Kemajuan teknologi

11 Feb

Saya tertawa getir waktu menerima sebuah email dari milis, yang berjudul “Too much depending on technologies”. Saya pikir akan menemukan foto tentang orang yang tidur di depan atau di atas komputer, well, semacam itu lah. Tapi tersentak juga dengan kenyataan ini.

Tentu saja tidak bisa kita berikan sedekah kepada pengemis dengan memakai kartu kredit. Tapi kita masih bisa memberikan tip atas suatu service dengan memakai credit card. Agak kaget juga waktu tahun 2002 saya ke Jerman, dan waktu membayar mobil sewaan berikut supir waktu pulang, tertera di kertas gesekan itu Jumlah harga yang harus saya bayar dan di bagian bawahnya ada tulisan  TIP + ………… (isi sendiri mau kasih berapa) lalu tinggal menambahkan jumlahnya. Wah bagus juga cara ini jadi tidak perlu cari uang kecil lagi untuk memberikan tip. Saya tidak tahu apa di negara lain ada cara seperti ini.

Dua hari yang lalu dalam berita di TV, saya menonton tentang sebuah pabrik kertas asli Jepang yang hampir bangkrut. Kertas jepang ini biasanya dipakai untuk pembuatan kertas saham. Omzetnya besar sekali… dulu. Tapi semenjak saham tidak memakai kertas lagi, tapi dengan saham elektroniksaja, maka pabrik pembuatan kertas itu terhenti. Dan mengancam PHK bagi karyawan-karyawannya. Pfffff … dengan alasan environment juga bisa (tentunya) menimbulkan masalah kehilangan pekerjaan. Meskipun akhirnya pabrik itu bisa pulih sedikit dengan menawarkan pemerintah daerah dalam pembuatan “gift card” bantuan pemda kepada warganya dalam usaha pemulihan ekonomi.

Masalah-masalah yang timbul akibat e-commerce ini pasti masih akan bertambah. Seperti yang saya tulis di posting yang mengundang komentar “Pak Pos itu bagaimana kerjanya ya menghadapi jaman IT begini”. e-mails, e-banks, e-goverment, e-learning, e-books…. semua e-e-e-… perubahan ini pasti mengundang permasalahan yang tidak mudah untuk diselesaikan. Dan menjadi PR bagi para innovator.

weks sudah jam segini, saya harus mencetak e-ticket saya, dan mengirim e-mails kepada bapak saya untuk memberitahukan itienary pesawat saya. Kemudian membeli SD card melalui e-shopping, dan mencetak foto-foto dari digital camera saya tanpa harus ke DPE. Dan menyetel alarm untuk online check in….*************

Salah Kaprah yang FATAL

7 Feb

Saya mau share sebuah postingan dari Multiply, yang saya rasa PENTING SEKALI untuk diketahui….

******************************************

Seorang teman saya yang bekerja pada sebuah perusahaan asing, di PHK akhir tahun lalu. Penyebabnya adalah kesalahan menerapkan dosis pengolahan limbah, yang telah berlangsung bertahun-tahun. Kesalahan ini terkuak ketika seorang pakar limbah dari suatu negara Eropa mengawasi secara langsung proses pengolahan limbah yang selama itu dianggap selalu gagal.

Pasalnya adalah, takaran timbang yang dipakai dalam buku petunjuknya menggunakan satuan pound dan ounce. Kesalahan fatal muncul karena yang bersangkutan mengartikan 1 pound = 0,5 kg. dan 1 ounce (ons) = 100 gram, sesuai pelajaran yang ia terima dari sekolah. Sebelum PHK dijatuhkan, teman saya diberi tenggang waktu 7 hari untuk membela diri dgn. cara menunjukkan acuan ilmiah yang menyatakan 1 ounce(ons) = 100 gram.

Usaha maksimum yang dilakukan hanya bisa menunjukkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia
yang mengartikan ons (bukan ditulis ounce) adalah satuan berat senilai 1/10 kilogram. Acuan lain termasuk tabel-tabel konversi yang berlaku sah atau dikenal secara internasional tidak bisa ditemukan.

SALAH KAPRAH YANG TURUN-TEMURUN.

Prihatin dan penasaran atas kasus diatas, saya mencoba menanyakan hal ini kepada lembaga yang paling berwenang atas sistem takar-timbang dan ukur di Indonesia, yaitu Direktorat Metrologi . Ternyata, pihak Direktorat Metrologi-pun telah lama melarang pemakaian satuan ons untuk ekivalen 100 gram.

Mereka justru mengharuskan pemakaian satuan yang termasuk dalam Sistem Internasional (metrik) yang diberlakukan resmi di Indonesia. Untuk ukuran berat, satuannya adalah gram dan kelipatannya. Satuan Ons bukanlah bagian dari sistem metrik ini dan untuk menghilangkan kebiasaan memakai satuan ons ini, Direktorat Metrologi sejak lama telah memusnahkan semua anak timbangan (bandul atau timbal) yang bertulisan “ons” dan “pound”.

Lepas dari adanya kebiasaan kita mengatakan 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram, ternyata tidak pernah ada acuan sistem takar-timbang legal atau pengakuan internasional atas satuan ons yang nilainya setara dengan 100 gram. Dan dalam sistem timbangan legal yang diakui dunia internasional, tidak pernah dikenal adanya satuan ONS khusus Indonesia.Jadi, hal ini adalah suatu kesalahan yang diwariskan turun-temurun.
Sampai kapan mau dipertahankan ?

BAGAIMANA KESALAHAN DIAJARKAN SECARA RESMI ?

Saya sendiri pernah menerima pengajaran salah ini ketika masih di bangku sekolah dasar. Namun, ketika saya memasuki dunia kerja nyata, kebiasaan salah yang nyata-nyata diajarkan itu harus dibuang jauh karena akan menyesatkan.

Beberapa sekolah telah saya datangi untuk melihat sejauh mana penyadaran akan penggunaan sistem takar-timbang yang benar dan sah dikemas dalam materi pelajaran secara benar, dan bagaimana para murid (anak-anak kita) menerapkan dalam hidup sehari-hari. Sungguh memprihatinkan. Semua sekolah mengajarkan bahwa 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram, dan anak-anak kita pun menggunakannya dalam kegiatan
sehari-hari. “Racun” ini sudah tertanam didalam otak anak kita sejak usia dini.

Dari para guru, saya mendapatkan penjelasan bahwa semua buku pegangan yang diwajibkan atau disarankan oleh Departemen Pendidikan Indonesia mengajarkan seperti itu. Karena itu, tidaklah mungkin bagi para guru untuk melakukan koreksi selama Dep. Pendidikan belum merubah atau memberikan petunjuk resmi.

TANGGUNG JAWAB SIAPA ?

Maka, bila terjadi kasus-kasus serupa diatas, Departemen Pendidikan Nasional kita jangan lepas tangan. Tunjukkanlah kepada masyarakat kita terutama kepada para guru yang mengajarkan kesalahan ini, salah satu alasannya agar tidak menjadi beban psikologis bagi mereka ;

“Acuan sistem timbang legal yang mana yang pernah diakui / diberlakukan
secara internasional , yang menyatakan bahwa : 1 ons adalah 100 gram, 1 pound adalah 500 gram.”?

Kalau Dep. Pendidikan tidak bisa menunjukkan acuannya, mengapa hal ini diajarkan secara resmi di sekolah sampai sekarang ?

Pernahkan Dep. Pendidikan menelusuri, dinegara mana saja selain Indonesia berlaku konversi 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram ?

Patut dipertanyakan pula, bagaimana tanggung jawab para penerbit buku pegangan sekolah yang melestarikan kesalahan ini ?

Kalau Departemen  Pendidikan Nasional mau mempertahankan satuan ons yang keliru ini, sementara pemerintah sendiri melalui Direktorat Metrologi melarang pemakaian satuan “ons” dalam transaksi legal, maka konsekwensinya ialah harus dibuat sistem baru timbangan Indonesia (versi Depdiknas).. Sistem baru inipun harus diakui lebih dulu oleh dunia internasional sebelum diajarkan kepada anak-anak. Perlukah adanya sistem timbangan Indonesia yang konversinya adalah 1 ons (Depdiknas) = 100 gram dan 1 pound (Depdiknas) = 500 gram. ? Bagaimana “Ons dan Pound (Depdiknas)” ini dimasukkan dalam sistem metrik yang sudah baku diseluruh dunia ? Siapa yang mau pakai ?.

HENTIKAN SEGERA KESALAHAN INI.

Contoh kasus diatas hanyalah satu diantara sekian banyak problema yang merupakan akibat atau korban kesalahan pendidikan. Saya yakin masih banyak kasus-kasus senada yang terjadi, tetapi tidak kita dengar. Salah satu contoh kecil ialah, banyak sekali ibu-ibu yang mempraktekkan resep kue dari buku luar negeri tidak berhasil tanpa diketahui dimana kesalahannya.

Karena ini kesalahan pendidikan, masalah ini sebenarnya merupakan masalah nasional pendidikan kita yang mau tidak mau harus segera dihentikan.

Departemen Pendidikan tidak perlu malu dan basa-basi diplomatis mengenai hal ini. Mari kita pikirkan dampaknya bagi masa depan anak-anak Indonesia. Berikan teladan kepada bangsa ini untuk tidak malu memperbaiki kesalahan.

Sekalipun hanya untuk pelajaran di sekolah, dalam hal Takar-Timbang- Ukur, Dep. Pendidikan tidak memiliki supremasi sedikitpun terhadap Direktorat Metrologi sebagai lembaga yang paling berwenang di Indonesia. Mari kita ikuti satu acuan saja, yaitu Direktorat Meteorologi.dan Geofisika.

Era Globalisasi tidak mungkin kita hindari, dan karena itu anak-anak kita harus dipersiapkan dengan benar. Benar dalam arti landasannya, prosesnya, materinya maupun arah pendidikannya. Mengejar ketertinggalan dalam hal kualitas SDM negara tetangga saja sudah merupakan upaya yang sangat berat.

Janganlah malah diperberat dengan pelajaran sampah yang justru bakal menyesatkan. Didiklah anak-anak kita untuk mengenal dan mengikuti aturan dan standar yang berlaku SAH dan DIAKUI secara internasional, bukan hanya yang rekayasa lokal saja. Jangan ada lagi korban akibat pendidikan yang salah. Kita lihat yang nyata saja, berapa banyak TKI diluar negeri yang berarti harus mengikuti acuan yang berlaku secara internasional.

Anak-anak kita memiliki HAK untuk mendapatkan pendidikan yang benar sebagai upaya mempersiapkan diri menyongsong masa depannya yang akan penuh dengan tantangan berat.

ACUAN MANA YANG BENAR ?

Banyak sekali literatur, khususnya yang dipakai dalam dunia tehnik, dan juga ensiklopedi ternama seperti Britannica, Oxford, dll. (maaf, ini bukan promosi) menyajikan tabel-tabel konversi yang tidak perlu diragukan lagi.

Selain pada buku literatur, tabel-tabel konversi semacam itu dapat dijumpai dengan mudah di-dalam buku harian / diary/agenda yang biasanya diberikan oleh toko atau produsen suatu produk sebagai sarana promosi.

Salah satu konversi untuk satuan berat yang umum dipakai SAH secara
internasional adalah sistem avoirdupois / avdp. (baca : averdupoiz).

1 ounce/ons/onza = 28,35 gram (bukan 100 g.)

1 pound = 453 gram (bukan 500 g.)

1 pound = 16 ounce (bukan 5 ons)

Bayangkan saja, bagaimana jadinya kalau seorang apoteker meracik resep obat yang seharusnya hanya diberi 28 gram, namun diberi 100 gram. Apakah kesalahan semacam ini bisa di kategorikan sebagai malapraktek ? Pelajarannya memang begitu, kalau murid tidak mengerti, dihukum !!!
Jadi, kalau malapraktik, logikanya adalah tanggung jawab yang mengajarkan.
(ini hanya gambaran / ilustrasi salah satu akibat yang bisa ditimbulkan,
bukan kejadian sebenarnya, tetapi dalam bidang lain banyak sekali terjadi)

KALAU BUKAN KITA YANG MENYELAMATKAN – LALU SIAPA ?.

Melalui tulisan ini saya ingin mengajak semua kalangan, baik kalangan pemerintah, akademis, profesi, bisnis / pedagang, sekolah dan orang tua dan juga yang lainnya untuk ikut serta mendukung penghapusan satuan “ons” dan pound yang keliru” dari kegiatan kita sehari-hari. Pengajaran sistem timbang dgn. satuan Ounce dan Pound seharusnya diberikan sebagai pengetahuan disertai kejelasan asal-usul serta rumus konversi yang
benar. Hal ini untuk membuang kebiasaan salah yang telah melekat dalam kebiasaan kita, yang bisa mencelakakan / menyesatkan anak-anak kita, generasi penerus bangsa ini.

# # # # #

Tulisan ini akan dikirimkan kepada media masa, baik cetak maupun elektronik yang mau menyiarkannya demi kepentingan bangsa. Dipersilahkan mengubah formatnya sesuai dengan ketentuan penyiaran masing-masing.

Juga kepada sekolah-sekolah, pabrik-pabrik serta LSM dan masyarakat
umum, untuk diketahui secara luas.

Bila anda merasa sependapat dengan saya, setuju untuk menghentikan kesalahan ini demi masa depan anak bangsa Indonesia, silahkan diperbanyak/ difoto copy dan disebar-luaskan sendiri.

Bila anda ragu-ragu terhadap kebenaran tulisan ini, silahkan menanyakannya langsung kepada Direktorat Metrologi atau Balai Metrologi setempat dikota anda berada.

Terima kasih saya ucapkan kepada anda yang peduli dan mau berpar-tisipasi menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia. Semoga Tuhan memberkati upaya ini, yang kita lakukan dengan tulus ikhlas tanpa pamrih sedikitpun.

Yoppy Martha Aditya

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk


ounce tidak sama dengan ons

Harap diketahui,
Ounce itu TIDAK SAMA DENGAN Ons.

Satuan Ons yang selama ini kita ketahui dipakai di Indonesia memang betul sama dengan 100 Gram. Ons ini diambil dari Belanda.

Selengkapnya baca di
http://en.wikipedia .org/wiki/ Ounce
“The Dutch have redefined their ounce (in Dutch, ons) as 100 grams[3] [4]. The Dutch’s metric values, such as 1 ons = 100 grams, is inherited, adopted and taught in Indonesia
since elementary school. It is also formally written in Indonesian National Dictionary (Kamus Besar Bahasa Indonesia) and elementary school’s formal manual book.

Jadi memang beda sekali antara Ounce dengan Ons. Ounce itu singkatannya Oz. Kalau Ons, ya Ons. Tapi memang kesalahan pemerintah Indonesia (Depdiknas) membiarkan kesalahkaprahan ini, sekaligus kewajiban untuk membetulkannya. Karena saya sendiripun baru tahu belum lama.

-tina-

Kairo yang bukan di Mesir

23 Jan

kok bisa? hmmm ya bisa aja. Soalnya ini nama sebuah barang, bukan nama sebuah kota yang merupakan ibukotanya Mesir. Dan terus terang memang barang ini PANAS.

Kebetulan kemarin dingin sekali sehingga saya memakainya. Namanya Kairo portable (buang setelah dipakai). Tsukaisute Kairo 使い捨てカイロ. Bentuknya seperti kantong putih/oranye yang dalamnya berisi pasir besi dan campuran kimia yang lain. Begitu kantong ini dibuka dari plastiknya maka sedikit demi sedikit akan naik suhunya. Katanya bahkan bisa sampai 80 derajat. Tapi karena masih dibawah suhu mendidih, masih dianggap aman.

Awalnya pada tahun 1975, Pabrik Asahi Chemical di Kyushu memproduksi pemanas kaki khusus untuk prajurit Amerika. Dengan mengacu pada produk ini Perusahaan Lotte Electric kemudian mengeluarkan kantong pemanas yang diberi nama Hokaron pada tahun 1978. Meskipun baru dibuat akhir-akhir ini ternyata pada jaman baheula, sistem pemanas yang memasukkan kayu api/batu panas ke dalam wadah atau kain untuk pemanas sudah ada.

Ada dua tipe Kairo portable yaitu yang hanya berupa kantong saja, atau yang bisa ditempelkan ke baju, atau sepatu. Jika yang berupa kantong biasanya panasnya tahan 18-20 jam, sedangkan yang ditempel (tidak boleh tempel langsung ke kulit)  bisa tahan 12-14 jam tergantung besar dan produknya.  Buka plastik kairo yang biasa, lalu masukkan ke dalam saku mantel, masukkan tangan ke dalam saku dan …. voila! tangan yang membeku bisa mendapatkan kehangatan kembali. Bagi mereka yang bekerja di luar pada musim dingin, Kairo ini merupakan barang yang HARUS dibawa ke mana-mana. Tempelkan di sepatu, bagian dalam mantel di daerah punggung dan perut, lalu masukkan kantong kairo dalam saku…. Dingin yang menggigit bisa terlupakan sejenak. Tentu saja bagian wajah tetap merasakan dinginnya angin atau salju di musim dingin. Dan saya belum menemukan ada kairo yang bisa menghangatkan wajah.

Barang yang diperlukan dalam musim dingin untuk melawan dingin:

untuk dipakai :

  • baju thermal atas bawah, sedapat mungkin yang menyerap panas
  • stocking denin 80 atau wool bagi wanita atau celana hanoman bagi pria (bahasa jepangnya momohiki)
  • pakaian yang terbuat dari wool atau chasmere
  • jaket yang terbuat dari wool atau down jacket (yang berisi bulu angsa/kapas). Jaket kulit? kalau untuk gaya aja sih boleh, karena jaket kulit tidaklah hangat, kecuali berlapis wool dalamnya.
  • syal terbuat dari wool, topi dan sarung tangan
  • Kairo (kairo ini hanya ada di Jepang, jadi bagus juga buat oleh-oleh untuk teman di negara dingin lainnya)

untuk ruangan :

  • Pemanas atau heater. Ada macam-macam energi yang digunakan. Listrik (yang menyambung pada AC) adalah yang termahal dan tidak efektif menurut saya. Oil heater adalah yang terbersih dan tidak bau tapi cukup mahal karena masih memakai listrik. Gas heater disambungkan pada gas rumah, paling hangat dan tidak bau. Kerosene heater atau pemanas minyak tanah, paling murah tetapi bau dan bahaya sehingga biasanya apartemen bagus tidak mengijinkan penyewa memakai pemanas dari minyak tanah ini. Ada lagi yang juga bagus bila ada yaitu Hot Carpet dan hot blanket, tapi inipun memakai listrik.
  • Menaikkan humidity (kelembaban) ruangan juga membuat ruangan sedikit hangat.  Karena itu biasanya orang Jepang menjerang air di atas pemanas minyak tanah untuk membuat ruangan lembab.
  • Yang paling murah meriah sih sebetulnya adalah kehangatan badan manusia. Jadi……… (isi sendiri ya…. hihihi)

Untuk hidup

22 Jan

Kapan kita mulai bernafas?
Apakah sejak kita dilahirkan?
Ataukah sejak kita dinyatakan ada dalam rahim bunda
dan boleh merasakan hidup itu sendiri?

anakku

maafkan mama

yang tidak bisa mempertahankan kamu

padahal mama sudah menantikan kedatanganmu

bersama dengan abangmu

mama sudah senang mendengar jantungmu berdetak

dan menjalani hari-hari sulit dengan kehadiranmu

tapi

hari itu

mama sedih sekali

karena mama tidak merasakan lagi denyut nadimu

mama kesal

mama marah

mama menangis ……

kenapa Tuhan mengambil kamu

yang mestinya bisa lahir dan menemani abangmu, mama dan papa

maafkan mama nak!

mustinya mama bisa lebih menjaga kamu

tapi mama tak berdaya

mama bukan Tuhan……..





Tuhan

terimalah anakku itu

yang belum sempat kulahirkan

yang belum sempat menghirup udara ini

yang belum sempat menangis

dan kuatkan aku

kumohon Tuhan!





(adikku…

jangan menyesal.
Tuhan tahu apa yang terbaik bagimu dan bagi keluargamu
jangan menyalahi dirimu sendiri
dan semoga di hari kelahiranmu ini
kamu bisa tersenyum
dan mengetahui bahwa calon anakmu juga tersenyum di sana di tempat asalnya
kami cinta kamu
jangan siksa dirimu ya dik
dan
selamat ulang tahun dari seluruh isi nerima dan mtb
peluk cium kami)

Angka bagus dan garam

11 Jan
Kagamimochi, hiasan untuk Tahun baru
Kagamimochi, hiasan untuk Tahun baru

Apa hubungannya sih angka bagus dengan garam. Ya menurut saya hari ini 11 Januari adalah angka bagus. Apalagi nanti di tahun 2011, jadi berderet kan 11-1-11 …. Di tanggalan Jepang saya lihat hari ini adalah peringatan Kagamibiraki untuk beberapa daerah, karena ada yang tanggal 4 atau ada pula yang tanggal 20. Kagamibiraki itu apa? Osonaemochi atau Kagamimochi yang bertumpuk dua yang dipakai sebagai hiasan di tahun baru Jepang itu, dibuka/dibelah dan dibuat masakan. Jenis masakan biasanya macam-macam… dibakar, atau masukkan dalam sup, atau sebagai dessert yaitu oshiruko. Sebetulnya mochi itu enak juga sih, cuman kadang saya merasa malas makan karena lengket di gigi dan sulit habis dikunyah.

Kalau lihat bayangin apa ayo? Es kacang Merahnya Beautika/restoran Manado lainnya, dengan durian di atasnya hmmmm yummy. Tapi Oshiroku adalah kacang merah manis dan diberi mochi berbentuk pasta
Kalau lihat bayangin apa ayo? Es kacang Merahnya Beautika/restoran Manado lainnya, dengan durian di atasnya hmmmm yummy. Tapi Oshiroku adalah kacang merah manis dan diberi mochi berbentuk pasta dan selalu dihidangkan panas

Dan satu lagi peringatan untuk hari ini adalah Hari Garam. Hmmm penting nih. Garam dalam kehidupan manusia adalah mutlak, tidak bisa tidak. Hari ini ditetapkan menjadi hari garam karena pada tanggal 11 Januari 1569 (perhitungan tahun kuno), daimyo Uesugi Kenshin mengirimkan garam kepada musuhnya Takeda Shingen. Suatu taktik politik yang jitu, karena musuh sangat membutuhkan garam. Uesugi Kenshin memang seorang tokoh sejarah yang terkenal dengan keberaniannya. Waktu kami pergi ke Sendai, sempat pergi ke puri peninggalan Uesugi ini.

Drama Sejarah Tenchijin yang menceritakan tentang Naoe Kanetsugu
Drama Sejarah Tenchijin yang menceritakan tentang Naoe Kanetsugu

Dan kebetulan sekali tahun 2009, NHK memutar drama sejarah Jepang yang menceritakan tentang Daimyo Uesugi Kenshin dan pengikutnya Naoe Kanetsugu berjudul Tenchijin. (Drama sejarah Jepang ini banyak loh penggemarnya. Saya ngga kebayang tuh misalnya TVRI membuat drama sejarah Majapahit misalnya, terus banyak yang menonton. Orang Indonesia memang masih kurang rasa cinta sejarah dan nasionalismenya ya. Meskipun mungkin sulit membuat drama sejarah karena biayanya pasti besar untuk pakaian, setting, dan penelitian kebiasaan mereka) Pemeran Uesugi Kenshin dalam drama TV ini adalah Abe Hiroshi…. wah aktor ini keren bener deh. Termasuk salah satu aktor favorit aku. Lahir tahun 1964 dengan tinggi lebih dari 189 cm. Kakko ii….

Abe Hiroshi pemeran Uesugi Kenshin dalam drama sejarah Tenchijin. Eh Kimiyo, sekilas dia mirip dosen kita ngga ya?
Abe Hiroshi pemeran Uesugi Kenshin dalam drama sejarah Tenchijin. Eh Kimiyo, sekilas dia mirip dosen kita ngga ya? (Ngga berani tulis namanya di sini nanti kalo dia baca malu hehehhe)

Betapa pentingnya Garam sampai dipakai dalam politik bernegara juga. Waktu baca-baca tentang garam ini, aku baru tahu bahwa dulu di Jepang yang memegang hak penjualan garam adalah Japan Tobacco. Baru kemudian baru tahun 1997 dibuat pusat penjualan garam baru yang terlepas dari Japan Tobacco itu. Pantesan aku pernah lewat dan baca ada Museum Rokok dan Garam di Shibuya (Tobacco and Salt Museum)  dan selalu heran kenapa musti bareng sih rokok dan garam. Rupanya karena JT yang pegang hak penjualan garam di Jepang.

Garam selain dipakai menimbulkan rasa asin pada makanan sebetulnya dipakai untuk apa saja sih? Di Jepang garam mempunyai fungsi menyucikan. Garam dipakai sebagai salah satu persembahan dalam agama Shinto. Selain itu sesudah kita menghadiri upacara pemakaman , sebelum memasuki rumah di atas kepala/baju ditaburkan garam (Saya rasa kebiasaan ini juga ada di Indonesia ya). Garam juga ditaburkan pada tempat pertandingan sumo sebagai penyuci.

Well dalam agama Kristen ada pernyataan, “Jadilah garam dan terang dunia!” Sudahkah saya? ….. (merenung dan berusaha)

All of you!

11 Jan

Saya teringat lagu ini, waktu saya baca sepenggal kata “All of You” dalam buku Randy Pausch, seorang profesor ilmu komputer di Universitas Carnegie Mellon, berjudul “The Last Lecture”. Randy mengidap penyakit kanker pankreas dan memberikan sebuah kuliah terakhir yang kemudian dibukukan. Untuk keterangan lengkap mengenai bukunya, silakan baca ulasan buku ini dari Bapak Oemar dan Bang Hery.

“All of You” adalah sebuah lagu yang dinyanyikan penyanyi kesayangan saya (masa bodo mau dibilang jadul kek, oldefo kek hihihi) Julio Iglesias berduet dengan Diana Ross.

(T. Renis/J. Iglesias/C. Weil)

I’ve never had this feeling before
I’ve never wanted anyone more
And something in your eyes tells me
You feel the way that I do
(I feel like you do)

If you would like to stay here all night
You know that I would say
It’s all right
‘Though I’m saying yes
I confess
I’ve got more on my mind
‘Cause I want more of you
Than your time

All of you, your body and soul
Every kind of love you can express
All the secret dreams you’ve never told
I want everything
And I’ll take nothing less
All of you as long as you live
Everything you’ve never shared before
I want all of you that you can give
All your joys and all your sorrows
Your todays and your tomorrows

How I long to feel the warmth of your touch
And then if I’m not asking too much
I’d like to spend my life wand’ring through
All the wonders of you

And when we’re lying close in the dark
So close I feel each beat of your heart
I want you to reveal what you feel
All you hold deep inside
There is nothing I want you to hide

All of you, your body and soul
Everything you want this love to be
I want all of you
All that you can give
And in return for all your giving
Let me give you all of me

All of you, your body and soul
Every kind of love you can express
All the secret dreams you’ve never told
I want everything (everything) everything
All of you as long as you live
(As long as you live)
Everything you want this love to be
I want all of you
All that you can give
In return (in return) I wanna give you

All your joys and all your sorrows…. Your todays and your tomorrows. Tentu saja kita ingin selalu bersama pasangan kita, dan mungkin jika kita mengetahui bahwa waktu kita hidup di dunia ini terbatas, kita hanya ingin berduaan saja dengan dia. Menutup pintu dunia, mengurung diri berdua dengan yang kita cintai melewati masa yang kita tahu akan segera habis. Membangun cinta yang bisa mengalahkan ketakutan menyongsong kematian…. Mau membayangkannya? Pasti banyak judul film yang bisa diberikan untuk menggambarkan perasaan seperti itu. Tapi satu film yang saya ingat saya pernah tonton (untuk seorang yang tidak suka menonton film seperti saya, pengetahuan judul film amat terbatas) adalah film Dying Young, yang dibintangi Julia Roberts. Yang pasti banjir air mata, dan tidak mau nonton lagi untuk kedua kali (saya setuju pendapat Bu Enny, film haruslah menghibur bukan membuat kita sedih).

Nah, Si Randy dalam bukunya “The Last Lecture” ini juga menuliskan bahwa seharusnya dia menghabiskan sisa waktu hidupnya yang tinggal sedikit akibat digerogoti kanker pankreas itu bersama istri dan keluarganya, bukan menghabiskan waktu (memang tidak semua waktu) untuk mempersiapkan sebuah kuliah terakhir. Yang rencananya kuliah itu diadakan sehari setelah ulang tahun istrinya (karena makan waktu untuk pergi ke tempat memberikan kuliah itu jadi pada hari ulang tahun istrinya dia sudah harus pergi)! Bisa bayangkan tidak? Sementara si istri yang mengharapkan bisa menikmati hari ulang tahun terakhirnya bersama suami, dia harus merelakan waktu berharga itu supaya Randy bisa memberikan kuliah terakhir kepada 400 orang yang berkumpul untuk mendengarkan kuliah suaminya. Well, saya juga dosen, saya juga seorang istri dan ibu… apakah saya akan berbuat seperti Randy? Apakah Gen mau merelakan saya misalnya mengadakan kuliah terakhir saya (kayaknya sih ngga hehehe). Tapi apakah saya mau merelakan Gen misalnya menjalankan tugas pekerjaannya padahal saya tahu waktu akhir itu berdengung terus? Well I know I have to… karena hidup seseorang bukan hanya dengan pasangan hidupnya saja. Meskipun kita sudah berjanji sehidup semati, bukan berarti kita harus “nempel” terus tanpa memberikan kesempatan pada dia untuk juga menikmati akhir hidupnya. Tapi mungkin saya akan sulit untuk bisa menerima seandainya dia bilang, “Aku ingin pergi mengembara sendiri akeliling dunia dan menjemput kematianku sendirian entah di gunung, lembah atau pantai….” (kayaknya ada juga kan orang yang begitu …)

Buku “The Last Lecture” memang membuat saya berpikir. Ya, berpikir tentang waktu, tentang pekerjaan, tentang keluarga dan tentang cita-cita. Saya memang sempat menangis di beberapa cerita awalnya, tetapi setelah sampai bagian sharing pengalaman hidup pekerjaannya, saya malah enjoy, ikut tertawa dan meresapkan dalam hati. Bahkan saya jadi bertanya terus apa sih sebetulnya mimpi saya itu karena isi kuliahnya itu memang bertajuk “Really Achieving Your Childhood Dream”. Nah kalau tidak punya ‘mimpi’ waktu kecil gimana dong? Tapi apakah benar saya tidak punya ‘mimpi’ waktu kecil seperti yang selalu saya katakan?

Ada banyak point yang memang saya catat, misalnya “Dont complain just work harder”, “Look for the best in everybody”, “Watch what they do, not what they say” , “Never give up” , “Sometimes all you have to do is ask, and it can lead to all your dreams coming true” dll, dll, yang kalau lihat sekilas seperti nasehat yang membosankan dan sudah basi. Tetapi kisahnya dalam masing-masing judul itu memang menarik, dan saya menyadari dia bisa menulis seperti ini karena dia memang sudah banyak pengalaman. Ladang kerjanya kaliber dunia! Apalah saya ini? Tapi di antara sekian banyak tajuk, ada dua kisah yang sangat berkesan bagi saya yaitu, yang pertama adalah “All you have is what you bring with you… so be prepared” .

Ceritanya tentang bahwa dia selalu membawa uang tunai 200 dollar (well kalau tidak ada duitnya gimana ya?) Tapi ini saya rasa benar sekali. Waktu pertama kali datang ke Jepang dan sedang sightseeing (1989 an), saya heran sempai (kakak kelas) saya yang memang sedang belajar di Jepang bilang tiba-tiba, “TUnggu di sini, saya mau ambil uang di ATM dulu” Ternyata baru saya sadari bahwa orang Jepang jarang membawa uang tunai banyak. Mereka baru mengambil uang di ATM jika perlu, karena ATM ada di mana-mana. Waktu jaman itu di Jakarta mana ada ATM. Tapi seandainya ATM nya rusak? atau ada perbaikan dalam jaringan komputernya seperti yang akhir-akhir terjadi pada bank saya? Atau misalnya terjadi gempa besar, tidak  bisa ambil uang di bank?

Ceritanya mengenai Norman Meyrowitz seorang top executif Macromedia, yang dengan tenangnya mengambil cadangan lampu proyektornya, waktu tiba-tiba lampu proyektor yang akan dipakainya untuk presentasi itu mati. Wah mungkin tasnya pinjam kantong ajaibnya Doraemon ya? Tapi saya dulu juga sering membawa macam-macam dalam tas saya sehingga jika diperlukan ada. Mulai alat tulis sampai benang/ jarum dalam sewing kit. Tapi tinggal di Jepang, negara yang praktis, yang mempunyai toko konbini (convenience store yang buka 24 jam dan tersedia apa saja membuat saya juga berpikir praktis dan tidak lagi mempersiapkan segalanya karena pikir toh bisa beli. Tapi kalau tidak ada uangnya juga tidak bisa membeli apa-apa. So memang sebaiknya kita selalu waspada dan bersiap-siap. Dan saya memang selalu memikirkan kemungkinan terburuk, meskipun kadang saya merasa capek dengan pemikiran ini. Randy mengatakan, a way to be prepared is to think negative, the worst case scenario. Saya banget tuh…

Dan tulisan dia yang kedua yang saya setuju sekali adalah mengenai hilangnya kebiasaan menulis tangan, “The lost art of Thank You Notes” katanya. Well, dia yang ahlinya komputer… bisa menyelesaikan segala sesuatu dengan komputer tentunya. Tapi dia masih merasakan perlunya handwrite notes. Tulisan tangan dalam sebuah memo, atau kartu…. karena itu menunjukkan bahwa memang kita manusia, humanbeing yang menulis dengan perasaan. Semoga saya masih bisa bertahan dengan kebiasaan menulis sesuatu dalam ucapan kartu atau fax meskipun memang terkadang sms dan email lebih cepat. But saya membayangkan wajah si penerima sama seperti wajah saya yang berseri sambil tersenyum ketika menerima surat atau kartu di kotak pos saya.

Freezing

10 Jan

Yap… hari ini rasanya diriku bisa menjadi daging beku. Dingin banget euy. Tanggal 9 Januari kemarin tercatat salju pertama di Tokyo. Memang tidak menumpuk, begitu jatuh menjadi air. Dan setelah menjadi terang berubah menjadi hujan. Tapi yang pasti dinginnya menusuk tulang. Sebetulnya dingin yang menusuk itu sudah dimulai kemarin (hari Kamis) nya, karena pagi hari waktu aku buka pintu rumah, Gunung Fuji terlihat menjulang di kejauhan. Bisa melihat gunung Fuji dengan jelas, berarti hari akan menjadi dingin sekali.

Begitu buka pintu apartemen yang terlihat gunung Fuji seperti ini.... Today will be cold
Begitu buka pintu apartemen yang terlihat gunung Fuji seperti ini. Indah tapi pasti dingin. Seandainya itu tiang listrik dan kabel-kabel tidak ada .....(Canon PowerShot G9)

Dan hari Jumat ini adalah hari yang merepotkan untukku. Karena harus mengantar Riku ke TK, lalu mengantar Kai ke penitipan Himawari, baru pergi ke universitas Senshu. Memang waktu aku keluar rumah dalam keadaan hujan tapi mungkin saja akan berubah menjadi salju lagi, sehingga lebih baik tidak naik sepeda. Aku mendorong Kai dalam baby carnya dan Riku berjalan di sebelahku. Tentu saja dia sambil merengut dan berkata,”Mama…dingin” — meskipun sudah pakai coat memang bagian kaki pasti dingin. Apalagi kalau sepatu basah kena tempias air hujan. Makanya aku selalu kagum pada pelajar SD, SMP dan SMA, yang tidak pakai stocking dan selalu biasa saja seragam bawahnya seperti waktu musim panas (bagian atas pasti pakai sweater dan coat) …. brrr….

duh anakku yang satu ini tambah nakal deh. Coba liat dia masuk dalam kopernya Riku, dan nangis waktu ngga bisa keluar dari situ. hihihi
duh anakku yang satu ini tambah nakal deh. Coba liat dia masuk dalam kopernya Riku, dan nangis waktu ngga bisa keluar dari situ. hihihi

Masalahnya aku tidak bisa titip baby carnya Kai di penitipan. Dan sudah pasti aku tidak bisa bawa-bawa terus sampai ke univ. Baby carnya Kai jenis stroller yang bisa dilipat, sehingga kalau ada locker yang besar untuk koper mustinya bisa masuk. Tapi di stasiun kecil seperti di dekat rumahku ini tidak ada locker besar. Tapi karena aku dengar ada informasi bisa menitipkan baby car di sebuah parkiran sepeda seharga 200 yen, jadi aku ubek-ubek sekeliling stasiun deh cari tempat tersebut. Tanya sana sini, akhirnya ketemu. Hmmm bagus juga untuk pelajaran nanti kalau terpaksa harus menitipkan baby-car atau barang yang besar. Sekaligus aku titipkan mantel coat dan payung Riku di situ (tidak boleh bawa mantel/payung ke dalam TK –karena tidak ada tempat untuk menaruhnya di locker— jadi bayangkan deh bawaan aku hari itu, ransel ku sendiri, plastik isi coat, baby car dan KAI  —yang paling berharga dan paling berat 14 kg hehehe)

Setelah semua dititipkan aku bisa berlenggang-kangkung ke universitas. Hari aku hanya pergi mengumpulkan tugas akhir dan menilainya, kemudian menyerahkan ke Bag. Akademik. Jadi hari ini hari terakhir kerja untuk hari Jumat …yippieee (agak sedih juga sih… jadi penganggur di hari Jumat hehheh)

Kai dan Riku bermain bersama. Kebayang ngga sih tuh dua gembil masuk dalam satu kotak plastik itu?
Kai dan Riku bermain bersama. Kebayang ngga sih tuh dua gembil masuk dalam satu kotak plastik itu?

Tadinya aku pesan di penitipan Kai sampai jam 3:30 ternyata tidak keburu dan harus diperpanjang sampai jam 6. Gara-gara aku belanja dulu di Kichijoji, bawa pulang belanjaan lalu ambil jacket Riku yang lain di rumah (di situ aku sadar aku bodoh menitipkan coatnya Riku di penitipan sepeda tadi). Dan hujan bertambah deras hiks…. Untung Riku berusaha sabar menahan dingin karena aku janjikan beli happy set di Mac Donalds (sekarang hadiahnya Naruto goods…. who can resist the temptation?). Ambil baby car di penitipan sepeda tadi, beli Mac D lalu jemput Kai lalu pulang ke rumah naik Taxi. Sampai di rumah 6:30 rasanya badan mau copot. Capek euy… tapi untung tidak usah masak untuk anak-anak karena mereka bisa makan Mac D. Pasang semua heater di kamar makan dan kamar tidur, berendam air panas bersama anak-anak dan bobo…… Hmmm harus bersyukur pada Tuhan karena masih bisa makan dan tidur di dalam kehangatan padahal banyak orang di luar sana yang kedinginan. Kami ni kansha 神に感謝。

Untung Riku skr sudah bisa mengajak adiknya bermain dan sayang padanya... Sudah bisa berubah sifat dari Anak Tunggal menjadi Anak Sulung. Kata dia, Di dunia ini yang aku sayangi adalah Mama, Papa dan Kai
Untung Riku skr sudah bisa mengajak adiknya bermain dan sayang padanya... Sudah bisa berubah sifat dari "Anak Tunggal" menjadi "Anak Sulung". Kata dia, "Di dunia ini yang aku sayangi adalah Mama, Papa dan Kai"

How JAWA are you?

7 Jan

Aduuuuh aku mau ngakak bener deh begitu selesai menjawab kuis tentang “How Jawa are you?” di FaceBook. Karena jawabannya gini :

Wong Jowo Asli

sampeyan benar-benar orang jawa Tulen, jangan melupakan kebudayaan, unggah ungguh dan tata krama, matur sembah nuwun

***********************

Nah loh…. padahal? Dalam diriku TIDAK ADA darah jowo-jowoan sama sekali! Meskipun mama pernah tinggal di Yogya (Tapi itu kan mama, bukan saya! Saya hanya pernah tinggal di jakarta dan JAPAN not JAVA  — tidak seperti abang Sony yang orang Batak tapi jawa banget karena pernah sekolah di sono). Saya juga bukan Novi, adik saya yang menikah dengan wong Solo dan punya rumah kedua di Klaten sono. Pernah sih punya mantan pacar orang Jawa (gede di Jakarta) sebentar hihihi (dan yang pasti tidak pernah dia mengajari saya bahasa/ budaya jawa). So? …mau tahu pertanyaannya? Sebetulnya lebih enak ikut kuisnya langsung di FB supaya bisa langsung dapat resultnya. (Terus terang saya sendiri tidak tahu jawaban benernya apa… jadi cari sendiri ya jawabannya hehehhe. Lha wong aku jawabnya juga sambil ketawa-ketiwi ngga yakin dan kayaknya pasti salah — ada sih niat untuk pake Uncle Goole mencari jawabnya, but ngga lah moso mau serius gitu hihihi)

kuis ini mengukur betapa JAWA diri anda, monggo dipun jawab !

  1. Apa nama Ibukota Jawa Tengah

  2. Raden Harjuna satriyo ing?

  3. Apa bahasa jawa halusnya “Makan”?

  4. Isi Sawo arane?

  5. Kota Batik adalah?

  6. Gendhing untuk mengiringi temanten adalah?

  7. Anake Kebo arane?

  8. Becik ketitik, …………

  9. Jamu untuk mengobati Panas Dalam adalah?

  10. Ing …… mangun karso

SO? gimana …. bagi yang Jawa apakah Anda jawa tulen….seperti saya hhihihihi.

But, sebagai kelanjutan tulisan ini, Anda kenal Ki Manteb Sudharsono? Ya, saya pernah berkesempatan mewawancarai beliau waktu beliau datang ke Jepang dalam rangka undangan Nihon Wayang Kyokai yang diketuai Bapak Matsumoto Ryo (tahunnya saya lupa). Dan waktu itu pertama kali saya melihat langsung pertunjukan wayang langsung (bukan lewat TV — saya ingat duluuuuuu sebelum saya datang ke Jepang, di TV ada pertunjukan wayang dini hari, dan adik saya Andy dengan getolnya nonton di depan TV, syaa kadang hanya menemani dia….. lah saya juga tidak mengerti bahasa Jawa hiks) yang didalangi oleh pedalang Indonesia apalagi terkenal begitu. Dan memang, Ki Manteb memang mantap sekali membawakan cerita dan menggerakkan wayang kulit… ya saya ingat terkadang beliau menyelipkan humor (sedikit berbau politik juga) sehingga yang mengerti bahasa Indonesia dan situasi Indonesia waktu itu bisa tertawa. Saya kagum pada pedalang yang bisa membuat penontonnya tertawa seperti itu.

Mewawancarai Ki Manteb Sudarsono untuk acara Radio Gita Indonesia di InterFM 76,1 MHz Tokyo
Mewawancarai Ki Manteb Sudharsono untuk acara Radio “Gita Indonesia” di InterFM 76,1 MHz Tokyo
******************************

 

Saya banyak mempelajari wayang justru setelah saya datang ke Jepang. Sejak saya berkenalan dengan Nihon Wayang Kyokai, secara tidak langsung akhirnya saya mempelajari wayang juga, terutama tokoh-tokoh yang keluar dalam cerita perwayangan itu. Itu masih awal-awal kedatangan saya di Jepang, sambil belajar di Universitas Yokohama, saya arubaito (part-time) mengajar bahasa Indonesia di Kelompok Wayang itu. Setiap hari Selasa malam, saya mendatangi apartemen Bapak Matsumoto/ Sebuah apartemen kecil yang dijadikan studio wayangnya. Begitu masuk langsung terhampar layar putih lebar yang memakan semua kelebaran apartemen. Bukan layar itu saja yang memenuhi ruangan. Bermacam wayang kulit tersimpan dalam peti kayu, buku-buku wayang, batik (kebetulan istri dari Bapak Matsumoto adalah juga pembuat batik — dan jangan pikir dia orang Indonesia…. pasangan suami istri ini JAPANESE tulen yang menguasai JAVANESE culture! ) dan sebuah kotatsu (meja rendah berukuran 1 meter x 1 meter untuk kita belajar. Memang serasa masuk “gudang” tapi langsung bisa merasakan suasana Indonesia di dalam kamar itu!
 Bersama Bapak Matsumoto Ryo, Restoran Jembatan Merah,Akasaka-Tokyo dalam penyambutan Pedalang Ki Manteb Sudharsono
Bersama Bapak Matsumoto Ryo, Restoran Jembatan Merah,Akasaka-Tokyo dalam penyambutan Pedalang Ki Manteb Sudharsono
********************

 

Bapak Matsumoto sendiri sudah pintar berbahasa Indonesia. Sebetulnya Bapak Matsumoto ini adalah lulusan bahasa Perancis pada Universitas Bahasa Asing Osaka, 40 tahun lebih berkecimpung dalam dunia perwayangan, sampai mendirikan Nihon Wayang Kyokai (Perhimpunan Wayang Jepang). Dan tidak heran atas usahanya ini, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan Satyalencana Kebudayaan. Setiap hari selasa ini, saya hanya mengajar anggota Nihon Wayang Kyokai yang belum begitu mahir berbahasa Indonesia. Meskipun pada awalnya saya sudah katakan, mungkin lebih baik mencari guru bahasa Indonesia yang berasal dari jawa sehingga kalau ada bahasa Jawa bisa juga sekaligus diajarkan. Tapi mereka berkata, soal bahasa Jawa gampang, kami tinggal bertanya pada Bapak Matsumoto. Yang kami perlu bahasa Indonesianya. OK then…

 

Nah, bahan pelajaran yang dipakai adalah cerita dalam bahasa Indonesia dari sebuah majalah bulanan kepunyaan bapak Matsumoto. Biasanya satu cerita sepanjang 3 halaman A4, kadang bisa selesai diterjemahkan  dalam 1 kali pertemuan (2 jam) jika banyak yang hadir, tapi kadang harus  2 kali pertemuan jika sedikit yang hadir. Banyak itu berapa orang? Maximum 6-7 orang. Ceritanya mengenai Karna, Durna, Pandawa …. dsb dsb (hmmm saya harus mengumpulkan kembali fotokopian itu! pasti ada… somewhere hehehhe)

 

Saya memang mengajar bahasa Indonesia kepada mereka, tapi saya belajar banyak dari mereka! Saya belajar wayang, cerita Mahabarata, bahkan bahasa Jawa dan sedikit bahasa Jepang yang kromo. Sebelum saya mengajar di situ, saya tidak tahu apa bahasa Jepangnya “pamit” …. eh rupanya 暇乞い(いとまごい)をする。Sayang saya terpaksa harus menghentikan mengajar di situ, karena konsentrasi untuk pembuatan thesis dan kesibukan lain.

 

Tapi sekitar awal tahun 2006, saya bertemu kembali dnegan Bapak Matsumoto dan mendapat kehormatan dipercayakan mengisi suara (narasi) dalam bahasa Indonesia sebuah lakon “Mizu no Onna” (kalau tidak salah bahasa Indonesianya Dewa Ruci….  lupa deh) karya bapak Matsumoto sendiri yang akan ikut serta dalam Festival Wayang Internasional di Yogya 23-Juli 2006. Waaaah, waktu itu saya senang sekali karena menjadi “artis suara” merupakan impian saya. Saya harus mengganti suara sesuai karakter yang ada dalam skenario. Kadang sedih, kadang genit, kadang marah…. wah itu susah. Skenario itu merupakan challenge pertama untuk saya. Dan untung saja masih ada kesempatan ke dua, karena tahun berikutnya, 2007, saya  diberi kesempatan lagi untuk membacakan cerita “Menuju Istana Bayangan” (Wayang Jepang) yang akan digelar di Mangkunegaran. Nah… ini benar challenge karena dalam cerita banyak terdapat karakter pria, wanita dan jin hehhehe. Sayang sekali saya tidak bisa hadir di kedua acara pagelaran wayang dari bapak Matsumoto itu di Yogya.
bersama pak Matsumoto Desember 2010

 

Saya percaya, jika manusia keluar dari “sarang”nya bukan hanya bisa melihat pemandangan indah di luar, dan terlebih dapat melihat ke dalam sarangnya sendiri dengan lebih obyektif dan bahkan mendalaminya. Meskipun kadang saya –sebagai manusia tak bersuku– merasa gamang dalam menentukan dimanakah sebetulnya sarangku itu. Yang saya tahu, hutanku adalah Indonesia!