Dulu, aku selalu heran jika pergi ke tempat umum, semisal kantor pos atau bank, pasti contoh nama yang dipakai dalam formulir itu TAROU 太郎 (nama laki-laki) dan HANAKO 花子 (nama perempuan). Jadi kalau ada formulir di kantor pos contoh namanya : Yubin Tarou 郵便太郎 dan Yubin Hanako 郵便花子. Pokoknya dimana-mana ada nama Tarou dan Hanako.
Tarou memang merupakan nama anak laki-laki yang sering dipakai, terutama setelah Perang Dunia II. Dan biasanya itu merupakan nama anak laki-laki sulung, karena anak kedua laki-laki Jiro, anak ketiga laki-laki Saburo dst. Mungkin mirip dengan Made dan Ketut di masyarakat Bali. Sedangkan Hanako memang nama perempuan, tapi biasanya tidak ada yang pakai kanji langsung seperti itu 花子, tapi kanjinya lebih rumit sedikit 華子. Nah sayangnya aku tidak menemukan nama laki-laki dan perempuan Indonesia yang bisa mewakili dalam contoh-contoh penulisan formulir. Padahal bisa saja namanya Muhamad dan Siti (eh apa ini terlalu “Arab”?) , atau Aji dan Ayu (BTW Aji dan Ayu di Jepang merupakan nama ikan loh 😀 )
Nah setiap tahun sebuah perusahaan asuransi Meiji Yasuda Seimei, mengadakan survey nama anak-anak yang terpopuler yang lahir dalam tahun itu. Waktu Riku lahir, namanya masuk ke dalam ranking nomor dua terbanyak di Jepang, tapi kanjinya beda-beda. Untuk tahun 2014 diketahui bahwa nama untuk laki-laki terbanyak adalah 連 (Ren), 大翔 (Dibaca Hiroto, Haruto dll) dan 陽向 (dibaca Hinata, Haruta). sedangkan untuk perempuan 陽菜 (dibaca Hina, Haruna dsb) , 凛 (Rin) dan 結菜 (dibaca Yuna). Memang sih ada saja orang tua yang mau menamakan anaknya dengan nama orang terkenal, seperti waktu anak Putra Mahkota Jepang lahir diberi nama Aiko, langsung deh boom semua orang ingin menamakan anaknya dengan Aiko. Tapi kalau aku kok ogah ya, soalnya pasaran hehehe. Tapi memang dalam memberikan nama anak juga jangan terlalu aneh, apalagi kalau kanjinya rumit. Karena dia juga pasti akan susah menulis namanya dengan kanji di SD kelas-kelas awal kalau terlalu rumit. Seperti Kai, namanya cukup rumit jika ditulis dalam kanji. Untung saja dia sudah bisa menulis namanya sendiri sebelum masuk SD.
Masih berhubungan dengan nama, aku pernah mendapat pertanyaan dari mantan muridku, mengenai pemberian nama tko. Dia mau menamakan salonnya dengan nama “Sayang”. Tapi karena dia ingat aku pernah mengajarkan bahwa sayang itu tidak hanya berarti darling, love, tapi juga berarti pity (sayang tidak bisa datang) atau useless (sayang tidak dimakan) , jadi dia minta pendapatku. Tentu saja bagiku tidak menjadi masalah jika dia mau pakai kata sayang, karena jarang sekali orang akan berpikir yang negatif jika melihat papan bertulis “Sayang”.
TAPI di daerah Meguro ada sebuah toko yang diberi nama LIBUR, aku tidak tahu apa maksud pemilik tokonya, tapi kalau dia pasang nama tokonya LIBUR, lah kapan bukanya ya? hehehe Selain itu ada beberapa kata bahasa Indonesia yang kedengaran/kelihatannya bagus untuk dituliskan sebagai nama toko seperti KAWAN. Tapi hati-hati karena dalam bahasa Jepang colloquial Kawan bisa berarti “tidak mau beli”. Atau contoh lainnya, KILAU kan bagus artinya dalam bahasa Indonesia. Tapi dalam bahasa Jepang bisa berarti “benci”. Jadi memang kalau mau memberikan nama harus selidiki dulu dari kedua bahasa ya.
Tapi kalau aku membuka cafe misalnya, masih tetap ingin memberikan nama “Sunset Cafe” sesuai lagunya Rita Effendy 😀