang pukul 4 dan bergegas pergi ke sekolah tua, Kyukaichi gakkou yang telah aku tulis di sini.

kastil dari dekat

 

 

 

12 Jam Doraibu

18 Nov

Setelah menuliskan Sehari Tanpa Gadget : Doraibu, akhirnya deMiyashita bisa mempunyai waktu libur yang pas semuanya libur, yaitu hari Minggu kemarin, mulai dari jam 12 siang sampai 12 malam lebih. Kok siang sekali berangkatnya? Ya, karena kami harus menunggu Riku yang ke gereja dan ikut sekolah Minggu sampai jam 11. Aku dan Kai sudah ke gereja sabtu sorenya, mengikuti misa berbahasa Indonesia di gereja Meguro, sedangkan Riku belum.

Kemana selama 12 jam? Yang pasti kami pergi ke dua prefektur: Kanagawa dan Shizuoka. Sebelum kami jalan, kami menjemput ibu mertua dulu di Yokohama. Saat itu kami belum tahu mau ke mana, tapi sudah pasti tidak mau ke arah pelabuhan dan kota Yokohamanya, karena ada pertandingan marathon wanita. Jadi kami melarikan mobil ke arah Odawara dan paling tidak mengunjungi Ashinoko, Hakone tempat yang bisa melihat daun-daun merah-kuning ciri khasnya musim gugur, dan gunung Fuji. Momijigari! (Mencari pemandangan musim gugur)

Tapi hampir jam setengah 2 kami baru sampai di Ninomiya, dekat Odawara padahal kami sudah lapar sekali. Kebetulan ada rumah makan Jepang bernama Ebiya, kami langsung parkir saja di situ. Ternyata rumah makan ini menyediakan segala macam masakan ikan, udon dan soba. Maklum tempatnya dekat laut (Odawara), jadi aku memesan ikan Bora bakar, ibu mertua ikan Isaki bakar dan sazae (sejenis kerang), sedangkan Gen dan Riku makan nasi dengan ikan teri mentah dan Kai sashimi. Karena lapar semuanya enak 😀 Rupanya ibu mertuaku jarang bakar ikan karena memang makan waktu dan bau ke mana-mana ya. Jadi dia senang sekali bisa makan ikan bakar.

Makan siang terlambat di Ebiya. Kiri atas: sejenis kerang bernama Sazae. Kiri bawah nasi dan ikan teri mentah. Kanan bawah Ikan Bora bakar

Setelah makan kami menuju ke Hakone dan kebetulan ada papan penunjuk “Ichiya Castle” (harafiahnya : Kastil Satu Malam), langsung Riku berkata: “Aku mau ke situ, itu kan tempatnya si bla bla bla”. Aku tidak menyimak tapi bangga anakku tahu sejarah negaranya sendiri 🙂 Jadi kami mampir menuju peninggalan castle Ichiya. Tapi untuk melihat castlenya harus mendaki sedangkan aku pakai rok dan sepatu yang tidak cocok untuk mendaki. Ibu mertua juga tidak bisa mendaki, sehingga aku, Kai dan ibu mertua tunggu di rest area. Rest areanya juga bagus tempatnya, ada sebuah restoran bakery, tenpat penjualan hasil ladang dan bunga, serta hamparan ladang jeruk sedangkan di kejauhan terlihat pantai yang biru. Sementara kalau lihat di atas bukit bisa terlihat ray of light yang indah. Sayang kamera Nikonku dibawa Gen mendaki sehingga aku hanya ada kamera digital, yang kurang bisa menangkap ray of light nya.

Ishigakiyama, Ichiyajo yang tinggal situsnya saja (tidak ada bangunannya)

Menurut Riku, Ichiyajo artinya kastil yang dibangun 1 malam. Maksudnya BUKAN kastil sungguhan pada jaman Toyotomi Hodeyoshi. Untuk mengelabui musuhnya dibangunlah bangunan semi permanen yang dari jauh terlihat seperti kastil padahal dalamnya kosong. Menurut wikipedia selama pemerintahan Toyotomi ada dua kastil yang termasuk dalam ichiyajo yaitu Sunomatajou dan Ishigakiyamajou. Yang kemarin kami pergi itu namanya Ishigakiyamajou.

Rest area di Ichiyajo. Kai bergaya di kebun jeruk

Setelah berbelanja tanaman hias dan jeruk, kami meninggalkan tempat ini. Sudah pukul 4, dan kupikir Gen akan mengarah pulang. Ternyata dia masih mau mencari tempat wisata di sekitar tempat itu. Dan aku teringat sebuah hotel yang bernama FUJIYA, yang mempunyai arsitektur dan taman yang indah. Cocok untuk berfoto di sana. Lagipula aku ingat pernah pergi ke sana dengan mama dan papa. Ah jadi kangen mama, untung aku sudah tidak menangis lagi jika teringat alm. mama (kecuali pas down a.k.a PMS :D) Jadi kami bermobil menuju hotel itu menyusuri jalan menanjak yang berliku-liku. Pemandangannya bagus di sebelah kanan, tapi kami juga harus melihat antrian mobil yang sedang turun. MACET! Wah, kalau pulangnya nanti musti ikut antri di belakang antrian itu….. membuat hati ini terasa berat. Tapi kemudian ibu mertuaku bilang, kalau pulang lewat jalan lain saja, dan memang dulu kami pernah melewati jalan lain itu.

Kami sampai di hotel Fujiya sudah pukul 4:45, dan senja sudah mulai menggelapkan pandangan. Saat itu di hotel yang terkenal dengan keaslian dan kemahalannya itu masih dipenuhi dengan tamu dari dua pernikahan. Kupikir kalau perlu kami bisa duduk di cafe dan ngopi. Tapi ibu mertuaku bilang dia mau membeli roti di toko hotel. Jadi kami ikut lihat-lihat di sana. Oh ya hotel ini terkenal dengan kare dagingnya. Jadi aku juga membeli pack berisi kare daging untuk oleh-oleh. 

Kai yang belanja roti sendiri (pakai uang sendiri) di hotel Fujiya

Ada satu yang lucu di toko roti ini. Kai yang membawa dompetnya sendiri, ingin membeli SATU roti yang paling murah. Dia lihat dari harga roti dan memilih yang seharga 270 yen. Aku tahu dia mau bayar sendiri, jadi aku biarkan dia membawa roti yang dia ingin beli ke kasir. Untung saat itu kasirnya tidak ada orang, dan gadis penjaga kasir juga melayani Kai dengan ramah. Kai memang sudah bisa berhitung sedikit, dan dia tahu kalau dia memberikan 300 yen akan dapat kembalian. Jadi dia ambil 300 dari dompetnya dan memberikannya ke kasir. Dari jauh aku dan Gen melihat Kai yang berani dan berlagak seperti anak besar. Ah…. dia sudah bukan anak kecil lagi, sedikit demi sedikit dia akan mandiri. Jadi terharu deh…..

Setelah membeli roti kami keluar ke taman yang indah. Untung kami bisa mengejar terang senja dan masih bisa berfoto di situ. Sementara itu mulai banyak tamu yang keluar untuk menikmati keindahan senja dan lampu yang menerangi hotel dan taman. Persis pukul 5:05 kami meninggalkan parkir hotel. Kok tahu itu pukul 5:05? Ya, karena ada pemberitahuan lewat speaker bahwa sudah pukul 5:05 dan penangkapan babi hutan untuk hari itu selesai. Rupanya banyaknya babi hutan yang berkeliaran membuat pemda menginjinkan perburuan babi hutan di sekitar daerah itu.

Hotel Fujiya, Hakone

Tentu kami memakai jalan yang lain dan menjauhi jalan menurun yang masih macet. Tentu sambil melihat navigator dan GPS dari HPku. Car navigator kami sudah berusia 3 tahun dan selama 3 tahun itu sudah ada beberapa perubahan yang terjadi di daerah itu. Kami sampai di rumah mertua pukul 10 malam. Jalan toll macet cukup parah dan membuat kami harus duduk lama di mobil. Setelah istirahat sebentar di rumah mertua kami pulang ke Tokyo dan sampai di rumah pukul 12 malam. Tentu saja anak-anak sudah tertidur semua 😀

Perjalanan 12 jam doraibu (bermobil) yang nariyuki (tanpa tujuan awal) yang melelahkan tapi cukup menyenangkan.

Hati-hati Bebek Lewat!

2 Nov

Peringatan ini bukan lelucon loh, tapi benar-benar dipasang di pinggir jalan berbunyi : “カルガモにご注意 Karugamo ni gochuui” termasuk gambar bebek dengan anak-anaknya. Memang bebek-bebek ini sering menyeberang jalan tanpa mengindahkan lalu lintas sih 😀 Pada musim panas, bebek bersama anaknya yang baru lahir akan berpindah mencari tempat hidup yang baru, yang lebih besar. Sehingga mereka perlu bermigrasi. Yang lucu pernah ada sebuah liputan TV di depan istana kaisar di pusat Tokyo yang memang terdapat parit besar. Nah bebek-bebek yang ada di sana mau menyeberang jalan raya yang cukup besar. TAPI hebatnya, semua mobil berhenti untuk memberikan jalan pada bebek-bebek ini menyeberang beriringan. Aku tak tahu kalau di Jakarta bagaimana nasib bebek-bebek ini 😀

Hati-hati Karugamo (bebek) lewat!

Bebek-bebek yang kami lihat ini berada di parit sebuah komplek perumahan Ashikaga Takauji 足利尊氏 di kota Ashikaga, Perfektur Tochigi yang merupakan salah satu tempat yang termasuk dalam 100 Castle terkenal di Jepang. Kami mendapatkan stamp (cap) 100 castle itu di kuil utama yang merupakan pusat kompleks itu. Kuil itu bernama Bannaji 鑁阿寺 yang didirikan tahun 1196 oleh Ashikaga Yoshikane 足利吉兼. Kuil ini ditetapkan sebagai Peninggalan Berharga 需要文化財 karena usianya yang cukup lama. Hanya pernah menjalani pemugaran satu kali pada tahun 1926 dibawah pengawasan Departemen Pendidikan. Sangat beruntung kuil ini belum pernah mengalami kebakaran.

kuil Bannaji yang didirikan th 1196. Hebat ya bisa bertahan segitu lama

Castlenya sendiri di mana? Rupanya bayangan kita tentang castle Jepang itu adalah puri-puri yang dibuat pada jaman Edo (1600-an). Sedangkan castle atau puri sebelum jaman Edo itu memang hanya berupa rumah biasa yang besar, yang disebut Yakata. Kebanyakan yakata-yakata ini sudah tidak ada, ntah karena terbakar, atau dibakar pasukan musuh. Seperti Castle Terapung Nobou no shiro, awalnya tidak berbentuk seperti yang kita lihat sekarang. Ashikaga Takauji sendiri merupakan shogun pertama pada jaman Muromachi Bakufu tahun 1338, dan meninggal tahun 1358.

Pohon Ginkyo berusia 550 tahun. Kanan bawah aku merasa unik karena ada mobil coca cola bersanding dengan kuil kuno

Selain kuil kuno yang masih gagah berdiri di sana, kita juga bisa melihat sebuah pohon Ginkgo biloba yang diperkirakan berusia 550 tahun dengan lingkar batang 8,3 meter.

kompleks perumahan Ashikaga Takauji

Kami tidak lama di sini karena ingin melanjutkan perjalanan ke sekolah Ashikaga, sekolah tertua di Jepang.

 

Trip to Fukushima

13 Nov

Kemarin malam tiba-tiba Gen berkata padaku, “Besok ke Museum Noguchi Hideyo yuuk di Aizu Wakamatsu (Fukushima). Sekalian melihat Tsurugajo Castle”. Saat itu pukul 9:30 malam, dan anak-anak sudah tidur sejak pukul 7:30. Kami berencana berangkat pukul 5 pagi. Siip deh, anak-anak bisalah bangun cepat karena sudah tidur cepat. Kami memang sering tiba-tiba saja memutuskan pergi berwisata ke luar Tokyo.

Jadi tadi pagi, jam 6 pagi (tidak bisa jam 5 pagi) kami berangkat dari Nerima. Sebelumnya sempat ragu pergi atau tidak, karena sejak semalam ada beberapa gempa kecil maximum skala 4 Richter yang terjadi justru di tempat yang kami ingin pergi, Aizu Wakamatsu. Belum lagi menurut prakiraan cuaca, akan turun hujan dan maksimum temperatur 16 derajat.

Tapi akhirnya kami tetap menuju Aizu Wakamatsu dengan tujuan pertama Tsurugajo Castle! Naik highway diselubungi kabut di mana-mana. Duh aku baru pertama kali melihat ada kabut di dalam kota, padahal sudah lewat jam 6. Dingin juga. Beberapa kali kami mampir di Parking Area/Service Area sepanjang highway untuk istirahat ke WC. Brrr dingin. Di papan penunjuk suhu yang ada di pinggir jalan kuketahui suhu waktu itu 12-13 derajat. Hampir 10 derajat lebih dingin dari Tokyo!

Kami sampai di Tsurugajo Castle sekitar pukul 11 siang. Kami parkir di halaman barat. Berjalan sambil menikmati halaman kastil yang dipenuhi pohon-pohon yang sudah berubah warna, kami menuju ke pintu gerbang kastil. Nah saat itu hujan mulai turun meskipun masih bisa ditahan tanpa payung. Pas waktu itu di halaman depan kastil ada pertunjukan samurai-samurai Tohoku. Tentu saja Riku dan Kai mau melihat dulu. Untung sudah hampir selesai, sehingga anak-anak tidak perlu terlalu lama berdiri di bawah hujan.

Pemandangan Tsurugajo Castle dari pintu depan

Tanda masuk ke kastil adalah 500 yen untuk orang dewasa dan 200 yen untuk anak-anak dari SD (Kai masih TK jadi tidak usah membayar). Kami menyerahkan tiket di pintu masuk kepada petugas yang berpakaian samurai. Di dalam kastil yang terdiri dari 5 lantai itu ada pameran dokumen dan foto-foto tentang sejarah daerah Aizu Wakamatsu. Kastil yang kami kunjungi ini sebetulnya merupakan  bangunan baru duplikat kastil lama yang dibangun tahun 1965 di atas peninggalan kastil lama. Untuk pameran kami tidak bisa memotret tapi untuk ruangan tertentu dan di puncak kastil kami bisa memotret pemandangan yang terlihat dari atas kastil. Ya pemandangan daerah Aizu Wakamatsu yang dikelilingi pegunungan.

Ruangan dalam kastil, dan anak-anak mencoba memegang samurai dan senapan

Setelah menaiki seluruh lantai kastil, kami turun dan seperti biasa mampir di toko souvenir untuk mencari oleh-oleh khas dari kastil tersebut. Seperti biasanya aku membeli gantungan kunci, lalu Riku membeli strap untuk ranselnya kembaran dengan teman-temannya, dan Gen biasanya membeli makanan kecil khas untuk oleh-oleh teman kantornya.

Pemandangan dari lantai teratas kastil Tsurugajo

Setelah melewatkan waktu satu setengah jam di Tsurugajo Castle ini, kami meninggalkan kompleks kastil dan pergi menuju Museum Byakkotai, kesatuan yang terdiri dari prajurit berusia 16-17 tahun yang berperan sebagai pahlawan bagi daerah Aizu Wakamatsu. Cerita mengenai perjalanan sesudah Tsurugajo Castle ini akan aku lanjutkan besok ya.