Untuk teman-teman yang berada di Indonesia, apakah masih memakai dan menyimpan koin? Pecahan koin yang paling besar di Indonesia adalah 1000 rupiah (kira-kira 10 yen) dan kurasa orang-orang sudah malas menyimpan dan membawa-bawa koin dalam dompetnya. Tapi kalau di Jepang koin terdiri atas pecahan 1 yen, 5 yen, 10 yen, 50 yen,100 yen dan 500 yen. Koin-koin ini tentu saja masih “berlaku” dalam arti dibawa-bawa dalam kantong koinnya atau sebagai kembalian waktu membeli sesuatu (bukan berupa permen), meskipun sekarang sudah mulai banyak pemakaian kartu dengan chip (prepaid).
Pernah lihat koin kuno Indonesia? Ada di antara koin kuno itu yang berbentuk bulatan yang bolong bagian tengahnya kan? Nah di Jepang pun ada koin yang serupa bahkan sampai sekarang masih dipakai yaitu nominal 5 yen dan 50 yen. Dan jika mau ditelusuri sejarahnya ternyata koin yang pertama dipakai di Jepang dibuat pada tahun 708! Namanya Wado Kaichin atau Wado Kaihou. Sudah lama sekali ya?
Hari Minggu lalu, sebelum kami pergi ke Icicle di Chichibu itulah, kami mampir ke tempat bersejarah ini. Sebuah bekas penambangan tembaga yang dijadikan sebagai koin Jepang pertama. Tempatnya kecil saja, dan letaknya tidak jauh dari jalan besar.
Kami menaiki tangga untuk melihat Jinja (kuil Shinto) yang dipakai untuk mendoakan supaya “uang (baca rejeki) bisa lancar masuk”. Boleh dikatakan tidak ada orang di situ, bahkan kalau kita mau membeli jimat/ kain berisi doa-doa yang disebut omamori, kita tinggal mengambil dari wadah yang ada, dan membayarnya di tempat yang tersedia. (Tidak ada yang berani mengambil uangnya)
Tidak jauh dari kuil itu kita bisa melihat bekas-bekas penambangan tembaga. Dengan menuruni kali dan melewati jalan setapak, kami menemukan sebuah monumen berbentuk koin bolong itu. Di seberang kali ditandai tempat-tempat bekas penambangan tembaga. Memang sih bisa dikatakan tempat ini tidak ada apa-apanya. Hanya kuil, monumen dan … rerumputan. Tapi dari sinilah uang tembaga pertama yang dipakai sebagai alat perdagangan dimulai. Sejarah sebuah kebudayaan yang sudah maju untuk abad 8.
Kamu suka mengumpulkan koin seperti teman saya yang getol menabung sampai pakai ember/kaleng kerupuk sebagai celengan? Atau bahkan mungkin kolektor uang kuno? Ibuku dulu memang kolektor koin dari negara-negara yang pernah dia kunjungi, ditaruh dalam satu akuarium bulat (bayangin akuarium ikan mas deh) , tapi ngga tau deh sekarang kemana semua itu koin-koin. Aku sendiri tidak mengumpulkan koin tapi mengumpulkan perangko.
wah asyik yak mbak ada tempatnya gt.. kalau di indonesia ada gak yak tempat kojn pertama seperti itu?
dan masalah koin aku masih dibawa kok kemana-mana mbak.. kalau inget ya ditabung dicelengan bentuk rumah2an yg ada gemboknya.. celengannya sendiri dikasih pas ulangtahun aku waktu SD entah dari siapa.. hahaha.. dan target aku seh mau ngumpulin sampe penuh.. *soalnya gak pernah penuh.. selalu aja dipake.ditengah jalan ~_~
Hehehe iya, aku juga ngumpulin koin yang 500 yen sih. Tapi ya itu pengalaman dicuri jadi males
EM
kalo lihat tempatnya emang bener2 serem yachh…ngga kebayang kalo malam kayak apa….jd pengen tahu, tempat itu banyak pengunjungnya apa ngga yachh?
aku dulu pernah ngumpulin koin untuk saweran anak2ku yg baru bisa jalan hehehe….
Ngga banyak! Malah waktu kita pergi ngga ada orang
(Tapi sebelum kita ada satu keluarga sih)
Mungkin krn dingin ya, kalo musim panas pastinya ada yang datang, meskipun mungkin tidak banyak
EM
di sini koinnya masih bisa beli souvenir, hehe, 2 dolar lumayan juga kalo dirupiahkan Mba. Klo di Indo biasa koinnya dibawa buat dikasi ke pengamen, tapi khusus pengamen yang nyanyinya bagus 🙂
Aku pernah baca tuh koin dikasih ke mas-mas yang bantu u-turn mobil, dibuang di depan mata kita.
EM
Iya, katanya desain koin di Jepang itu tidak berubah. Tidak diganti dari jaman dulu. Hebat banget.
Kalau saya sekarang koleksi koin Rp1.000,00, Bu. Menurut saya itu uang koin Rupiah paling bagus yang pernah kutemui. Bisa nempel di magnet pula. Entah terbuat dari apa, belum cari tahu.
Ya, koin tidak berubah dari dulu…. tapi koin kuno ini sudah tidak bisa dipakai. Yang aku tahu koin 10 yen tahun-tahun awal ada yang bergerigi, jadi kalau ketemu koin 10 yen bergerigi, tidak aku pakai, tapi disimpan. Katanya harganya bisa berkali lipat dari harga sebenarnya.
EM
Kalau koin Indonesia aku malah koleksi. Mau tak celengi sampe 1 ton, trus mau disebar di lautan, hahahaha. Sekarang masih 5 kilo wkwkwk.
Hm, itu koin yang bolong kok kayaknya di sini banyak ya…
Tak pikir koin cino itu mbak…
Memang awalnya dari cina, melihat uang china itulah, Jepang membuat uangnya sendiri
EM
what? 1 ton? nggo opo Na?
ada nazar? hihihi
gimana klo Una nampung semua receh yg ku kumpulin
daripada setor ke bank pake berantem? hehehe
menarik juga jepang itu ya… banyak hal yang aneh aneh setelah saya sering membaca blog ini..
seru juga…
Indonesia mengalami perubahan nilai mata uang yang cukup banyak dari mulai:
1. Sen, seperseratus rupiah (ada koin pecahan satu dan lima sen)
2. Peser, setengah sen
3. Pincang, satu setengah sen
4. Gobang atau benggol, dua setengah sen
5. Ketip/kelip/stuiver (Bld.), lima sen (ada koin pecahannya)
6. Picis, sepuluh sen (ada koin pecahannya)
7. Tali, seperempat rupiah (25 sen, ada koin pecahan 25 dan 50 sen) Tahun 1958 dan 1959
Tahun 1970 dikeluarkan kepingan nilai Rp.1,- dan Rp. 2,-
Tahun 1974 pernah diedarkan kepingan senilai Rp. 5.000
sumber: Javaans Bank (sekarang jadi Bank Indonesia)
jalan2 terossssssssssss
bikin sirik hiihhihi
iya mbak, aku mah ngumpulin koin kan buat biaya liburan 😀
taro di ember biar gak cepet penuh #lho? 😀
eh tapi punya juga ding koin numismatik,
gara2 dulu ada yg ngajakin ikut mlm goldquest
moga2 bisa jadi harta karun dah, sapa tau bisa diwariskan ya hahaha *ngimpi*
Salam kenal.. Aku cuma punya 500 and 100 yen.. Lumayan buat beli rokok marlboro cuma 440 yen and soft drink 120 yen.. artinya masih sisa.. hotaemase 😀
disini juga masih pake koin mbak. 1 penny, 5 cents, 10 cents, dan 25 cents.
dan kalo belanja di manapun, kalo ada kembalian ya pasti dibalikin lengkap sampe 1 penny. gak kayak di indo yang diganti permen. hahaha
koinnya kaya donat ya mbak, bolong tengahnya.
koin itu lebih awet ya mbak, ga kaya uang kertas yang gampang jd lusuh.
jadi kalo pecahan 1000 rupiah saya lebih suka yang koin.
mbak em aku dah ikutan ga nya ya..http://puteriamirillis.blogspot.com/2012/02/kesendirian-itu-solitaire.html#more
Saat ini baru tersadar, betapa saya bodoh sekali.
Jaman saya kecil, bapak saya punya koleksi koin kuno, mulai yg sen2an (dengan tahun penerbitan beda2), koin berlogo Diponegoro dan entah koin apa yg ukurannya besar dan terbuat dari tembaga.
Mbah saya juga punya koleksi yg jumlahnya lebih banyak lagi.
Knapa saya menyesal?
Karena koin tersebut saat ini tak bersisa.
Kala itu, koin2 itu kami pakai untuk main pasar2an sebagai uang2an bersama saudara & sepupu.
Jika teman saya pakai daun untuk uang2annya, tapi kami bersaudara pakai koin kuno yg waktu itu belum mudeng kalo dimasa mendatang koin kayak gitu akan punya nilai.
Akhirnya koin itu hilang satu2 hingga akhirnya habis
wah penggemar koin lama ya? saya sendiri tidak mempunyai koleksi koin lama. Duku pernah punyakeluarga yang disebut benggol, biasa buat kerokan hehe..
Keluarga Besar Aminuddin Salle dari Makassar, mengucapkan turut berduka cita dan bela sungkawa sebesar-besarnya atas meninggalnya Maria Elizabeth Mutter R.I.P 12 Mei 1938 -23 Februari 2012, ibunda Kak Imelda Coutrier. Tuhan selalu tahu yang terbaik.
ini beneran???
saya turut berduka Mbak 🙁
Benerlah bang 🙁
Wah… semoga suatu saat saya bisa ke sini… amieeen…
Itu tempat uang beli jimat kain berisi doa-doa kalo di Indonesia kayaknya bakalan ludes deh, Mbak. Hahahaha….
ada koin 500 yen? wah… setara 50ribu rupiah lebih tuh… klo di indonesia pasti banyak yang nyetak sendiri…
[kreatip yang salah arah]
aku suka koleksi koin mancanegara mbak.. 🙂
OOT, mbak Imelda, kami turut berduka cita, semoga mbak Imelda sekeluarga senantiasa diberi ketabahan.. 🙂
BI malah nyuruh koin jangan disimpan , sebaiknya dibelanjakan , karena pasti biaya cetak ulangnya lebih besar ya
Aku selalu bawa koin satu dua keping saja di dompetku. Sebagai cadangan saja kalau-kalau dibutuhkan. Tapi biasanya jarang dipakai.
Photo ranting2nya keren, bu..