Bukan aku yang bilang loh…. Karena kalau aku mestinya bilang Ada Anak = Ramai hahaha. Well punya dua anak krucil pastilah ramai dan…. repot. Nah pernyataan itu bukan keluar dari mulutku, karena aku tahu banyak juga pasangan yang belum/tidak mau punya anak karena satu dan lain hal. Ini adalah pernyataan KAI!
Tadi sore aku sedang melipat baju cucian. Di sini kalau tidak perlu sekali, aku tidak menyeterika baju-baju. Hanya kemeja dan baju luar yang lecek sekali yang aku seterika, sedangkan baju dalam cukup dilipat. Tiba-tiba, Kai yang sedang bermain di dekatku berkata (dalam bahasa Jepang):
“Nanti kalau Kai besar, Kai bisa punya anak ngga ya?”
“Kai mau punya anak?”
“Mau dong…. ”
“Kenapa?”
“Eh… kalau ngga ada anak kan sepi…”
“Iya sih. Ya mungkin saja punya anak. Tapi Kai tidak bisa melahirkan.”
“Loh kok?”
“Ya untuk punya anak, Kai harus menikah.”
“Kalau begitu, aku mau nikah sama Riku saja” (aku udah tahan ketawa nih)
“Ngga bisa nikah dengan Riku. Harus dengan perempuan.”
“Hiiii ngga mau menikah dengan perempuan”
“Ya kalau tidak menikah dengan perempuan ya ngga bisa punya anak. Karena perempuan yang melahirkan”
“Hmmmm… siapa perempuannya?”
“Ya ngga tahu. ”
“Susah dong kalau ngga tau”
“Ya mama doakan Kai dapat bertemu perempuan yang baik ya”
……. dia diam dan pembicaraan terhenti 😀
Aduuuh Kai… udah berpikir sampai sejauh itu. Tapi pemikirannya itu benar juga. Tanpa anak itu sepi! Meskipun kadang kalau Riku dan Kai bertengkar duuuuh rasanya menyebalkan. Ribut! dan aku mendambakan rumah yang sepi….. Tapi kalau mereka sudah tidur seperti sekarang ini. Rumah memang sepi, tapi… kangen suara mereka juga.
Apalagi tadi waktu aku mendongengkan Kai, dia tanya macam-macam yang membuat aku pusing juga jawabnya. Buku Toy Story3.
“Mama kenapa boneka itu tidak makan?”
“Ya karena tidak hidup… mereka tidak perlu makan”
“Tapi kan mereka hidup, mereka bergerak kok…” (Mampus gue!)
“Mmmm ini kan cerita Kai. Kalau cerita ya semua mungkin Tapi pada kenyataannya kan boneka itu tidak ada yang bergerak, berbicara apalagi nafas. Coba kalau boneka ultraman (yang ada di sebelah tempat tidur dia) tiba-tiba bicara…Hei Kai… Kai pasti takut.”
“Ngga, aku ngga takut. Aku senang.” (dooohhh)
“Kai buku cerita itu memang menceritakan macam-macam. Tikus bisa bicara, atau ada Setan Merah dan Biru di cerita Jepang, Atau Momotaro yang lahir dari buah peach. Mana ada seperti begitu di genjitsu 現実 (kenyataan ), karena itu semua kuusou 空想 (khayalan) seperti dalam yume 夢 (mimpi) . Coba kalau tiba-tiba kamar ini bicara… susah kan”
Sambil ketakutan dia bilang, “Ya sudah, lanjutin bacanya…”
“Loh mama kan jelaskan karena Kai tanya-tanya. Makanya udah dengerin aja mama baca”
Dan tak seberapa lama…
“Ma, ini kenapa ada tanda bulatnya (titik) di sini?” (Ada tanda titik di setiap kalimat)
“Ya kalau tidak ada tanda titik, mamanya cape bacanya sambung semua… Ini namanya titik, yang menandakan satu kalimat”
Hmmm memang Kai sudah masuk ke tahap bertanya yang susah-susah,dan aku harus siap menjawabnya. Dan pertanyaannya lain lagi dengan pertanyaan-pertanyaan Riku dulu. Lucu ya … setiap anak memang berbeda.
So….. sepikah malammu kawan? Kalau sepi, silakan baca buku-buku fiksi yang bisa membawamu ke alam mimpi. Siapa tahu kamu bertemu dengan pangeran berkuda putih hahaha. (Untung waktu aku kecil tidak pernah bermimpi menjadi putri sehingga tidak usah menunggu pangeran berkuda…lah wong pangeranku datangnya naik kereta listrik :D)
Topik kali ini memang si Kai. Anakku yang berusia 4 tahun. Setelah dia membuat “malu” kami dengan tangisan sekencang mobil pemadam kebakaran sehingga bisa didengar satu TK, kami berdua, aku dan Gen merasa perlu lebih memperhatikan dia. Berbicara dengannya. Karena itu, jika aku di rumah meskipun bukan waktu tidur, aku mengajak dia membaca buku bersama (biasanya hanya mendongeng sebelum tidur saja). Beberapa kali aku terharu mendengar dia membuat cerita bebas dari buku-buku cerita bergambar yang kami punyai.
Kemarin aku flu berat. Pilek dan sakit kepala, juga tenggorokan sakit. Jadi aku mengatakan padanya bahwa malam ini mama hanya bisa bacakan satu cerita saja (biasanya 2-3 cerita). Dia memilih cerita tentang Kacang Babi dan Kacang Panjang (Soramame kun to nagai-nagai mame). Dan waktu aku membaca karena pilek dan sakit kepala, aku baca tersendat-sendat. Dia tidak sabaran sehingga sering berkata, “Terus?…terus?…ayo dong baca yang cepat”. Akhirnya aku marah dan aku bilang, “Kai mau mama masuk Rumah Sakit ya? Mungkin lebih baik mama masuk RS supaya mama bisa tidur yang enak, ngga usah bacain Kai. Mama sedang sakit ini…. jangan paksa paksa.” Tapi namanya anak kecil, dia pikir mamanya superman superwoman kali ya? Sampai akhirnya Riku bilang, “Kai…kasian mama dong. Kalau mama tidak bisa lanjut, besok aja ya lanjutnya…..” uh My dear Riku memang selalu membantu aku dalam menghadapi Kai.
Akhirnya satu buku selesai. Riku sudah lama tertidur. Tapi Kai masih segar bugar. Salah juga sih aku mengajak dia tidur siang bersama, jadi meskipun sudah jam 10 malam dia masih melek. Kasihan juga melihat dia bolak balik di sebelahku (dia tidur di sampingku), jadi aku ajak dia bicara pelan-pelan… tadi belajar apa…. bla bla. Dan terdengar papa Gen membuka pintu rumah. “Papa pulang…..!” Dan dia keluar kamar menyambut papanya (tentu saja papanya senang sekali dan memeluknya), dan aku juga keluar kamar persiapkan makan malam.
“Pa, aku bobo duluan ya. Ngga tahan. Tolong temani Kai”, aku masuk ke kamar dan bersiap tidur lagi. Eh, tak lama aku dengar, “Pa, aku temani mama bobo ya….” Kai masuk kamar dan tidur di sampingku. Karena dia tidak pakai selimut, aku menawarkan dia masuk ke dalam selimutku. “Masuk sini!” (pakai bahasa Indonesia)
“Iya masuk” (pakai bahasa Indonesia)
“Emang Kai tahu artinya “masuk” apa? (dalam bahasa Jepang)
“Tahu…. hairu deshou? ” (Hmmm hebat juga anakku, aku baru sadar dia tahu kata masuk) Tapi Mama kan ada lagi satu lagi arti yang lain? (Tentu saja dalam bahasa Jepang)
“Eh…. kata masuk?”
“Iya….. itu tuh. Kalau ada kebakaran kan disemprot air…. keluar asap…. susah nafas…..” (bahasa Jepang) Aku bingung awalnya… untung aku pintar (siapa lagi yang muji kalau bukan diri sendiri hahaha), aku langsung bilang….”Oooooooh MASK”
“Iyaaaaaa….. MASUK! マスク” Doooooh anakku emang pintar deh. Bahasa Jepangnya mask memang dilafalkan MA-SU-KU. Memang mirip dengan Masuk bahasa Indonesia. Langsung aku jelaskan padanya.
“BENAR KAI, tapi masuk yang hairu itu bahasa Indonesia, dan masuk yang mask itu bahasa Inggris. Tidak sama bahasanya, tapi sama lafalnya”
“Ooooo gitu…” (bahasa Indonesia…. untung dia tidak bilang oh gitu doang, karena akhir-akhir ini dia getol banget bilang doang hahaha)
Aku akhirnya tidak tahan, keluar kamar dan menceritakan kejadian ini ke Gen. Gen sendiri bingung kok Kai bisa ingat kedua kata itu. Kai memang akhir-akhir sering menyebutkan kata-kata bahasa Inggris yang dia dengar mungkin dari TV… aku tidak tahu dia tahu kata-kata itu dari mana, karena aku tidak pakai bahasa Inggris di rumah. Hanya bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Termasuk kata Goodbye. Never…aku tidak pernah pakai kata itu, tapi ada program TV NHK yang mengakhiri acara dengan “goodbye”. Jadilah dia setiap pagi mengantar papa ke kantor dan kakak Riku ke sekolah sambil berkata “Goodbye” dilengkapi senyum manisnya dan lambaian tangan depan pintu apartemenku. Dan jangan coba-coba tidak balas dengan “Goodbye” juga. Karena dia akan teruuuuuuuus berkata “Goodbyeeeeee” hahaha.
Masih selalu terbayang di benakku, hari pertama Kai harus mengikuti kelas perpanjangan Usagi-gumi (kelas kelinci).
“Kai, mama hari ini kerja jadi kamu nanti ikut kelas Tulip (kelas regulernya sampai pukul 2) dan sesudah bel pulang, Sensei akan membawa kamu ke perpustakaan di lantai 2. Di situ ada kelas namanya Usagi-gumi (kelas perpanjangan dari pukul 2- sampai pukul 5) bersama Mika sensei. Nanti di situ kamu bisa main lego, membaca buku, dan ada makan sorenya. Nanti mama cepat-cepat pulang dari kerja, langsung jemput Kai di lantai dua ya.”
Dan hari itu dia dengan penuh “pengertian” masuk ke gerbang sekolah, ganti sepatu dengan sepatu dalam uwabaki, dan berjalan menuju ke kelasnya. TANPA MELIHAT PADAKU lagi, paling sedikit untuk melambai. Tapi aku melihat, dia seperti menyeka airmata kering 🙁 Justru tanpa raungan/tangisan seperti itu membuatku ngenes. Dan benar juga, menurut laporan Mika sensei, Kai tidak menangis di hari pertama itu, tapi suatu kali dia juga sempat melihat Kai “mojok” dan seperti mengusap air mata….duuuh… Dilema ibu yang bekerja.
Dan hari ini pun, meskipun dia baru kemarin masuk sekolah karena sakit berkepanjangan, tanpa protes dia mengikuti kelas Tulip dan Usagi (dan dia tahu bahwa akan sampai pukul 5 sore) . Untunglah hari ini aku tak melihat dia “mengusap” air mata lagi, sehingga aku bisa cepat-cepat naik sepeda ke stasiun yang lumayan jauh dari rumahku.
Biasanya aku taruh kembali sepedaku di rumah, dan naik bus ke stasiun itu. Tapi hari ini kupikir aku coba untuk langsung naik sepeda ke stasiun itu. Jalan ke stasiun itu memang terkenal dengan tanjakannya, tapi untunglah aku masih bisa menggenjot sepeda pagi tadi (mungkin karena masih segar ya 😀 ) . Setelah mencari tempat parkir sepeda, aku cepat-cepat berjalan ke stasiun dan bisa naik kereta pukul 9:09 pagi. Wah rekor nih, aku bisa sampai di stasiun Takadanobaba sebelum pukul 9:30. Naik bus + jalan dan sampai di ruang dosen sebelum pukul 10 pagi. Asyik deh bisa membuat fotokopi bahan mengajar cukup banyak hari ini.
Nah waktu istirahat makan siang, aku makan bento di kelas sambil membuka email di HPku. Mengintip komentar teman-teman di TE dan aku melihat si Penganyam Kata mengirimkan aku satu link. Langsung kucoba buka dan berhasil! (HP ku bukan smart phone atau IPhone soalnya). Mau tahu linknya apa?
Judulnya : Siswa Siswi Jepang Paling Sopan di Dunia. Haiyah….. Memangnya segitu sopan ya? Aku tak mengetahui standar apa yang dipakai oleh pelaksana survey OECD, atau bahkan mungkin aku harus merasa khawatir dengan tindakan siswa negara lain yang tidak sopan? Aku tak tahu. Dan aku tak mau menjadi komentator soal itu.
Tapi memang kalau ditanyakan soal “Apakah ada tawuran antar sekolah?” Jawabnya pasti BIG NO! Apakah siswa-siswi tidak saling berkelahi di dalam sekolah? Nah itu aku tidak bisa jawab. Mungkin bukan berkelahi secara pukul-pukulan, tapi “berperang batin”. Buktinya masih ada kok kasus bullying, ijime, yang menyebabkan beberapa murid yang menerima perlakuan tekanan dari teman-temannya itu sampai bunuh diri. Masih ada. Dan biasanya terkuak setelah terjadi kasus bunuh diri di kalangan SD dan SMP. (Aku belum pernah mendengar kasus bunuh diri di SMA, entah apakah itu tidak mencuat di permukaan atau ntah apakah siswa SMA lebih kuat terhadap tekanan dibandingkan siswa SD dan SMP.
Tapi waktu aku ceritakan pada Gen soal hasil survey “Eh masa siswa Jepang itu paling sopan sedunia loh!” Dia berkata, “Mungkin ya kalau dilihat dari keberhasilan mengadakan Ujian Masuk Universitas Serentak. Itu kan diikuti 500.000 calon mahasiswa setiap tahunnya. Meskipun ada kasus penangkapan “kecurangan” ujian, tapi jumlahnya kecil sekali kan? ”
Yang kujawab, mungkin siswa-siswi Jepang itu kurang “mahir” menyontek yah 😀 (dan dijawab Gen mungkin juga karena polisi Jepang sangat ketat hihihi)
OK, memang secara umum siswa-siswi Jepang sopan-sopan. Mereka bersusah payah mengikuti bimbingan belajar untuk mengikuti ujian masuk universitas. Tak jarang mereka harus menjadi rounin (status pengangguran) setahun dua tahun untuk bisa masuk ke universitas idaman. Jalan masuk ke universitas itu berat bung! Tapi begitu bisa masuk universitas, 4 tahun di dalamnya Anda bisa menikmati kehidupan mahasiswa yang meriah. Asal mengikuti kuliah dan mengumpulkan tugas, sks bisa didapat. Jarang ada dosen killer yang menjatuhkan mahasiswa dengan tidak memberikan sks, jika absensi penuh. Di beberapa universitas ada yang menerapkan nilai 50 masih lulus. Sehingga dosen yang mau menjatuhkan diharapkan memberi nilai 49! (Dan jarang ada dosen yang mau membuat perkara). Ada universitas yang memberikan nilai A+ bagi mahasiswa yang mendapatkan nilai di atas 90. Prinsipnya: Masuk universitas sulit, tapi keluar (lulus)nya mudah. Banyak fakultas juga yang tidak memberikan syarat skripsi sebagai tanda kelulusan, kecuali mau melanjutkan ke S2.
Dan yang pasti aku pernah menjadi mahasiswa di universitas Jepang, dan terpana karena mahasiswa bisa tidur di kelas, sambil ngorok lagi 😀 . Selain itu mahasiswa juga ribut mengobrol sendiri dalam kuliah. Di kelas bahasa Indonesiaku? Aku biasanya sengaja menunjuk mahasiswa yang ngantuk untuk menjawab pertanyaan. Meskipun tidak bisa dipungkiri, aku pernah membiarkan satu-dua mahasiswa mendengkur di kelas. Biasanya mahasiswa itu pengikut extra kurikuler olahraga tertentu yang menjadi wakil universitas untuk bertanding di luar. Jadi biasanya aku juga sudah waspada terhadap mahasiswa seperti itu, dan sudah pasti aku ancam mereka harus menyerahkan tugas jika mau mendapat nilai 50 😀 (buat mereka yang penting lulus).
Jadi begitulah ceritaku sehubungan dengan link yang diberikan Danny. Tapi yang pasti tadi di kelasku, aku agak kesal karena ada 2 pasang mahasiswa yang cekakak cekikik dalam pelajaran mungkin karena menemukan kata lucu. Well, menghandle kelas dengan 35 mahasiswa memang sulit.
Tapi kekesalanku hari ini terobati waktu aku menjemput Kai di kelas Usaginya, dan dia langsung berlari menghambur, memelukku dengan senyum. Dan waktu kutanya, “Kamu menangis? ”
“TIDAK” jawabnya. Dan ditambah, “Maaf ma, aku sisakan makanan di bentonya.”
“Kenapa?”
“Aku kan tidak suka telur (puyuh)”
“Oh … ya sudah nanti tidak usah bawa telur puyuh lagi ya. Biar kakak Riku makan, dia suka sekali”
Sayang, mama menangis hari ini
membaca laporan guru kamu di Penitipan: Waktu berenang di kolam karet, Kai berkatapada teman dan gurunya ” Lihat, celana renang Mebius ini dibelikan papa dan mama”.
Padahal nak…. celana itu adalah celana lungsuran kakakmu 🙁 . Betapa sering kamu menemukan mainan yang kamu senangi dan berkata, “Mama terima kasih ya, mama sudah belikan untukku….” padahal…..
Sayang, mama terharu hari ini
kamu mengikuti misa selama 1 jam dengan tenang, tanpa ribut, juga ikut berdiri dan duduk bersama. Dan setelah selesai suatu lagu di bagian-bagian akhir misa kamu berkata, “Mama hebat ya menyanyinya…..” sampai mama malu terdengar orang lain. Dalam hati mama terharu sekali karena kamu memperhatikan lagu itu.
Sayang, mama terharu hari ini
karena kamu menemukan buku novel mama yang bersampul khusus. Kamu tahu itu punya mama, dan kamu langsung pergi ke rak buku dan mengembalikan novel itu ke tempatnya. Betapa sering kamu mengetahui letak barang-barang dan mengembalikan ke tempatnya, membuangkan sampah sendiri atau mengingatkan mama, “Mama ini pisau…bahaya…”
Sayang, Mama tertawa hari ini
karena kamu mengingatkan mama waktu kita belanja di supermarket dan mama sempat tertegun…” Tadi mama mau beli apa ya di sini?” dan kamu berkata, “Susu kan?” hihihi…mama sudah mulai pikun ya nak.
Sayang, Mama terharu hari ini
karena kamu menangis begitu kamu cari-cari kakak Riku dan tidak ada. Padahal Riku ada di WC. Begitu sayangnya kamu pada kakakmu, meskipun kamu juga sering mengganggu kakak dengan mengambil mainan kakak dan mengatakan itu punyamu. Untung kakak kamu baik sehingga mau merelakan banyak mainan dan kepunyaannya untukmu. (Meskipun mama juga tahu kadang kakak kamu suka isengin kamu saking kesalnya)
Sayang, mama merasa geli hari ini
karena kamu selalu suka berjalan sendiri di toko atau di museum sehingga menjadi terpisah dengan mama. Lalu berteriak menangis….. tapi… tetap mengulangi lagi. Kamu memang lebih berani mencoba dan melawan daripada kakakmu yang penurut. Tapi please, dengar kata mama kalau memang itu menyangkut nyawa ya…. Jangan pernah menyeberang atau terpisah jika di jalan.
Nak, kamu hari ini menjadi tiga tahun. Bayi begitu kecil yang harus melewati kehidupan inkubator satu bulan itu, sekarang sudah bisa berlari kemana-mana. Sudah mempunyai idola Ultraman Mebius dan menyampaikan pikirannya sendiri. Kamu juga sudah mulai belagak seperti anak besar, yang tidak mau kalah dengan Riku, tapi masih manja pada mama. Kamu paling tidak suka melihat mama memeluk Riku kan?
Dan kamu terus berkata, “3 tahun, hanya minum air (karena aku bilang kalau sudah ulang tahun berhenti minum susu formula dari dot)”. Dan akhir-akhir ini kamu selalu bilang “Aku sayang semua!”. Bahkan obake (hantu) hahaha.
Well Kai Miyashita, Selamat Ulang Tahun Nak… Tiga tahun itu masih kecil, tapi mulai hari ini pasti banyak hal-hal baru yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan yang akan kamu alami. Jangan memaksa diri, karena mama juga masih senang kalau kamu manja pada mama. Kita sambut satu tahun yang baru ini sama-sama ya Nak. Kami semua juga sayang kamu.
Semestinya aku menulis ini kemarin, persis hari anak-anak (anak lelaki) atau Kodomo no hi, yang sekaligus merupakan penutup rangkaian hari libur berurut yang disebut Golden Week. Kemarin kami bener-benar melewati waktu dengan anak-anak dan… alam. Mungkin hadiah alam adalah hadiah yang masih berharga saat ini, semasa alam yang hijau dan bersih masih dinikmati. Kabarnya di Tokyo kebun binatang dan beberapa tempat wisata menggratiskan karcis masuk untuk anak-anak (kapan ya di Indonesia bisa gini hehehe, hari anaknya udah ada kok). Tapi kami memang sepakat untuk tidak pergi jauh-jauh. Takut terjebak macet arus balik.
Kami pergi bersepeda ke Taman Shakujii (Shakujii Koen), sambil tak henti-hentinya aku merasa takjub, kok aku dulu bisa pilih rumah (apartemen yang kami tempati sekarang aku yang memilih persis sebelum kami menikah) yang begitu dekat dengan alam sebagus dan seluas ini, tapi masih dalam kawasan kota. Tujuan kami kali ini cuma satu, yaitu memenuhi permintaan Riku untuk naik perahu.
Sambil melewati perumahan orang kaya dengan arsitektur yang bagus (kapan ya aku bisa punya rumah di tepi kolam/danau begini), kami bersepeda cukup jauh. Tapi tidak terasa 20 menit sampai di tempat naik perahu, di sisi Kolam Danau Shakujii. Setiap menjelang musim panas, disewakan perahu kayuh dan perahu dayung di Kolam (Danau) Shakujii ini dan libur jika musim dingin. Pikirku mungkin kalau musim dingin, tidak ada yang mau ambil resiko tercebur dan mati kedinginan ya? hihihi. Kami harus menyewa dua perahu, karena satu perahu hanya bisa 3 orang (meskipun bayi tetap dihitung 1 orang — ya iya laaaah). Jadi Papa Gen dengan Riku maik perahu kayuh biasa, sedangkan aku dan Kai naik perahu kayuh berbentuk angsa. Kai langsung berkata, “Ga…ga noru (naik angsa)”.
Sebetulnya ini bukan kali pertama aku naik perahu kayuh begini, dulu juga pernah bersama Gen dan aku ingat waktu itu aku takut sekali. Takut tercebur. Tapi kali ini entah kenapa aku enjoy sekali naik berdua Kai, dan tidak takut… dan bisa mengayuh selama 30 menit jatah mengelilingi kolam (perahu angsa 700 yen, perahu kayuh biasa 600 yen). Hmm aku perhatikan aku juga banyak berubah sejak Kai lahir. Jadi sambil aku yang mengayuh, Kai yang menyetir entah arahnya kemana terserah dia. Asal begitu mendekati perahu orang aku yang ambil kendali setirnya. Senang sekali dia bisa menyetir perahunya.
Setelah puas bermain sepeda, kami pergi mampir ke tempat bermain untuk Riku. Kai tidak bisa bermain di sini karena alat permainannya terlalu besar untuk dia, Jadi aku menjanjikan mengantar dia pergi ke taman bermain untuk anak balita yang memang ada di tengah perjalanan juga. Dan ternyata di tempat luncuran itu tertulis “Untuk usia 3-6 tahun”. Pantas Kai juga tidak begitu mahir… baru sadar kami bahwa Kai belum berusia 3 tahun. Tapi lagaknya sudah seperti anak besar! dan cerewetnya itu deh ampuuunnnn…
Setelah bersepeda, bermain dan mandi pasir, kami pergi membeli sepatu untuk Riku, karena kondisi sepatu dia yang sudah kasiaaaan banget deh. Bolong! Padahal aku sudah belikan sepatu baru, tapi dia tidak suka karena musti pakai tali…. Pelajaran buat aku, Jangan pernah beli sesuatu untuk anak-anak tanpa dipilih mereka sendiri. Mubazir. (Aku juga tidak bisa dan tidak mau memaksakan sih…padahal ibunya Gen dulu streng nya minta ampun. Ngga ada tuh ba bi bu. Dibelikan ya harus pakai! Tapi entahlah aku sejak anak-anak balita lebih suka membelikan sesuatu yang mereka suka, mungkin ini adalah salah satu bentuk memanjakan mereka.) Jadi deh Riku membeli sepatu yang termurah di toko itu, tidak sampai 1000 yen! Dan dia senang sekali…. dan dompet mama senang juga hehehe.
Sesudah dari toko sepatu, kami makan malam di okonomiyaki ala hiroshima. Dan sekitar pukul 8 malam Riku pergi ke Sento, pemandian umum bersama papanya. Hari ini adalah hari khusus di sento, yaitu Shobu yu, air panasnya dipakaikan batang shobu, katanya supaya anak lelaki menjadi kuat. Tadinya aku dan Kai juga mau ikut, tapi Kai sudah terlalu capek dan mengantuk. Karena aku tidak ikut, jadi tidak ada deh foto mereka mandi berendam di Shobu-yu…hahaha (padahal biar aku ikut juga tidak bisa masuk ke pemandian khusus pria).
Hari anak-anak berlalu dengan kegiatan bersama anak-anak. Biasanya memang ada banyak kegiatan “seremonial” dalam memperingati hari anak-anak. seperti tahun lalu kami memperingati bersama Nobu, sepupu Riku dan Kai yang baru berusia 1 tahun. jadi lengkap semua makanan, perhiasan seperti Koi Nobori dan yoroi (baju perang samurai) seperti yang bisa dibaca pada posting tahun lalu. Tapi karena tahun ini ibu mertuaku kurang enak badan, kami menghapus kegiatan seremonial dan hanya bermain bersama saja.
Tapi tahun ini Kai memperingati hari anak-anak secara khusus sebenarnya, karena dia “masuk koran”, udah gitu koran Indonesia lagi. Foto Kai dengan hiasan yoroi terpajang di koran “Berani” edisi 27 April 2010. (dan aku lupa kasih tau keluarga di Jakarta hihihi). Maklum deh keluarga cueks, mau masuk koran kek tipi kek, udah biasa…. hahaha. Lagian kan Riku dan Kai udah “masuk internet” karena ada tuh yang bilang (beberapa) kalau tidak ada Kai dan Riku, TE ngga laku …. hiks.(mamanya nangis air mata darah deh….)
Sebagai akhir tulisan ini, aku mau berbangga sedikit dengan menampilkan karangan Riku. Suatu hari tiba-tiba dia menyodorkan karangan ini, dan membuat aku terharu. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan dia menulis begitu. Apa ada sesuatu yang dia tonton, atau di sekolah (yang aku ragukan). Tapi semoga seruan ini, tulisan dari seorang anak bisa menjadi masukan untuk dapat direnungi.
Tulisan 1:
Mina-san (Semuanya) saya ingin membuat pernyataan.
Saya tidak suka senjata. Bukan saya saja, tapi semua negara menjadi susah.
Perang menyebabkan negara-negara menderita.
Saya ingin mengubah dunia masa depan yang baik.
Apa sebab? Saya tidak ingin kehilangan banyak orang (teman)
(halaman sebaliknya dia menulis, Apa pendapatmu?)
Tulisan 2:
Saya bisa makan kenyang, tetapi banyak orang di negara lain
tidak mempunyai makanan, sehingga banyak orang yang meninggal.
Kamu juga jika ada orang yang kamu kasihi meninggal pasti akan sedih kan?
Saya kadang-kadang memberikan sumbangan di kotak dana di Circle K.
(lalu aku kotbahin dia, sebelum kasih sumbangan —
karena kamu belum bisa bekerja dan cari uang, berusaha lah
jangan membuang makanan. Itu saja sudah bagus)
Well, semoga dunia ini mau mendengarkan juga suara dan perasaan anak-anak. Tidak keras kepala dengan pemikiran yang ingin menguasai segala sesuatu menjadi miliknya sendiri.Dan semoga anak-anakku tetap terus mempunyai hati yang murni dan peka terhadap penderitaan sesamanya.
Kemarin malam Kai memintaku untuk membacakan cerita “The Princess and The Frog” dari Disney yang diterjemahkan menjadi “Purinsesu to Mahou no kisu” プリンセスと魔法のキス sebelum tidur. Di sebelahku Riku sudah terlebih dahulu tidur. Anak itu paling mudah untuk tidur, begitu kepala menyentuh bantal… ZzzZZzz deh. Jadi aku mendongengkan Kai. Di situ aku tanya pada Kai,
“Kai tahu princess artinya apa?”
“Ngga tau”
“Princess itu anak perempuan dari Raja (Oosama – ini dia sudah tahu).
Kalau anak laki-laki itu disebut Prince. Untuk Mama, Kai adalah Prince”
“Ihhh ngga mau…”
“Kenapa ngga mau? Riku juga prince. Jadi mama punya dua prince”
“eeeeee?? Riku prince?”
“Iya, Kai juga prince. Mau?”
” un (ya)”
” Kai prince…”
“Mama princess…” Duh aku kaget sekali… kok dia langsung tahu penggunaan kata princess.
“Waaah mama princess? Makasih Kai” Lalu aku cium Kai.
dan tahu reaksi dia? “Kero kero…(suara kodok)” … Ya ampun dia tahu bahwa prince itu menjadi kodok.
Saking gembiranya aku juga bilang pada Kai, “Mama princess cium prince jadi mama kodok yaaa (dalam cerita ini si prince tidak berubah menjadi manusia, malahan si princessnya jadi kodok juga)”
“kero-kero….Hahaha…” kami berdua tertawa…
Dan tadi pagi dia meloncat-loncat seperti kodok waktu aku panggil dia Kai prince.
Ada banyak kejadian yang menunjukkan Kai tiba saatnya untuk mengekspresikan semua yang dia tahu, semua yang selama ini dia lihat tapi belum bisa keluar dalam bentuk kata-kata. Dan aku berusaha menikmati perubahan ini.
Dan hari ini kedua prince ku pergi ke “sekolah”. Riku memulai hari pertamanya sebagai murid kelas dua SD. Dan dalam upacara penerimaan murid baru (kelas 1), dia harus mengucapkan kata sambutan pertama sebagai wakil kelas dua. Pendek memang, hanya mengucapkan “Adik-adik kelas satu…” kemudian akan dilanjutkan oleh murid lain. Tapi sebagai pemula, dia harus berbicara dengan lantang, supaya keseluruhannya dapat berjalan dengan baik.
Tadi dia pulang dan mengatakan bahwa dia dipuji oleh gurunya, karena berhasil berbicara dengan suara lantang.
“Tadi grogi?”
“Sedikit sih… tapi ngga papa tuh” (sasuga mama no ko – anak mama sih, jadi tidak grogian hehehe)
Selain memberikan sambutan kepada kelas satu, murid-murid kelas dua juga mempertunjukkan permainan harmonika sebagai penyambutan kepada kelas satu. Aku jadi teringat peristiwa satu tahun yang lalu. Saat itu Riku yang menjadi murid kelas satu, dan disambut oleh kakak kelasnya. Tadi juga waktu aku mengantar Kai ke penitipan sempat melihat ibu-ibu bersama anak-anak mereka yang baru masuk SD memakai kimono atau jas. Wah, satu tahun sudah berlalu sejak saat itu, dan Riku sekarang sudah kelas dua. Sudah menjadi kakak kelas, yang juga diberikan tanggung jawab untuk membimbing adik-adik kelasnya. (Aku senang dengan sistem SD di sini yang memberlakukan sistem mentoring, membimbing adik kelas sehingga mereka menjadi bertanggung jawab.)
Kai juga sudah menjadi “kakak kelas” , meskipun dia baru 2,5 tahun. Sebelumnya di penitipan (hoikuen– 保育園)dia masuk kelompok usagi (kelinci) yang diperuntukkan bagi anak-anak berumur 1-2 tahun. (Di bawahnya ada kelas hiyoko (anak ayam) yang diperuntukkan bagi anak berusia di bawah 1 tahun. Mulai tanggal 1 April Kai menjadi anggota kelompok zoo (gajah) yaitu untuk anak berusia 3 tahun ke atas (sampai dengan sebelum 6 tahun, usia masuk SD). Banyak orang tua yang keduanya bekerja, tidak memasukkan anak-anak mereka ke TK, karena jam belajar TK hanya sampai jam 2 atau kalaupun ada perpanjangan hanya sampai jam 5. Sedangkan kalau di penitipan bisa sampai jam 8 malam. Dulu akupun sebetulnya ingin agar Riku tetap di penitipan sampai usia SD, supaya aku bisa bekerja terus. Tapi karena Gen ingin anak-anaknya mengecap pendidikan di TK, jadi aku yang mengalah dan berhenti kerja malam (yang sebetulnya lebih banyak pekerjaan mengajar di malam hari, hampir setiap hari biasa), dan memasukkan Riku ke TK waktu dia berusia 4 tahun.
TK di Jepang terdiri dari 3 tingkat, kelas nenshou 年少, anak berusia 3 tahun, kelas nenchuu 年中 mereka berusia 4 tahun dan nenchou 年長 yang berusia 5 tahun. Jadi Riku masuk dari pertengahan, di kelas nenchuu. Sedangkan Kai kami ingin memasukkan dia sejak dari nenshou, bulan April tahun depan. Memang lain ya mendidik anak kedua dengan anak pertama. Kelihatannya anak kedua lebih cepat pintar dan cepat beradaptasi, karena mengamati dan meniru kakaknya. Tadi pagi juga begitu aku bilang bahwa Kakak Riku sudah pergi ke sekolah, Kai juga ditunggu sensei… dia mau pergi ke penitipan meskipun dengan enggan. Jangan kalau dia tahu Riku ada di rumah, pasti tidak mau pergi dari rumah.
Well, mulai hari ini kesibukan di rumah kami pun mulai, meskipun aku sendiri baru mulai mengajar tanggal 16 April nanti. Itu sebagai Mama sensei… tapi “Mama Princess” nya Kai kerjanya sebagai upik abu setiap hari 24/7, tanpa libur. (Eh tapi mulai hari ini aku bisa bernafas lega sedikit waktu membersihkan rumah tidak ada dua unyil yang mengganggu. Dan bisa konsentrasi nulis deh seperti hari ini)
Ada yang pernah dengar kata ini? Aku terus terang sering mendengar tapi tidak tahu apa sebenarnya”dakko-chan” itu. Kalau di Indonesia mungkin anak-anak pernah tahu lagu berjudul “dakocan”….hihihi.
Dakocan (by Pak Kasur)
Kulihat ada boneka baru
dari karet amat lucu
dakocan namanya bukan sarinah
sayang sayang mahal harganya
Nah… berarti jaman pak Kasur menciptakan lagu ini, paling sedikit beliau pernah melihat wujud dakkochan, yang memang merupakan boneka dari Jepang. Dan terbuat dari karet… sebenarnya sih bukan karet tapi dari plastik yang diisi udara seperti balon berbentuk. Bentuknya? Setelah cari di mbah gugle akhirnya aku ketemu deh wujudnya seperti ini:
Konon boneka Dakkochan ini dibuat tahun 1960, di sebuah pabrik plastik di daerah Yokohama, sebagai mainan anak-anak. Nama awalnya “Kinobori Wink (Si Kedip Pemanjat Pohon)” atau “Kuronbo Burachan (Si Hitam yang Menggantung)”. Gayanya memang seperti Koala yang sedang bergantung di pohon kan? Pada waktu itu dijual dengan harga 180 yen (Rp. 18000). Dan sejak dikeluarkan bulan Juli 1960, langsung menjadi populer dikalangan gadis-gadis, dan mendapat nama kesayangan menjadi “Dakko-chan”. Pada tahun itu saja terjual 5.500.000 buah dengan omzet 100 juta yen! Dan ternyata kepopuleran boneka dakkochan juga sampai ke telinga Pak Kasur sehingga beliau menciptakan lagu tersebut ya. Dan memang kalau lihat liriknya, waktu itu di Indonesia sedang marak boneka “Sarinah” (terus terang aku cari gambarnya tapi tidak ketemu… seperti apa ya boneka sarinah itu?), dan tidak bisa membeli boneka “dakkochan” a.k.a dakocan karena mahal harganya. Jelas saja 18.000 rupiah, jaman itu…. wong jaman sekarang saja 18 ribu itu MAHAL kok (menurutku loh). Bagaimana teman-teman, mau ngga keluarin duit 18.000 rupiah untuk boneka dakochan itu? hihihi
Nah, “dakko” itu dalam bahasa Jepang berasal dari kata “daku (peluk)”, “dakko shite…. (peluk dong)”! Aku tidak perlu membeli boneka dakkochan, karena setiap saat, 24 jam sehari selalu mendengar kata “DAKKO SHITE...” PELUK DONG” dari anakku, si Koala KAI-chan. Dia sepertinya sedang dalam masa GANKO (Keras Kepala) dan minta perhatian terus dari mamanya. Dia akan marah dan berteriak jika terbangun, dan mamanya tidak ada di sebelahnya. Juga berteriak dan menangis meraung-raung jika permintaannya tidak dikabulkan…. terus terang akhir-akhir ini aku mulai capek melayani dia. Tapi setiap kali aku ingatkan diri sendiri bahwa memang ada masanya, dan masa ini akan berlalu…dan tidak akan kembali. Itu juga yang dikatakan Gen waktu kemarin pagi Kai minta peluk, dan setelah aku peluk, dia mencium aku, “Belum tentu 5 tahun lagi, dia mau cium-cium kamu loh…”. Atau waktu pagi hari tadi, dia terbangun dengan senyum dan berkata, “Mama maaf ya…” (Karena sebelum tidur, dia sempat berteriak, nangis-nangis tidak mau tidur).
Karena si Kai-dakko-chan, juga karena Riku juga sudah masuk spring vacation, karena aku harus mengurus macam-macam sementara tenaga serasa semakin berkurang (akibat umur nih hihihi), jadi aku tidak bisa meluangkan waktu untuk menulis posting. Sepertinya performance TE untuk bulan Maret akan menjadi yang terendah dalam sejarah, kecuali jika tiba-tiba aku bisa posting 4-5 tulisan sehari dalam sisa-sisa hari di bulan Maret 2010 ini ….hahaha.
Well, have a nice MONDAY to all my friends. Salam dari kami di Nerima.
Minggu pagi, cerah dan kedua anakku bangun pagi. Jam 8 pagi mereka sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah kakek-neneknya di yokohama. Hanya aku yang masih belum bersiap, karena ada terjemahan yang nanggung untuk dipotong. Meskipun akhirnya aku putuskan untuk keluar rumah pukul 9, sambil membawa laptop untuk bekerja di dalam mobil. (Dan ternyata mengetik dalam mobil juga sama sekali tidak nyaman… lain sekali dgn di pesawat yah hihihi)
Sudah sejak malam sebelumnya Riku dan Kai mempersiapkan tas mereka masing-masing. Tapi isinya mainan, sehingga untuk baju dan pampers/susu Kai masih perlu aku yang persiapkan. Mereka ingin sekali bertemu neneknya, A-chan. Kebetulan A-chan juga sendirian, karena Ta-chan sedang pergi naik gunung. Jadi kami mau mengajaknya pergi makan siang ke Chinta Town Yokohama.
Pecinan di hari minggu…. aduh aduh aduh. Entah kenapa hari minggu kemarin itu benar-benar padat orang. Aku bayangkan kalau pas imlek bagaimana nih? Pasti tidak bisa jalan. Kami harus menyibak antrian orang yang bisa dilihat di mana-mana. Semua antri! Untuk apa sih? Ternyata akan ada parade sore harinya, jadi mereka sudah bersiap untuk melihatnya.
Ada beberapa restoran yang ingin kami masuki tapi selalu ditolak penuh. Kalau mau musti reserved tempat dulu. Akhirnya kami masuki restorsn kedua yang “memanggil” kami dengan mengatakan, “Silakan masuk, kami bisa langsung memberikan Anda tempat, bahkan di kamar….”
Biasanya untuk bisa menempati kamar harus pesan tempat dan kadang ditarik biaya. Wah mungkin mahal tempat ini. Lalu A chan berkata, tidak apa deh daripada cari lagi, sudah lapar. Nanti saya yang bayar. Jadi masuklah kami ke restoran itu, dan sepakat tidak pesan banyak, cukup mengganjal perut. Karena mungkin resto ini tidak enak…. tamunya sedikit.
Ternyata… resto ini memang sedikit lebih mahal dari resto lain, tapi makanannya cukup enak. Dan Riku dimanjakan neneknya dengan dibelikan Peking Duck (katanya karena minggu depan akan ulang tahun). Entah bagaimana tapi restoran itu mungkin akan membawa berkah juga tuh untuk dua anakku. Karena gigi taring (gigi susu) Riku yang atas tanggal di situ, sedangkan si Kai meninggalkan peninggalan di WC hihihi (Katanya kalau bisa buang air besar di suatu tempat pertanda akan kembali lagi ke tempat itu…. katanya)
Nah kan, judulnya becak, tapi belum berbicara mengenai becak sama sekali ya? Sebetulnya kami bertemu dengan becak “modern” di sebuah persimpangan jalan masuk ke China Town ini (China Town mempunyai beberapa pintu masuk). Bentuknya serupa bajaj, yang dicat meriah, tapi kalau dilihat lebih jelas lagi, ternyata si supir duduk dan mengayuh seperti sepeda. Waaah kalau begini kan becak dong.
Namanya VeloTaxidiciptakan tahun 1997 di Jerman dan terkenal sejak pameran EXPO tahun 2005 di Aichi. Angkutan yang ECO ini, memang ramah lingkungan, karena pakai tenaga manusia. Bukan itu saja, kabin tempat duduknya semua dibuat dari daur ulang. Dan selain unsur transportasi, Velotaxi ini bisa digunakan sebagai sarana iklan. Velotaxi ini bisa ditemukan di beberapa tampat wisata, dan memang Yokohama mempunyai banyak tempat wisata, yang salah satunya adalah China Town.
Kalau melihat homepagenya, ada banyak cara mereka untuk mempromosikan pemakaian velotaxi ini. Bayangkan jika Anda adalah Cinderela yang dijemput dengan Velotaxi dengan pengemudi ber-tuxedo sebagai pengganti kereta kuda? Hmmm …mungkin memang tidak romantis ya.. tapi unik kan? Imelda mau coba? mau aja sih kalau dibayarin, soalnya cukup mahal kalau aku harus bayar sendiri. Bukan… bukan dihitung berdasarkan berat badannya, tapi satu orang dihitung 300 yen untuk naik pertama, dan selanjutnya dihitung per point, 1 point = 100 yen. Nah, yang aku belum ketemu 1 point itu dihitung berdasarkan apa? km atau waktu.
Mungkin kita orang Indonesia akan mengatakan, yaaah kalau itu mah di negara kita juga banyak. BECAK! Dari dulu memang kita sudah ramah lingkungan kok, dengan tenaga manusia menyediakan transportasi bagi warga. Cuma memang aku merasa jaminan terhadap penumpang yang amat kurang. Bayangkan penumpang kok ditaruh di depan, dan harus melihat jalanan yang terkadang dibawa melawan arus oleh si abang (Nah kan pasti tukang becak kita panggil abang, bukan pak! lagi-lagi pemakaian bahasa yang “membedakan”)
Yang juga aku rasa lucu, kok velotaxi dikembangkan di Jerman, dan dipakai di Jepang. Padahal Jepang yang sebetulnya menemukan alat transportasi dengan manusia ini. Becak pun awalnya berasal dari JINRIKISHA (Rickshaw bahasa Inggrisnya) yang disebutkan berawal tahun 1868, awal Meiji. Tapi ada pula yang mengatakan bahwa becak jinrikisha ini ditemukan oleh seorang Amerika yang tinggal di Jepang pada tahun 1869 yang bernama Jonathan Scobie, untuk mengangkut istrinya yang sakit-sakitan , dan pulang pergi ke Yokohama naik jinrikisha ini. (aduuuh romantis sekali ya? bagaikan digendong sang suami kan? )
Jinrikisha kuno ini masih dapat ditemukan di tempat wisata Kamakura atau Kurashiki (dua tempat wisata tradisional Jepang, dan memang aku sendiri pernah melihatnya dengan mata kepala sendiri). Berwarna hitam, dengan tempat duduk berwarna merah. Disediakan selimut untuk menutupi kaki penumpang wanita. Pengemudinya berpakaian kimono pendek dengan celana pendek hitam. Dan coba lihat kaki mereka… ya seperti abang becak sih (bukan bermaksud mengejek loh… tapi berotot maksudku). Waktu pergi ke kamakura, aku sempat melihat seorang ibu-ibu yang dijemput seorang pengemudi jinrikisha yang masih muda (Memang aku belum pernah bertemu pengemudi yang sudah tua, seperti di Indonesia yang sudah kakek-kakek masih menarik becak).
Terlepas dari sisi manusiawi (kok mempekerjakan orang begitu) atau sisi lingkungan (ramah lingkungan tanpa gas emisi dll), kehadiran velotaxi (becak modern), dan jinrikisha (becak kuno) di tempat wisata bisa membantu orang-orang tua atau penyandang cacat untuk menikmati tempat wisata di Jepang, selain mungkin dapat membangkitkan kenangan tentang masa lalu.
Jepang mempunyai masalah sosial yang cukup berat, yaitu kurangnya jumlah anak yang dilahirkan. Dalam bahasa Jepang masalah ini dikenal dengan sebutan shoshika 少子化, ka adalah perubahan, shoshi = sedikit anak. Memang jumlah anak yang dilahirkan sedikit, sehingga bagan demografi akan menjadi kerucut terbalik. Selain masalah sedikitnya anak, juga masalah banyaknya orang tua yang semakin panjang usia. Masyarakat manula ini disebut dengan koureika 高齢化, perubahan ke arah masyarakat lansia. Sedikit bayi, banyak kakek/nenek.
Koureika tidak bisa dihentikan, karena tidak bisa membunuh orang kan? Justru ini menunjukkan kesejahteraan suatu bangsa, bahwa banyak lansia bisa bertahan hidup dalam keadaan sehat pula. Yang seharusnya bisa dihentikan adalah shoshika. Maka dari itu kabinet di Jepang sekarang ada Menteri masalah shoshika ini. Berbagai hal dipikirkan supaya masyarakat Jepang mau mempunyai anak. Meskipun memang untuk mempunyai anak di Jepang (baca: kota besar) amat banyak kendalanya, sehingga banyak pasangan yang sepakat untuk tidak mempunyai anak.
Kebetulan kemarin, aku membaca sebuah ulasan editorial yang menceritakan salah satu akibat dari shoshika yang cukup akut. Ilustrasinya begini: Seorang anak membawa sepedanya ke tukang sepeda. Si anak diam saja, lalu si penjaga toko bertanya: ada apa? Si anak hanya menjawab: “kuuki 空気 (udara). Rupanya dia mau mengisi udara untuk ban sepedanya. Oi oi, si petugas ini mengatakan …”ambil saja tuh di mana-mana ada udara kok”.
Yang menjadi masalah di sini adalah, si anak tidak bisa menjelaskan keinginannya dalam bentuk kalimat. Seharusnya dia mengatakan : “Kuuki wo iretaindesuga (Saya mau mengisi angin untuk ban saya)” , tapi di otak anak itu hanya ada kata kuuki (udara). Dan katanya kecenderungan anak-anak sekarang seperti itu. Merasa cukup dengan mengatakan satu kata, dan maksudnya akan bisa dimengerti oleh sekelilingnya.
Kecenderungan ini terjadi karena jumlah anak yang sedikit, sehingga temannya dari sejak TK sampai lulus SD ya itu-itu saja dan sedikit. Ditambah lagi mereka merupakan anak tunggal. Selain itu komunikasi di rumah juga sedikit, karena si ibu juga harus bekerja untuk menunjang perekonomian rumah tangga. Si anak bilang: “Nasi”, langsung diberi nasi, tanpa diperbaiki pemakaian bahasanya.
Satu lagi tambahan yang mungkin bisa menjadi “biang kerok” fenomena ini adalah game. Masing-masing anak konsentrasi pada mainannya, dan jarang bercakap-cakap dengan temannya. Kalaupun bertanding memakai game, pasti kata-kata “makian” yang keluar.
Untung saja kedua anakku tidak mempunya kecenderungan semacam itu. Akhir-akhir ini memang Riku sering berkata, “unnn ” jika mengiyakan sesuatu. Biasanya aku langsung marah dan bilang, “itu bahasa apa? unnn siapa? Mama bukan pembantu loh!”…
Kalau Kai, justru sekarang sudah mulai cerewet. Selain IYADA dan bercerita tentang taman dan kuda-kudaan di taman, dia mulai mengulang banyak kata-kata yang baru dia dengar. Waktu di dalam mobil, aku pertama kali mendengar dia berkata : “Mama unten?” (Mama sedang menyetir?).
Memang menurut buku panduan ibu dan anak, anak seumur Kai sudah mulai memakai gabungan dua kata. “Koen itta” (Pergi Taman), “Uma notta” (Naik Kuda)… belum bisa memakai partikel ke, di, dari.
Tapi tadi malam aku merasa senang. Waktu aku membacakan dongeng “Hanasaka Jiisan” (Kakek yang memekarkan bunga), diceritakan bahwa ada anjing kecil yang hanyut di sungai dan dipungut oleh nenek. Anak anjing itu dipelihara nenek. Dan waktu Kai melihat si anjing sudah besar, dia berkata: “Ookiku natta” (Menjadi besar) yang menurut tata bahasa sebetulnya sudah cukup sulit. Untuk umur dia biasanya cukup dengan “ookii inu” Anjing besar.
Well, Kai, kamu juga sudah menjadi besar loh… Kai mo ookiku Natta yo. Mama sudah tidak kuat lagi gendong kamu yang 14 kg lama-lama. Karena tadi naik bus dalam salju ya terpaksa mama gendong sebentar, dan hasilnya sekarang kaki kiri mama sakit lagi deh…
Si riku juga sudah menjadi besar. Seminggu lagi dia ulang tahun ke 7. Bajunya sekarang untuk ukuran anak setinggi 140-150 cm (padahal dianya sendiri baru 120-an), karena badannya bongsor. Beratnya 33 kg saja! Duh, jangan harap deh mama bisa gendong kamu lagi. Wong pangku kamu aja udah sulit euy. Meskipun kadang aku masih mau manjakan dan cium-cium dia, dan dia masih mau…. Sebentar lagi pasti bilang, “Apaan sih mama cium cium… malu kan!” hihihi….