Mainan Baru

30 Nov

Horree sudah umur segini masih suka main! hehehe. Sepertinya bermain memang bukan monopoli anak-anak saja kan? Asal bermainnya tidak negatif, boleh kok main terus sampai …. mati 😀

OK langsung saja deh aku memang punya mainan baru! Tepatnya sejak tanggal 13 Oktober yang lalu. Sudah  1 bulan lewat, dan aku mulai terbiasa bermain dengannya. Ya, aku dibelikan gadget ini oleh Gen sebagai hadiah 20th  berada di Jepang….

Aku ditawari Gen mau iPad atau iPhone, dan jelas kupilih iPhone. Tahu kenapa? Karena adikku punya yang 4S dan aku melihat hasil fotonya bagus-bagus, terutama untuk dalam ruangan. HP ku sudah bagus untuk fungsi cameranya, tapi kalau di ruangan kurang cahaya, maka hasilnya kurang bagus a.k.a buram. Sudah itu saja 😀 Fitur-fitur lain tidak penting bagiku. Karena itu ketika kami terpaksa harus mengganti kamera Canon Powershot kami karena sudah “koit”, kupikir aku tak perlu lagi iPhone. Untunglah suamiku gigih menanyakan terus, sehingga akhirnya aku memesan di counter AU, operator teleponku yang menyediakan iPhone 5 ini. Selama ini, sampai dengan iPhone 4S, hanya dimonopoli operator Softbank, sehingga kalau mau menggunakan iPhone, harus pindah operator. Dan aku tidak mau pindah. Alasannya? Operator ini sudah kugunakan lebih dari 15tahun, dan service “humanis” seperti yang kutulis di sini. (Menawarkan pindah paket karena pemakaian membengkak pada tengah bulan untuk menghindari kewajiban harus membayar dalam jumlah besar) Aku pernah mempunyai telepon cadangan dengan operator Softbank, tapi aku tutup…. kurang sreg dengan pelayanannya.

Hari pertama menerima gadget baru, aku masih bingung bagaimana harus menelepon, atau mengirim pesan. Untung saat itu yang menghubungiku cuma adikku, jadi sambil belajar, sambil memakainya. Yang lucu aku belajar pemakaian gadget baru itu selain dari adikku tentunya, justru dari Riku. Riku tahu pemakaian fungsi panorama pada kamera, sehingga mengambil foto pertama di hari pertama. Dasar anak jaman sekarang, cepat sekali menyerap teknoogi. Aku baru bisa menguasai fungsi itu sesudah2 minggu! Dan kemarin aku memotret foto panorana 360derajat yang menjadi andalan iPhone5 ini di taman Okuma yang terletak di sebelah universitas Waseda dan Rihga Royal Hotel Waseda.

Ya, akhirnya aku sempat juga melihat keindahan musim gugur dengan warna dedaunan yang khas, setelah berkali-kali batal rencana pergi di akhir pekan. Ternyata ada tempat sebagus ini di tempat kerjaku! Tahu begitu kan aku bisa bahwa DLSRku juga 😀

Senang sekali loh melihat pemandangan seperti ini meskipun hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit! Mahasiswa di sini benar-benar dimanjakan oleh fasilitas taman sebagus ini. Tapi memang karena aku datang pas jam kuliah ke 4, jadi tidak banyak mahasiswa orang Jepang yang bermain di taman itu. Kebanyakan mahasiswa dari Taiwan atau China, sehingga aku kaget sekali waktu menoleh ingin meminta diambil fotoku, ternyata mahsiswi itu berjilbab! Langsung kutanya: Dari Indonesia ya? Ternyata dia mahasiswa program Master, dan kami akhirnya gantian mengambil foto kami dengan latar belakang pemandangan indah itu.

Kembali lagi ke gadget, mainan baruku ini bisa SIRI, fungsi mengenali suara dan melaksanakannya. Aku memang sudah lihat di iklan TV, tapi sama sekali tidak bermaksud untuk menggunakannya. Tahu-tahu waktu aku menyetir, aku memang meminjamkan gadget itu kepada Riku. Lalu dia berkata: “One Piece”. Dan dengan bantuan SIRI itu dia mengakses You Tube yang menampilkan film anime One Piece yang dia mau tonton. Waaaaahhh Riku lebih tahu dari mamanya! Pernah tidak merasa “sebal” karena anak kita jauh lebih tahu dari kamu? Kelihatannya aku sudah harus menerima kenyataan itu loh 😀

Tapi tentu saja yang bisa download aplikasi hanya aku. Dan dari aplikasi yang aku pakai, ada beberapa yang sudah aku hapus, karena kurasa tidak perlu. Hari kedua memakai gadget baru itu aku langsung download app Viber dan Whatsapp! Senang sekali bisa bercakap-cakap dengan teman-teman tanpa harus keluar uang. Dan aku juga tentu saja ikut-ikutan memakai aplikasi yang sering dipakai “warga smartphone” seperti Instagram, Path, Line (belum ada satupun yang call aku lewat LINE nih…hehehe, jadi belum tahu cara pakainya) . FB, WordPress dan Twitter tentu keharusan ya :D. Dan yang terakhir aku ikut-ikutan Titik (thanks ya Tt) yang memakai aplikasi Accuweather. Bagus juga aplikasi ini karena memberitahukan suhu kotaku, lengkap dengan info kelembaban, angin, dan yang penting real feel. Jadi meskipun tercantum 10 derajat, karena faktor angin dan kelembaban, bisa saja real feelnya cuma 3 derajat. Seperti hari Rabu kemarin terasa dingin sekali, tercantum 7 derajat, padahal real feelnya 3 derajat, dan keseokan harinya tercantum 14 derajat padahal real feelnya 16 derajat! Bingung deh badannya.

Aplikasi game? Tadinya aku tidak mau download aplikasi game (apalagi yang angry bird, bisa-bisa HPku tidak bisa aku pakai karena dipakai anakku terus), tapi sekarang ada satu game dalam iPhoneku itu. Bernama “Atta あった” yaitu mencari barang-barang yang disebutkan dalam gambar. Aku sadari bahwa ternyata masih ada beberapa nama barang dalam bahasa Jepang yang tidak aku ketahui. Bagaimana bisa mencari barang itu kalau kita tidak tahu apa artinya hehehe. Jadi sekaligus deh belajar bahasa Jepang. Sayang permainannya terbatas karena memang gratis sih ya. Jika semua aku sudah bisa temukan berarti aku harus cari game baru lagi deh 😀

Maaf kalau posting ini terkesan pamer, tapi sebetulnya aku tidak bermaksud pamer gadgetnya. Aku tadinya cuma mau pamer foto panorama dan foto-foto musim gugurnya aja kok hehehe.

Posting ke 12 di bulan November (lebih bagus performasinya daripada Oktober yang cuma 10 postingan) yang tinggal satu hari kurang …..

 

 

Pancasila dan Buntut Bersambung

13 Mar

Aku tidak tahu apa mainan anak sekarang. Yang pasti dulu waktu aku kecil ada permainan “Pancasila”. Pancasila ada lima… lalu masing-masing peserta mengeluarkan tangan (jarinya) yang kemudian dihitung sesuai alfabet. Jadi kalau jumlah jari ada 12 berarti “L”. Kemudian di kertas kami menuliskan nama-nama yang berawalan L dengan perjanjian kategori dalam 5 kolom.

Nama buah, Nama orang, Nama binatang, Nama Jalan, Nama Kota  Jumlah
Lemon            Lina                   Lipan                      Limau            Lima                 50

Satu kategori nilainya 10, sehingga kalau benar semua mendapat jumlah 50. Kalau ada dua orang yang menulis sama berarti harus berbagi, dan nilainya menjadi 5. Jadi kami sedapat mungkin mencari kata-kata yang aneh dan sedikit kemungkinannya  ditulis orang lain. Ini melatih perbendaharaan kata/pengetahuan umum kami. Aku berharap masih ada anak-anak yang memainkan “Pancasila” ini….

Nah, kalau di Jepang, kami sering memainkan “Shiritori” yang arti harafiahnya “ambil pant*t”. Diawali dengan kata apa saja, lalu kami meneruskan dengan suku kata yang paling belakang. Misalnya sa-ka-na (ikan), diambil na -nya dan lanjutkan dengan kata berawalan na, misalnya na-be (panci) —-> be-ro (lidah) —> rou-so-ku (lilin) dan seterusnya. Tapi tidak boleh dilanjutkan dengan kata yang berakhir dengan “n” karena tentu saja tidak ada kata berawalan n. Mati deh….

Permainan ini juga merangsang otak menemukan kata-kata baru dalam waktu cepat. Sudah sejak Riku berumur 4 tahun kami membiasakan bermain shiritori ini di mana saja. Kadang sebelum tidur, kadang di mobil dalam kemacetan, atau sambil nunggu giliran di dokter dll.

Tapi pikir punya pikir, orang Indonesia kan juga sering menyanyikan lagu “sedang apa….sekarang” dan dicari kelanjutan kata yang disebutkan sebelumnya…. sedang makan…makan apa? makan nasi…. nasi apa? dst dst. Masih pada menyanyikan lagu ini ngga sih? apa sudah terlalu jadul? hihihi

Permainan yang tanpa menggunakan alat, murah meriah dan memakai otak seperti Pancasila dan Buntut Bersambung (Shiritori) ini semestinya dilestarikan dan dimainkan. Bagaimana menurut teman-teman? Ada lagi permainan tanpa alat dan mendidik seperti ini?

Dampak Kurang Anak

18 Feb

Jepang mempunyai masalah sosial yang cukup berat, yaitu kurangnya jumlah anak yang dilahirkan. Dalam bahasa Jepang masalah ini dikenal dengan sebutan shoshika 少子化, ka adalah perubahan, shoshi = sedikit anak. Memang jumlah anak yang dilahirkan sedikit, sehingga bagan demografi akan menjadi kerucut terbalik. Selain masalah sedikitnya anak, juga masalah banyaknya orang tua yang semakin panjang usia. Masyarakat manula ini disebut dengan koureika 高齢化, perubahan ke arah masyarakat lansia. Sedikit bayi, banyak kakek/nenek.

Koureika tidak bisa dihentikan, karena tidak bisa membunuh orang kan? Justru ini menunjukkan kesejahteraan suatu bangsa, bahwa banyak lansia bisa bertahan hidup dalam keadaan sehat pula. Yang seharusnya bisa dihentikan adalah shoshika. Maka dari itu kabinet di Jepang sekarang ada Menteri masalah shoshika ini. Berbagai hal dipikirkan supaya masyarakat Jepang mau mempunyai anak. Meskipun memang untuk mempunyai anak di Jepang (baca: kota besar) amat banyak kendalanya, sehingga banyak pasangan yang sepakat untuk tidak mempunyai anak.

Kebetulan kemarin, aku membaca sebuah ulasan editorial yang menceritakan salah satu akibat dari shoshika yang cukup akut. Ilustrasinya begini: Seorang anak membawa sepedanya ke tukang sepeda. Si anak diam saja, lalu si penjaga toko bertanya: ada apa? Si anak hanya menjawab: “kuuki 空気 (udara). Rupanya dia mau mengisi udara untuk ban sepedanya. Oi oi, si petugas ini mengatakan …”ambil saja tuh di mana-mana ada udara kok”.

Yang menjadi masalah di sini adalah, si anak tidak bisa menjelaskan keinginannya dalam bentuk kalimat. Seharusnya dia mengatakan : “Kuuki wo iretaindesuga (Saya mau mengisi angin untuk ban saya)” , tapi di otak anak itu hanya ada kata kuuki (udara). Dan katanya kecenderungan anak-anak sekarang seperti itu. Merasa cukup dengan mengatakan satu kata, dan maksudnya akan bisa dimengerti oleh sekelilingnya.

Kecenderungan ini terjadi karena jumlah anak yang sedikit, sehingga temannya dari sejak TK sampai lulus SD ya itu-itu saja dan sedikit. Ditambah lagi mereka merupakan anak tunggal. Selain itu komunikasi di rumah juga sedikit, karena si ibu juga harus bekerja untuk menunjang perekonomian rumah tangga. Si anak bilang: “Nasi”, langsung diberi nasi, tanpa diperbaiki pemakaian bahasanya.

Satu lagi tambahan yang mungkin bisa menjadi “biang kerok” fenomena ini adalah game. Masing-masing anak konsentrasi pada mainannya, dan jarang bercakap-cakap dengan temannya. Kalaupun bertanding memakai game, pasti kata-kata “makian” yang keluar.

Untung saja kedua anakku tidak mempunya kecenderungan semacam itu. Akhir-akhir ini memang Riku sering berkata, “unnn ” jika mengiyakan sesuatu. Biasanya aku langsung marah dan bilang, “itu bahasa apa? unnn siapa? Mama bukan pembantu loh!”…

Kalau Kai, justru sekarang sudah mulai cerewet. Selain IYADA dan bercerita tentang taman dan kuda-kudaan di taman, dia mulai mengulang banyak kata-kata yang baru dia dengar.  Waktu di dalam mobil, aku pertama kali mendengar dia berkata : “Mama unten?” (Mama sedang menyetir?).

Memang menurut buku panduan ibu dan anak, anak seumur Kai sudah mulai memakai gabungan dua kata. “Koen itta” (Pergi Taman), “Uma notta” (Naik Kuda)… belum bisa memakai partikel ke, di, dari.

Tapi tadi malam aku merasa senang. Waktu aku membacakan dongeng “Hanasaka Jiisan” (Kakek yang memekarkan bunga), diceritakan bahwa ada anjing kecil yang hanyut di sungai dan dipungut oleh nenek. Anak anjing itu dipelihara nenek. Dan waktu Kai melihat si anjing sudah besar, dia berkata: “Ookiku natta” (Menjadi besar) yang menurut tata bahasa sebetulnya sudah cukup sulit. Untuk umur dia biasanya cukup dengan “ookii inu” Anjing besar.

Well, Kai, kamu juga sudah menjadi besar loh… Kai mo ookiku Natta yo. Mama sudah tidak kuat lagi gendong kamu yang 14 kg lama-lama. Karena tadi naik bus dalam salju ya terpaksa mama gendong sebentar, dan hasilnya sekarang kaki kiri mama sakit lagi deh…

Kai dan salju, mau berangkat ke penitipan naik bus

Si riku juga sudah menjadi besar. Seminggu lagi dia ulang tahun ke 7. Bajunya sekarang untuk ukuran anak setinggi 140-150 cm (padahal dianya sendiri baru 120-an), karena badannya bongsor. Beratnya 33 kg saja! Duh, jangan harap deh mama bisa gendong kamu lagi. Wong pangku kamu aja udah sulit euy. Meskipun kadang aku masih mau manjakan dan cium-cium dia, dan dia masih mau…. Sebentar lagi pasti bilang, “Apaan sih mama cium cium… malu kan!” hihihi….