Loh kok? Sejak kapan Imelda lebaranan? Bukannya natalan? Well, memang sih, tapi tidak salah kan kalau aku mau merayakan lebaran juga, apalagi lebaran ala Indonesia? Tahun-tahun yang lewat setiap lebaran aku memang suka masak opor ayam sebagai menu kami. Tapi tidak pernah lengkap dengan sambal goreng ati, sayur buncis, apalagi ketupat. Aku belum bisa buat ketupat tuh, karena di sini tentu tidak ada daunnya. Masa bikin ketupat dari pita? hihihi.
Nah kebetulan 3 hari sebelum lebaran, aku menyalakan YM dan membaca status seorang sahabat (tau dong sapa yang suka mellow-mellow gitu hihihi). Tulisannya, “Miss my home”…. duh kasihan sekali. Karena sesungguhnya aku pun sedang homesick, sejak kematian Oma Poel, ingin sekali rasanya terbang ke Jakarta. Waktu aku pulang, papa sedang retreat dan mama tidak ikut antar ke bandara. (Meskipun malam sebelum aku berangkat ngga biasanya aku tidur di sebelah mama bersama Kai….dan hampir menangis terus, ingin memeluk mama. Lalu mama bilang, “Hush…bobo, kamu harus berangkat pagi-pagi!”). Apalagi Tina juga mudik ke Jakarta pas lebaran, menikmati cuti musim panasnya. Ingin rasanya minta dia memasukkan aku ke kopernya (mana muat mel hihihi).
Jadi, aku mengajak temanku itu untuk datang ke Tokyo, makan-makan di rumahku, kalau dia mau. Aku janji masakkan opor ayam, dan akhirnya lengkap dengan sambal goreng ati, sayur buncis, dan sayur labu siam. Dan dia minta tolong untuk buat kue tart temannya yang berulang tahun. OK…aku juga sudah lama tidak buat black forrest. Jadi deh aku pesan ayam dan daging halal seperti biasa ke Bumbu-ya supaya sampai paket itu di rumah kamis pagi, dan bisa langsung mulai masak. Cuma aku salah pesan nangka kaleng sebagai bahan es teler. Aku tulis pesananku via email: nangka muda padahal seharusnya nangka buah. Jadi terpaksa deh es telernya tanpa nangka muda. Makanya namanya Es Teler ala Nerima.
Tadinya kupikir mereka akan datang pukul 12 atau 1 an deh, untuk makan siang. Karena mereka akan sembahyang Ied di Balai Indonesia, Meguro. Tapi aku lupa bahwa lebaran jatuh persis hari Jumat, jadi yang laki-laki sembahyang Jumat dulu baru ke rumahku. Dan dengan acara nyasar-nyasar (aku tahu sih apa yang menyebabkan si Eka bisa disoriented gitu, tapi maklumin aja deh hehehe). Mereka sampai di Nerima kira-kira pukul 3 siang deh.
Sudah lama aku tidak mengadakan “makan-makan” lebih dari 2 orang. Jadi dengan kehadiran 6 orang ini, aku merasa kembali ke jaman aku muda (sekarang pun masa muda sih…cihuuuy). Yang paling muda mungkin berusia 24 tahun ya, yaitu yang berulangtahun 3 hari sebelumnya, Kiki. Wanita cantik muda ini ternyata dokter bo….. duh…. bener deh aku merasa tuweeek banget. Pengen rasanya kembali jadi mahasiswa. Eits tapi si Kiki udah ada yang punya, udah gitu suaminya dokter juga! Dokter Jordan ini sedang belajar di Chiba University. Sedangkan teman Ekawati Sudjono (Tsukuba University) yang lain adalah Dewi (juga dokter….. aduh aku musti catet nih nomor-nomor mereka, begitu ada yang sakit bisa minta petunjuk dokter) yang sedang belajar di Juntendo, sebuah universitas yang mempunya RS cukup terkenal di Tokyo. Kemudian Kak David (salah denger) Khadaffi yang sedang belajar di Tsukuba University juga. Dan yang terakhir tapi yang terpenting (karena calon presiden nih saingannya Khadaffi) belajar di Universitas Saitama adalah Ari. (Semoga aku tidak salah menuliskan nama dan universitasnya ya Eka… maklum waktu itu kan ngga dicatet).
Bercakap-cakap mengalahkan suara televisinya Kai dan Riku (kayaknya banyakan aku yang ngomong ya…maaf yah hihihi) membuat aku merasa menjadi mahasiswa, atau tepatnya sempai (senior) aja deh. Memang seperti yang dulu aku pernah tulis di TE juga (lupa judulnya), kita itu harus bergaul dengan yang muda-muda supaya merasa (semangat) muda. Dan itu yang aku rasakan hari Jumat lalu, selain berasa di Indonesia karena ngobrol dengan bahasa Indonesia dan makan masakan Indonesia.
Setelah salat (tulisan yang benar menurut KBBI adalah salat loh bukan sholat 😉 ) Ashar, kami menyanyikan “Happy Birthday” untuk Kiki, dan memotong kue Black Forrest yang aku buat (khusus tanpa rhum hihihi) dan es teler ala Nerima. Isinya cuma kelapa muda (kaleng) , kolang-kaling (kaleng) , alpokat dan agar-agar sebagai gantinya nangka buah yang aku salah pesan. Lalu pakai susu segar dingin. Biasanya es-es/kudapan Indonesia lebih enak pakai santan, tapi waktu aku coba ganti dengan susu segar, rasanya lebih ringan dan tidak magtig (blenek/enek) .
Akhirnya setelah salat Magrib, mereka pulang kembali ke rumah masing-masing (mustinya…kecuali kalau mampir dulu hihihi). Berakhirlah lebaranan ala d’miyashita (dilanjut Gen sendirian makan malam opor dkk sih) untuk tahun 1431 Hijriah ini. Dan kami mengucapkan “Selamat Idul Fitri – Mohon maaf lahir batin” kepada semua teman-teman, keluarga, saudara, serta pembaca Twilight Express. Kapan giliran Anda ke sini? 😉