Kalau pertandingan tarik tambang, kurasa semua sudah banyak yang tahu, dan sering dimainkan untuk perlombaan di sekolah-sekolah atau pertemuan atau perayaan agustusan baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Jumlah peserta? Tak terhingga, sepanjang tambangnya bisa menampung hehehe. Tarik tambang di Indonesia dan Jepang ya tentu sama saja. Tapi asyiknya di sini, tambangnya besar dan berat yang digulungnya aja pakai reel. Waaah pengen deh kirim satu unit ginian ke sekolah Indonesia.
Nah, pada hari pertandingan olah raga di SD nya Riku yang diadakan hari Minggu, 26 September aku menemukan satu pertandingan yang cukup seru dan mungkin bisa diaplikasikan ke sekolah-sekolah di Indonesia. Bahannya murah dan ada dimana-mana, tinggal dicat saja menjadi setengah merah dan setengah putih. Yaitu tarik galah atau tongkat atau bambu.
Seperti yang sudah aku tulis di postingan “Merah Putih dan Kebersamaan” yang merupakan laporan sport meeting tahun lalu, satu angkatan dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok merah dan putih. Nah, kali ini kelas 4 saja yang mengadakan pertandingan tarik galah ini. Empat A-B-C yang tiga kelas itu dibagi menjadi kelompok merah dan putih, dan berkumpul di dua sisi, kanan dan kiri. Galah berwarna merah dan putih diletakkan di tengah lapangan.
Begitu peluit berbunyi, anak-anak berlomba mengambil galah dan membawanya ke kubunya. Jika sudah berhasil meletakkan galah itu, mereka boleh kembali dan mengambil galah yang lain untuk dibawa ke kubunya. Tentu saja semakin banyak lawan semakin sulit. Kecepatan dan kekuatan menjadi kunci dari permainan ini. Yang menariknya galahnya ada 11 batang! Selesai perlombaan dihitung kelompok mana yang terbanyak mengumpulkan galah.
Semua pertandingan oleh berbagai kelas dan jenis olahraga diikuti oleh kelompok merah dan putih. Nanti semua nilai kelompok merah dari kelas 1 s/d 6 dijumlah, lalu disandingkan dengan jumlah semua nilai kelompok putih dari kelas 1 s/d 6. Tahun lalu yang menang kelompok merah (Riku tahun lalu dan tahun ini kelompok merah), tapi tahun ini yang menang kelompok putih. Jadi juaranya bukan kelas 6 A saja misalnya, tapi secara keseluruhan.
Dalam satu kelas, misalnya Riku di Kelas 2 B muridnya terbagi menjadi dua kelompok merah dan putih. Tadi pagi aku tanyakan pada Riku, bagaimana sensei membagi kelompoknya? Apakah berdasarkan kemampuan lari, jika ada 2 anak yang tercepat, maka ke dua anak itu dipisahkan sehingga masing-masing kelompok balance (begitu yang aku dengar cara pembagiannya). Tapi ternyata menurut Riku hanya berdasarkan tinggi badan. Mereka memang terbiasa berbaris menurut tinggi badan. Setelah berbaris maka jika yang terdepan masuk kelompok merah, maka yang kedua di belakangnya masuk kelompok putih. Merah-putih-merah-putih terus sampai murid ke 33 (jumlah murid satu kelasnya Riku. Entah apakah cara pembagian ini wewenang guru atau kesepakatan bersama.
Waktu kutanya Gen, sejak kapan murid-murid dibagi menjadi dua kelompok merah dan putih, jawabnya ya mungkin dari dulu. Tapi dulu dibagi per kelas. Jadi misalnya kelas 6 A-B-C-D, maka A dan B masuk kelompok Putih dan C dan D masuk kelompok Merah.
Setiap kelas mengikuti pertandingan yang beragam, disesuaikan dengan kemampuan rata-rata anaknya. Misalnya untuk kelas 1 dan 2 mengikuti pertandingan lari 50 meter, sementara yang kelas 6 lari 100 meter. Riku mengikuti lomba lari dan sampai di garis finish yang ke empat dari 6 peserta. Hmmm musti diet nih si Riku.
Selain acara lomba begitu, biasanya tiap kelas membuat sebuah komposisi olahraga pertunjukkan. Tahun ini kelas 2 membawakan pertunjukan berjudul “Furi Furi Flag”. Kostumnya seragam sailor (kerah khusus seperti pelaut yang kami, orang tuanya diminta untuk membantu membuatkan). Yang menarik, mereka (guru-guru) selalu memilih lahu populer yang memang bersemangat. Lagunya Ultra Music Power dari Hey!Say! Jump. (Yang mau tahu lagunya silakan lihat di sini)
Melihat gerakan mereka memang membuatku teringat pada ketrampilan semaphore di Pramuka dulu. Ihhh, dulu aku hafal loh semua, kok sekarang lupa ya hehehe.
Acara pertandingan olah raga di SD nya Riku ini dibagi 2 bagian. Bagian pagi, dan siang. Jadi kami diberi kesempatan untuk makan siang (bento/bekal) selama 1 jam. Tapi karena aku capek sekali, gen, aku dan kai pulang ke rumah untuk makan siang bentonya di rumah saja. Dan di situ aku merasa tua banget, karena punggungku sakit akibat menyandang ransel berat berisi bekal untuk kami bertiga. Jadi aku tinggal di rumah bersama Kai, dan tidur. Gen saja yang kembali ke sekolah Riku untuk menonton bagian ke dua, dan juga membantu panitia selama 30 menit menjaga jalan di sekitar SD.
Jadi aku sendiri tidak lihat bagian siang dan memang bagian ini lebih bersifat umum, bukan perkelas. Seperti menggulirkan bola raksasa per kelompok. Kelompok yang paling cepat membawa bola raksasa itu yang juara. Biasanya pertandingan memakai bola raksasa ini yang menjadi penentu kemenangan kelompok putih atau kelompok merah. Tapi tahun ini sejak awal sudah kelihatan bahwa kelompok merah akan kalah. Kelompok Putih jauh lebih kuat, sehingga bendera kemenangan tahun ini dipindahtangankan dari kelompok Merah sebagai juara tahun lalu ke kelompok Putih.
Well, yang aku dengar dari Riku sih, murid-murid bersemangat mempersiapkan pertandingan dan tidak ada ejek-mengejek karena kalah atau menang, tapi yang penting kebersamaan dalam melakukan suatu acara. Semangat bersatu itu dilatih setiap tahun dengan acara pertandingan OR, sport meeting atau Undokai ini.Aku selalu merinding setiap melihat seruan-seruan kelompok yang membakar semangat anak-anak untuk “do their best”.
Jadi selama 10 tahun ke depan, aku dan Gen pasti akan datang dan ikut serta (paling sedikit menonton) kegiatan anak-anak kami selama mereka SD. Undokai memang merupakan kegiatan anak SD di seluruh Jepang yang tidak bisa dilewatkan, yang merupakan salah satu kegiatan menyambut Hari Olah Raga tanggal 11 Oktober 2010 (tanggalnya berubah setiap tahun, tapi ditentukan hari Senin minggu kedua bulan Oktober).
Untuk Kai, karena dia adalah anggota pre-school (penitipan) maka akan diadakan undokainya hari Sabtu tgl 2 Oktober. Dan ini juga lucu sekali, karena tentu saja anak-anak di penitipan masih terlalu kecil untuk berolahraga. Moga-moga hari Sabtu itu Kai sehat dan udara cerah sehingga kami sekeluarga bisa ikut meramaikan acara undokai hoikuen (penitipan) Kai. Dan sebagai penutup aku sertakan video clip waktu Riku masih di hoikuen (6 Oktober 2006) dan menarikan “goyang pinggul”.(Kalau Riku tahu malu ngga ya dia? hahaha)