Tangan Sayuri-chan Dingin

17 Apr

Dunia sudah berubah, menjadi aneh bin ajaib. Aku tidak mau menyinggung soal kejadian-kejadian “aneh” di Indonesia, karena aku tidak tinggal di sana, tapi aku mau mendongeng tentang keanehan di Jepang saja.

Biasanya setelah Higan atau equinox day (tanggal 23 Maret) atau setelah bunga Sakura mekar, tidak ada lagi hari-hari yang membuat badan menggigil. Memang satu dua kali pernah mendengar dan melihat foto Sakura dalam salju, tapi aku tidak menyangka akan mengalami “kedinginan” back to winter saat ini.

Sakura dalam salju, Hakone 16 april. Foto : mainichi shimbun

Sudah dua hari ini suhu udara di Tokyo di bawah 10 derajat, hari ini cuma 7 derajat max. Baru kali ini aku pergi ke kampus bulan April, mengawali kuliah semester ganjil dengan memakai coat!  Biasanya kuliah awal cukup dengan jaket saja, dan otomatis memakai warna-warna cerah sesuai dengan musim semi. Tapi kali ini, aku terpaksa memakai baju yang biasa dipakai di musim dingin berwarna coklat. Untung saja ada satu perkataan muridku tadi yang cukup menghangatkan hariku. Dia pernah ikut kuliah Bahasa Indonesia dasar kelasku 3 tahun lalu, dan sekarang mengambil kelas menengah. Katanya, “Sensei, saya masih sekali-sekali melihat blog sensei loh. Saya suka sekali kalau sensei upload video kehidupan sensei. Dulu kan sensei sering pasang tuh, sekarang tidak pernah lagi…” Hmmm ya, aku memang jarang membuat video tentang Kai. Dulu sering membuat dan upload video clip Riku di youtube dan embed ke blog. Ternyata ada juga yang kangen dengan video klip kehidupan keluargaku hihihi.

Foto jadul, aku mengajar di Senshu University. Riku belum lahir tuh...

Dingin-dingin begini membawa dampak yang kurang bagus juga bagi “perekonomian” rumah tangga kebanyakan orang Jepang. Dompetnya jadi dingin gara-gara ngga ada uangnya deh. Apa pasal?

Seharusnya musim semi begini, kami bisa menikmati sayur-sayur segar yang beragam, terutama cabbage (kyabetsu– kol). Aku sendiri jarang membeli kol, tapi kebanyakan orang Jepang suka makan kol sebagai pelengkap salad sayuran mentah. Nah, akibat musim dingin yang berkepanjangan, produksi sayuran berkurang, dan tidak bisa memenuhi pasar. Akibatnya harga sayur naik. Bayangkan tiga hari yang lalu aku masih bisa membeli satu kol seharga 150 yen, sekarang harganya 250 yen! Harga-harga sayur naik 40%. Bener-bener mikir kalau mau membeli sayur deh. Atau terpaksa aku pergi ke toko grosiran yang menjual sayur lebih murah, bukan di supermarket biasa dan agak jauh dari rumahku. Karena jika di supermarket rumahku satu ketimun seharga 60 yen, di toko grosir itu cuma 40 yen. (wah kok posting belanjaan jadinya ya hihihi… gara-gara si dingin sih).

Nah yang aku mau tulis juga di sini sekalian mumpung bertema dingin, yaitu soal tangan dingin. Kalau mendengar kata “bertangan dingin” tentu ada dua konotasi yang berbeda, yaitu bertangan dingin yang berarti “tanpa perasaan”. Seperti pembunuh bertangan dingin. Orang-orang yang bisa tega membunuh orang seperti binatang. Eh salah… itu berdarah dingin.  Kalau tangan dingin, tangannya bisa membuat hasil yang bagus untuk apa yang dipegang, terutama pertanian. Sepertinya si Ata-chan tuh “tangan dingin”. (thanks to Mangkum untuk penjelasannya)

Tapi dulu aku juga bertangan dingin, yang memang bukan arti kiasan. Tanpa ada sangkut paut dengan musim dingin, tanganku dulu memang biasanya dingin. Ciri-ciri orang yang jarang berolahraga, aliran darahnya tidak teratur, atau menderita penyakit kurang darah. Biasanya memang wanita tangan dan kakinya sering “dingin” dan dalam bahasa Jepang disebut  hieshou 冷え性. Selain olahraga ada juga beberapa minuman “jamu” tradisional yang bisa membantu memperlancar aliran darah.

Namun, ternyata tangan dingin menjadi syarat untuk menjadi pembuat sushi yang ulung. Kemarin pagi di berita TV, ditampilkan seorang pembuat sushi, itamae 板前 yang sudah bekerja sebagai pembuat sushi selama 30 tahun. Waktu datang ke restonya pagi-pagi, dengan kamera khusus bersensor panas tubuh, terlihat tangannya merah, dengan suhu 34 derajat. Kemudian dia mulai menyiapkan dapurnya, dan diperlihatkan tangannya berangsur menjadi biru…. selama dia membuat sushi itu tangannya bersuhu 20 derajat! Waktu makan siang, sedikit kembali menjadi hangat (menjadi sedikit merah), tapi setelah itu biru lagi. Benar-benar mengherankan. Kalau dikatakan, pasti dia merendam tangannya dalam es… mungkin juga sih, tapi kan tidak mungkin terus menerus, karena dia harus bekerja menyiapkan nasi dan ikan mentah, memotongnya dsb sampai ke mengepalkan nasi dengan ikan menjadi sushi. Pasti bergerak terus kan? Tapi selama itu tangannya bersuhu 20 derajat.

Waktu ditanya sih katanya memang setelah bekerja sekian tahun menjadi pembuat sushi, otomatis badannya menyesuaikan dengan pekerjaannya. Tangan dingin ini amat menunjang “kesegaran” sushi yang dibuatnya. Sushi dengan topping ikan mentah akan berkurang kesegarannya jika tangan yang mengepalkannya panas. Bahkan menjadi cepat busuk. Jadi ternyata tangan dingin itu memang perlu dan menguntungkan.

Nah, kalau dilihat dari judul posting kali ini, tangan dan dingin sudah aku bahas. Sayuri-chan (sayuri adalah nama anak perempuan umum di Jepang)  nya mana? Sebetulnya bukan sayuri-chan, tapi sayur. Tapi dalam mengajarkan bahasa Indonesia, untuk mempermudah orang Jepang menghafal, biasanya saya memperkenalkan kalimat yang menunjukkan kemiripan seperti : “Sayuri-chan wa yasai ga suki (terjemahannya Sayuri chan suka sayur)” Sayur = yasai. Ingat saja sayuri chan kalau mau mengatakan sayur dalam bahasa Indonesia.

Jadi deh judul posting hari ini: “Tangan Sayuri-chan Dingin”… meskipun perlu diketahui bahwa pembuat sushi tidak ada yang perempuan! heheheh (ada jenis pekerjaan tertentu di Jepang yang tidak bisa menerima perempuan…. seperti tidak ada pastor perempuan di agama Roma-katolik)

Dan ketika kubuka jendela pagi ini, salju menutupi atap rumah. Salju di bulan April? setelah 41 tahun, baru kali ini terjadi winter berkepanjangan begini. Foto dari teras apartemen kami

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

Freezing

10 Jan

Yap… hari ini rasanya diriku bisa menjadi daging beku. Dingin banget euy. Tanggal 9 Januari kemarin tercatat salju pertama di Tokyo. Memang tidak menumpuk, begitu jatuh menjadi air. Dan setelah menjadi terang berubah menjadi hujan. Tapi yang pasti dinginnya menusuk tulang. Sebetulnya dingin yang menusuk itu sudah dimulai kemarin (hari Kamis) nya, karena pagi hari waktu aku buka pintu rumah, Gunung Fuji terlihat menjulang di kejauhan. Bisa melihat gunung Fuji dengan jelas, berarti hari akan menjadi dingin sekali.

Begitu buka pintu apartemen yang terlihat gunung Fuji seperti ini.... Today will be cold
Begitu buka pintu apartemen yang terlihat gunung Fuji seperti ini. Indah tapi pasti dingin. Seandainya itu tiang listrik dan kabel-kabel tidak ada .....(Canon PowerShot G9)

Dan hari Jumat ini adalah hari yang merepotkan untukku. Karena harus mengantar Riku ke TK, lalu mengantar Kai ke penitipan Himawari, baru pergi ke universitas Senshu. Memang waktu aku keluar rumah dalam keadaan hujan tapi mungkin saja akan berubah menjadi salju lagi, sehingga lebih baik tidak naik sepeda. Aku mendorong Kai dalam baby carnya dan Riku berjalan di sebelahku. Tentu saja dia sambil merengut dan berkata,”Mama…dingin” — meskipun sudah pakai coat memang bagian kaki pasti dingin. Apalagi kalau sepatu basah kena tempias air hujan. Makanya aku selalu kagum pada pelajar SD, SMP dan SMA, yang tidak pakai stocking dan selalu biasa saja seragam bawahnya seperti waktu musim panas (bagian atas pasti pakai sweater dan coat) …. brrr….

duh anakku yang satu ini tambah nakal deh. Coba liat dia masuk dalam kopernya Riku, dan nangis waktu ngga bisa keluar dari situ. hihihi
duh anakku yang satu ini tambah nakal deh. Coba liat dia masuk dalam kopernya Riku, dan nangis waktu ngga bisa keluar dari situ. hihihi

Masalahnya aku tidak bisa titip baby carnya Kai di penitipan. Dan sudah pasti aku tidak bisa bawa-bawa terus sampai ke univ. Baby carnya Kai jenis stroller yang bisa dilipat, sehingga kalau ada locker yang besar untuk koper mustinya bisa masuk. Tapi di stasiun kecil seperti di dekat rumahku ini tidak ada locker besar. Tapi karena aku dengar ada informasi bisa menitipkan baby car di sebuah parkiran sepeda seharga 200 yen, jadi aku ubek-ubek sekeliling stasiun deh cari tempat tersebut. Tanya sana sini, akhirnya ketemu. Hmmm bagus juga untuk pelajaran nanti kalau terpaksa harus menitipkan baby-car atau barang yang besar. Sekaligus aku titipkan mantel coat dan payung Riku di situ (tidak boleh bawa mantel/payung ke dalam TK –karena tidak ada tempat untuk menaruhnya di locker— jadi bayangkan deh bawaan aku hari itu, ransel ku sendiri, plastik isi coat, baby car dan KAI  —yang paling berharga dan paling berat 14 kg hehehe)

Setelah semua dititipkan aku bisa berlenggang-kangkung ke universitas. Hari aku hanya pergi mengumpulkan tugas akhir dan menilainya, kemudian menyerahkan ke Bag. Akademik. Jadi hari ini hari terakhir kerja untuk hari Jumat …yippieee (agak sedih juga sih… jadi penganggur di hari Jumat hehheh)

Kai dan Riku bermain bersama. Kebayang ngga sih tuh dua gembil masuk dalam satu kotak plastik itu?
Kai dan Riku bermain bersama. Kebayang ngga sih tuh dua gembil masuk dalam satu kotak plastik itu?

Tadinya aku pesan di penitipan Kai sampai jam 3:30 ternyata tidak keburu dan harus diperpanjang sampai jam 6. Gara-gara aku belanja dulu di Kichijoji, bawa pulang belanjaan lalu ambil jacket Riku yang lain di rumah (di situ aku sadar aku bodoh menitipkan coatnya Riku di penitipan sepeda tadi). Dan hujan bertambah deras hiks…. Untung Riku berusaha sabar menahan dingin karena aku janjikan beli happy set di Mac Donalds (sekarang hadiahnya Naruto goods…. who can resist the temptation?). Ambil baby car di penitipan sepeda tadi, beli Mac D lalu jemput Kai lalu pulang ke rumah naik Taxi. Sampai di rumah 6:30 rasanya badan mau copot. Capek euy… tapi untung tidak usah masak untuk anak-anak karena mereka bisa makan Mac D. Pasang semua heater di kamar makan dan kamar tidur, berendam air panas bersama anak-anak dan bobo…… Hmmm harus bersyukur pada Tuhan karena masih bisa makan dan tidur di dalam kehangatan padahal banyak orang di luar sana yang kedinginan. Kami ni kansha 神に感謝。

Untung Riku skr sudah bisa mengajak adiknya bermain dan sayang padanya... Sudah bisa berubah sifat dari Anak Tunggal menjadi Anak Sulung. Kata dia, Di dunia ini yang aku sayangi adalah Mama, Papa dan Kai
Untung Riku skr sudah bisa mengajak adiknya bermain dan sayang padanya... Sudah bisa berubah sifat dari "Anak Tunggal" menjadi "Anak Sulung". Kata dia, "Di dunia ini yang aku sayangi adalah Mama, Papa dan Kai"