Virtual Friends

18 Sep

Pasti sudah tahu kemana arah posting saya kali ini (ngga jauh-jauh dari persahabatan di dunia maya deh). Jika saya mencari di kamus Inggris-Jepang, virtual itu mempunyai 3 arti atau saya ringkas saja menjadi 2 arti yang sebetulnya saling bertolak belakang. Arti pertama : 事実上Real, sesungguhnya, fakta, atau tidak real tetapi “asli” 本質. Dan arti kedua : Angan-angan 仮想 atau di network (dalam hal ini internet). Dan bisa dipastikan jika kita mendengar kata virtual itu, kita langsung berasumsi yang ke dua, angan-angan atau internet. Jarang sekali ada yang mengartikan sebagai yang pertama. Bahkan saya pernah terpaksa harus menerjemahkan kata virtual itu menjadi “dilihat keseluruhan dari atas” yang masuk ke arti pertama tadi. Dan anehnya banyak sekali istilah yang memakai kata virtual di kamus tersebut, tapi tidak ada kata “Virtual Friend/Friends”. Lain halnya kalau kita input kata Virtual Friends dalam situs google, maka langsung keluar bermacam-macam situs, yang mengelola pertemanan di internet, di dunia maya.

Jadi saya ingin menulis tentang virtual friends (yang saya tidak mau terjemahkan menjadi teman maya… keenakan dong yang namanya Maya) yang sebetulnya cocok dengan penjelasan dari Kamus Inggris-Jepang itu. Teman di internet tetapi akhirnya dalam real, kenyataannya juga pernah bertemu. Yaitu tentang kelompok yang disebut dengan The Asunaros. (huh imelda mau cerita aja pake mubeng-mubeng dulu, to-the-point nape hehehe).

Apa dan siapa sih The Asunaros itu?  Yang mencetus kata Asunaros (with or without s) adalah Bang Hery, dan itu dalam komentarnya menyangkut buku dari Eko Ramaditya (hei Rama, kamu juga terlibat dalam pembentukan kami loh) yaitu di posting Tuna Netra Luar Biasa. Di situ pertama kali Bang Hery menyebutkan penamaan Asunaro pada  4 sekawan “virtual”. Katanya gini: ”

Untuk klub Asunaro (4 sekawan hi hi…): Bos Nh18, Ime-chan dan Lala
Jangan khawatir….don’t worry….
Semua kebagian tanda tangan…
Bila perlu ditambah tanda tangan saya sekalian…….

(Bang, kayaknya aku dapet ngga ada tanda-tangan Rama dan abang deh… ngga aci dong… Nanti kalau saya ke jkt lagi, akan saya tagih tanda tangannya — ngga usah di buku Rama, tapi di cek juga boleh hihihi)

Jadi sejak tanggal 8 Juli itulah The Asunaros berdiri…. (haiyah…. pake acara ulang tahun segala… hayoooo pasti yang mencetuskan sendiri lupa tuh. Aku soalnya orang sejarah, jadi tanggal/tahun amat penting! hihihi). Kemudian nama Asunaros dipakai untuk memudahkan panggilan ke 4 orang ini, seperti pada postingan saya yang “Mutiara” (sekarang saya bisa tahu kenapa postingan saya yang itu menjadi top di Pupolar Post… rupanya ada hubungannya dengan asunaro juga nih hihih…. mas Bos Om NH sebagai yang tertua ….ups… kudu beliin mutiara buat kita semua nih) Dan sepertinya sih, kelompok Asunaros ini bisa terbentuk karena usahanya Jeung Lala yang ingin sekali bertemu dengan Om (angkat juga) nya yang di Jakarta, Abang (angkat juga) nya yang penerbit dan kakak (angkat juga… eh la apa kuat kamu angkat aku???) nya yang akan mudik ke Jakarta. (Jadi aku juga berperan ya…gara-gara aku mudik kan tuh kalian-kalian mau ketemuan hihihi….. weleh ge-ernya keluar)

sorry ya asunaros, saya pasang fotonya di sini

Entah kenapa, memang awal persahabatan kami ini dimulai dari saling komentar pada postingan salah satu di antara kita, dan komentar itu dikomentari lagi sehingga bagaikan chatting dalam kolon komentar. Dan akhirnya hampir semua postingan kami setelah itu pasti ada komentar dari the Asunaros ini. (kecuali kalo males ngga tahu mau nulis apa). Mungkin dengan melihat itu juga Bang Hery tercetus nama Asunaro, yang merupakan judul dari film seri Jepang, Ordinary Trainer People, yang katanya pernah diputar juga di Indonesia. Dan kami ini benar-benar kompak sehingga pada tanggal 17 Juli, dalam satu hari itu kami berempat menulis potingan dengan topik yang sama. (Sesuai urutan waktu pemostingan) Saya membahas Asunaro dari asal katanya, Bang Hery tentang Sahabat Dunia Maya yang lebih akrab daripada teman/tetangga  di real, Mas trainer membahas keanehan pertemuan di dunia maya lengkap dengan informasi sifat-sifat masing-masing, khas seorang trainer yang amat cermat. Dan si Lala yang tidak sudi ketinggalan menulis ala novel, dengan kata-katanya yang memukau. Ya, katanya kami ini a little piece of heaven. (kok cuma a little sih la huehueehu).

Pertemuan kami yang tadinya hanya di internet menjadi kenyataan pada tanggal 1 Agustus lalu di sebuah restoran di kawasan Sudirman. Meskipun cuman sebentar, kami bisa menyadari, hey sebutan-sebutan yang kami kenal lewat internet itu benar-benar ada, riil dan mereka adalah manusia biasa sama seperti masing-masing dari kami. Dan benar…sifat-sifatnya sama seperti tulisan-tulisannya, yang ganjen ya memang ganjen, yang narsis memang narsis, yang jaim ya emang jaim, yang cuek bebek memang cuek bebek…. bukan cuek ayam, yang jorse emang jorse (weleh salah ya? ). Waktu bertemu seakan-akan kita sudah sekian kali bertemu, bukan untuk pertama kali. Ke-empat orang ini memang menulis sesuai dengan karakternya masing-masing, tanpa bumbu-bumbu yang jauh dari kenyataan, tanpa tipu menipu. Dan setelah pertemuan itu pun, persahabatan Asunaros tetap berlangsung, mungkin sedikit lebih kalem dari awal-awalnya (karena tambah hari tambah tua mungkin, semakin sadar…. tapi ngga tahu juga ya sesudah Ramadhan lewat mungkin meledak-ledak lagi). Setelah kami menulis review tentang Rama, yang bukunya diterbitkan oleh kantor nya Bang Hery, mungkin tugas kami, The Asunaros berikutnya saling menulis review penerbitan bukunya Lala, Mas trainer dan saya(?) … apapun kegiatannya senang rasanya kalau kita tahu ada yang selalu mendukung kita di setiap waktu in this unlimited world.  Kelompok Asunaro ini baru berusia 2 bulan je … masih bayi … (Waktu 8 September lupa aku… ngga tumpengan ya… bulan Ramadhan sih jadi mustinya buk ber ). (Sambil nulis gini jadi liat tgl 8 kemarin aku posting apa ya? Ternyata MY (NEW) HERO loh… hehehe) Semoga persahabatan di VIRTUAL WORLD ala kamus Jepang bisa berlanjut terus…

Bang Hery yang sedang sibuk imbas penerbitan bukunya Rama yang gempar itu take care kesehatannya….ditunggu lagi buku-buku dan postingan menariknya.

Mas trainer yang ngga tau sibuk atau ngga, tapi sementara ini tidak ada posting ganjen di bulan Ramadhan (LURUS —kayak jalan tol—kata bang Hery) … take care juga dan Selamat Ulang Tahun yang ke ….. , hari ini tgl 18 Sept 2008. Semoga panjang umur dan sukses selalu (meskipun sekarang pun sudah merupakan trainer yang sukses, believe me …btw kayaknya musti ganti bukan the ordinary trainer tapi extraordinary tuh. Lihat aja jumlah pengunjung blognya … padahal relatif baru ngeblog juga kan?) So dengan iringan piano mas trainer (weks yang ulang tahun kudu main), angkat suara…. He…… pi bersde tu yuuuuuu.

kakak dan adik angkat (-angkatan hihihi)

Jeung Lala, yang sedang manyun karena koneksi internet tidak mendukung untuk menulis postingan dan komentar…. (buruan ganti provider!)  Take care dengan kesehatan dunk, Makan yang bener pas buka dan sahur, jangan dikorting. Seperti yang aku bilang, jangan diet waktu bulan puasa… itu mah bunuh diri.  Dan pasti kalo kamu mati ngga diterima Tuhan loh. Kakakmu ini tetap menunggu-nunggu penentuan tanggal liburan ke Sby buat pesen tiketnya loh. Aku naik SQ aja biar bisa langsung ke sana hehehe (Sayang mileagenya SQ udah hangus).

Tapi saya juga berharap pertemanan kami ini juga jangan terlalu, jangan over-do/keep it moderate, hodo-hodoni kata orang Jepang.

Banzai!!!

Treasure every encounter, for it will never recur.

10 Agu

itu bahasa Inggrisnya 一期一会 Ichigo-ichie yang pernah juga saya tulis dalam topik [Idiom4 huruf]. Artinya menghargai setiap pertemuan (deai 出会い) karena mungkin itu tidak akan pernah terjadi lagi. Pertemuan itu hanya ada satu kali dalam kehidupan kita. Perkataan ini merupakan inti pemikiran Sado (茶道) The way of tea, yang diucapkan pertama kali oleh Yamanoue Souji, yang merupakan murid Sen no Rikkyu. Master of Tea Ceremony. Karena menganggap pertemuan itu untuk pertama dan terakhir, maka dengan penuh perasaan dia akan melayani tamu yang datang untuk minum teh.

Kalau saya menoleh dan mengenang kembali, Saya pernah mengalami Ichigo Ichie ini. Di sebuah perjalanan kereta, bersama seorang wanita China yang bekas pelajar asing di Jepang. Kalau tidak salah waktu itu dia sudah bekerja, sedangkan saya masih mengurus wisuda master. Kami berdua naik kereta, saya sendiri lupa dari mana sampai mana, tapi yang saya ingat, kami berdua berdiri dan perjalanan cukup jauh….. Mungkin dari Yokohama menuju Tokyo. Terus terang waktu itu saya dalam keadaan bingung, bimbang apa keputusan saya selanjutnya. Ada 3 pilihan yaitu melanjutkan program Doktor, atau pulang ke Indonesia, atau tetap bekerja di Jepang. Program Doktor saya hapus dari pilihan karena saya sudah lelah waktu itu, lahir batin… sesudah menyelesaikan thesis yang tidak mudah dalam bahasa Jepang. Dalam satu tahun saya harus membaca Kanji kuno (tidak kuno-kuno banget sih), lalu harus menyusun apa yang mau saya tulis di thesis, berdasarkan pustaka yang ada. Sampai dengan seminggu sebelum penyerahan thesis, saya mengubah susunan chapter…. sampai dosen pembimbing saya geleng-geleng kepala, meskipun dia lebih suka dengan susunan yang baru. But …1 minggu… seperti orang antara mati dan hidup.  Capek!! jadi melanjutkan bukan merupakan pilihan bagi saya saat itu.

Jika saya pulang ke Indonesia, saya akan kehilangan kehidupan saya dan berarti putus dengan pacar saya (sekarang mantan pacar)… tapi saya tahu bahwa saya belum tentu menikah dengannya waktu itu. Jika saya tinggal di Jepang, saya senang karena bisa bersama dia terus, tapi apakah saya akan terus bekerja sambilan sebagai dosen/guru honorer saja?  Bingung….

Tapi apa sebetulnya yang dilakukan si wanita China itu pada saya waktu itu?  Dia hanya bercerita tentang dia. Seorang wanita yang meninggalkan segala-galanya, juga pacarnya demi bekerja di tempat yang sekarang. Women Power!! Saya tidak ingat wajahnya…tidak pula tahu dimana dia tinggal, bahkan namanya. Yang saya ingat dia bertubuh kecil, bersetelan jas biru khas karyawan, begitu feminin tapi begitu kuat. Dia hanya berkata, “Apapun pilihan kamu, pasti bisa kok. Saya yakin kamu bisa. Kita wanita yang kuat, bukan? Gambatte ne“. Bukan suatu jawaban A atau B, tapi hanya sebuah sentilan bahwa apa saja yang saya pilih saya pasti bisa. Jangan dengarkan orang lain. Saya yang biasanya tidak suka pada orang China yang begitu egois, saat itu hanya terpana, dan turun di stasiun tujuan saya, sementara dia melambaikan tangan dari dalam kereta. OMG Saya lupa tanya teleponnya. Namanya…. tinggal di mana…. Bahkan saya tidak ingat mukanya. Tapi hari itu saya melangkah keluar pintu stasiun berjalan ke rumah saya dengan yakin bahwa saya harus tinggal di Jepang. Apapun yang saya akan lakukan. Itu pilihan saya. Satu episode hidup yang mungkin tidak akan terulang kembali. Ichigo-ichie.

Dengan pengalaman bertemu banyak orang sebagai guru bahasa Indonesia, saya menghargai setiap pertemuan dengan orang lain. Setiap orang membawa suatu pemikiran yang baru bagi saya. Dan mungkin itu  sedikit banyak mengubah pandangan hidup saya.

Ada satu episode kecil dalam sebuah taksi. Saya akan pergi rekaman di studio Radio InterFM suatu malam. Studio biasanya kosong di atas jam 10 malam sampai kira-kira jam 5 pagi sebelum dipakai untuk siaran pagi hari. Karena waktu saya siang hari juga sibuk dengan mengajar, saya sering mengambil jadwal studio pukul 10 sampai 3 pagi, dan pulang-pergi naik taxi dari/ke rumah. Seperti biasa saya sering bercakap-cakap dengan supir taksi dan dia bertanya,

“jam segini ke daerah sini, apakah kamu bekerja di Hakuhoudou?” (Hakuhoudou adalah sebuah perusahaan advertising Jepang terkenal yang berkantor dekat studio saya. Dan perusahaan advertisement biasanya tidak mengenal jam kerja)

“Bukan…saya bekerja di Japan Times, tepatnya di Radio nya.”

“InterFM? 76,1 MHz?”

“Ya…. saya bekerja sebagai DJ di situ”

“Pantas saya pernah dengar suara Anda. Saya dari tadi mendengar suara Anda, tapi tidak ingat di mana. Siaran dini hari dalam bahasa asing kan?”

“Ya setiap sabtu dini hari jam 2, bahasa Indonesia”

“Ya…. saya selalu dengar kata-kata “Indoensia”…. Saya tidak mengerti tapi saya senang mendengar suara Anda seperti bernyanyi dan lagu-lagu yang diputar juga enak-enak”

“Wah terima kasih ….. Hari ini saya akan rekaman untuk Sabtu besok. Karena itu saya ke sini malam ini”

“Gambatte…nanti saya akan dengarkan lagi. Senang sekali bisa bertemu dengan DJ nya”

Dan dia menurunkan saya di depan gedung Japan Times. Dalam siaran malam itu, Saya putarkan satu lagu khusus untuk dia, whereever he will hear me.

出会い本当に不思議ね DEAI hontouni Fushigi ne. Pertemuan itu memang aneh. Dari pertemuan dengan si supir taksi, saya sadar waktu itu bahwa suara saya bisa didengar oleh siapa saja. Dan mungkin ada seseorang entah dimana yang terhibur dengan acara saya. Itu membuat saya semakin bersemangat lagi dalam bekerja.

Si wanita China dan Si supir Taksi… ichigo ichie…..