Madame Tussauds Tokyo

30 Apr

Seperti yang sudah kutulis di posting tentang Legoland, aku membeli karcis masuk kolaborasi dengan Madame Tussauds Tokyo, yang letaknya persis sebelahan dengan Legoland, yaitu di lantai 3 mall DECK, Odaiba. Memang sih karcis itu berlaku sampai 30 hari, jadi tidak perlu pergi hari itu juga. Tapi kami pikir ngapain tunda-tunda lain hari, mumpung sudah di situ. TAPI belum tentu anak-anak suka ke museum Madame Tussauds ini. Jadi setelah makan siang, kamu ajak anak-anak ‘mampir’ ke Madame Tussauds dengan janji ‘cuma 15 menit’ dan setelah 15 menit kita akan ke Legoland lagi –nyambung main.

Matsuko Deluxe

Waktu kami masuk, sepi sekali tempat ini. Sebelum naik lift kami disambut dengan patung lilin MATSUKO Deluxe マツコデラックス, artis Jepang yang aslinya laki-laki (bisa baca di Hari Terjepit untuk Transgender). Ternyata ngga gede-gede amat badannya, soalnya kalau di TV bayanganku tinggi besar seperti pesumo 😀

Kami naik ke lantai 6 dengan lift dan begitu lift membuka disambut oleh Bruce Willis. Ho ho… sayang kesempatan kita berfoto singkat waktunya dan ruangannya sempit untuk bisa memotret satu badan (kecuali si pemotret di luar lift. Jadi yang kena foto dengan BW ini cuma Kai karena dia yang terdekat berdirinya.

Kai dan Bruce Willis

Setelah kami keluar lift nah, kami disambut oleh Johnny Depp deh. Memang di atur seperti ada red carpet dan begitu kami melangkah ke sana ada suara-suara dan lampu blitz. Di situ juga dipasang kamera yang otomatis mengambil foto kami bersama Johnny Depp dan dijual di pintu keluar. Untuk dua lembar (padahal pose dan komposisi berbeda) kami ‘cukup’ membayar 1800 yen. Padahal kami juga bisa mengambil dengan kamera kami sendiri, bahkan staff yang ada juga sudah mengambilkan foto kami. Tetap saja takut jika hasilnya buruk atau tidak jelas. Tapi untunglah semua pemotretan di tempat-tempat wisata seperti begini (baik lego, Madame Tussauds dan Disneyland) tidak pernah memaksa. Silakan beli kalau mau, kalau tidak juga tidak dikejar-kejar 😀

Red Carpet with Johnny Depp

Setelah selesai berfoto dengan Johnny Depp, kami memasuki ruang bulat yang berdirilah Lady Diana, Pangeran William dan Kate, lalu di situ juga ada kursi keratuan Inggris. Kami dipersilahkan memakai mantel bulu dan mahkota yang disediakan, lalu boleh duduk di kursi itu. Katanya, “Nikmatilah kursi ini seakan-akan Anda Ratu”. Memang oleh staff di bawah, kami diberitahukan bahwa kami boleh memegang patung-patung lilin itu asalkan tidak mendorongnya. Jadilah kami (terutama aku dan Sanchan) tidak mau melewatkan kesempatan untuk berfoto. Kebetulan juga masih sepi, sehingga kami bebas bergaya.

Mantan PM Koizumi dan Presiden Obama

Di ruangan yang sama juga ada Dalai Lama, mantan PM Jepang Koizumi dan presiden Obama. Wah rasanya aku ingin meniru gaya Mas Nug yang angkat kaki di mejanya. Sayang aku pakai rok sehingga tidak pantas untuk angkat kaki :D.

Setelah itu kami memasuki wilayah Sport. Patung lilin yang ditampilkan di sini adalah Darvish, pegolf Ishikawa Ryo, figure skating Asada Mao, pebalap Ayrton Senna, pemain bola Miura Kazuyoshi, Lionel Messi dan David Beckham. Eh ada pesumo juga tapi aku lupa namanya 😀

tokoh-tokoh olahraga

Sesudah dari wilayah Sport, masuklah kami ke ruangan selebriti. Dimulai dengan Maryln Monroe dengan gaun merah. Ternyata dia kecil sekali saudara-saudara. Bukannya kecil langsing, tapi juga tidak tinggi untuk ukuran negara sono.

Lalu yang kurasa juga kecil tuh Madonna dan di tempat Madonna diletakkan wig dan korset yang boleh dicoba jika mau. ho ho tentu saja kami coba, tapi maaf foto untuk konsumsi pribadi hahaha. Waktu kami mencoba wig itulah tiba-tiba anak-anak membawa bermacam wig, termasuk Kai dengan wig Elvis dan topinya Michael Jackson. Ah, anak-anak ini ternyata enjoy juga di sini, sehingga yang tadinya CUMA 15 menit, menjadi 1 jam lebih 😀 Mereka juga mengeksplore tokoh-tokoh dunia yang ada.

Kai dan Riku bergaya

Selain foto-foto dengan wig, kami juga tidak bisa memperlihatkan foto kami dengan aktor George Clooney yang menjadi idola para wanita. Takut nanti kami dilempari telur busuk oleh mereka karena kami berani-beraninya merangkul dan menc*um pipinya 😀 Eh TAPI si George Clooney itu TINGGI BESAR deh, lihat saja sofanya… aku duduk di situ saja kakinya melayang dan terlihat kecil kan 😀

George Clooney yang tinggi besar. Lihat kakiku nggantung 😀

Ada Leonardo diCaprio yang tinggi besar…(Kupikir dia kecil loh hehehe ternyata gede bo…), lalu ada si pretty woman Julia Roberts, ada Richard Gere, ada spiderman, ada juga anggota AKB yang sorry aku tidak hafal namanya 😀 Tapi di situ yang kurasa paling bagus fotoku adalah waktu minta bonceng si Kang Tom Cruise naik sepeda motornya 😀 Aku dan Sanchan bilang, “Coba ada kipas angin yang bisa membuat rambut tergerai seakan2 benar-benar naik motor” hahaha. Maunya sih gitu ….

Kang Tom ganti profesi jadi ojek

Di arena selebriti aku suka melihat foto Riku dengan Jackie Chan, atau anak-anak menaiki sepedanya ET yang sama sekali tidak mereka kenal. Wong ET itu ada waktu aku kecil…. hehehe.

ET dan Jacky Chan

Dan sebagai foto penutup di ruang selebriti kami berfoto dengan Lady Gaga deh.  

Setelah dari ruang selebriti, kami memasuki ruang tokoh yang menampilkan cara pembuatan patung lilin, juga sempat berfoto dengan alm Steve Jobs dan Einstein … moga-moga ketularan pintarnya 😀

bersama orang-orang pintar

Sayang lama-lama pengunjung bertambah banyak, sehingga kegilaan kami tidak bisa tersalurkan lagi. Cuma kami yang bergaya aneh-aneh di situ. Orang Jepang terlalu jaim sih… eh tapiiiii aku bisa ikut aneh-aneh karena ada temannya si Sanchan. Mungkin kalau bukan dengan Sanchan aku juga jaim deh 😀 Makasih ya Sanchan 😉

Museum Madame Tussauds Tokyo ini baru saja dibuka tanggal 15 Maret, sehingga masih baru dan masih kosong. Mungkin masih belum banyak yang tahu soal museum ini. Tapi ada juga penilaian orang Jepang yang mengatakan, “Ah di museum itu cukup 15 menit saja kok. Terlalu mahal (1900 yen) untuk waktu yang singkat…” Hmmm pasti dia cuma lihat-lihat saja tanpa foto-foto deh… atau… dia tidak suka infotainment 😀

Breakfast with Audrey Hepburn

Harga karcisnya 1900 yen jika membeli di loket pada hari itu, tapi kalau beli online hanya 1450 yen. Keterangannya bisa dibaca di website resminya. Saya sarankan kalau mau datang ke Madame Tussauds, datanglah pada hari biasa siang hari, dan kamu bisa narsis dengan patung lilin artis/aktor idolamu dengan santai.

NB: Pengumuman hasil GA TE BD5 ada di sini.

Kebun Rekreasi Keluarga

6 Mar

Bermain di musim dingin, tentu tidak hanya bermain salju seperti membuat Manusia Salju Snowman atau meluncur dengan sepatu/papan khusus seperti skate, ski dan snow board. Bagi sebagian orang sepertinya memang hanya inilah kegiatan yang bisa dilakukan di luar rumah , dan jika takut kedinginan pasti akan lebih memilih kegiatan di dalam ruangan/rumah. Jarang sih ada orang Indonesia yang mau melakukan kegiatan di luar rumah seakan mencari “dingin”, kalau bisa enakan kemulan….

Tanggal 11 Februari lalu (duuuh sudah lewat hampir sebulan!) adalah hari libur di Jepang, yaitu hari pendirian negara Jepang (bukan kemerdekaan loh). Jadi kami mengajak pastor Ardy untuk ikut bersama kami bermain bersama, dengan tujuan utamanya pergi ke air terjun beku/Tsurara  di Otaki, Chichibu di prefektur Saitama. Kami ingin memperlihatkan keindahan alam di sini kepada pastor, karena kami sendiri sudah pernah pergi. Dan untuk ke Chichibu ini paling praktis naik mobil, jadi musti cari waktu yang Gen libur sehingga bisa menyetir. Jadilah Senin pagi itu kami berangkat dari Kichijouji pukul 9 lewat dan menuju ke arah Chichibu.

Misotsuchi Tsurara yang alami, Chichibu, Saitama Prefektur

Kami sampai di daerah Chichibu pukul 11 dan memutar mau kemana dulu sebelum ke Air Terjun Beku/ Tsurara. Karena terus terang untuk melihat air terjun beku itu paling lama hanya 1 jam saja. Lagipula kami juga harus mencari makan siang. Terlintas di pikiran kami untuk memetik strawberry, karena pastor juga belum pernah. Dan di pintu tol kami diberikan pamflet dengan peta tempat rekreasi, pemetikan strawberry dan tempat istirahat seperti pemandian air panas. Tapi kebanyakan ladang strawberry yang ada memang hanya menyediakan strawberry yang bisa dipetik semaunya dengan hitungan 30 menit/ 1 jam. Tadinya kami pikir makan siangnya strawberry aja gitu hihihi (ketahuan pelit ya?)

Tapi waktu aku membaca ada Kebun Rekreasi Keluarga Komatsuzawa (Komatsuzawa Leisure Nouen), aku merasa tempat itu yang paling tepat. Karena di sana tidak hanya bisa memetik strawberry saja, tapi juga memetik jamur shiitake, memancing ikan Masu, membuat soba dan barbeque. Jadi langsunglah kami pergi ke sana.

Tapi begitu sampai di parkiran, kami disambut dengan petugas yang mengatakan, “Maaf, sudah tidak bisa memetik strawberry lagi karena sudah terlalu banyak orang.” Jadi meskipun buah strawberrynya masih ada, mereka membatasi pengunjung yang masuk untuk memetik, supaya tidak menurunkan mutu buah. Karena jika semua yang datang diberi kesempatan, maka yang datang terakhir pasti akan kebagian strawberry yang belum matang benar, dan tidak manis. Mereka tetap menjaga mutunya. Ini yang aku rasa hebat. ORANG JEPANG TAHU KAPAN HARUS BERHENTI DEMI MENJAGA KWALITAS. (Dulu malah sampai bunuh diri hehehe) Orang dari negara lain mungkin tidak peduli dengan “perasaan” pengunjung yang datang siang dan berkata, “Salah sendiri datang siang”. Tapi sebagai produsen, mereka tidak mau menurunkan “standar” mereka HANYA untuk keuntungan sesaat yang didapat dari pengunjung “kesiangan” (sebetulnya kebun memang dibuka sepanjang hari, tapi karena hari Minggu, pengunjung membludak).

memancing ikan Masu

Tapi kami katakan pada petugasnya bahwa kami mau memancing dan mungkin memetik jamur saja. Lalu kami diarahkan ke tempat parkir. Kami memasuki kebun yang luas sambil merasa kecewa tidak bisa memetik strawberry. Tapi waktu kami akan membeli karcis untuk memancing ikan Masu (namanya memang Masu, bukan mas yang dibaca secara Jepang :D) , kami membaca juga bahwa bisa mengikuti kelas membuat soba (mie Jepang) lalu memakan hasilnya. Paketnya bisa untuk 4 atau 5 orang. Daripada barbeque biasa, kami lalu sepakat untuk membuat soba saja.

menikmati ikan bakar

Jadilah kami memancing ikan Masu. Kami berlima memancing 5 ikan untuk dimakan, tapi karena aku dan Gen tahu Riku senang memancing, jadi memberikan kesempatan pada Riku untuk memancing bagian kami juga. Cukup lama baru bisa terpancing ikannya, belum lagi udara dingin saat itu, sekitar 1 derajat. Ikan yang dipancing, langsung dibersihkan di samping kolam oleh petugas, dan ditusuk dengan kayu. Kami lalu membawa ikan itu ke meja pembakaran. Sembari menunggu ikan kami jadi, aku sempat lari membeli strawberry yang dijual. Pikirku, sebagai “pelampiasan” tidak bisa memetik. Dan kami nikmati ikan bakar hasil pancingan sendiri di meja yang disediakan. Seekor ikan kecil itu tidak bisa memenuhi perut lapar dalam dingin, tapi membuat ikan itu terasa sangat mewah dan enak. Apalagi kami menikmati strawberry untuk dessert 😀

membuat soba

Kemudian kami menuju kelas pembuatan soba. Kami berlima mendapat sebuah meja panjang yang dilengkapi dengan sebuah baskom besar. Gurunya menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan dan memberikan contoh. Mulai dari mengaduk adonan, membuat adonan menjadi kalis, kemudian menggiling adonan menjadi tipis dan memotongnya. Setelah soba hasil buatan kami selesai, guru tersebut merebusnya untuk kami, dan kami nikmati bersama di tempat yang telah disediakan. Soba yang sederhana itu cukup bisa memenuhi perut kami.

menikmati soba buatan sendiri. Duuuh tebalnya 😀 seperti kwetiauw jadinya hehehe

Pukul 2:15 kami meninggalkan Kebun Rekreasi Keluarga ini untuk menuju Tsurara. Butuh waktu 1 jam untuk mencapai tempat ini dengan mobil. Dan… brrr, udara yang dingin terasa bertambah dingin melihat tetesan air yang membatu menjadi es itu. Tapi hati kami menjadi hangat juga melihat keindahan alam. Air Terjun beku ini hanya sampai akhir bulan Februari, karena jika udara menghangat es itu akan mencair. Tempat yang hanya menjadi tujuan wisata di waktu tertentu saja, selebihnya … tidak bagus! Ini juga yang harus dipertimbangkan jika mau berwisata ke Jepang. Mau melihat apa? Waktunya kapan? Kalau mau melihat sakura ya jangan datang bulan Oktober. Harus datang awal April. Kalau mau melihat Tsurara ya harus di bulan Januari-Februari. Dan biasanya setiap tempat mempunyai website yang bisa diakses untuk mengetahui apakah sudah bisa dilihat atau tidak, lalu berapa persen kondisinya. Waktu kami datang ke Tsurara ini kondisinya 80 persen, sehingga bukanlah waktu peak 100%, yang mestinya lebih bagus lagi. Tapi cukuplah.

Misotsuchi Tsurara di Chichibu, Saitama

Air Terjun Beku Tsurara ini ada 2 tempat yang besar, dan tempat pertama memang terlihat kalah besarnya dibanding air terjun sesudahnya. Tapi tempat pertama yang lebih kecil itu yang terjadi alamiah tanpa bantuan manusia, sedangkan yang kedua lebih besar, sudah ada campur tangan manusia (mungkin dengan cara membantu meneteskan air dari atas :D)

Oh ya waktu kami di situ, kami juga melihat seekor binatang berada di atas air terjun tersebut. Ternyata seekor KAMOSHIKA yang bahasa Inggrisnya Serow yang termausk dalam genus Capricornis. Benar deh seperti kambing gunung karena kami heran bagaimana dia bisa sampai di sana, dan kok tidak takut jatuh. (Sayang aku ternyata bukan capricorn sejati, karena aku takut ketinggian hihihi).

kamoshika atau serow. The serows are six species of medium-sized goat-like or antelope-like mammals of the genus Capricornis. All six species of serow were until recently also classified under Naemorhedus, which now only contains the gorals. (Wikipedia)

Sebetulnya tempat ini mulai pukul 5 sore akan diterangi lampu sehingga lebih bagus lagi, tapi selain karena suhu udara mulai turun, kami juga takut jika semakin malam, jalanan akan beku dan kami tidak bisa pulang karena ban mobil kami tidak berantai. Jadi perhatian juga bagi yang akan ke sini, jika dengan mobil sendiri harus siap jika jalanan membeku. Yaitu dengan memasang rantai, atau meninggalkan mobil di tempat yang aman kemudian naik kendaraan umum/jalan kaki. Posisi tempat ini memang berada di bayangan gunung sehingga sinar matahari tidak mampu menembus dinginnya daerah ini. Tapi tentu saja dengan begitu bisa terjadi fenomena alam seperti Air Terjun Beku Tsurara ini.

saiboku ham restaurant dengan lukisan dindingnya

Jam 4 sore kami meninggalkan tempat ini, untuk makan daging! dan menghangatkan badan tentunya. Kami pergi ke Saiboku Farm, dekat tempat kerjanya Gen di Saitama, dan menikmati makan malam yang cukup “berat”. Tadinya kupikir kami akan sulit mendapatkan tempat karena aku tahu biasanya tempat ini penuh. Karena di sebelah peternakan ini ada tempat onsen, pemandian air panas yang cukup terkenal. Tapi aku baru tahu dari Gen bahwa onsen itu ditutup, karena ditemukan bakteri yang bisa menimbulkan penyakit. Dinas Kesehatan di Jepang memang ketat sekali sih. Begitu ada laporan penemuan sesuatu yang mencurigakan, pasti akan diperiksa dan ditutup jika memang terbukti. Aku harap pengelola bisa membuka lagi pemandian itu karena sepi sekali rasanya daerah itu meskipun aku jarang ke sana.

 

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Informasi detil:

Komatsuzawa Leisure Nouen 小松沢レジャー農園

〒368-0072 埼玉県秩父郡横瀬町大字横瀬1408 Tel 0494-24-0412・Fax 0494-24-4534

Misotsuchi no tsurara 三十槌の氷柱(みそつちのつらら)

秩父市大滝4066-2
TEL:0494-55-0707 (一般社団法人秩父観光協会大滝支部) atau websitenya di sini.

Saiboku Restaurant (Restoran dan Peternakan babi)

〒350-1221 埼玉県日高市下大谷沢546 TEL 042-985-4272

 

 

 

 

Pulang Kampung

23 Jan

Mudik atau pulang kampung. Di mana ya kampungmu?

Aku kadang heran karena sebetulnya kalau mau dikatakan aku “pulang kampung” ke Jakarta, kata-kata ini tidaklah tepat. Kurasa Jakarta bukanlah kampung, dan kita tidak mungkin juga mengubah menjadi “pulang kota” kan? Mau pakai kata mudik juga tidak tepat juga…. tapi karena tidak ada kata yang cocok untuk menggambarkan pulang ke tempat asalnya, maka kupakai saja pulang kampung.

Untuk bahasa Jepang ada istilah 里帰り Satogaeri (Sato = kampung, gaeri=kaeri = pulang), itu untuk orang Jepang. Tapi untuk orang asing biasanya dipakai 一時帰国 Ichiji kikoku (ichiji= sesaat, kikoku = pulang ke negaranya), dan ini adalah bahasa resmi yang dipakai orang Jepang kepada pelajar asing di sini.

Aku pulang kampung ke Jakarta mulai tanggal 22 Desember sampai tanggal 7 Januari yang lalu. Begitu sampai di Jakarta aku dijemput adikku yang membutuhkan 2 jam untuk sampai ke bandara, diakibatkan banjir di dekat Senayan City. Ya hari Sabtu itu banyak temanku yang terjebak banjir. Oleh karena itu sebelum pulang ke rumah, kami bersiap makan dan ke wc dulu, dan ternyata jalanan lancar jaya dan kami bisa sampai rumah kurang dari 1 jam. Padahal banyak temanku yang menyarankan lewat BB untuk nginap di bandara saja saking parahnya kemacetan hari itu. Makanya aku agak heran waktu jalan Sudirman ke arah blok M begitu lancar. Semesta mendukung nih.

Memulai “pulang kampung” tgl 28 Desember 2012 @Soeta

Setelah menghabiskan waktu memperingati Natal bersama keluarga di rumah Jakarta, tanggal 28 Desember aku benar-benar pulang kampung, atau tepatnya menemani papaku pulang kampung. Kalau aku kelahiran Jakarta, papaku kelahiran Makassar dan sebetulnya ingin pulkam bulan Oktober lalu. Aku tahu memang biasanya bulan Oktober papa pulang sekitar hari ulang tahun oma, untuk nyekar dan menghabiskan waktu dengan keluarga. Terakhir papa ke Makassar masih bersama alm. mama, dan setelah mama meninggal papa menjalani pengobatan untuk jantungnya yang hanya berfungsi 20%. Jadi sudah pasti tidak diperbolehkan bepergian sendiri ke luar kota. Nah, waktu aku merencanakan pulkam Natal/Tahun Baru yang cukup mendadak ini (mendadak dalam hal keuangan juga hehehe), aku menawarkan pada papa apakah mau pulkam ke Makassar berempat dengan kami. Papaku tentu dengan gembira menyambut ajakanku sampai berkata, “Aku bisa bayar tiket pesawat sendiri kok mel…..” Tapi itu kan hadiah Natalku dan Gen untuk papa 🙂

Sebelum naik pesawat. Kiri : aku dengan baby Riku, Agustus 2003 dan Kanan: Kai dan Riku, 9 tahun kemudian. Ya aku sudah 9 tahun tidak ke Makassar.

Kupikir kapan lagi aku bisa mengajak kedua anakku mengetahui asal muasal keluarga Coutrier di Makassar. Gen sudah dua kali ke Makasar th 2000 dan tahun 2003, sehingga kurasa tidak perlu menunggu Gen untuk mengajak anak-anak ke Makassar. Sejak opa dan omaku meninggal (th 2000 dan th 2004), meskipun masih banyak saudara di Makassar, agak sulit meluangkan waktu dan biaya untuk pergi ke sana. Dan sebetulnya dengan biaya yang sama aku bisa saja ke pulau Bali ikut adikku yang memang setiap tahun berlibur ke Bali. Bali bisa menunggu, tapi Makassar kurasa hanya bisa kudatangi sekarang ini.  Merencanakan perjalanan ke luar kota memang harus banyak perhitungan. Dan aku beruntung masih bisa mendapatkan tiket pesawat dan hotel dengan harga murah meskipun jadwalnya sudah sekitar akhir tahun yang biasanya padat pengunjung.

anak lanangku, dengan sukarela menjaga opa dan membantu membawakan ransel opa. I’m proud of you son!

Kami berangkat dari rumah pukul 4 pagi, untuk naik pesawat Garuda yang take off sekitar jam 6. Kami hanya membawa satu koper yang berisi pakaian ganti untuk kami berempat. Sedapat mungkin travel light, dengan hanya membawa satu bagasi untuk cabin. Riku yang biasanya membawa ransel, kali ini tidak membawa. Dan dia yang langsung menawarkan diri untuk menggendong ranselnya Opa. Memang aku sudah beritahu dia untuk memperhatikan opanya karena opanya tidak boleh capek, tapi tak kusangka dia punya keinginan sendiri untuk membawakan ransel opa. Tanggung jawab yang besar karena ranselnya berisi uang :D. Sebelum berangkat, waktu memesan dua kamar hotel, aku juga sudah katakan pada Riku bahwa dia satu kamar dengan Opa. Dengan khawatir dia berkata, “Kalau ada apa-apa dengan opa, aku musti gimana?” “Ya cukup telepon ke kamar mama dong… nanti mama usahakan supaya kamarnya sebelahan. Paling  juga kamu tidak dengar apa-apa, langsung mlempus tidur duluan 😀

Bandara Hasanuddin yang baru… begitu turun dari pesawat

Tapi begitu kami sampai di bandara Hasanuddin yang baru itu, kami tidak langsung ke hotel. Kami menuruni pesawat lewat belalai dan bisa melihat bangunan megah itu dari luar. Yang aku masih tidak bisa mengerti, mengapa di bandara Cengkareng (waktu berangkat) kami harus turun dan naik shuttle bus sampai ke dekat pesawat, lalu naik tangga. Memang sih anak-anak senang bisa melihat badan pesawat dari dekat, tapi amat sangat tidak menyenangkan bagi mereka yang sulit berjalan. Aku jadi teringat dulu opa dan oma  Makassar (sebutan kami untuk opa dan oma pihak papa) kalau mau ke Jakarta, pasti kami minta bantuan staff garuda untuk menyediakan kursi roda. Perjalanan domestik di Indonesia amat tidak menyenangkan bagi lansia dan mereka yang sulit berjalan. Tidak barrier free tentu saja, tapi jika ada belalai langsung dari gate ke pesawat paling sedikit mempermudah mereka yang sulit berjalan. Papa yang jantungan sebetulnya tidak boleh naik turun tangga, sehingga aku khawatir sekali waktu dia harus naik tangga masuk pesawat. Ah, ini suatu kenyataan yang harus aku hadapi bahwa lansia di Indonesia memang tidak didukung untuk bepergian, dan harus berpikir banyak kali sebelum mengajak lansia bepergian di dalam negeri. Jauuuuh sekali dengan pelayanan bagi lansia dan penyandang cacat di Jepang. So, lakukanlah perjalanan jauh sewaktu engkau masih sehat (dan muda)! (Dan aku bersyukur kampungku di Jakarta, at least masih bisa merasakan pelayanan untuk orang asing 😀 Pakai belalai dan eskalator!)

Phinisi di bandara Hasanuddin, 28 Des 2012

Karena masih pagi (jam 10 pagi euy…. kalau di Jepang itu sudah siang hahaha) , kami santai dulu pergi ke WC dan berfoto di depan perahu Phinisi di lobby kedatangan. Sambil papa menelepon orang yang akan menjemput kami. Kami beruntung sekali karena disediakan mobil selama berada di Makassar oleh teman lama papa, Om Benny. Padahal om Bennynya sendiri berada di Manado. Aku sudah kenal om Benny ini sejak masih anak-anak karena setiap kami pergi ke Makassar pasti kami dijamu oleh Om Benny. Dan aku masih ingat “tangan kanan”nya om Benny di Makassar, Om Ari yang selalu bertugas mengantar kami. Setelah mengambil koper kami keluar bandara. Karena papa mau minum obat, kami mencari teh tarik. Memang papa penikmat teh sejak dulu. Jaman aku pertama kali minum kopi di usia 12-an, papa sudah berganti haluan dengan minum teh. Dan akhir-akhir ini papa kerajingan dengan teh tarik. Ada sedikit insiden di suatu toko gerai donut terkenal DD, karena itu toko yang terdekat begitu kami keluar pintu kedatangan. Jadilah papa minta teh susu di situ, yang dijawab tidak ada, adanya teh biasa. Dan papa harus memilih salah satu tea-bag yang tersedia. Aku sendiri tidak tahu awal mulanya apa, tapi aku lihat di daftar menunya ada tea latte, jadi aku bilang, “Loh ada tea latte kan? Itu kan teh susu… Kalau itu ada, kenapa tidak sediakan itu saja?” Dan dijawab ada! Papa langsung marah dan bilang, “Saya tanya ada teh susu, kamu bilang tidak ada. Sekarang bilang ada. Kalian niat jualan ngga sih? Ayo kita pergi dari sini!” Hmmm mulai deh. Memang aku tahu pelayanan di Indonesia itu membutuhkan kesabaran, dan tidak cocok bagi orang-orang yang mobilitasnya (bisa dibaca: tempramen) tinggi 😀 (Makanya aku tidak kerasan tinggal di Indonesia :D). Teh susu kok bisa beda dengan Tea Latte? Jangan kasih nama asing deh kalau tidak tahu artinya 🙂 Akhirnya kami pindah ke toko lain, yang justru malah menyediakan teh tarik dengan tempat duduk yang lebih nyaman…. Welcome home papa!

Setelah minum yang hangat, kami bersiap untuk menuju tujuan pertama di kampung halaman Papa/Opa. Bantimurung!

Bantimurung

 

Nippon Maru

12 Nov

Gara-gara seorang teman facebook menuliskan tentang kegagahan kapal Nippon Maru, aku jadi teringat bahwa kami pernah masuk ke dalam kapal tersebut yang kebetulan sedang berlabuh  di Minato Mirai Yokohama sebagai bagian dari Museum Maritim. Tulisan ini disunting dari tulisan tahun 2006 di blogku yang lama.

Kunjungan kami waktu itu sebetulnya hanya karena Gen pernah bertemu dengan mantan kapten kapal tersebut. Dan setelah mencari informasi, diketahui bahwa kapal yang dijadikan kapal pelatih itu sedang berlabuh di Yokohama. Kami menginap di rumah mertua di Yokohama agar lebih cepat menuju Stasiun Minato Mirai. Sejak ada Minato Mirai line ini, memang akses ke MM21 ini menjadi lebih mudah….dan cepat. Dulu kami harus jalan jauh dari Sakuragicho.

Dan untuk melihat semua layar Nippon Maru terkembang sangatlah jarang. Kebetulan hari ini karena ada volunteer yang mau membuka/menutup layar, maka kami bisa melihat “pertunjukan” semua layar terkembang. Selain itu ada pertunjukan ansamble juga dari sekolah2 negeri di yokohama. Kami sampai di situ kira-kira 11:40 sehingga kami masih harus menunggu jika mau masuk ke dalam kapal. Katanya sih buka jam 12. Sementara itu kami melihat ada antrian anak-anak yang minta dibuatkan topi dari balon bertentuk macam2. Jadi aku dan Riku berbaris …mumpung gratis (bokis yah :D)

Setelah selesai mendapat topi balon itu, aku baru sadar bahwa itu sebetulnya semacam tanda masuk untuk kelas art wire yang akan di mulai jam 1. hihihi… Gen sih bilang gpp ntar toh kita ngga ada jam segitu. Akhirnya kami menunggu antrian untuk masuk ke kapal, setelah membeli karcis. Tapi lucunya si Riku tiba-tiba bilang mau ke wc sehingga kita lari2 cari wc. Anakku udah gede hihihi.

Begitu pintu masuk dibuka, kami langsung masuk ke kapal dan melihat bagian-bagian kapal. Pertama tentu saja di dek kemudi. kemudian mengikuti rute yang sudah ditentukan. Konon kapal ini adalah kapal terlama yang dipakai berlayar di dunia.

Dari ruang kemudi, ke buritan kapal, melihat berbagai macam alat dan tali tambang yang begitu besar…. Kata Gen ada kelas untuk membuat simpul. Jadi ingat dulu aku di pramuka jagonya buat simpul tali, sampai punya tanda kecakapan simpul. Syaratnya waktu itu bisa membuat tankard utk mengangkut orang sakit, dll. Selain itu simpul diperlukan dalam mendirikan tenda. Dulu di hitung juga berapa lama kami bisa mendirikan tenda, dan biasanya aku yang diserahkan tugas membuat simpul dan sebagainya, termasuk membuat pagar dari tambang. Kalo dipikir2 hebat juga yah aku….(uhuy).

Setelah foto jangkar dan tali temali, kita mulai masuk ke bagian dalam kapal. Yang mengagumkan memang adalah kuningan (brass) yang terdapat di bagian kapal, mengkilap semua. Katanya para kadet kerjanya memang memoles kuningan supaya mengkilap begitu, tentu saja selain mengepel kapal, sampai kayunya pika-pika (mengkilap)

Kami juga bisa masuk ke kamar para kadet, 1 kamar untuk 8 orang, dengan tempat tidur bertingkatnya. Dan bisa juga mencoba tiduran di bed bagian bawah. Riku langsung buka sepatu dan naik tiduran di situ. Cuma kalau melihat ukurannya  …mama Imelda pasti ngga bisa masuk situ… atau bisa masuk ntar ngga bisa keluar. How I hate to see that small space. Yang pasti aku ngga bisa jadi pelaut deh. I hate sea. Maklum kambing gunung sih 😀

selain kamar kadet kita juga bisa lihat kamar lainnya, seperti kamar mesin, dapur dan kamar operasi. Dalam pelayaran kalau terpaksa harus mengadakan operasi maka dilakukan di sini, dalam keadaan ombak yang bagaimana pun. Dipamerkan juga foto waktu operasi usus buntu. hiiii meja operasinya juga kecil gitu….. amit-amit deh. Gen juga memotret lorong yang sempit. duhhhh aku benci deh tempat yang sempit-sempit. Waktu naik turun tangga, karena ada Riku aku perhatian pada Riku. Kalau tidak ada Riku aku pasti takut sekali naik turun tangga. Sebelum ada Riku, Gen perhatikan aku kalau mau naik/turun tangga. sekarang? cuman perhatikan Riku aja hiks …. 🙁 😀

Setelah itu kami bisa melihat kamar Kapten. Sasuga kamar kapten, lux…lain dong sama kamar kadet. Ada ruang tamu, ruang tidur, dan kamar mandi lengkap dengan bath tub….

Di sebelah kamar kapten, ada kamar petinggi kapal lainnya, kemudian ruang sidang. Dalam ruang sidang ini ada stainglass yang menggambarkan kapal Nippon Maru dan bintang scorpion.

Akhirnya sampai pada bagian akhir journey di kapal ini. Ruang terakhir adalah ruang komunikasi. Setelah turun dari kapal ini, kami menonton pertunjukan ansamble musik dari SMP Hodogaya dengan lagu yang riang sekali. Karena sudah jam 1:00, perut lapar. dan biasanya kalau lapar kita pasti berantem deh. Aku ngga sabaran kalo laper sih. Sambil cari makanan kami buat badge dari kaleng dengan foto Riku mengenakan topi pelaut (tentu saja bayar)

Karena di sekitar museum maritim itu tidak ada restoran, dan kalau ke china town masih jauh, akhirnya kita masuk ke Landmark Tower, dan makan tonkatsu di restoran Wako. Riku makan banyak…tidak biasanya dia makan sebanyak itu…hebat. Kelaparan dan capek pasti. Pulangnya berfoto dulu sama beruang di depan Hard Rock Cafe Yokohama.

Keterangan dalam bahasa Inggris tentang kapal NipponMaru ini bisa dibaca di sini.

Koin Pertama

22 Feb

Untuk teman-teman yang berada di Indonesia, apakah masih memakai dan menyimpan koin? Pecahan koin yang paling besar di Indonesia adalah 1000 rupiah (kira-kira 10 yen) dan kurasa orang-orang sudah malas menyimpan dan membawa-bawa koin dalam dompetnya. Tapi kalau di Jepang koin terdiri atas pecahan 1 yen, 5 yen, 10 yen, 50 yen,100 yen dan 500 yen. Koin-koin ini tentu saja masih “berlaku” dalam arti dibawa-bawa dalam kantong koinnya atau sebagai kembalian waktu membeli sesuatu (bukan berupa permen), meskipun sekarang sudah mulai banyak pemakaian kartu dengan chip (prepaid).

Pernah lihat koin  kuno Indonesia? Ada di antara koin kuno itu yang berbentuk bulatan yang bolong bagian tengahnya kan? Nah di Jepang pun ada koin yang serupa bahkan sampai sekarang masih dipakai yaitu nominal 5 yen dan 50 yen. Dan jika mau ditelusuri sejarahnya ternyata koin yang pertama dipakai di Jepang dibuat pada tahun 708! Namanya Wado Kaichin atau Wado Kaihou. Sudah lama sekali ya?

Sebelum ke kuil, biasanya mencuci tangan dulu. Lihat airnya membeku!

Hari Minggu lalu, sebelum kami pergi ke Icicle di Chichibu itulah, kami mampir ke tempat bersejarah ini.  Sebuah bekas penambangan tembaga yang dijadikan sebagai koin Jepang pertama. Tempatnya kecil saja, dan letaknya tidak jauh dari jalan besar.

Omamori yang kami beli seharga 500 yen, koin kuno yang dibungkus dengan kertas keterangan

Kami menaiki tangga untuk melihat Jinja (kuil Shinto) yang dipakai untuk mendoakan supaya “uang (baca rejeki) bisa lancar masuk”. Boleh dikatakan tidak ada orang di situ, bahkan kalau kita mau membeli jimat/ kain berisi doa-doa yang disebut omamori, kita tinggal mengambil dari wadah yang ada, dan membayarnya di tempat yang tersedia. (Tidak ada yang berani mengambil uangnya)

Di sebelah kuil ada keterangan penambangan tembaga dan juga ema (kayu bertuliskan keinginan) yang digantung

Tidak jauh dari kuil itu kita bisa melihat bekas-bekas penambangan tembaga. Dengan menuruni kali dan melewati jalan setapak, kami  menemukan sebuah monumen berbentuk koin bolong itu. Di seberang kali ditandai tempat-tempat bekas penambangan tembaga. Memang sih bisa dikatakan tempat ini tidak ada apa-apanya. Hanya kuil, monumen dan … rerumputan. Tapi dari sinilah uang tembaga pertama yang dipakai sebagai alat perdagangan dimulai. Sejarah sebuah kebudayaan yang sudah maju untuk abad 8.

Ada sebuah monumen besar berbentuk koin di sebelah sungai kecil yang mengaliri daerah penambangan.

Kamu suka mengumpulkan koin seperti teman saya yang getol menabung sampai pakai ember/kaleng kerupuk sebagai celengan? Atau bahkan mungkin kolektor uang kuno? Ibuku dulu memang kolektor koin dari negara-negara yang pernah dia kunjungi, ditaruh dalam satu akuarium bulat (bayangin akuarium ikan mas deh) , tapi ngga tau deh sekarang kemana semua itu koin-koin. Aku sendiri tidak mengumpulkan koin tapi mengumpulkan perangko.

Jalan setapak menuju bekas penambangan. Aku berjalan terakhir sendiri dan sempat merasa takut juga dengan pemandangan begini di depan mata. Untung siang hari hehehe

 

 

Keindahan Alam Musim Dingin

20 Feb

Dalam musim dingin di negara empat musim, apa saja sih yang bisa dilihat jika kita mau menikmati keindahan alam? Sama seperti seorang fotografer yang ditantang untuk menampilkan keindahan musim dingin, biasanya yang terbit dalam pikiran adalah SALJU saja. Padahal tidak setiap kota yang mengalami 4 musim itu menikmati putihnya salju. Seperti Tokyo selama musim dingin ini baru 1 kali mengalami turun salju sampai menumpuk. Lain halnya dengan Niigata atau kota-kota di depan Laut Jepang sana, atau di Hokkaido putiiiiih semua, sehingga… mungkin tidak menarik lagi untuk difoto. Habis semuanya putih!

Padahal sebetulnya banyak yang bisa dijadikan obyek foto dalam musim dingin, Seperti Titik yang sering berfoto sebelum berangkat ke kampus dengan coat, sepatu boot, syalnya, dengan atribut begitu saja sudah terasa terlihat  dinginnya. Atau pohon tak berdaun di tengah ladang, biji cemara yang sering dipakai sebagai hiasan natal, perapian, sarung tangan, atau daun-daun berguguran di tanah. Semua melambangkan musim dingin.

Nah kemarin hari Minggu,  Gen sebetulnya mengajak kami untuk pergi ke Iwatsuki. Di sana ada pusat pembuatan bonek untuk hiasan pada hari anak perempuan (3 Maret). Logikanya karena anak kami dua-duanya laki-laki, tidak akan dipaksa beli hihihi. Kalau perginya bulan Mei, akan digoda untuk membeli kabuto (topi samurai). Jadi paling bagus perginya sekarang-sekarang ini.  Waktu melihat homepagenya, ternyata bisa mengikuti kelas pembuatan origami, dan Riku ingin ikut. Tapi untuk mengikuti kelas ini, kami harus mendaftar lewat telepon. Jadi kami menunggu dulu sampai pukul 10 pagi (waktu buka), sambil sarapan dan bersiap-siap. Pas aku selesai mandi, Gen berkata: “Aku sudah telepon.. dan tidak bisa. Katanya harus 1 minggu sebelumnya. Tapi itu perempuan yang menjawab teleponku mengjengkelkan sekali. Kasar sekali jawabnya… huh sebal.”
“Ya sudah, jangan ke situ. Ngapain pergi ke situ kalau dari pertama sudah tidak enak hatinya. Lucu, kok tempat wisata tapi tidak ramah!” Maklum deh, kami ini kan satu zodiak, jadi sudah saling mengenal perasaan satu sama lain.
“Pergi ke tempat lain saja pa!
Sambil aku ganti baju, aku bilang, “Eh kemarin itu Capricorn rangking satu loh ramalannya. Bagus! tapi kemarin ngga ada yang istimewa ya?”
“Eh di yahoo, hari ini loh Capricorn bagus, ranking 1. Katanya * Perhatikan kata-kata dan tindakanmu. Seluruh alam akan memihakmu*”
“Alam? Ya sudah kita pergi ke alam saja….”

Akhirnya Gen mengecek homepage sebuah tempat wisata yang selalu ingin kami kunjungi. Yaitu sebuah “bukit icicle – tetesan air beku – di daerah Chichibu”. Biasanya untuk pergi ke sini, kami harus naik kereta, dan banyak jalan. Tidak disarankan naik mobil sendiri karena jalanan biasanya membeku, harus kendaraan dengan ban khusus yang bisa ke sana. Mobil kami tidak berban khusus (tanpa rantai) . Jadi lebih baik pergi pagi-pagi sekali. Waktu saat itu sudah pukul 10:30. Tapi Gen menemukan pengumuman bahwa  jalanan tidak membeku, sehingga kami bisa pergi dengan mobil sendiri. Jarak dari rumah kami sekitar 100km, jadi kalau langsung berangkat kami bisa sampai sekitar pukul 1 siang. OK langsung pergi! let’s go.

Karena pakai acara mampir sana-sini dan makan siang, kami sampai di tempat ini pukul 3 sore. Tadinya kusangka akan dingin sekali. Tapi ternyata tidak begitu. Udaranya memang kering, tapi karena kami harus berjalan di atas batu-batuan cukup bisa memanaskan badan. Oh ya, untuk melihat  Misozuchi no Tsurara di Ootaki Chichibu ini tidka perlu membayar apa-apa. Tapi kalau mau parkir di tempat terdekat memang ditarik 500 yen setiap mobil, berapa lama pun bisa. Kalau mau gratis bisa parkir di tempat parkir umum yang terletak sekitar 20 menit berjalan kaki. Karena harus melewati jalan besar kami tidak mau beresiko mengajak anak-anak jalan (terutama Kai… dia suka lari sendiri sih). Jadi kami parkir persis di depan “air terjun” itu.

Untuk sampai ke tempat itu harus menuruni sungai berbatu, tapi tidak bersalju

Kami harus turun ke bawah sungai dan begitu sudah dekat, kami bisa melihat es yang membeku bagaikan tembok, bagaikan air terjun beku di situ. Membentuk icicle yang indah. Ada tiga tempat tapi yang terbesar itu ternyata sudah “ditambah” tangan manusia, tidak 100% alami. Biarpun demikian kami tetap bisa menikmati keindahan tembok es/icicle itu meskipun katanya hari itu hanya 90% keindahannya. Maksudnya 10% sudah mencair. Kemarin itu memang hangat sih.

Sembilan puluh persen saja sudah seindah ini, bagaimana kalau 100% dan bagaimana kalau diterangi lampu pada malam hari ya? Tapi kami tidak berani menunggu sampai gelap, karena kami harus pulang cepat dan tidak mau terjebak macet orang-orang yang pulang dari jalan-jalan. Setelah puas melihat dna bermain di situ kami meninggalkan tempat itu pukul 4 sore untuk beranjak pulang.

Memegang es beku, ya seperti pegang es di lemari es aja 😀 Tapi ini di alam

Dan dalam mobil, anak-anak bersahut-sahutan mengatakan “Terima kasih ya papa,…. hari ini amat sangat menyenangkan!”

Kami memang tidak memberitahukan akan pergi ke mana, hanya berkata: “Pergi ke tempat yang dingin!”. Dan ternyata itu merupakan kejutan yang menyenangkan untuk mereka. Dan kami juga berterimakasih pada wanita penjawab telepon yang ketus. Berkat dia, kami bisa melihat keindahan alam yang hanya ada selama bulan Januari sampai pertengahn Februari. Terima kasih ya buuuukkkk.

 

Bus Tour

16 Des

Pernah ikut bus tour? Mungkin di Indonesia, tidak pernah ada bus tour, kecuali dilakukan oleh rombongan yang sama. Misalnya sekolah anu membawa rombongan murid dengan bus ke suatu tujuan wisata. Tapi kalau di sini bus tour itu lumayan marak loh. Banyak perusahaan bus, atau pariwisata lokal yang mengelola bus tour untuk wisatawan. Ada yang reguler karena biasanya pasti ada penumpang yang naik, seperti Hato Bus, bus kuning yang mengelilingi tujuan wisata dalam kota Tokyo. Aku belum pernah coba naik Hato Bus ini, karena lumayan mahal, dan aku toh sudah pernah pergi ke hampir semua tujuan wisata dalam kota sendiri.

Ada yang tidak reguler, musiman, misalnya pas musim sakura berbunga sekitar bulan April dan musim gugur sekitar oktober-november. Biasanya bus itu berangkat dengan minimum penumpang 2- 5 orang, tergantung tujuannya juga. Tapi biasanya bur tur ini penuh, sehingga kita harus cepat-cepat mendaftar. Aku pernah ikut bus tur musiman, dulu jaman aku awal-awal datang ke Jepang, tentu saja waktu masih single. Seorang ibu Korea mengajakku pergi bersama naik bus dengan serombongan orang yang tidak kita kenal sama sekali. Dia yang mendaftarkan (dan membayar biayanya) dengan tujuan wisatanya adalah Yamagata, di utara Jepang. Aku lupa musim apa waktu itu, tapi sudah cukup dingin, meskipun belum banyak pohon yang berubah warna. Maklum jaman dulu belum ada kamera digital, dan kamera biasa harus perhitungan biaya cuci-cetaknya hehehe.

tahun 1993 tuh, jaman masih gondrong 😀

Bus tour yang aku ikuti itu menginap satu malam di sebuah hotel kuno yang cukup terkenal di Yamagata, yang mempunyai onsen (pemandian air panas belerang) di dalam hotel itu sendiri. Pemandian khusus wanitanya berupa kolam besar dengan ornamen kapal di bagian tengah.Bagus! Tapi sayang waktu itu jiwa jurnalisku juga belum tumbuh, sehingga tidak berani memotret pemandian itu. Kalau sekarang, pasti aku selundupkan kamera ke dalam baju ganti. Tentu cari waktu jika tidak ada orang yang masuk, kalau tidak bisa jadi hiburan dong karena semua harus berbugil ria di dalam pemandian air panas itu.

Ciri khas Bus Tour adalah tujuan wisata yang sudah pasti, dengan waktu khusus untuk mampir di Parking Area (untuk buang air, namanya toire kyuukei – istirahat toilet selama 15 menit) dan ini hampir disetting setiap 1 jam hehehe. Maklumlah biasanya yang ikut bus tour itu adalah wanita dan lansia/pensiunan, dan mereka-mereka ini kan perlu untuk sering mampir ke WC. waktu itu aku masih muda, jadi merasa heran dengan sistem ini, sekarang setelah semakin tua, semakin mengerti pentingnya mampir ke WC sering-sering hehehe. Selain waktu khusus untuk istirahat WC, ada waktu untuk turun di pusat perbelanjaan oleh-oleh daerah. Dan percayalah, orang Jepang itu suka belanja oleh-oleh. Mereka PASTI membeli sesuatu untuk oleh-oleh keluarga atau temannya, dan biasanya makanan khas daerah tersebut. Dengan kebiasaan seperti ini pariwisata daerah memang bisa berkembang.

Satu lagi kebiasaan Bus Tour yang menginap adalah menyediakan makan malam bersama yang disebut enkai. Karena di hotel/penginapan disediakan yukata (kimono dari katun), maka biasanya semua orang yang menginap di situ dan ikut bus tour akan memakai yukata yang sama pada waktu enkai, makan malam itu. Setiap orang menghadapi sebuah nampan besar berisi makanan untuknya, yang terdiri dari makanan pembuka, makanan utama, makanan hangat (dalam wajan/panci kecil panas khusus), buah/desert dan jus/teh. Semua sama dan sudah termasuk dalam biaya Bus Tour itu. Tapi biasanya orang Jepang suka minum alkohol, dan untuk itu mereka harus membayar sendiri, yang ditagih waktu mereka cek out hotel. Dari minuman keras ini hotel mendapat tambahan pemasukan.

bersama alm. Ratih, teman kosku waktu makan malam - enkai

Untuk Bus Tour yang dikelola mendetil, waktu makan akan dihibur dengan pertunjukan kesenian setempat, atau karaoke….. duh kalau karaoke ini menyebalkan, karena tidak semua orang yang mau menyanyi itu pintar menyanyi dan suaranya bagus bukan? 😀

Selain makan malam, makan pagi juga disediakan di ruangan besar/aula, tempat enkai yang dipakai pada malam sebelumnya. Biasanya sarapan pagi ini ala Jepang yaitu nasi dengan ikan bakar, natto, salad, misoshiru (sup miso) , kalau yang sederhana. Kalau lebih mewah tentu lauknya lebih banyak dan lebih mewah.

Makan siang di kebun apel

Waktu cek out di Jepang biasanya pukul 10-11 siang. Jadi setelah makan pagi, banyak orang yang masuk kembali ke pemandian air panas untuk terakhir kali, lalu bersiap untuk cek out. Dalam perjalanan pulang tergantung bagaimana rencananya, apakah akan mampir lagi ke tempat wisata atau hanya mampir “pemaksaan” membeli oleh-oleh.

Aku senang mengikuti Bus Tour. Selain bersama orang lain yang tidak kukenal itu, aku sering pergi  bersama rombongan teman-teman pendukung bapak kosku dulu (dia politikus). Dalam satu tahun biasanya mereka mempunyai 2 kali program Bus Tour, sehingga dalam 4 tahun aku tinggal di rumahnya, aku sudah 8 kali pergi bersama dalam Bus Tour mereka. Aku sendiri tidak pernah membayar, karena dianggap sebagai keluarga si Bapak Kos. Tapi Bapak dan Ibu Kos ku senang mengajak aku dan teman kos ku, karena katanya kami masih muda-muda sehingga bisa jadi “penghibur” kakek nenek yang ikut rombongan mereka hahaha. Karena itu juga, aku benar-benar pede dan terbiasa  masuk ke pemandian air panas onsen meskipun berbugil ria….soalnya badanku (waktu itu) masih lebih bagus dari nenek-nenek hahaha (kabuuuurrrr).

Makan malam yang termasuk sederhana

Sejak aku menikah dan punya anak, aku belum ikut Bus Tour lagi. Mungkin nanti kalau anak-anak sudah besar, aku mau ah jalan sendiri dan ikut Bus Tour ke mana-mana :D. Siapa tahu saat itu aku bisa menulis fiksi dengan latar belakang penginapan di daerah-daerah tersebut ya.  Soalnya di sini Bus Tour sering pula dijadikan tema dalam Drama Misteri/Detektif 😀

Jadi seandainya ingin pergi jalan-jalan di Jepang ada bagusnya juga mengikuti bus tour yang sudah pasti tujuannya. Kalau tidak salah Mas Nug waktu datang ke Tokyo juga ikut Bus Tour keliling Tokyo (semacam Hato Bus). Tapi kalau tidak bisa bahasa Jepang mungkin sulit untuk pergi sendiri ke luar Tokyo, karena mereka tidak menyediakan pemandu bus berbahasa Inggris.

Aku tiba-tiba ingin menulis soal Bus Tour ini, karena tanggal 15 Desember adalah hari peringatan Bus Tour :D. Seandainya saja…. transportasi dan sarana jalan di Indonesia bisa bagus, Bus Tour merupakan salah satu cara meningkatkan pariwisata kita loh.

 

Taxi

8 Des

Seorang temanku pak HG menulis begini : “Ada yg berfilosofi, kalau naik taksi jangan melototin argo, lihat pemandangan sekeliling, enjoy the ride…” Tentu saja tulisan ini menuai komentar yang bermacam-macam. Ya kalau ongkos yang dimiliki pas-pasan pasti khawatir, atau malah sang empunya tulisan menulis: “Kalau saya sih melihat pemandangan supaya tahu jangan dibawa keliling-keliling” bahkan ditambah “Dalam hidup jangan terlalu mudah cemas dan khawatir dengan masalah, nikmati saja…”. Ya benar juga sih hehehe.

Kadang kala memang kita harus memakai jasa transportasi Taxi yang tentu saja ongkosnya jauh lebih mahal dari transportasi umum massal. Nah kira-kira beberapa minggu yang lalu, aku pernah naik taxi dari stasiun Kichijoji sampai rumah. Jaraknya sekitar 7 km. Taxi di Jepang argo 2 km pertama sebesar 730 yen (Rp 73000 ), dan biasanya aku harus bayar sekitar 2000-2300 yen. Waktu itu aku tidak sempat mengambil uang tunai, tapi kalau dihitung-hitung ada deh uang sejumlah 2500-an. Jadi cukup.  Meskipun agak ngeri juga, karena aku paling tidak suka segalanya mepet-mepet. Meskipun supir taxiku bukan bernama Pak Hari (seperti tulisannya Nique ), aku sempat bercakap-cakap dengan dia.

Nah waktu itu aku tanya padanya: “Pak, taxi ini bisa bayar pakai credit card ya? Minimum berapa ya?”. Memang kebanyakan taxi di Jepang menerima pembayaran dengan credit card, tapi aku belum pernah melihat orang di dekatku yang membayar pakai credit card. Mumpung supirnya baik, aku tanya saja.
“Oh berapa saja kok, tidak ada batasnya. Cuma memang kalau lebih dari 30.000 yen harus verifikasi dulu. Biasa kan itu di toko-toko juga”
“Iya, soalnya saya sering lihat bahwa bisa bayar pakai credit card, tapi belum pernah coba. Lama ngga ya prosesnya?”
“Coba saja ….. cepat kok, langsung keluar kertas invoicenya dan langsung tanda-tangan”
“OK deh kalau begitu saya mau coba. Pengalaman pertama pakai credit card di taxi”

Jadi begitu deh, begitu taxi berhenti di depan apartemenku, dia langsung menggesek kartu kreditku lalu kertas invoice tercetak keluar dari alat khusus untuk aku tanda tangani. Dan selesai. Tidak sampai  2 menit! Lagi pula di Jepang kami tidak perlu memberikan tips untuk taxi. (Untuk semua service no tips) . Aku bayar 2080 yen waktu itu. Lumayan lah dengan begitu aku tidak perlu mengambil uang tunai cepat-cepat kan. Efisien sekali.

Taxi di Jepang memang cukup nyaman, meskipun jarang yang memakai mobil jenis baru/mewah. Jika suatu saat datang ke Jepang dan mau naik taxi, siapkan saja kertas berisi alamat yang dituju, dalam tulisan kanji. Kebanyakan taxi sekarang sudah dilengkapi dengan car navigation (gps) yang bisa memandu supir ke tempat tujuan. Bahkan kata pak supir ada taxi yang dilengkapi alat penerjemah yang bisa mengubah suara dari bahasa Inggris menjadi bahasa Jepang dan sebaliknya.

Kamu bisa memanggil taxi di mana saja jika sedang berjalan, tapi kalau di stasiun carilah tempat naik taxi Noriba 乗り場, tempat taxi antri menunggu penumpang. INGAT JANGAN BUKA PINTUNYA. Tunggu sampai supir membukan pintu kiri belakang untuk penumpang dengan tuas yang ada di dekat dasboard supir. BIARKAN SUPIR MEMBUKA DAN MENUTUP PINTU TAXI. Kecuali untuk pintu kiri depan (samping supir). JUMLAH PENUMPANG hanya boleh 4 orang. Tapi jika berlima, kadang ada supir yang mau menerima Apalagi jika berlima ada anak kecilnya, no problem. Masalahnya jika 5 orang dewasa. Jika supir tidak mau, maka mau tak mau harus memakai 2 mobil (dan berarti ongkos double ya).

foto dari googling

Setelah duduk dan menyerahkan/mengatakan alamat tujuan, pasang seat belt (terutama yang duduk di samping supir). Peraturan baru sekarang mewajibkan semua penumpang yang duduk belakang pun untuk memakai seat belt. Setelah itu…. nikmati perjalanan dengan taxi, melihat-lihat pemandangan yang ada 😀 Ada beberapa taxi modern yang menyediakan TV untuk penumpang yang duduk di belakang. Aku pernah melihat juga ada yang memutar video pendek dengan pilihan. Selain itu ada yang menyediakan charger HP. Belum ada sih yang menyediakan makanan dan minuman, kecuali pernah ada seorang supir taxi memberikan permen pada Riku dan Kai hehehe. Oh ya Taxi juga ada yang no smoking taxi loh. Jangan merokok jika sedang naik taxi no smoking.

Dan setelah sampai di tujuan, bayarlah biaya yang tertera di argo dan terima semua kembalian jika ada. Tidak perlu memberikan tip pada supir taxi. Tunggu sampai pintu dibukakan baru turun. Setelah turun tak perlu menutup pintu. Serahkan sang pintu pada kekuasaan supir.

Bagaimana? Siapkah naik taxi di Jepang? Kalau tidak ada uang tunai bisa pakai credit card kok hehehe. Soal mahal? Memang di Jepang apa saja muahal jeh. Aku ingat aku pernah dibayari muridku ongkos taxi sebesar 9.000 yen ( 900 rb rupiah) karena aku kehujanan dan basah kuyup yup yup. Dia melarang aku pulang naik kereta dan mengantarku naik taxi dari universitas Keio di Mita sampai rumah sekitar 28 km. Oh Ibu Kuchiki, aku selalu ingat kebaikanmu itu.

 

 

Trip to Fukushima

13 Nov

Kemarin malam tiba-tiba Gen berkata padaku, “Besok ke Museum Noguchi Hideyo yuuk di Aizu Wakamatsu (Fukushima). Sekalian melihat Tsurugajo Castle”. Saat itu pukul 9:30 malam, dan anak-anak sudah tidur sejak pukul 7:30. Kami berencana berangkat pukul 5 pagi. Siip deh, anak-anak bisalah bangun cepat karena sudah tidur cepat. Kami memang sering tiba-tiba saja memutuskan pergi berwisata ke luar Tokyo.

Jadi tadi pagi, jam 6 pagi (tidak bisa jam 5 pagi) kami berangkat dari Nerima. Sebelumnya sempat ragu pergi atau tidak, karena sejak semalam ada beberapa gempa kecil maximum skala 4 Richter yang terjadi justru di tempat yang kami ingin pergi, Aizu Wakamatsu. Belum lagi menurut prakiraan cuaca, akan turun hujan dan maksimum temperatur 16 derajat.

Tapi akhirnya kami tetap menuju Aizu Wakamatsu dengan tujuan pertama Tsurugajo Castle! Naik highway diselubungi kabut di mana-mana. Duh aku baru pertama kali melihat ada kabut di dalam kota, padahal sudah lewat jam 6. Dingin juga. Beberapa kali kami mampir di Parking Area/Service Area sepanjang highway untuk istirahat ke WC. Brrr dingin. Di papan penunjuk suhu yang ada di pinggir jalan kuketahui suhu waktu itu 12-13 derajat. Hampir 10 derajat lebih dingin dari Tokyo!

Kami sampai di Tsurugajo Castle sekitar pukul 11 siang. Kami parkir di halaman barat. Berjalan sambil menikmati halaman kastil yang dipenuhi pohon-pohon yang sudah berubah warna, kami menuju ke pintu gerbang kastil. Nah saat itu hujan mulai turun meskipun masih bisa ditahan tanpa payung. Pas waktu itu di halaman depan kastil ada pertunjukan samurai-samurai Tohoku. Tentu saja Riku dan Kai mau melihat dulu. Untung sudah hampir selesai, sehingga anak-anak tidak perlu terlalu lama berdiri di bawah hujan.

Pemandangan Tsurugajo Castle dari pintu depan

Tanda masuk ke kastil adalah 500 yen untuk orang dewasa dan 200 yen untuk anak-anak dari SD (Kai masih TK jadi tidak usah membayar). Kami menyerahkan tiket di pintu masuk kepada petugas yang berpakaian samurai. Di dalam kastil yang terdiri dari 5 lantai itu ada pameran dokumen dan foto-foto tentang sejarah daerah Aizu Wakamatsu. Kastil yang kami kunjungi ini sebetulnya merupakan  bangunan baru duplikat kastil lama yang dibangun tahun 1965 di atas peninggalan kastil lama. Untuk pameran kami tidak bisa memotret tapi untuk ruangan tertentu dan di puncak kastil kami bisa memotret pemandangan yang terlihat dari atas kastil. Ya pemandangan daerah Aizu Wakamatsu yang dikelilingi pegunungan.

Ruangan dalam kastil, dan anak-anak mencoba memegang samurai dan senapan

Setelah menaiki seluruh lantai kastil, kami turun dan seperti biasa mampir di toko souvenir untuk mencari oleh-oleh khas dari kastil tersebut. Seperti biasanya aku membeli gantungan kunci, lalu Riku membeli strap untuk ranselnya kembaran dengan teman-temannya, dan Gen biasanya membeli makanan kecil khas untuk oleh-oleh teman kantornya.

Pemandangan dari lantai teratas kastil Tsurugajo

Setelah melewatkan waktu satu setengah jam di Tsurugajo Castle ini, kami meninggalkan kompleks kastil dan pergi menuju Museum Byakkotai, kesatuan yang terdiri dari prajurit berusia 16-17 tahun yang berperan sebagai pahlawan bagi daerah Aizu Wakamatsu. Cerita mengenai perjalanan sesudah Tsurugajo Castle ini akan aku lanjutkan besok ya.