Setiap orang, baik secara individu atau berkelompok (keluarga) mempunyai kebiasaan yang berbeda dalam menghadapi pergantian tahun. Ada yang melewatkannya sendiri tanpa keluarga tapi justru dengan teman-temannya beramai-ramai membuat pesta, biasanya yang belum menikah seperti ini. Ada yang bersama keluarga travelling ke luar kota atau luar negeri. Ada pula seperti seorang sahabatku yang biasa melewatkan pergantian tahun di pantai atau gunung sendirian! totally alone.
Kalau aku di Jepang, biasanya kami sekeluarga berkumpul di rumah mertua, dan memulai acara makan-makan (yang enak-enak) dan minum-minum pukul 4-5 sore. Jadi biasanya pukul 9 malam semua sudah teler dan mabuk sehingga tidur sampai pukul 5-6 pagi. Pagi hari diawali dengan memberikan penghormatan di altar Shinto yang disebut kamidana, mengganti air dan memberikan sake. Serta memasang lilin dan sembahyang di altar Buddha butsudan di rumah. Baru kami sarapan dimulai dengan otoso sejenis ramuan obat-obatan yang dipercaya bisa memberikan kesehatan selama setahun 😀
Aku jarang merayakan tahun baru bersama keluarga di Jakarta, kecuali sebelum aku pidah ke Jepang tentunya. Dulu itu setiap pergantian tahun, kami sekeluarga pasti pergi ke gereja dan mengikuti misa tutup tahun. Pulang ke rumah lalu makan malam bersama. Biasanya mama yang memasak makanan kesukaan kami, antara macaroni schotel, pastel tutup, ayam panggang dan salad. Lalu kami menonton tv atau tidur, tapi biasanya 5 menit sebelum jam 12 kami akan dibangunkan dan menyambut tahun baru bersama. Teeet jam 12, kami berdoa dipimpin papa lalu saling mengucapkan selamat tahun baru. Biasanya akan ada dering telepon dari keluarga jauh terutama adik papa untuk mengucapkan selamat tahun baru. Setelah itu tidur kembali. Paginya kami menyiapkan brunch sambil menyambut tamu yang mungkin datang.
Tahun ini, aku senang karena bisa merayakan ritual seperti itu lagi. Ritual sederhana tapi penuh rasa kekeluargaan. Meskipun doa kami sempat tersendat-sendat karena mengingat mama yang meninggal pada tahun lalu. It wouldn’t be the same without you, but we should go on.
Kebiasaan kami yang baru tahun ini adalah mengunjungi mama di Kolumbarium Oasis Lestari. Pukul 10 pagi tanggal 1 kami keluar rumah menuju tol tangerang. Berdoa di sana dan kembali ke rumah di kebayoran baru, sampai pukul 12 siang! Hebat deh Jakarta hari itu…sepiiiii sekali. Mungkin banyak warga yang ke luar kota atau ke luar negeri atau masih tidur. Sayangnya kami tidak ke arah Thamrin untuk melihat 6 truk pengangkut sampah hasil acara tahun baruan di jalan protokol tersebut 😀 Dan ya aku juga nostalgia dengan cuaca di Jakarta yang tidak bisa diprediksi. Waktu pergi cerah sekali, waktu pulang hujan deras… byuuuur 😀
Yang penting kami sedapat mungkin ingin menjaga kebiasaan yang ada dalam keluarga kami, meskipun sering kali waktu dan tempat tidak memungkinkan. Tapi yang pasti inti dari perayaan Tahun Baru di keluarga kami adalah doa, yang mengakhiri dan memulai suatu waktu yang baru. Itu harus.
Selamat Tahun Baru dari Imelda, Riku dan Kai yang sedang berada di Jakarta
serta Gen yang sedang 親孝行 juga dengan ibu, bapak dan saudaranya di Yokohama.
Semoga tahun Ular, tahun 2013 akan membawa banyak berkat bagi kita semua, asalkan kita tidak mengikuti sifat ular yang suka berkelit 😀