One scoop free

9 Mei

Sudah sejak kemarin saya dan adik mayaku, Yoga membicarakan soal es krim. Kami berdua memang pecinta es krim, kue, kopi dan teh. Yang terakhir baru saja masuk listku, karena memang dulu saya tidak begitu senang minum teh. Tetapi sejak sering sakit perut, saya hanya bisa minum teh, dan coba-coba bermacam jenis teh dari berbagai merek … terutama yang berasa orange/lemon dan fruit.

Nah, tadi pagi kembali lagi es krim menjadi topik pembicaraan. Katanya dia mupeng pengen es krim hihihi. Lalu saya tanya, bisa ngga sih beli eskrim online di Jakarta?  Hehehe, pertanyaan yang aneh, karena di Tokyo pun sebetulnya tidak ada layanan itu. Ada, tapi hanya eskrim yang disediakan oleh pizza or kentucky delivery. Padahal yang kita mau makan es krim berkualitas.

Wah istilah apa lagi ini es krim berkualitas? Mungkin yang paling langsung bisa diketahui bahwa es krim itu berkualitas itu seperti apa, ya yang dijual dengan harga mahal per scoopnya, dengan nama merek-merek terkenal yang ada di cabang-cabangnya di berbagai mal di kota besar.

Waktu kita datang ke gerai tsb sedang ada diskon 31% jadi bisa beli 6 scoop untuk berempat
Waktu kita datang ke gerai tsb sedang ada diskon 31% jadi bisa beli 6 scoop untuk berempat

Dan sebetulnya hari ini memang saya ingin sekali pergi ke gerai Baskin Robbins 31, tapi karena Kai dan saya sendiri sedang tidak enak badan saya batalkan. Karena waktu beberapa hari yang lalu ke sana, saya membaca bahwa pada tanggal 9 Mei, Baskin Robbins akan memberikan satu scoop es krim gratis bagi penyumbang pengumpulan dana Unicef.  Rupanya kegiatan untuk membangun pendidikan di negara Burkina Faso yang terletak di Africa ini sudah berlangsung sejak tahun 2002. Pada awal kegiatan tahun 2002 terkumpul dana sebesar 47.80o.000 yen. Dan tahun kemarin 2008, terkumpul 284.680.000, meningkat hampir 6 kali lipat!!!! (sumber situs baskin jepang) Dan perlu diketahui, hari ini pemberian satu scoop gratis ini hanya dibatasi dalam dua jam sejak toko dibuka. (hmm saya ingin tahu hasil tahun ini deh…. meskipun saya tidak bisa berpartisipasi)

(Kabarnya dulu Presiden AS Obama pernah bekerja di gerai ini di Honolulu, dan waktu kencan pertama dengan First Lady juga di gerai ini dan menyantap es krim rasa coklat… Jadi Riku pun sekarang setiap ke sini, mau memesan rasa “Obama” heheeh)

Lalu mengapa Baskin Robbins membuat acara bagi-bagi es krim gratisnya hari ini? Ya, karena hari ini adalah hari es krim, yang sudah pernah saya tulis tahun lalu di postingan ini.

Jadi hari ini apakah saya sudah makan es krim. Jawabnya? Sudah, karena Riku pergi beli es krim (meskipun yang murah)  di toko konbini dekat rumah. Yang membuat saya terharu dari anak sulungku itu adalah dia juga membeli susu dan coklat padahal saya hanya menyuruh dia membeli es krim. Lalu dia bilang, “Soalnya saya tahu tidak ada susu di lemari es. Mama kan setiap hari harus minum susu kan?” Duh, anakku……

NB: Yug, itu rasa baru Pudding ala Mode dan Strawberry Choco Dipped. Es krim untuk kamu dipending dulu ya, sampai aku bisa ke Jakarta lagi, dan kita sama-sama pergi makan es krim di Sency hihihi (Jangan khawatir Kai sudah bisa dititipin makanin es krim untuk kamu, sambil mamanya bantu).

5:30

2 Mei

Setiap hari, kecuali hari Rabu, saya menitipkan Kai di penitipan sampai jam 6 sore. Kebetulan sekali saya setting mulai dari jam 8 pagi sampai jam 18:00 untuk  4 hari seminggu sejak bulan April.  Sehingga begitu ada telepon dari Paulo Berwanger, mantan rekan penyiar radio InterFM, yang juga CEO nya Praia KK, yang menawarkan pekerjaan terjemahan sebanyak 200 halaman, langsung saya OK-in (tanpa menanyakan deadlinenya kapan … stupid hehehe) .

Riku biasanya berangkat dari rumah pukul 7:45 , mampir ke rumah Fuuka chan jemput dia, atau jika ada sempai (kakak kelasnya) yang lewat di jalan, dia mengikut dari belakang. Nah saat itu juga Kai bersikeras untuk pergi ke luar… sibuk mengambil kutsu くつ (sepatu) dan kutsushita くつした (kaus kaki) , sambil marah-marah minta dipakaikan. (Anak ini benar tidak sabaran deh hihih). Jadi pukul 7:45 itu Riku, Kai dan saya keluar rumah dan pergi ke tujuan masing-masing. Setelah antar Kai ke penitipan saya kembali lagi ke rumah dan bekerja di rumah atau ke universitas kalau hari Jumat.

Nah biasanya pukul 5:30 sore saya berangkat dari rumah naik sepeda ke arah stasiun untuk menjemput Kai. Ada suatu tanda yang membantu saya mengingatkan bahwa sudah jam 5:30 sore. Yaitu sebuah bel dengan alunan lagu yang dikumandangkan ke seluruh wilayah Nerima-ku (mungkin, tapi yang pasti di daerah saya ya. Dan dulu di Meguro saya juga pernah dengar, rupanya tergantung pemdanya) . Serentak disampaikan pengumuman sebagai berikut:

“Yoiko no minasan, go jihan ni narimashita. Soto de asondeiru kodomo wa ouchi ni kaerimashou” . 良い子の皆さん、五時半になりました。外で遊んでいる子どもはおうちに帰りましょう。

artinya begini,

“Anak-anak yang baik, sudah jam setengah enam sore. Mereka yang masih bermain di luar, pulanglah ke rumah”.

Pengumuman ini terdengar sampai di seluruh pelosok karena pakai pengeras suara yang dihubungkan ke kantor kelurahan Kuyakusho 区役所. Selain sebagai pengingat bagi anak-anak, juga menjadi semacam alarm bagi semua warga. Memang di Jepang biasanya makan malam mulai jam 6 (bagi yang punya anak kecil).

Satu lagi keuntungannya dengan adanya pengumuman ini adalah bahwa pengeras suara itu masih bekerja dengan baik, sehingga jika terjadi gempa bumi besar, dan perlu mengumumkan kebijakan pemerintah daerah, pengeras suara ini terbukti bisa dipakai. Saya juga pernah memang mendengar suatu pengumuman penting (meskipun lupa tentang apa) yang disampaikan lewat pengeras suara ini. Kadang ada juga latihan menghadapi bencana alam lewat pengeras suara ini.

Jadi kalau di Indonesia biasanya saya mendengar suara azan subuh dan magrib dari mesjid terdekat, atau lonceng gereja setiap pukul 12 siang, kalau di Jepang hanya mendengar bell dan pengumuman itu setiap pukul 5:30 sore saja. Pagi hari? tidak ada … paling-paling lonceng sekolah hehehe.

Satu lagi tatanan bermasyarakat di Jepang, yang saya rasa bagus dan berguna.

I love BW

1 Mei

Istilah baru sekarang yang sering saya dapati di blog-blog yaitu BW, yang merupakan singkatan Blogwalking. Mengunjungi blog-blog teman dan meninggalkan komentar, lalu mengklik lagi blog orang yang tidak kenal, membaca, meninggalkan jejak… salam kenal dan kalau cocok, saling mengunjungi, dan tambah panjanglah daftar blogroll kita.

Saya belum bisa bilang bahwa saya cinta BW yang ini. Karena butuh waktu yang tidak sedikit untuk bisa melakukan kegiatan itu. Daripada saya BW, saya akan lebih memilih menulis posting baru, yang sebetulnya target saya adalah sehari satu posting. Meskipun bulan April kemarin (duh April sudah berlalu cepat sekali) produktifitas saya menulis posting mungkin yang paling “jelek” selama saya blogging. Karena kebetulan ada order terjemahan yang begitu banyak sehingga dalam 2 minggu ini, setiap hari hanya tidur 2-3 jam saja, jadi sulit sekali konsentrasi untuk menulis di TE. BUT, saya tetap harus mensyukuri apa yang ada.

Ya, I love BW… yang merupakan singkatan Black and White. Meskipun pada dasarnya saya ini COLOURFUL, suka rainbow, suka pensil warna suka smarties….   Well, tapi hitam dan putih, dan antaranya  juga merupakan warna bukan?

Saya suka foto-foto hitam putih. Dulu waktu belajar fotografi, tentu saja dimulai dengan belajar mencuci film negatif hitam putih. Saat itu kami belum belajar mencuci untuk film berwarna karena kabarnya bahan kimia dan peralatannya beda dan mahal. Saya sering browsing mengumpulkan foto hitam putih yang menarik untuk koleksi saya.

Tapi saya juga suka skecth hitam putih pensil atau charcoal. Kalau pergi ke tempat wisata, selain mencari kartu pos dengan foto berwarna-warni, syaa juga menyempatkan mencari skecth hitam putih. Dan ini biasanya jarang. Seperti kartu pos dengan sketch hitam putih yang saya beli di Kurashiki ini, merupakan koleksi saya yang paling saya sukai. Kurashiki di Ookayama memang merupakan kota peninggalan jaman dahulu yang dibiarkan seperti dahulu dengan machinami, pemandangan kotanya yang khas. Membuat Anda seakan naik mesin waktu dan berpindah ke berapa abad yang lalu.

Saya juga suka Sumi-e, lukisan Jepang dengan tinta hitam.  Sumi = tinta e = gambar. Meskipun tidak segetol skecth, saya bisa menikmati perbedaan “kehitaman” tinta, yang membuat gambar itu seperti hidup. Memang kebanyakan lukisan Sumi-e menggambarkan pemandangan daratan china dengan bambu-bambunya.

Hanya dengan dua warna saja, dan warna-warna diantaranya, saya bisa menghibur hati saya dan menikmati virtual journey saya.

So, How about BW-ing  friends?

70 hari lagi

29 Apr

Ah aku sudah tidak pintar berhitung. Dan tidak mau berhitung untuk hal ini. Meskipun sebenarnya harus memperhitungkan masak-masak sebelum bertindak. Siapa saja calonnya pun aku tak tahu (bisa klik di situ juga kan mel… nanti deh aku lihat). Tapi sebagai warga negara, yang mempunyai hak, akan kupakai hak itu. Ya, hak untuk memilih Presiden.

70 hari menuju pilpres ini saya tahu dari situs PPLN Tokyo. Dan di situ juga diberitahukan bahwa pendaftaran pemilih dan verifikasinya diperpanjang sampai 10 MEI 2009. Jadi untuk semua warga negara Indonesia yang berdomisili di JEPANG, silakan daftar lewat situs tersebut. Anda juga bisa tahu hasil pemilihan caleg kemarin di situs itu (Yang belum saya buka, dan tidak tahu siapa yang terbanyak). Pokoknya ke situs itu saja deh, jika Anda masih mau memakai hak pilih Anda. Ingat…. sampai 10 Mei saja.

Selamat memilih ….

PPLN Tokyo sudah menetapkan Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2009 berdasarkan Daftar Pemilih Tetap Pemilu Legislatif 2009.

Silakan mengecek data Anda di http://pilpres.pplntokyo.org

Bagi pemilih yang sudah terdaftar di Pemilu Legislatif tetap diharuskan melakukan verifikasi data pemilih.

Bagi pemilih yang belum terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara, dapat melakukan pendaftaran baru di link yang sama.

Batas akhir pendaftaran Pilpres adalah 20 April 2009 10 Mei 2009.

PPLN Tokyo

Kebetulan pas tanggal 18 April lalu, saya ikut rapat KMKI di Sekolah Republik Indonesia Tokyo, dan itu berbarengan dengan pembukaan surat suara yang dikirim lewat pos. Hei, ada tuh satu lembar punya saya….

suasana pembukaan surat suara, sayang saya ngga boleh masuk hehehe
suasana (sesudah) pembukaan surat suara, sayang saya ngga boleh masuk hehehe

Kartu Nama

28 Apr

Ada satu hal yang kadang saya rasakan kurang ketika bertemu dengan teman-teman lama atau teman-teman baru, baik waktu reuni, maupun  kopdar blogger di Indonesia. Yaitu tidak adanya kebiasaan untuk bertukar kartu nama. Seperti saya dengan Lala, saya tidak punya kartu namanya, sehingga kalau saya mau mengirim sesuatu, saya harus menanyakannya via email atau sms. Dari sekian banyak blogger/teman lama yang pernah saya temui, mungkin hanya 5-10 lembar kartu nama yang pernah bertukar tempat dengan kartu nama saya.

Mungkin memang cukup dengan nama, blog dan email saja. Tapi mungkin karena saya sudah (seperti) orang Jepang, maka saya merasakan ada kejanggalan. Ya, di Jepang, jika mau bertemu dengan seseorang , harus menyiapkan KARTU NAMA atau MEISHI  名刺. Kalau tidak membawa, seakan kamu tidak “serius” dalam berkenalan, dan saya yakin, kamu akan kehilangan chance untuk mendapatkan pekerjaan. Terutama untuk orang seperti saya yang freelancer, then don’t leave home without it! (kalau Anda hanya ibu rumah tangga tentu saja tidak perlu, sekarang cukup tukar menukar nomor HP dan email HP saja!)

Tidak berbeda dengan di Indonesia, Kartu Nama di Jepang tentu saja memuat Nama, Alamat dan Nomor telepon. Untuk bisnis, biasanya hanya mencantumkan alamat dan nomor telepon kantor, nomor HP dan email HP. Dan untuk kalangan entertainer (maklum pernah bekerja di Radio) biasanya dipasang juga foto wajah (bukan pas photo).

kartu nama ini sempat saya pakai sebentar, tapi sekarang sudah habis

Nah ada satu fenomena yang menunjukkan bedanya masyarakat Jepang dan Indonesia mengenai pendidikan. Dan ini saya sering pakai untuk menjelaskan mengenai Gakureki shakai 学歴社会 society which places excessive [undue] emphasis on academic records . Dalam kartu nama saya yang berbahasa Jepang, tidak pernah saya cantumkan gelar kesarjanaan saya. Tetapi dalam kartu nama yang berbahasa Indonesia “terpaksa” saya pasang gelar itu. Saya selalu memberikan contoh kartu nama orang Indonesia misalnya Prof. Dr. H. Alibaba SE, MA, MSc dst dst. (Jadi bahan juga untuk menjelaskan singkatan apa saja itu, termasuk bedanya singkatan dan akronim). Saya rasa sedikit sekali orang Indonesia yang “tidak mau memamerkan” gelar mereka yang panjang-panjang itu. Lah…untuk dapatkannya juga susah payah …mungkin itu alasannya. Dan inilah gakureki shakai… yang jumlah elite berpendidikan masih sedikit (dibanding Jepang), sehingga gelar yang didapat haruslah dipajang.

Saya tidak bermaksud mengritik siapa-siapa, lah wong saya juga akhirnya pakai penulisan gelar itu karena memang masyarakat Indonesia menuntutnya. Sayang saya tidak sempat memotret baliho-baliho caleg di Indonesia waktu itu. Duuuh banyak sekali gelar kesarjanaan yang saya TIDAK TAHU singkatan apa itu. Coba lihat poster caleg Jepang! tidak ada satupun yang memakai gelar kesarjanaan. Dan memang pada dasarnya gelar kesarjanaan TIDAK ditulis. Lulus Universitas itu atarimae 当たり前, lumrah. Gelar kesarjanaan hanya dipakai di biografi buku yang ditulisnya, atau di seminar-seminar ilmiah.

Ada satu cerita lucu yang saya dapatkan dari teman saya. Dia cerita begini:

“Mel, kamu punya kebiasaan nulis sesuatu ngga di kartu nama orang?”
“Ya dong, biasanya tulis pake pensil, ketemu kapan, di mana”
“Tulis ciri khas orang itu ngga?”
“Hahahahahaha … iya, abis orang jepang kan mirip semua. Kadang aku tulis berkacamata, atau pinter bhs indo, atau cantik, atau spt somebody dll”
“Nah …. ini kejadian. Aku dan temanku pergi bertemu orang Jepang. Setelah selesai, kita masih ada di kantor itu beberapa saat, sambil ngopi di coffee shopnya. Terus temen gue ini pergi ke WC. Di situ ketemu dua kartu nama yang jatuh. Ternyata itu kartu nama kita. Dan……

“Hahahaha ada tulisan apa di belakangnya?”
“Ah elu mel, nyela aja. Iya gitu deh, ternyata si Jepun itu tulis ciri khas kita. Nah si temen gue ini sampai pucet, ternyata di kartu namanya ditulis cerewet, gendut, rambut kriwil. Sebel banget dia.
“Haahahaha. Makanya kalo nulis di kartu nama orang tuh yang bagus-bagus aja. Atau jangan pake bahasa yang bisa dimengerti orang lain. Kode dong kode…..”
“IYAAAAA…. tapi kan ini orang Jepang. Dan lu tau ngga di kartu nama gue ditulis apa? Si temen gue ini sampe ngga mau kasihin ke gue, takut gue marah.
“Apa? Gendut? ”

“Masih mending… ditulis HAGE はげ alias BOTAAAAAAAAAAAAAAAKK!”

“Hahahahahahahahaahah…. sorriiiiii but…. abis …. gimana lagiiiiiii”
“Sompret bener tuh orang”
“Hahahaha….. ya sudah… abis mau digimanain lagi kan? ”
“Iya…sekarang masalahnya. Dia ngejatuhin kartu nama kita nih kan. Nah kalo dia mau urusan sama kita kan ngga bisa jadinya. Dia mungkin cari ke WC. Tapi itu kan udah kita ambil. Mau kita balikin, ntar diambil org lain gimana? NAHHHH, kalo kita kembaliin ke YBS, lebih gawat lagi dong. Dia akan tahu kalo kita udah baca “MEMO” dia di kartu nama itu kan. Mazui まずい。 Payah!”
“Hahahahahahha… buah simalakama ya…. susyah deh. Ya diemin aja lah, mustinya dia bisa usaha tanya temennya yang lain atau gimana.”
“Ho oh. Cuman gue kan KESEL banget ditulis gitu”

Cerita nyata dengan sedikit modifikasi. Untuk yang merasa sorry ya …. hehehe.

So, hari ini tentang Kartu Nama ada dua pelajaran penting yang harus dihapal:

1. Selalu siapkan kartu nama jika bertemu dengan orang Jepang
2. JANGAN menulis yang negatif sebagai keterangan di kartu nama orang lain.

eh yang ketiga:

3. JANGAN menjatuhkan kartu nama orang lain di tempat senonoh….hihihihi  (Kalau kartu nama sendiri sih namanya promosi atau cari masalah hihihi)

IBSN : Enam jam kehidupan

21 Apr

Saya pernah membaca cerita ini 5 tahun yang lalu. Renungan yang selalu membuat saya menangis. Dan saya ingat saya pernah memberikannya pada seorang teman yang sedang menderita kanker. Dia berkata renungan itu amat menguatkannya. Dan betapa senangnya saya mendengar dia sudah sembuh sekarang. Berkat teh hijau…..

Saya ingin menaruh renungan ini di sini sebagai ingatan akan makna kehidupan untuk semua orang… Dan terutama ingin mendoakan Sassie, seorang blogger, anggota IBSN yang berpulang karena sakit juga. Semoga Sassie bisa menjadi cahaya yang menerangi kita yang masih tinggal di dunia, sama seperti tulisan-tulisannya yang begitu memberikan inspirasi bagi kita teman-temannya.

Copy berita dari sms:

innalillahi wa innalilahi rojiun.. telah berpulang ke rahmatullah.. adik dan saudara kami tercinta SASSIE KIRANA Binti Abdul muthalib pada hari minggu dini hari/senin pukul 3 pagi di lahad Datu Hospital jenazah telah dikebumikan pada hari senin sore di tarakan kami atas nama keluarga Almarhumah mohon maaf atas segala kekhilafan almarhumah semasa hidupnya semoga almarhumah mendapat tempat yang layak di sisiNYA Amin.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Sepasang suami istri hidup bahagia. Sejak 10 tahun yang
lalu, sang istri terlibat aktif dalam  kegiatan  untuk menentang
aborsi, karena menurut pandangannya,  aborsi berarti membunuh
seorang bayi. Setelah bertahun-tahun berumah-tangga, akhirnya sang
istri  hamil, sehingga pasangan tersebut sangat bahagia. Mereka
menyebarkan kabar baik ini kepada famili, teman2 dan sahabat2, dan
lingkungan sekitarnya. Semua  orang ikut bersukacita dengan
mereka.

Tetapi setelah beberapa bulan, sesuatu yang buruk terjadi.
Dokter menemukan bayi kembar dalam perutnya, seorang bayi laki2 dan
perempuan. Tetapi bayi perempuan mengalami kelainan, dan ia mungkin
tidak bisa hidup sampai masa kelahiran tiba. Dan kondisinya juga
dapat mempengaruhi kondisi bayi laki2. Jadi dokter menyarankan untuk
dilakukan aborsi, demi untuk sang ibu dan bayi laki2
nya.

Fakta ini membuat keadaan menjadi terbalik. Baik sang suami
maupun sang istri mengalami depressi. Pasangan  ini bersikeras untuk
tidak menggugurkan bayi  perempuannya (membunuh bayi tsb), tetapi
juga kuatir terhadap kesehatan bayi laki2nya. “Saya bisa merasakan
keberadaannya, dia sedang tidur nyenyak”, kata sang  ibu di sela
tangisannya.

Lingkungan sekitarnya memberikan dukungan moral kepada
pasangan tersebut, dengan mengatakan bahwa ini adalah  kehendak
Tuhan. Ketika sang istri semakin mendekatkan  diri dengan Tuhan,
tiba-tiba dia tersadar bahwa Tuhan pasti memiliki rencanaNya dibalik
semua ini.

Pasangan ini berusaha keras untuk menerima fakta ini. Mereka
mencari informasi di internet, pergi ke perpustakaan, bertemu dengan
banyak dokter, untuk mempelajari lebih banyak tentang masalah bayi
mereka. Satu hal yang mereka temukan adalah bahwa mereka tidak
sendirian. Banyak pasangan lainnya yang juga  mengalami situasi yang
sama, dimana bayi mereka tidak dapat hidup lama. Mereka juga
menemukan bahwa beberapa bayi akan mampu bertahan hidup, bila mereka
mampu memperoleh donor organ dari bayi lainnya. Sebuah peluang yang
sangat langka. Siapa yang mau mendonorkan organ bayinya ke orang
lain ?

Jauh sebelum bayi mereka lahir, pasangan ini  menamakan
bayinya, Jeffrey dan Anne. Mereka terus bersujud kepada Tuhan. Pada
mulanya, mereka memohon keajaiban supaya bayinya sembuh. Kemudian
mereka tahu, bahwa mereka seharusnya memohon agar diberikan kekuatan
untuk menghadapi apapun yang terjadi, karena mereka yakin Tuhan
punya rencanaNya sendiri.

Keajaiban terjadi, dokter mengatakan bahwa Anne  cukup sehat
untuk dilahirkan, tetapi ia tidak akan bertahan hidup lebih dari 2
jam. Sang istri kemudian berdiskusi dengan suaminya, bahwa jika
sesuatu yang buruk terjadi  pada Anne, mereka akan mendonorkan
organnya. Ada dua bayi yang sedang berjuang hidup dan sekarat, yang
sedang menunggu donor organ bayi. Sekali lagi, pasangan ini
berlinangan air mata. Mereka menangis dalam posisi sebagai orang
tua, dimana mereka bahkan tidak mampu menyelamatkan Anne. Pasangan
ini bertekad untuk tabah menghadapi kenyataan yg akan
terjadi.

Hari kelahiran tiba. Sang istri berhasil melahirkan kedua
bayinya dengan selamat. Pada momen yang sangat berharga tersebut,
sang suami menggendong Anne dengan sangat hati-hati, Anne menatap
ayahnya, dan tersenyum dengan manis. Senyuman Anne yang imut tak
akan pernah terlupakan dalam
hidupnya.

Tidak ada kata2 di dunia ini yang mampu menggambarkan
perasaan pasangan tersebut pada saat itu. Mereka sangat bangga bahwa
mereka sudah melakukan pilihan yang tepat (dengan tidak mengaborsi
Anne), mereka sangat bahagia melihat Anne yang begitu mungil
tersenyum pada mereka, mereka sangat sedih karena kebahagiaan ini
akan berakhir dalam beberapa jam saja. Sungguh tidak ada kata2 yang
dapat mewakili perasaan pasangan tersebut. Mungkin hanya dengan air
mata yang terus jatuh mengalir, air mata yang berasal dari jiwa
mereka yang terluka..

Baik sang kakek, nenek, maupun kerabat famili memiliki
kesempatan untuk melihat Anne. Keajaiban terjadi lagi, Anne tetap
bertahan hidup setelah lewat 2 jam. Memberikan kesempatan yang lebih
banyak bagi Keluarga tersebut untuk saling berbagi kebahagiaan.
Tetapi Anne tidak mampu bertahan setelah enam
jam…..

Para dokter bekerja cepat untuk melakukan prosedur pendonoran
organ. Setelah beberapa minggu, dokter menghubungi pasangan tsb
bahwa donor tsb berhasil. Pasangan tersebut sekarang sadar akan
kehendak Tuhan. Walaupun Anne hanya hidup selama 6 jam, tetapi dia
berhasil menyelamatkan nyawa saudaranya.  Bagi pasangan tersebut,
Anne adalah pahlawan mereka, dan sang Anne yang mungil akan hidup
dalam hati mereka
selamanya…

Sumber : Gifts From The Heart for Women – Karen Kingsbury

******************************

***************************************
2. REFLECTION

1.      SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama kita hidup, satu
hari ataupun bahkan seratus tahun. Hal yang benar2 penting adalah
APA YANG KITA TELAH KITA LAKUKAN SELAMA HIDUP KITA, YANG BERMANFAAT
BAGI  ORANG LAIN.

2.      SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama perusahaan kita
telah berdiri, satu tahun ataupun bahkan dua ratus tahun. Hal yang
benar2 penting adalah APA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN KITA SELAMA INI,
YANG  BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN

3.      Ibu Anne mengatakan “Hal terpenting bagi orang tua bukanlah
mengenai bagaimana karier anaknya di masa mendatang, dimana mereka
tinggal, maupun berapa banyak uang yang mampu mereka hasilkan.
TETAPI HAL TERPENTING BAGI KITA SEBAGAI ORANG TUA ADALAH UNTUK
MEMASTIKAN BAHWA ANAK-ANAK  KITA MELAKUKAN HAL2 TERPUJI SELAMA
HIDUPNYA, sehingga ketika kematian menjemput mereka, mereka akan
menuju surga”.

*********************************************************************

You Are My Sushine

12 Apr

The other night, dear, as I lay sleeping
I dreamed I held you in my arms
But when I awoke, dear, I was mistaken
So I hung my head and I cried.

You are my sunshine, my only sunshine
You make me happy when skies are gray
You’ll never know, dear, how much I love you
Please don’t take my sunshine away

I’ll always love you and make you happy,
If you will only say the same.
But if you leave me and love another,
You’ll regret it all some day:


Aku  ingin berbagi sebuah email dari blog-multiplynya Romo Pujasumarta, Uskup Bandung, yang kuterima dalam rangka Paskah. Sudah berkali-kali aku baca cerita sharing ini, dan setiap kali aku menangis. Biarlah aku pasang di blogku ini, sehingga bisa aku baca setiap kali putus asa dan merasa sedih. Yes, you all are my sunshine!

PASKA KEBANGKITAN TUHAN

Allah menghendaki Yesus Kristus Putera-Nya, tetap hidup selama-lamanya. Daya hidup yang tersimpan di dalam-Nya tidak dimusnahkan oleh kematian. Namun sebaliknya diabadikan oleh Kasih Ilahi, supaya daya hidup itu memberdayakan hidup kita sehingga semakin serupa dengan hidup-Nya.

MUJIZAT NYANYIAN SEORANG KAKAK

“YOU ARE MY SUNSHINE”

Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee, USA . Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang ke dua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya. Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya di perut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih di perut ibunya itu. Nampaknya Michael amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu.

Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh di luar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen, “Bersiaplah, jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi!”

Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!

“Mami, aku mau nyanyi buat adik kecil!” Ibunya kurang tanggap.

“Mami,  aku pengin nyanyi!” Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.

“Mami,  aku kepengin nyanyi!” Ini berulang kali diminta Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil.

Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.

Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup! Ia  dicegat oleh suster di depan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk!. Karen ragu-ragu. Tapi, suster…. suster tak mau tahu. Ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk! Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya, “Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya!” Suster terdiam menatap Michael dan berkata, “Tapi tidak boleh lebih dari lima menit!”

Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya … lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring, “You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey” Ajaib! si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya. “You never know, Dear, how much I love you. Please, don’t take my sunshine away.”

YOU ARE MY SUNSHINE

By Johnny Cash

(Cfr. http://www.youtube.com/watch?v=FafLnokzeNo)

The other night, dear, as I lay sleeping
I dreamed I held you in my arms
But when I awoke, dear, I was mistaken
So I hung my head and I cried.

You are my sunshine, my only sunshine
You make me happy when skies are gray
You’ll never know, dear, how much I love you
Please don’t take my sunshine away

I’ll always love you and make you happy,
If you will only say the same.
But if you leave me and love another,
You’ll regret it all some day:

You are my sunshine, my only sunshine
You make me happy when skies are gray
You’ll never know dear, how much I love you
Please don’t take my sunshine away

You told me once, dear, you really loved me
And no one else could come between.
But not you’ve left me and love another;
You have shattered all of my dreams:

You are my sunshine, my only sunshine
You make me happy when skies are gray
You’ll never know dear, how much I love you
Please don’t take my sunshine away

In all my dreams, dear, you seem to leave me
When I awake my poor heart pains.
So when you come back and make me happy
I’ll forgive you dear, I’ll take all the blame.

You are my sunshine, my only sunshine
You make me happy when skies are gray
You’ll never know dear, how much I love you
Please don’t take my sunshine away

Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan, “Terus, terus, Michael! Teruskan, Sayang!” bisik ibunya. “The other night, dear, as I lay sleeping, I dream, I held you in my arms” Dan sang adik pun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur. “I’ll always love you and make you happy, if you will only stay the same!” Sang adik kelihatan begitu tenang … sangat tenang.

“Lagi, Sayang!” bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan … adiknya kelihatan semakin tenang,  relax dan damai … lalu tertidur lelap.

Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.

Hari berikutnya, satu hari kemudian, si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapy ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai Mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa! Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan, “How much I love you”.

Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil “Michael” untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagi-Nya, bila Ia menghendaki terjadi.

Allah menghendaki Yesus Kristus Putera-Nya, tetap hidup selama-lamanya. Daya hidup yang tersimpan di dalam-Nya tidak dimusnahkan oleh kematian. Namun sebaliknya diabadikan oleh Kasih Ilahi, supaya daya hidup itu memberdayakan hidup kita sehingga semakin serupa dengan hidup-Nya.

Selamat Paska!

Bandung, 12 April 2009

+ Johannes Pujasumartaa

Uskup Keuskupan Bandung

Kelopak Bunga Menari

11 Apr

Kelopak bungamu menari gemulai melayang di atas kepala

Tengadahkan muka menyambut lembutnya sentuhanmu

kuarak engkau yang turun bagaikan bidadari menari

ingin kurebahkan diriku di hamparan permadani merah muda

dan mendengarkan dentingan dawai gita surgawi

serenity

aku terbangun pukul 5:30, tak lama Riku pun bangun dan disusul Kai. Ah, anak-anakku ini memang selalu bangun pagi. Padahal aku baru tidur pukul 3 pagi, karena mempersiapkan makanan siang untuk Akemi san dan Riku, serta membereskan rumah.

Riku berteriak pada papanya, “Papa hari ini sakura fubuki loh…”. Fubuki biasanya dipakai untuk musim dingin yang menggambarkan keadaan salju turun dicampur angin yang menghalangi pandangan mata. Kanjinya saja 吹雪 yaitu kanji  angin dan salju.  Nah jika Sakura fubuki berarti sakura no hanabira (kelopak) turun bagaikan hujan dan tertiup angin, menari-nari sampai ke tanah. Ah bunga sakura pun akan rontok dan habis. Kecantikan sakura memang hanya sementara. Masih untung di musim sakura kali ini tidak ada hujan yang merusaknya. Sejak tanggal 21 Maret, awal sakura mulai mekar di Tokyo, sampai hari ini tidak turun hujan. Cukup lama untuk kelangsungan hidup sakura, yang biasanya hanya bertahan 1 minggu sampai 10 hari saja. Ada rasa sedih dan sepi saat berpisah dengan sakura. Hmm orang Jepang memang kodoku 孤独, selalu kesepian!

Hari ini, Jumat 10 April  adalah hari pertama aku mengajar di universitas untuk tahun ajaran 2009-2010. Begitu aku antar Kai ke Himawari, dia langsung memeluk gurunya, dan tanpa menangis, dia iringi kepergianku. Aman…. Aku langsung menuju halte bus, naik bus ke stasiun di jalur lain, dan ganti kereta 2 kali dan naik bus dosen untuk bisa sampai di kampus Senshu University. Jauh, tapi tak terasa aku sudah mengajar di sini 10 tahun!

Kelas menengah hanya 5 orang saja, di kelas yang bisa memuat 30-40 murid. Bergema! Aku harus minta pindah kelas, meskipun mungkin minggu depan jumlah murid akan bertambah.

Setelah jam kedua selesai, aku bergegas menuju ke ruang rapat untuk mengikuti rapat dosen yang selalu diadakan setiap awal tahun ajaran. Pembicaraannya sudah klise, sehingga tanpa hadirpun tidak akan ada topik yang ketinggalan. Tapi mumpung ada kesempatan bertemu dengan dosen lain, dan makan siang gratis… apa salahnya.

Waktu aku masuk ruang rapat, aku duduk di samping dosen perempuan yang mengajarkan bahasa Korea. Aku tidak tahu namanya, tapi yang pasti dia pernah menyapa aku, setelah aku kembali mengajar sesudah melahirkan Riku. Waktu itu aku hanya cuti satu semester, dengan digantikan Ibu Sasaki (感謝いたします). Dan dia yang menegur aku, mengucapkan selamat, dan berkata jika ada yang bisa dibantu kasih tahu saja. Well, tentu saja hanya basa-basi tapi daripada tidak? Kita harus bersyukur bahwa masih ada yang memperhatikan dan berkeinginan berbuat baik untuk kita. Sambil bercakap dengan dia, aku menyadari bahwa memang aku telah berusaha dan berjuang dalam sepuluh tahun ini…. mengajar dan membesarkan dua anak.  I should be proud of myself.

Jam ke tiga, aku mengajar kelas dasar. Dan senangnya aku mendapat kelas yang dilengkapi alat LL. Jumlah mahasiswanya mungkin terbanyak selama aku mengajar di sini. Hampir 40 orang. Dan ada seorang mahasiswa penderita cacat, sehingga perlu pelakuan khusus. Tapi aku kagum dengan semangatnya. Meskipun sulit berbicara, dia berusaha untuk mengulang perkenalan bahasa Indonesia selengkapnya. Setelah pelajaran selesai aku berkata padanya, kalau mau skip latihan percakapan/ucapan, kasih tahu saja. Mungkin dia akan minder jika semua perhatian pada dia. Mudah-mudahan murid-murid tahun ini bisa memenuhi harapan.

Pulang bersama guru bahasa Spanyol sejak naik bus dari kampus sampai di Stasiun Shinjuku. Cantik dia. Suaminya orang Jepang, tapi dia pernah berkata padaku, bahwa dia tidak akan mau melahirkan. Suaminya pun tidak mau punya anak. Merepotkan saja katanya. Apalagi kalau dia pulang kampung butuh berpuluh jam naik pesawat. Dia tidak bisa membayangkan mengajak pulang anak-anak dan berada satu pesawat dengan anak-anak selama dua puluh jam… Well, pandangan hidup manusia memang berbeda.

Sebelum pulang ke rumah aku sempat membeli sakura mochi dan saudara-saudaranya. Untuk menemani minum teh bersama Akemi san. Dan tentu saja untuk difoto dan memasang fotonya di blog hehehe. Dan sakura mochi itu ternyata tidak memakai bunga sakura, tetapi justru memakai daun sakura yang direbus dan diberi garam. Jadi daunnya bisa dimakan (dan enak!) Dan mochinya berwarna pink sehingga mengingatkan kita pada bunga sakuranya.

Dari kiri ke kanan, atas ke bawah :

( Tsubu an mochi, Ohagi wijen, Kusa mochi, Sakura mochi, koshi an mochi, Ohagi kinako)

Sedangkan kalau Sakura-dorayaki memang ada rasa sakura dalam mochi di dalam dorayakinya:

Sakura dorayaki

Kelas Satu Berseri

8 Apr

Pika-pika no ichinensei. ぴかぴかの一年生。Pika-pika adalah mengkilap, dan ichinensei adalah kelas satu. Ucapan ini mengacu pada anak berusia 6 tahun yang masuk Sekolah Dasar.  Hei, memang kalau masih baru pasti bersih mengkilap kan? Karena itu juga aku tidak menghalangi keinginan Gen untuk membelikan semua yang baru untuk Riku, meskipun mungkin sudah ada barang-barang yang dicari, yang sudah bekas dipakai. Gen bilang bahwa kelas satu itu ingin diawali dengan barang baru, semangat baru, yang pastinya rasanya lain jika kita sebagai orang tua memberikan yang bekas. OK saja, selama kita masih bisa membelikannya. Sehingga akupun  sebetulnya sudah siap juga seandainya Gen mau membelikan meja belajar yang baru! (entah kenapa di Jepang, masuk SD = ransel dan meja belajar + jas)  Gampang deh soal tempat, kalau perlu ada perabot yang dibuang juga tidak apa.  Tapi akhirnya dia sendiri yang membatalkan keinginan membelikan meja belajar.

Tibalah tanggal 6 April yang dinanti. Jam 4 pagi aku sudah terbangun dan menyiapkan tasnya Kai untuk ke penitipan. Tentu saja semua barang yang dibawa ke penitipan harus diberi nama semua. Huh, kadang aku bosaaan banget deh dengan ketentuan begini.

Semua bangun sebelum jam 7 pagi. Tumben! Aku siapkan sarapan cepat-cepat dan bersiap untuk mengantarkan Kai ke penitipan jam 8 pagi. Ya, hari ini aku menitipkan Kai, supaya aku bisa konsentrasi untuk acaranya Riku saja. Dan setelah menurunkan Kai di penitipan aku mampir ke ATM terdekat, dan saat itulah aku melihat si TukTuk yang pernah aku ceritakan. Rupanya pemiliknya tinggal di sekitar stasiun. Cepat-cepat aku ambil kamera dan mencuri foto dari samping.

Buru-buru aku kembali ke rumah, dan ganti baju dandan, dan pukul 9 teng kita berjalan dari rumah menuju ke SDnya yang terletak 15 menit jalan kaki. Acaranya sendiri dimulai pukul 9:30. Di depan sekolah ada sebuah taman dan sakura menghiasi taman dan jalanan di sekitarnya. Ah sakura ini memang melengkapi kegembiraan dan memberi keindahan tersendiri dalam memulai sesuatu yang penting. Apalagi hari ini samat hangat, dengan suhu sekitar 20 derajat. Dari jauh kami bisa melihat antrian orang tua di depan gerbang, yang menunggu giliran untuk bisa berfoto di depan papan bertuliskan “Upacara Penerimaan Murid Baru” Nyuugakushiki 入学式。Tapi aku bilang itu belakangan saja.

(antri masuk di depan halaman sekolah – pakai uwabaki sepatu dalam yang diberi nama dan kelas)

Begitu masuk ke kompleks sekolah, kami disambut oleh murid kelas 6 SD tersebut yang membagikan lembaran kertas yang berisi pembagian kelas. Ada 99 murid baru yang dibagi menjadi 3 kelas. (Jumlah ini sedikit menurut Gen, tapi banyak menurut aku mengingat semakin sedikit jumlah anak di Jepang) Dan Riku masuk ke kelas I – 2. Sedihnya tidak ada temannya laki-laki yang dari kelas TK yang sama. Jadi dia benar-benar harus membuat teman baru di sini. Gen bilang, bagus dong…awal baru teman baru.

Begitu mendaftar dan mendapatkan tanda nama yang disematkan oleh sempai (kakak kelasnya) , kami bersama Riku menuju ke kelasnya. Di sana juga sudah menunggu sempai yang lain, yang membantu adik-adiknya menaruh tas ransel dan menunjukkan tempat duduknya. Hmmm sistem sempai membantu adik kelasnya ini juga bagus kalau menurut saya. Menjadikan lebih akrab. Saya tanya pada Gen apakah dulu juga ada sistem seperti ini, dan katanya hampir di semua sekolah menerapkan sistem “mentoring” seperti ini. (Jadi ingat waktu aku masuk ke Yokohama univ juga ada mentor yang membantu … hmmm siapa ya? kok lupa sih. Ohh… kayaknya Kimiyo dan Kayoko deh, mentoringnya malah ngajak jalan-jalan ke Kamakura hahaha)

(sempai membantu murid baru–kohai— memasuki kelas – Riku bersama teman sebangkunya)

Sementara Riku dan teman-temannya menunggu di kelas, kami para orangtua menuju ke sport hall untuk mengikuti upacara murid baru. Sport Hall dihias dengan tulisan omedetou (Selamat) di panggung dan slogan Mirai to yume e tsukisusume (menyongsong mimpi dan masa depan) menghadap panggung. Di sekeliling hall ditutup dengan kain bergaris merah putih, tanda selamatan oiwai. (Kalau duka maka kain bergaris hitam putih). Kebetulan aku duduk di tempat yang strategis sehingga bisa memotret waktu defile murid-murid baru masuk menurut kelasnya. Mereka masuk berpasangan dengan teman sebangkunya. Dan yang mengherankan aku pasangannya laki-laki perempuan bergandengan tangan. Rupanya di Jepang tempat duduk di SD pasti berpasangan laki-laki perempuan.(wahhh jadi inget waktu SMP aku sebelahan sama Gatot –si tukang nyontek — ups sorry tot… jangan marah yaaa hehehe – kapan lagi nama loe aku tulis di sini kan)

(masuk sporthall bersama teman-teman sekelas – liat tuh… Riku mencari-cari mamapapanya di antara pengunjung duuuh duduk yang manis nape?)

Acara diawali dengan sambutan dari Kepala Sekolah SD, kemudian perkenalan wali kelas dari ketiga kelas satu. Eh sebelum pidato dari Kepsek, kami menyanyikan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo. (terus terang aku ngga bisa nyanyinya dan pas udah tengah-tengah baru ngeh sadar bahwa itu adalah lagu kebangsaan) Baru di situ aku juga sadar bahwa SD ini adalah SD Negeri yang didirikan oleh pemerintah daerah.

Setelah perkenalan wali kelas, ada perkenalan seluruh staf guru dan pegawai TU. Penyerahan hadiah dari pemerintah/ pemerintah daerah yang diserahkan oleh Kepala Sekolah kepada salah satu wakil murid baru. Hadiah itu berupa pelindung kepala waktu gempa, cover penutup ransel berwarna kuning, buku pelajaran dan buku tulis. Dari kepolisian diberikan hadiah buzzer, alat pencegah kejahatan berupa alarm yang cukup keras untuk digunakan jika bertemu dengan orang yang mencurigakan/ bermaksud jahat. (Sampai di rumah sempat coba, dan suaranya rek…kenceng banget)

Penyampaian ucapan selamat dari tamu agung (dari kelurahan, kepsek SMP negeri terdekat, kepsek TK di lingkungan sekitar termasuk dari TK nya Riku, serta pengurus PTA. Selain itu juga dibacakan telegram indah yang diterima yang berisi ucapan selamat. Setelah upacata selesai, ada pertunjukan dari murid kelas 2 SD, berupa puisi/ wejangan dari kakak kelas serta permainan pianica. Hebat! aku terharu juga melihat usaha mereka. Anak-anak kelas 2 ini kan tahun lalu juga murid 1 SD. Berarti kelak tahun depan, Riku juga aan mengucapkan selamat datang lagi bagi juniornya, murid SD yang baru.

(pertunjukan musik dan pesan dari kelas 2 – suasana kelas Riku dengan walikelas —tannin–nya)

Selesai acara ini, maka murid-murid kelas 1 kembali ke kelasnya untuk mendengarkan pesan dari guru, sambil menunggu giliran untuk berfoto bersama.  Walikelas (tannin 担任) Riku di kelas 1-2 itu bernama Chiaki Sensei. Cantik, dan ….kelihatan galak. Aku heran deh semua guru awal Riku (baru 2 kali sih) cantik tapi galak hehhehe. Apakah karena mamanya juga guru dosen yang cantik tapi galak? cihuuuy (ehhh aku ngga galak kan? ne Melati san). Sambil membawa semua barang-barang yang dibagikan di sekolah, anak-anak berbaris menuju pintu untuk bersalaman dengan gurunya dan pulang. Hmmm di sini terlihat ya, perbedaan dari pendekatan guru TK dan SD. Di TK, guru memeluk muridnya, sedangkan di sini guru sudah mengajarkan budaya salam yang menunjukkan juga bahwa si anak sudah mulai memasuki masyarakat yang formal, bukan anak kecil yang suka main-main lagi.

Sebelum pulang aku juga sempat berbicara dengan gurunya, meminta maaf aku tidak bisa datang pertemuan PTA jika diadakan pada hari Jumat. Padahal aku ingin sekali loh ikut aktif di PTA …..

(di depan papan “Nyuugakushiki”)

Keluar gedung sekolah, langsung antri untuk berfoto di depan papan Upacara Penerimaan Murid Baru, juga tak lupa berfoto di bawah naungan pohon sakura di taman depan sekolah.

Masih dalam rangka “selamatan” Riku memilih makan siang di restoran sushi. (Mang Kumlod, Yug, Japs dan Lia, liat deh sushi dengan topping telur ikan salmon, Ikura. Ini yang saya bilang seperti levertran) Dan papa-mama menutup hari “bersejarah” dalam hidup berkeluarga dengan KAMPAI! ting

(Riku makan tobiko, telur ikan terbang – set menu dengan hotaru ika, cumi-cumi – ikura, telur ikan salmon)