Yumepirika adalah nama jenis beras terbaru dari Jepang yang akhir-akhir ini sedang populer di Jepang. Waktu aku melihat di berita televisi, aku langsung memesannya di amazon, dan mencobanya. Memang rasanya enak meskipun jenis ini tidak ada yang musenmai (beras tanpa perlu dicuci) sehingga aku harus mencuci setiap kali masak. Seperti yang kutulis di Menanak Nasi, ada jenis khusus beras tanpa dicuci yang konon lebih ramah lingkungan daripada beras biasa. Bedanya beras biasa itu tidak makan air, alias jika kita masak 4 omplong maka airnya juga 4 omplong. Sedangkan musenmai biasanya airnya harus dilebihkan sedikit.
Sejak aku membaca tulisan mas Nh18 yang BELI BERAS, aku memang ingin menulis bagaimana orang Jepang membeli beras. Biasanya orang Jepang membeli beras ukuran 5 kg atau 10 kg. Maklum ibu-ibu kalau belanja kan pakai sepeda. Kalau ada yang beli satu karung (30 kg) berarti : memang keluarga besar, bukan di perkotaan, keluarga petani, atau belanja dengan mobil. Aku sendiri pernah beli 30 kg dan dikirim ke rumah (persis sesudah gempa) dan bingung mau taruh dimana karena tidak ada tempat penyimpanan. Jadi begitu sampai aku buka dan masukkan ke kantong plastik per 5kg. Sekali itu saja beli satu karung.
Bagaimana kami (baca orang Jepang) memilih beras? Biasanya kami akan memilih menurut jenis beras dan daerah penghasil beras. Jenis beras yang terkenal di Jepang adalah koshihikari (awalnya dari prefektur Fukui) dan yang terkenal mereknya adalah justru koshihikari Niigata. Jenis Akitakomachi sesuai namanya berasal dari daerah Akita, dan harganya lebih murah dari koshihikari. Namun keduanya sering terdapat di toko-toko konbini dengan ukuran 2 kg. Nah, di antara dua jenis ini masih banyak jenis-jenis beras Jepang seperti : Milky Queen, Fusaotome, Hitomebore (Miyagi), Haenuki (Yamagata), Sasanishiki (Miyagi), Nanatsuboshi (Hokkaido), Kirara397 (Hokkaido),dan jenis baru Yumepirika (Hokkaido).
Selain beras yang untuk dimakan, sebetulnya ada lagi jenis beras Yamadanishiki yang diproduksi khusus untuk membuat sake. Waktu kutanya kenapa tidak ada yang makan sebagai beras, kata suamiku: “sayang!” Rupanya terlalu khusus sehingga beras ini khusus dibuat sake. Memang sake yang enak ditentukan oleh beras dan airnya. Tempat yang airnya enak kebanyakan memang di daerah utara Jepang seperti Niigata.
Lalu soal harga aku juga penasaran sih. Kalau cari harga termurah 1 kgnya 248 yen (Rp 24.800) , sedangkan yang termahal beras dari Ounoma koshihikari 1 kgnya 2420 yen (Rp242.000)! 10 kali lipat dari harga beras termurah. Kalau aku sendiri memang sering ganti-ganti merek tapi rata-rata 1 kg 400yen. Hari ini pas Yumepirika ku habis, tapi aku sudah membeli koshihikari yang musenmai untuk persediaan. Biasanya aku membeli beras jenis apa saja, tapi biasanya dari Hokkaido atau daerah-daerah selatan Jepang untuk penyeimbang. Cukup satu kali mencoba yumepirika yang harganya 468yen/kg :D, dan nanti aku mau coba beli beras termurah untuk membandingkan rasanya 😀
NB: Kemarin Riku laporan bahwa dia memanen padi yang ditanam di ladang sekolah. Tapi dibandingkan padi teman-temannya, padinya kecil dan putih warnanya. Rupanya kekeringan (tanahnya kering) karena waktu libur musim panas kemarin selama sebulan kurang diberi air. Yah apa boleh buat. Memang tahun ini padi-padi itu tidak digiling menjadi beras untuk dicoba dimakan. Dulu anak-anak SD di Nerima membuat padi sampai mencoba rasa beras buatannya.
Peta Jepang :