How JAWA are you?

7 Jan

Aduuuuh aku mau ngakak bener deh begitu selesai menjawab kuis tentang “How Jawa are you?” di FaceBook. Karena jawabannya gini :

Wong Jowo Asli

sampeyan benar-benar orang jawa Tulen, jangan melupakan kebudayaan, unggah ungguh dan tata krama, matur sembah nuwun

***********************

Nah loh…. padahal? Dalam diriku TIDAK ADA darah jowo-jowoan sama sekali! Meskipun mama pernah tinggal di Yogya (Tapi itu kan mama, bukan saya! Saya hanya pernah tinggal di jakarta dan JAPAN not JAVA  — tidak seperti abang Sony yang orang Batak tapi jawa banget karena pernah sekolah di sono). Saya juga bukan Novi, adik saya yang menikah dengan wong Solo dan punya rumah kedua di Klaten sono. Pernah sih punya mantan pacar orang Jawa (gede di Jakarta) sebentar hihihi (dan yang pasti tidak pernah dia mengajari saya bahasa/ budaya jawa). So? …mau tahu pertanyaannya? Sebetulnya lebih enak ikut kuisnya langsung di FB supaya bisa langsung dapat resultnya. (Terus terang saya sendiri tidak tahu jawaban benernya apa… jadi cari sendiri ya jawabannya hehehhe. Lha wong aku jawabnya juga sambil ketawa-ketiwi ngga yakin dan kayaknya pasti salah — ada sih niat untuk pake Uncle Goole mencari jawabnya, but ngga lah moso mau serius gitu hihihi)

kuis ini mengukur betapa JAWA diri anda, monggo dipun jawab !

  1. Apa nama Ibukota Jawa Tengah

  2. Raden Harjuna satriyo ing?

  3. Apa bahasa jawa halusnya “Makan”?

  4. Isi Sawo arane?

  5. Kota Batik adalah?

  6. Gendhing untuk mengiringi temanten adalah?

  7. Anake Kebo arane?

  8. Becik ketitik, …………

  9. Jamu untuk mengobati Panas Dalam adalah?

  10. Ing …… mangun karso

SO? gimana …. bagi yang Jawa apakah Anda jawa tulen….seperti saya hhihihihi.

But, sebagai kelanjutan tulisan ini, Anda kenal Ki Manteb Sudharsono? Ya, saya pernah berkesempatan mewawancarai beliau waktu beliau datang ke Jepang dalam rangka undangan Nihon Wayang Kyokai yang diketuai Bapak Matsumoto Ryo (tahunnya saya lupa). Dan waktu itu pertama kali saya melihat langsung pertunjukan wayang langsung (bukan lewat TV — saya ingat duluuuuuu sebelum saya datang ke Jepang, di TV ada pertunjukan wayang dini hari, dan adik saya Andy dengan getolnya nonton di depan TV, syaa kadang hanya menemani dia….. lah saya juga tidak mengerti bahasa Jawa hiks) yang didalangi oleh pedalang Indonesia apalagi terkenal begitu. Dan memang, Ki Manteb memang mantap sekali membawakan cerita dan menggerakkan wayang kulit… ya saya ingat terkadang beliau menyelipkan humor (sedikit berbau politik juga) sehingga yang mengerti bahasa Indonesia dan situasi Indonesia waktu itu bisa tertawa. Saya kagum pada pedalang yang bisa membuat penontonnya tertawa seperti itu.

Mewawancarai Ki Manteb Sudarsono untuk acara Radio Gita Indonesia di InterFM 76,1 MHz Tokyo
Mewawancarai Ki Manteb Sudharsono untuk acara Radio “Gita Indonesia” di InterFM 76,1 MHz Tokyo
******************************

 

Saya banyak mempelajari wayang justru setelah saya datang ke Jepang. Sejak saya berkenalan dengan Nihon Wayang Kyokai, secara tidak langsung akhirnya saya mempelajari wayang juga, terutama tokoh-tokoh yang keluar dalam cerita perwayangan itu. Itu masih awal-awal kedatangan saya di Jepang, sambil belajar di Universitas Yokohama, saya arubaito (part-time) mengajar bahasa Indonesia di Kelompok Wayang itu. Setiap hari Selasa malam, saya mendatangi apartemen Bapak Matsumoto/ Sebuah apartemen kecil yang dijadikan studio wayangnya. Begitu masuk langsung terhampar layar putih lebar yang memakan semua kelebaran apartemen. Bukan layar itu saja yang memenuhi ruangan. Bermacam wayang kulit tersimpan dalam peti kayu, buku-buku wayang, batik (kebetulan istri dari Bapak Matsumoto adalah juga pembuat batik — dan jangan pikir dia orang Indonesia…. pasangan suami istri ini JAPANESE tulen yang menguasai JAVANESE culture! ) dan sebuah kotatsu (meja rendah berukuran 1 meter x 1 meter untuk kita belajar. Memang serasa masuk “gudang” tapi langsung bisa merasakan suasana Indonesia di dalam kamar itu!
 Bersama Bapak Matsumoto Ryo, Restoran Jembatan Merah,Akasaka-Tokyo dalam penyambutan Pedalang Ki Manteb Sudharsono
Bersama Bapak Matsumoto Ryo, Restoran Jembatan Merah,Akasaka-Tokyo dalam penyambutan Pedalang Ki Manteb Sudharsono
********************

 

Bapak Matsumoto sendiri sudah pintar berbahasa Indonesia. Sebetulnya Bapak Matsumoto ini adalah lulusan bahasa Perancis pada Universitas Bahasa Asing Osaka, 40 tahun lebih berkecimpung dalam dunia perwayangan, sampai mendirikan Nihon Wayang Kyokai (Perhimpunan Wayang Jepang). Dan tidak heran atas usahanya ini, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan Satyalencana Kebudayaan. Setiap hari selasa ini, saya hanya mengajar anggota Nihon Wayang Kyokai yang belum begitu mahir berbahasa Indonesia. Meskipun pada awalnya saya sudah katakan, mungkin lebih baik mencari guru bahasa Indonesia yang berasal dari jawa sehingga kalau ada bahasa Jawa bisa juga sekaligus diajarkan. Tapi mereka berkata, soal bahasa Jawa gampang, kami tinggal bertanya pada Bapak Matsumoto. Yang kami perlu bahasa Indonesianya. OK then…

 

Nah, bahan pelajaran yang dipakai adalah cerita dalam bahasa Indonesia dari sebuah majalah bulanan kepunyaan bapak Matsumoto. Biasanya satu cerita sepanjang 3 halaman A4, kadang bisa selesai diterjemahkan  dalam 1 kali pertemuan (2 jam) jika banyak yang hadir, tapi kadang harus  2 kali pertemuan jika sedikit yang hadir. Banyak itu berapa orang? Maximum 6-7 orang. Ceritanya mengenai Karna, Durna, Pandawa …. dsb dsb (hmmm saya harus mengumpulkan kembali fotokopian itu! pasti ada… somewhere hehehhe)

 

Saya memang mengajar bahasa Indonesia kepada mereka, tapi saya belajar banyak dari mereka! Saya belajar wayang, cerita Mahabarata, bahkan bahasa Jawa dan sedikit bahasa Jepang yang kromo. Sebelum saya mengajar di situ, saya tidak tahu apa bahasa Jepangnya “pamit” …. eh rupanya 暇乞い(いとまごい)をする。Sayang saya terpaksa harus menghentikan mengajar di situ, karena konsentrasi untuk pembuatan thesis dan kesibukan lain.

 

Tapi sekitar awal tahun 2006, saya bertemu kembali dnegan Bapak Matsumoto dan mendapat kehormatan dipercayakan mengisi suara (narasi) dalam bahasa Indonesia sebuah lakon “Mizu no Onna” (kalau tidak salah bahasa Indonesianya Dewa Ruci….  lupa deh) karya bapak Matsumoto sendiri yang akan ikut serta dalam Festival Wayang Internasional di Yogya 23-Juli 2006. Waaaah, waktu itu saya senang sekali karena menjadi “artis suara” merupakan impian saya. Saya harus mengganti suara sesuai karakter yang ada dalam skenario. Kadang sedih, kadang genit, kadang marah…. wah itu susah. Skenario itu merupakan challenge pertama untuk saya. Dan untung saja masih ada kesempatan ke dua, karena tahun berikutnya, 2007, saya  diberi kesempatan lagi untuk membacakan cerita “Menuju Istana Bayangan” (Wayang Jepang) yang akan digelar di Mangkunegaran. Nah… ini benar challenge karena dalam cerita banyak terdapat karakter pria, wanita dan jin hehhehe. Sayang sekali saya tidak bisa hadir di kedua acara pagelaran wayang dari bapak Matsumoto itu di Yogya.
bersama pak Matsumoto Desember 2010

 

Saya percaya, jika manusia keluar dari “sarang”nya bukan hanya bisa melihat pemandangan indah di luar, dan terlebih dapat melihat ke dalam sarangnya sendiri dengan lebih obyektif dan bahkan mendalaminya. Meskipun kadang saya –sebagai manusia tak bersuku– merasa gamang dalam menentukan dimanakah sebetulnya sarangku itu. Yang saya tahu, hutanku adalah Indonesia!

 

Ramalan Bintang

5 Jan

Percayakah Anda ramalan bintang/zodiac? Ada yang percaya sekali, tapi ada juga yang sama sekali tidak percaya.  Kalau saya? setengah setengah. Biasanya hanya ambil yang bagus saja. hehhehe. Dan biasanya di awal tahun begini, orang Jepang sibuk membeli majalah yang memuat lengkap ramalan dan peruntungan bintang selama 1 tahun. Yang diramal adalah mengenai pekerjaan, asmara, keuangan dan keseluruhan. Selain berdasarkan zodiak, ada ramalan juga berdasarkan golongan darah (yang cuma 4 itu loh… heran deh orang Jepang percaya amat dengan ramalan golongan darah— katanya orang golongan darah A itu teliti dan rapih haduh), berdasarkan shio (Eh La, shio kita sama loh, MONYET!), juga berdasarkan tarot/astrology yang lain. Pokoknya satu majalah isinya ramalan semua deh… (padahal majalahnya juga ngga murah-murah banget loh…besok cari ah…. hihihi). Cuman kayaknya musti tanya primbon jawa juga deh … untuk yang kelahiran Minggu Legi pagi hari jam 8 itu peruntungannya gimana (haiyahh….  emang kamu orang Jawa mel? hihihi)

Di Tokyo ada beberapa peramal yang dalam bahasa Jepang disebut uranaishi 占い師. Uranaishi ini awalnya meramal di dekat stasiun, dan jika banyak ramalan yang tepat akan menimbulkan antrian panjang seperti Shinjuku no haha,  juga Oizumi no haha (mereka bahkan punya website sendiri loh …dan kalau dilihat-lihat mirip Aline Sahertian — dan katanya mas NH18 saya mirip Aline Sahertian — so — saya pantas jadi peramal? hihihi ). Dan ada pula yang sering muncul di televisi Jepang yaitu Hosoki Kazuko 細木数子. Tentu saja yang banyak menaruh kepercayaan pada peramal-peramal ini adalah gadis-gadis, terutama yang belum menikah, ingin mengetahui jodohnya (Padahal emangnya si peramal bisa siapin jodoh gitu?).

Nah, saya sih cuman liat ramalan bintang di Yahoo/google aja. Dan menurut mereka saya di tahun 2009 ini begini:

Year 2009 Overview

In order for Capricorn to accomplish their goals in 2009, intelligent brainstorming is a must. Connecting with others satisfies your mind, and friends are a source of stimulation and inspiration, adding to the scientific developments you like to explore. That said, be sure to take time for yourself. You don’t have to master everything in a day.

You thrive on making new discoveries and developing opportunities. Call upon your inner guidance to help get the job done more efficiently. If you feel any uncertainty, other people are there to confirm your ideas, and allowing yourself to explore your inner thoughts will help you align yourself with a greater sense of awareness and meaningfulness.

Capricorn rarely shies away from highly concentrated work, and you are able to meet challenges as they come up in 2009. This is a time of great self-discovery and transformation for you. As you work to manifest your best possible self, you will see things from a deeper perspective than ever before. Hidden beneath your desire to work hard is the key to making your life easier. In other words, you won’t have to strain as much if you surrender to a higher knowing. Using your powers of concentration to tune into universal knowledge will help you manifest your highest dreams.

yahhhhh musti pake otak lagi deh tahun ini…. padahal niatnya mengistirahatkan otak, sambil makan otak-otak …..

bener-bener posting iseng nih….

I could be this good …………………………………..OR………………… this BAD …………….. mbeeeekkkk

Mumpung Tahun Baru…..

2 Jan

Sambil nonton Ekiden (pertandingan maraton antar universitas) di televisi, saya membaca angket di internet yang menarik. Judulnya, “Mumpung Tahun Baru, kemewahan seperti ini diperbolehkan”. Nah, kemewahan seperti apa sih yang dilakukan orang Jepang pada Tahun Baru? Rankingnya sebagai berikut:

  1. Tidur sepuas-puasnya (kasian deh…ketahuan banget selama ini kurang tidur ya...)
  2. Makan yang disukai sepuas-puasnya (lupakan diet)
  3. Memanjakan diri dengan menyewa kamar dengan pemandian air panas di udara terbuka (open air hot spring) dan menikmati mandi pertama dalam tahun yang baru dengan santai. (hmmm mandi/berendam  memang merupakan kesenangan tersendiri… aku juga mauuuuu)
  4. Menikmati old and new di luar negeri (nggak ah… kalo tidak bersama keluarga. kemarin ada berita 4 orang Jepang melewati old n new di Thai dan menjadi korban kebakaran)
  5. Membeli kantong keberuntungan fukubukuro yang mahal (no way… ngga tau apa isinya gitu …)
  6. Minum sake (nihonshu) yang mahal (nah kalo ini boleh juga hihihi)
  7. Makan masakan tahun baru osechi ryouri yang mahal (hmmm apa sih yang mahal? Udang? ngga usah deh soalnya aku ngga begitu suka udang)
  8. Melihat matahari pertama di tahun baru dari kamar teratas di hotel mewah (hmmm sekali-sekali boleh juga nih. Aku pernah punya cita-cita untuk hotel-traveling)
  9. Membeli barang tanpa melihat label harga (Not my style)
  10. Mengeset rambut di salon (haiyah…ke salon aja ngga pernah hihihi)

Buat saya mungkin yang paling saya inginkan sekarang adalah liburan di Hot Spring, entah itu hot spring yang di dalam ruangan (daiburo大風呂) atau di luar ruangan di alam terbuka (rotenburo 露天風呂). Takut diintip? Hmmm orang Jepang biasanya tidak punya kebiasaan mengintip atau arsitektur penginapan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak bisa diintip. Kalau mau ngintip-ngintip mending pergi ke Shinjuku, ada tempat khusus untuk intip mengintip hihihi. Mandi di alam terbuka sambil memandangi pemandangan yang menghampar, baik itu pegunungan maupun pantai/danau…. amat sangat membuat badan dan hati menjadi relaks. Otot-otot yang tegang bisa diistirahatkan. Bener deh, saya sarankan untuk mencoba.(Perhatian: Masuk onsen atau hot spring tidak boleh pakai swimsuit!)

(kiri hot spring dalam salju…. hmmm saya belum berani untuk coba masuk ke hot spring dalam salju. Mungkin hangat berendam di dalamnya, tapi dari leher ke kepala pasti dingin ya…atau sesudah selesai untuk masuk ke kamar? brrr dingin ya…. hihihih — kalau yang berupa tong besar di luar atau foto sebelah kanan itu sudah biasa. Superb…. meskipun biaya penginapan juga biasanya mahal — sekitar 20.000 yen per malam per orang termasuk 2 kali makan)

Happy New Year from us

1 Jan

Akemashite omedetougozaimasu.
Sakunenwa iro iro osewaninarimashita
Kotoshimo yoroshikuonegaishimasu.

Heisei 21 (2009)

Miyashita Gen-Imelda-Riku-Kai

(kartu Tahun Baru kali ini jimi bener deh… warnanya kurang meriah hihihi. Ketahuan banget lagi males desain)

Kemarin malam kami sampai di rumah mertua “hanya” 45 menit dari rumah kami. Biasanya kalau macet bisa smapai 1,5 jam tapi jalan benar-benar sepi. Kebanyakan orang Tokyo mudik ke kampung halamannya. Dan untung kampung halamannya Gen dekat, Yokohama.

Jam 6 sore kami sampai, dan jam 7 mulai makan malam…. Tentu saja diawali dengan Kampai, sebotol sake 1,7 liter buatan Koshino kanbai (produksi Prefektur Niigata) dan 700 ml Masumi Arabashiri (produksi Prefektur Nagano).

Biasa sambil kampai kita menyebutkan “Kampai”, tapi khusus untuk menutup tahun , kita mengatakan “Yoi otoshiwo” singkatan dari Yoi otoshi wo omukaekudasai よいお年をお迎えください artinya Selamat menyambut tahun yang baik.

Kai juga sudah bisa bersahabat dengan Ta-chan panggilan untuk ojiisannya. Entah kenapa sejak dia lahir, selalu menangis kalau bertemu Ta-chan. Tapi kemarin malam dia sudah bisa ber hahahihi denga Ta-chan. Dia sudah mengerti bahwa dia harus menghormati pemimpinnya Miyashita Clan.

hidangan laut yang mewah karena mahal, atas Karasumi からすみ(telur Ikan Bora), Uni うに(sea urchin) dan Awabi アワビ(abalone) . Biasanya saya tidak suka abalone karena keras tapi ini direbus dan lembut sekali.

Rencananya sih sesudah minum dan makan “appetizer”, akan dilanjutkan dengan sukiyaki sekitar jam 10 malam, dan ditutup dengan toshikoshi soba 年越しそば(mie pergantian tahun”. Tapi rencana tinggal rencana, karena belum jam 9 malam, semua sudah teler….alias mabok…dan mengantuk. Jadi semua pergi ke tempat tidur masing-masing tanpa makan sukiyaki dan soba.

Kira0kira jam 2:30 pagi saya sempat bangun, turun ke lantai bawah dan membuka komputer hubungkan dengan internet untuk membaca komentar di blog. Tapi tiba-tiba Riku ikut turun dan menghampiri aku… “Mama bobo sama-sama yuuk”.  Akhirnya aku kembali lagi ke kamar dan tidur di sebelah Riku. Rupanya dia mau manja-manja sama mamanya hehehe. Sambil aku liatin mukanya Riku, aku juga pikir tak lama lagi dia akan menjadi dewasa … atto iu ma あっという間(sekejap mata)  tahu-tahu dia sudah SD bulan April ini. I love you kid. Aishiteiru yo. Sambil peluk dia aku tertidur, sampai Kai terbangun jam 5 pagi minta minum.

Sebelum makan pagi, kami melakukan ritual upacara Tahun baru yaitu berdoa memohon perlindungan dewa-dewa Jepang dari Ise Jingu di depan Kamidana 神棚(altar Shinto) dengan memberikan sedikit sesajen berupa mochi (seharusnya ozouni お雑煮), omiki お神酒 (sake), dan wakamizu 若水(air pertama yang diambil pada hari gantan -元旦- hari tahun baru).  Caranya (Untuk berdoa di jinja pun sama): dua kali membungkuk, 2 kali tepuk tangan dan satu kali membungkuk. Kamidana selalu terletak di atas. Setelah itu mohon perlindungan leluhur di depan butsudan 仏壇 (altar Buddha) , dengan membakar okou 御香. Kalau di depan butsudan, menyalakan incense stick (Okou), memukul cawan besi sehingga mengeluarkan bunyi denting (seperti memanggil arwah), mengatupkan kedua tangan  lalu membungkuk. Jadi kalau berdoa di kuil Buddha juga tidak ada tepuk tangan.

Sesudah ritual selesai baru kami makan pagi bersama. Dan biasanya diawali dengan otoso (sake khusus ) tapi karena tidak ada, dengan sake biasa saja Oosouri 大沢里(produksi prefektur Shizuoka).  Semestinya kita makan osechi ryouri, tapi karena dalam suasana berkabung, kami makan makanan tahun baru yang tidak dihias, seperti kacang-kacangan, telur ikan, salada, dan kamaboko (bakso ikan) berwarna merah putih  dan telur. Warna tahun baru adalah merah putih (warna bahagia)

Selesai makan pagi baru jam 10 pagi, padahal hari masih panjang ………

Make a Wish

31 Des

Kemarin adalah hari untuk aku yang keluar rumah. Tadinya sih mau pergi bersama makan siang di luar dan belanja. Tapi sampai jam 2, Gen males-malesan terus depan tipi. Padahal aku masih harus pergi ke bank segala, dan harus sebelum jam 3 siang karena semua transfer antar bank cuma bisa sampai jam 3 saja. Hmmm memang kalau begini lebih baik dan lebih cepat kalau aku pergi sendiri. Tapi waktu aku siap-siap ambil mantel untuk pergi naik sepeda, Kai menangis meraung-raung. Dan Riku bilang, “Mama aku lapar…masak sesuatu dong!”.

Huh, yang tadinya mau makan di luar terpaksa deh aku masuk dapur lagi dan siapkan makan siang, nasi kare yang tidak pedas untuk anak-anak dan Rendang untuk Gen. Sedangkan aku langsung masuk kamar komputerku lagi untuk beberes. Tau-tau Gen masuk membawa kamera, dan dia kasih lihat foto ini:

Kai begitu selesai makan langsung tertidur di mejanya.

Ya, si chubby Kai, ternyata begitu selesai makan langsung tertidur di mejanya…duhhh kasian banget deh. Dan posisi ini masih terus berlangsung sampai kira-kira satu jam….. (Yang pasti aku langsung pergi begitu aku lihat dia tidur). Entah mungkin dia kecapekan bermain dan dibacakan buku oleh papanya. Bukunya adalah Picture Book pilihan dia “Harinezumi no Hariko”, Hariko si Landak.

Buku “Hariko si Landak” ini ditulis oleh Nakaya Miwa, pengarang Picture Book yang pernah saya kenalkan di sini juga, yaitu Si Kacang Babi dan Black Crayon. Memang dia jenius! Hebat… jalan ceritanya  sederhana tapi merupakan kenyataan yang ada. Nanti deh saya ulas di posting yang lain.

So, saya sendiri langsung pergi belanja (ngga jadi ke Bank deh), dan ke kantor pos. Tujuan belanja kali ini bukan belanja makanan, tapi aku mau beli lemari kotak untuk Riku, supaya mainannya tidak berserakan. Setelah ukur punya ukur, masih bisa masuk lemari box untuk Riku di kamar tamu. Selama ini hanya masuk ke dalam dua keranjang besar saja. Jadi,sekarang boneka Ultramannya Riku sudah punya tempat yang nyaman. hehhehe

Hmmm semoga bisa terus beres deh ….sebel aku liat mainan di mana-mana. Soalnya rumahku kan sempit, tidak seperti di Jakarta yang luas dan ada Asisten RT yang bisa beresin rumah setiap saat.

Well, besok kita sudah memasuki tahun 2009. Apa harapan dan target Anda di tahun 2009 nanti? Biasanya di sini pada tahun baru, akan membeli DARUMA, sebuah boneka terbuat dari gips, tanpa mata. Jika kita mempunyai keinginan, maka kita akan menggambar sebelah mata dengan tinta hitam, dan menaruhnya di tempat yang mudah dilihat…. seakan mengingatkan kita bahwa kita punya target/tujuan di tahun ini. Setelah harapan kita terkabul, barulah kita melengkapi sebelah matanya sebagai tanda bahwa cita-cita dan atau harapan kita sudah tercapai. So…. Make a wish….

Seperti Manekineko, kebudayaan Cina ini datang ke Jepang sekitar tahun 1600 (jaman Edo) dan menyebar di kalangan pedagang. Biasanya mainan ini dibuat dengan menaruh berat di bagian bawah, sehingga jika dijatuhkan akan kembali lagi. Ini juga merupakan slaah satu pemikiran supaya meskipun kita jatuh hendaknya bisa bangkit kembali 起き上がり. Sesuai peribahasa Jepang  七転八起 “Tujuh kali jatuh Delapan berdiri”. (Kok aku jadi teringat lagu dangdut “Jatuh Bangun”nya si Meggy Z ya? hihihi)

So… apa harapan saya di tahun 2009?

Cuma satu….. yaitu “semoga bisa sering-sering pulang ke Jakarta” hihihi….

And I wish you all: Happy New Year 2009…. Selamat Tahun Baru SAPI mowwwww…..

Bawa daku pergi – 9th anniversary

26 Des

Bawa daku pergi, saat kau kembali
Bawa daku pergi bersamamu
Mengapa aku terlena, saat kau pergi
Kubuat kau kecewa, tak terulang lagi
Tiada lagi yang kupinta, hanya ada cinta
Tiada kataku berguna, hanya ada cinta
Mengapa kau diam saja, ku tak berdaya
Maafkanlah semua, akupun percaya
Hanya kau yang aku suka, jika ada cinta
Hanya kau yang aku minta, jika ada cinta
Reff.:
Bawa daku pergi saat kau kembali
Bawa daku pergi bersamamu oh, kasih
Jangan ragu padaku … lagi
Aku rindu oh, kasih

Sebuah lagu dari Ruth Sahanaya yang saya pakai sebagai lagu pengantar kedua mempelai masuk ke ruangan resepsi di Ruang Suiho-Hotel New Otani, 9 tahun yang lalu.

Gen Miyashita & Imelda Emma Veronica Coutrier

Minggu, 26 Desember 1999

pukul 10:00 pagi ~12:00

Kultur Heim, Sophia University Yotsuya Tokyo

:::::::::::::::::::::::::::::::::

28 Agustus 1999, Hadir dalam pernikahan adik saya Novita, sekaligus mempertemukan kedua orang tua pertama kali dan menyusun rencana untuk mengadakan upacara pernikahan bulan Desember. Tidak ada upacara pertunangan, atau mas kawin 結納(ゆいのう). Karena kebetulan dalam upacara Novita itu kami memakai kebaya jadi sekaligus saja ambil foto di studio.

bagaimana? sudah seperti orang jawa? hehehe

Cerita lengkap….. (tapi saya wanti-wanti bahwa panjang sekali)

Continue reading

Kartu Pos itu….

17 Des

Semua memang bermula dari sepucuk kartu pos yang ditujukan padaku. Pengasuh program acara Gita Indonesia InterFM 76,1 Mhz Tokyo.

Yah memang saya adalah DJ untuk acara Gita Indonesia, sebuah program “InterCommunity Square selama 1 jam setiap minggu yang disiarkan mulai tahun 1997-2001. (Cerita awalnya bisa dibaca di sini)

Banta san, demikian saya memanggilnya, mengirimkan sepucuk kartu pos berisi guntingan koran tertanggal 23 Agustus 1999. Ya guntingan koran itu ditempel begitu saja di bagian menulis berita (sebetulnya tidak boleh, tapi pihak kantor pos di sini “tutup mata”) . Saya bacakan kartu posnya pada siaran tanggal 10 September 1999. Kartu pos pertama, kemudian menjadi kartu pos yang 2, 3, 4 …hampir setiap minggu Banta mengirimkan kartu pos ke InterFM. Ya, dia  boleh dikatakan salah satu fans yang rajin. Pernah suatu kali dia mengirim kartu pos berbahasa aceh… bagaimana saya bisa bacakan kalau tidak tahu artinya? Nanti kalao isinya tidak baik bagaimana? Lagipula bagaimana pelafalan bahasa Aceh, saya tidak tahu. BUT, saya yakin isinya pasti bukan provokasi, sehingga setiap ada waktu, saya bacakan kartu pos dari dia…tentu saja bergantian dengan request atau kartu pos/fax dari pendengar lainnya. Isi kartu posnya kebanyakan tentang pertikaian di Aceh, betapa banyaknya orang yang harus mengungsi karena daerah tempat tinggalnya tidak aman lagi. Kerinduan akan kampung halaman, keluarga dan tanah air…..

Kemudian permohonan itu datang dari NHK, untuk pengisian acara Hallo Nippon, sebuah acara yang mengetengahkan orang-orang asing yang bekerja di Jepang. Sebelumnya sudah dua kali aku diminta mengisi acara yang serupa, dari TV Kanagawa dalam acara “Sekai kamado kara” (Dari belanga dunia) (OA 12-11-1997). Sebuah program memperkenalkan orang asing, hometownnya dan masakan yang mau diperkenalkan. Durasinya 20 menit, live. Hmmm, Acara ini bersifat talk show dengan memakai foto-foto dan saya menyediakan Tempe goreng + Gado-gado. Kemudian NHK BS1dalam acara “Ajia Jouhou Kousaten” (Asia Crossroad Information – OA 19 Desember 1998). Sebuah program yang memperkenalkan acara Gita Indonesia sebagai acara Radio unik dari InterFM. Durasinya 8 menit – rekaman.

Nah, acara NHK BS 1, yang “Hallo Nippon” ini cukup lama 20 menit, dan rekaman dengan menengahkan semua sisi kehidupan aku, ceritanya. Jadi rencananya selama 2 minggu, kamera akan menguntit aku kemanapun aku pergi (kecuali ke WC dan mandi hehehe), ke universitas, ngajar, menerjemahkan, siaran…dsb dsb…semua kegiatan aku, ceritanya. Yang bertugas menjadi director langsung seorang wanita muda, Kaneko Yuki san, padahal semula seorang director senior yang menangani rekaman yang menghubungi saya (ternyata mau ada regenerasi juga di PH -Production House mereka). Karena saya wanita, diharapkan Yuki san bisa menggali semua potensi yang ada dan credible menjadi acara TV yang bagus.

OK. Jadi mulailah rekaman-rekaman kegiatanku, sambil memikirkan plot cerita yang menarik. Di situlah muncul Kartu Pos dari Banta san. Dan saya jelaskan bahwa memang pendengar acara saya kebanyakan adalah pemagang atau Kenshusei yang bekerja di pabrik-pabrik kecil di Jepang, di bawah kelola IMM. Sebelum berangkat ke Jepang, yang berminat harus mendaftar di Dep Tenaga Kerja, kemudian diseleksi, lalu dikumpulkan diberi training (kalo tidak salah di Bandung) lalu dikirim ke Jepang, diterima oleh IMM,  baru dikirim ke perusahaan-perusahaan kecil ini. Bahkan menurut kabar di Bandung mereka selain mempelajari bahasa Jepang, juga diperlihatkan video kehidupan di Jepang, dan dalam video itu mereka pernah melihat saya (weks narsisnya keluar nih). Banyak sekali pemuda-pemuda yang berminat untuk bekerja di Jepang, karena mereka pikir mereka dapat membantu keluarganya di tanah air, dengan mengirimkan uang sekedarnya. Namun itu pun tidak semua yang akhirnya bisa menabung sebagian dari pendapatan mereka. Ada yang memang mendapatkan perusahaan yang baik yang memikirkan kesejahteraan mereka, namun ada pula yang kurang mendapat perhatian. Belum lagi kalau tertimpa musibah, mengalami kecelakaan dalam pekerjaan yang memang berbahaya itu.

Dan saya juga jelaskan pada Yuki san bahwa saya secara rutin membuat acara Jumpa Pendengar Fans Club Gita Indonesia (fansnya acara radionya loh, bukan fans saya). Dan kebetulan dalam waktu dekat akan membuat acara kumpul-kumpul di sebuah restoran, Bengawan Solo di daerah Roppongi (sekarang sudah tutup). Jadi tentu saja Kamera dan Yuki san ikut meliput acara tersebut, dan bertemu dengan pendengar yang waktu itu hadir sekitar 80 orang. Omong-punya-omong,  Yuki san mendesak saya untuk bertemu dengan kumpulan orang Indonesia yang biasa berkumpul di Taman Ueno, untuk membagikan pamflet tentang acara radio saya sekaligus promosi. Tentu saja di situ diharapkan bisa mengambil shoot yang bagus interaksi saya dengan pendengar, semacam temu pendengar singkat. Taman Ueno dijadikan ajang pertemuan bagi pemagang (TKI) Indonesia untuk bertemu, bertukar informasi, atau berbelanja kebutuhan makanan Indonesia yang tersedia di pasar Okachimachi (yang harganya tentu tidaklah murah).

Saya mewawancarai Banta di pabriknya (Yokohama)
Saya mewawancarai Banta di pabriknya (Yokohama)

Sementara camera terus berputar,  tidak disangka-sangka saya bertemu dengan DIA. Ya, si Banta san, pendengar asal Aceh. Saya benar-benar tidak bisa menyembunyikan kegembiraan saya bertemu langsung dengan orang yang setia mendengar acara saya. Dan langsung di situ juga Yuki-san mengajukan skenario, supaya saya mengunjungi pabrik pendengar dan mewawancarai mereka langsung, termasuk menanyakan kehidupan mereka di Jepang dan kesan-kesan terhadap program radio saya. OK…tambahan kerja lagi hehhehe. Saya harus ke daerah yokohama, mengunjungi 2 pabrik yang satu pembuatan spare parts mobil/motor, sedangkan pabriknya tempat Banta kerja adalah pengolahan tulang besi beton.

Kalau tidak ada shooting untuk acara NHK ini tentu saja saya tidak akan kesampaian mengunjungi apartemen pendengar yang mayoritas cowok, bahkan sampai mewawancarai mereka. Saya merasa terharu sekali waktu mendapat penyambutan yang hangat dari pihak pabrik dan pemagang di rumah mereka, bahkan hampir menangis waktu tahu mereka (Banta dan teman-temannya) menyetel alarm supaya bisa bangun 5 menit sebelum acara radio saya dimulai pukul 2 pagi (Jumat jam 26:00- atau Sabtu dini hari pukul 2 pagi). Saya yang tadinya menyangka bahwa acara saya tidak ada yang mendengar….. kelu lidah saya. Ternyata acara saya waktu itu adalah satu-satunya hiburan mereka, yang waktu itu tidak mempunyai akses dengan internet.

Di apartemen Banta dan teman-teman setelah shooting (Banta-tengah)
Di apartemen Banta dan teman-teman setelah shooting (Banta-tengah)

Akhirnya sebagai penutup skenario saya dalam acara “Hallo Nippon” itu, saya mengundang 10 orang pendengar (termasuk Banta san) untuk datang ke studio dan mengambil rekaman berbincang-bincang di studio dengan mereka. Dalam pertemuan itu saya menanyakan apa “mimpi” mereka ttg Jepang, ttg Indonesia dan masa depan. Kelihatan sekali mereka enggan meninggalkan Jepang tapi rindu dengan tanah air. Bahkan saya bisa melihat mata mereka berkaca-kaca waktu saya putarkan lagu kemesraan sebagai penutup acara, yang diiringi dengan nyanyian lirih mereka…

Kemesraan ini
Janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini
Inginku kenang selalu

Hatiku damai
Jiwaku tentram di samping mu
Hatiku damai
Jiwa ku tentram
Bersamamu

Sebuah lagu yang sama yang saya putarkan pada acara terakhir Gita Indonesia yang terpaksa dihentikan Juli 2001 karena masalah pendanaan. (Yang pasti kali terakhir itu saya yang menangis…..hiks …. 4 tahun sebagai DJ…. dan meskipun saya menawarkan kerja sukarela tanpa gaji asal acara tetap bisa berlangsung, tetap ditolak. Sebabnya yang mahal adalah biaya penyiarannya yang dihitung perdetik sekian ribu Yen…. Pffffhhh)

Banta san memang hanyalah satu dari sekian banyak penggemar acara Gita Indonesia. Tapi Kartu Pos Banta san telah membuka suatu episode yang pasti tidak akan saya lupakan dalam kehidupan saya. Kenyataan bahwa saya mengelola suatu acara yang amat mereka nanti-nantikan. Dan saya menyesal tidak menghubungi Banta san waktu dia akan pulang ke Indonesia, paling sedikit untuk menanyakan kabar/rencana selanjutnya atau alamat di Indonesia. Dari 10 orang yang hadir di studio waktu itu hanya ada 1 orang yang mengabarkan bahwa dia mendirikan perusahaan di daerah bekasi… dan sayangnya saya tidak tindaklanjuti juga karena kesibukan saya yang lain. Saya ingin sekali bertemu dengan mantan-mantan pendengar acara Gita Indonesia, terutama Banta san yang beberapa saat ini menghantui pikiran saya.

Ya, 4 tahun yang lalu, 26 Desember 2004, Tsunami menghanyutkan ratusan ribu orang di Aceh. Yang masih tersisa di benakku sekarang…. apakah Banta san termasuk di antara ratusan ribu orang itu? Jika Ya, saya mendoakan arwahnya semoga diterima Tuhan…. dan jika tidak, ingin saya bertemu sekali lagi dengannya. Hanya untuk menanyakan…. Ogenki desuka? (Apa kabar?)

Bersama Yuki san sesudah pengambilan scene makan ramen kakilima
Bersama Yuki san sesudah pengambilan scene makan ramen kakilima

Catatan:

Siaran NHK BS1dalam acara “Ajia Jouhou Kousaten” (Asia Crossroad Information – OA 19 Desember 1998) yang mempertemukan saya dengan Ibu Sasaki, yang setelah itu mengajak saya bergabung menjadi dosen di Universitas Senshu mulai April,1999. Terima kasih banyak Sasaki Sensei. お世話になっております。

Si Virus Noro

16 Des

Ternyata diagnosis dari dokter tentang penyakit kami bertiga adalah Norovirus. Penyakit yang ringan-ringan berat, karena gejalanya biasanya “hanya” muntah-muntah dan buang air. Norovirus adalah RNA virus (sejenis SARS, influenza dan hepatitis), jadi menular sekali. Dan kabarnya virus ini menguasai 90% penyebaran epidemi penyakit perut di seluruh dunia.

Virus ini mudah menyebar pada komunitas kecil, seperti Rumah Sakit, penjara, sekolah dll. Dan jika menyerang anak-anak serta lansia, bisa menyebabkan kematian juga, yang lebih disebabkan karena dehidrasi. Penyebaran virus ini lebih banyak terjadi akibat sentuhan langsung dengan penderita atau makan makanan yang terkontaminasi virus akibat penanganan yang tidak steril. Diperkirakan sumber penyakit dari Kai, yang saya titipkan di Himawari hari Kamis lalu, kemudian menular ke Riku dan Saya. Kabarnya tidak ada obat yang ampuh kecuali istirahat dan minum yang banyak (meskipun dapat obat dari dokter untuk stabilisasi keadaan perut).

Di Jepang sendiri setiap tahun pada musim dingin ternyata sering mengalami wabah Norovirus. Pada tahun 2006, dikabarkan ada 10 juta orang di Jepang menderita Norovirus ini. (Saya juga sering melihat berita mengenai Norovirus di TV, selain berita mengenai bakteri e-coli pada musim panas).

Kami yang di Tokyo menderita Norovirus, sedangkan teman-teman di Indonesia (antara lain Yoga) banyak yang menderita penyakit Typhoid (katanya Thypus adalah nama untuk penyakit yang lain tapi kita sering rancu memakainya), yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Memang menjelang akhir tahun, dengan kesibukan yang bertubi-tubi menyebabkan ketahanan badan menjadi berkurang, dan dengan faktor cuaca yang tidak mendukung mudah menjadi sakit. Semoga semua teman-teman blogger yang lain dapat menjaga kesehatan dengan baik dan bisa menyambut Natal, tahun baru dan libur panjang akhir tahun dengan baik.

Salam dari Imelda-Riku-Kai di Nerima (BTW Gen juga sedang flu…jadi sekeluarga sakit deh… tapi… blogging jalan terus heheheh)

==== Kai belajar pakai sumpit ====

STOP! Penyalahgunaan kata AUTIS/Autisme

16 Des

Saya ingin share mengenai suatu fenomena sosial yang memang sudah mengusik hati saya beberapa waktu. Bermula dari penyataan adik saya Andy, bahwa “Mel, gue kan Autis”. Hmmm apakah dia sudah mengerti apa arti kata Autis itu sendiri? Tapi memang ada kemungkinan benar, Karena term AUTIS itu baru dikenal di masyarakat Indonesia. Sedangkan saya bertemu term Autis (ADD (Attention Deficit Disorder) atau Hyperactivity Disorder) langsung sekitar 15 tahun lalu dalam perkuliahan pendidikan di YNU, dan melihat langsung bagaimana anak-anak autis itu berinteraksi. Autis juga ada macam-macam. Ada yang diam saja, ada yang hiper (aktif), ada yang suka membenturkan kepala ke tembok, ada yang berjalan-jalan sekeliling kelas sepanjang pelajaran. Anak Anda mengalami masalah belajar? Mungkin memang perlu diperiksa apakah Autis atau tidak. Mereka butuh pengertian dan bimbingan yang sedikit lebih daripada anak-anak biasa. Tapi sekali lagi Autis bukanlah kata yang bisa dipakai sebagai olok-olok. Sama saja seperti pemakaian kata “Buta loe!” dll yang memakai ketidaksempurnaan manusia sebagai mainan.

Saya menerima himbauan ini dari rekan di Multiply, dan ingin saya sharekan dengan teman-teman semua. Mari kita dukung !

EM

Trend Analogi Kata AUTIS-AUTISME dalam konotasi negatif

Di era tahun 1990-an, kata “Autisme” masih merupakan suatu kata yang belum begitu dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia, kecuali orang tua yang dianugerahi anak penyandang autisme. Karena kurangnya informasi, kebanyakan orang lalu hanya mengira-ngira sendiri, misalnya autisme adalah suatu penyakit menular, mengerikan, atau autisme itu sama dengan down syndrome. Saat itu hanya ada satu Yayasan yang didirikan oleh sekelompok dokter dan orang tua anak penyandang ASD, yaitu Yayasan Autisma Indonesia di Jakarta yang membuat berbagai aktivitas dalam rangka peduli autisme. Media pun tidak banyak meliput dan membahas masalah autisme secara mendalam apalagi tuntas.


Informasi Autisme sebenarnya sudah banyak tersedia di internet dan buku-buku tapi kebanyakan menggunakan bahasa Inggris. Oleh karena itulah kami merasa sangat tergugah untuk menyediakan informasi seputar autisme dan permasalahannya dalam bahasa Indonesia via dunia maya yang bisa mencapai tidak hanya di Jakarta (satu kota) tapi bisa menembus ke seluruh pelosok Indonesia.


Lain tahun 1990-an lain pula era tahun 2000-an. Sejak tahun 2000, era internet pun muncul dan banyak orang tua yang “melek” teknologi dan kemudian mencari informasi via internet. Situs kami mendapat banyak pengunjung yang kemudian bergabung dalam fasilitas mailing list yang kami sediakan. Mulai lah beberapa orang tua baik secara perorangan maupun kelompok mengadakan berbagai kegiatan Autism Awareness dibeberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan beberapa kota lain. Kemudian banyak sekali bermunculan yayasan, pusat terapi dan blog-blog pribadi yang membahas tentang Autisme, baik yang sekedar sharing pengalaman dengan anak sendiri maupun menyediakan informasi lengkap. Media pun mulai tertarik meliput berita seputar Autisme.

Sebagai hasilnya sedikit demi sedikit masyarakat mulai menyadari kehadiran anak autistik yang “berbeda” dengan anak-anak lain. Kata”Autis/Autisme” pun mulai bermunculan di Media cetak maupun elektronik.

Tapi sayang sekali, yang kami amati, kata “Autis/Autisme” kemudian mulai dipakai oleh berbagai pihak baik oleh para aktivis, akademisi maupun artis televisi dalam konotasi yang negatif. Beberapa artis mulai menggunakan kalimat “dasar autis loe…..” sebagai bahan lelucon di berbagai tayangan di televisi. Beberapa aktivis dan akademisi juga mulai menggunakan kata Autisme untuk menganalogikan ketidakberesan pemerintah dan partai politik.


Tulisan-tulisan tersebut tentu saja membuat kaget dan sedih komunitas Autisme khususnya komunitas Puterakembara. Beberapa rekan milis termasuk saya sudah menyampaikan kesedihan kami pada penulis langsung, dan sangat menghimbau agar di masa yang akan datang beliau-beliau bisa mengganti kata Autisme dengan kata lain yang mungkin tidak akan menyinggung perasaan komunitas manapun.


Para penulis biasanya mengerti dan bereaksi positif, meminta maaf sambiltentunya membela diri sedikit 🙂 dan mengajukan beberapa alibi kenapa mereka menggunakan kata Autisme sebagai analogi. Intinya menurut pengakuan mereka, tidak bermaksud menghina ataupun merendahkan anak penyandang autis maupun komunitas autisme. Biasanya, dengan lapang dada dan keikhlasan komunitas kami menerima pernyataan maaf tersebut.


Sebenarnya, kami menyadari sepenuhnya bahwa kata Autisme bukanlah milik kami. Kami mengerti bahwa peminjaman istilah, konsep atau gejala (analogi dan metafor) dari satu bidang ke bidang lain, dalam hal ini dari medis atau psikologis ke sosial politik adalah hal yang biasa dalam berbahasa.


Yang membuat komunitas kami “keberatan” atas pemakaian analogi tersebut, bukan karena masalah biasa atau tidak biasa, wajar atau tidak wajar, bukan juga masalah sensitivitas perasaan kami sebagai orang tua, tapi lebih ke arah pemikiran akan “dampak negatif” yang akan timbul di masyarakat untuk masa mendatang terutama bagi kehidupan masa depan anak-anak kami.


Sebagai moderator mailing list selama bertahun-tahun, saya tahu benar bahwa selama ini orang tua berjuang habis-habisan demi membantu anak-anak kami berkembang menjadi pribadi yang mandiri, punya empati, sekaligus tahu norma dan aturan.


Komunitas kami juga berjuang melakukan kegiatan Kampanye Peduli Autisme dengan harapan agar anak/individu autistik dapat diterima oleh masyarakat sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat umumnya. Kami bersusah payah melakukan usaha sosialisasi untuk menyadarkan masyarakat agar dapat menerima anak/individu autistik apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dan tidak menjadikan kondisi Autisme sebagai bahan olok-olok.


Di bawah ini adalah beberapa kasus tulisan:


1. Tanggal 2 Mei 2003, Prof. Mohamad Soerjani, staff Institute for Environmental Education and Development, di Harian Sinar Harapan.
Tulisan berjudul “Autisme Sosial: “Penyakit” Ketidakpedulian di Kalangan
Masyarakat”.


2. Tanggal 22 April 2005, Bapak Dedi Haryadi, aktifis LSM Bandung Institute of Governance Studies/BIGS, di Harian Pikiran Rakyat. Tulisan berjudul “Parpol dan Parlemen yang Autis”.


3. Tanggal 21 April 2008, Bapak Bima Arya Sugiarto, Direktur Eksekutif The Lead Institute Universitas Paramadina di Harian Kompas. Tulisan berjudul “Parpol Idap Autisme Sosial”.


4. Tanggal 18 Agustus 2008, Bapak Hisyam Haikal, di Surat Pembaca Detik.com. Tulisan berjudul “Autisme melanda seluruh negeri”.


Harapan kami, dengan himbauan ini mudah-mudahan tidak akan ada lagi yang menggunakan kata atau kondisi Autisme sebagai analogi dalam konotasi negatif untuk konsumsi publik di Media manapun. Dan kami akan terus konsisten melakukan surat himbauan semacam ini pada siapapun yang menggunakan kata “Autisme” sebagai analogi dalam konotasi negatif.


Sebagai mahluk ciptaan Tuhan, kami selalu berpendapat bahwa masing-masing individu pasti mempunyai sisi kelemahan sekaligus kelebihan, begitu juga anak/individu penyandang autistik ataupun anak berkebutuhan khusus lainnya, dan itu semua patut kita terima sekaligus hargai.


Semoga Tuhan selalu memberi kekuatan pada orang tua yang dianugerahi anak penyandang spektrum Autisme.


Terima kasih atas perhatian Anda.


Salam Penuh Empati,

Atas nama Komunitas Autisme Puterakembara
Leny Marijani

ARTIKEL ASLI DI SINI

MASIH ADAKAH SIMPATI KITA UNTUK ANAK-ANAK YANG TERLUKA ITU?