Jemur

30 Nov

Inginnya sih bisa begini:

Tapi berhubung musim dingin, yang aku mau tulis sekarang adalah yang ini:

Menjemur baju adalah pekerjaan ibu-ibu banget ya… eits ngga juga sih, juga berlaku untuk mereka yang single, tinggal sendiri, sedang bepergian dan tidak mau mengeluarkan duit untuk membayar biaya laundry hotel.

Tadi pagi seperti biasa aku menjemur baju di beranda apartemenku yang berada di  lantai 4. Harus cepat-cepat karena biasanya setelah jam 10 matahari bergerak ke atas, sehingga berandaku tidak kena matahari lagi. Lain dengan beranda yang menghadap ke arah selatan (Karenanya kalau mencari rumah di Tokyo carilah yang Minamimuki 南向き menghadap ke selatan, dan memang biasanya lebih mahal). Sambil menjepit baju setengah basah (karena sudah diperas mesin cuci di gantungan baju), aku pikir apa ya yang lain dengan menjemur baju di Indonesia.

Ya, pertama tentu tempatnya. Di rumahku di Jakarta, halaman belakangnya luas, sehingga bisa menempatkan gantungan baju dengan kaki berbentuk segitiga (pernah lihat kan?) atau memasang tali dari tiang ke tiang. Baju dijemur langsung di tali tersebut. Lama-lama penghuni banyak, jadi baju ditaruh di gantungan baju hanger dulu baru di jejer di tali, sedangkan untuk handuk atau cucian yang bentuknya sulit untuk digantung, tetap memakai jemuran segitiga itu.

Tapi kondisi seperti itu tidak bisa dipakai di Jepang. Bisa sih kalau memang punya halaman. Tapi untuk kami yang tinggal di apartemen, tidak akan bisa memakai jemuran segitiga begitu. Biasanya di beranda apartemen/mansion terdapat 2 cantelan di langit-langit yang kemudian dipasang tongkat panjang.  Ditongkat itulah (tidak pakai tali) kami menggantung baju-baju dalam hanger. Kemudian untuk baju dalam, kaus kaki handuk kamu pakai gantungan dengan banyak jepitan. (Aku lihat gantungan semacam ini sudah banyak dijual di Jakarta)

Jika hari hujan dan terpaksa harus mencuci, maka kami menjemur baju di dalam rumah, dengan mencatelkan gantungan baju/hanger itu di rel gorden atau di kusen pintu, mana saja yang bisa dipakai untuk menggantung. Tapi biasanya jika kita menjemur baju dalam ruangan apalagi di musim hujan yang lembab, baju akan mudah bau apek. Untuk itu bisa diatas dengan memakai sabun khusus untuk menjemur di dalam ruangan (heyaboshi detergent 部屋干し. Mungkin ada tambahan sesuatu yang bisa mencegah bakteri pembuat apek baju untuk berkembang. Dan kalau aku juga kadang memasang “dry” di AC, supaya udara tetap kering dan tidak lembab.

Yang sulit memang waktu musim dingin. Kalau pagi yang hangat karena matahari memang senang menjemur baju, dan berpikir bahwa baju itu akan cepat kering. Biasanya sih memang kering, tapi waktu kita mengangkat baju-baju itu masih terasa dingin dan membuat kita ragu-ragu apakah baju ini sudah kering atau belum sih? Kalau begitu biasanya aku gantung dulu sebentar di dalam ruangan sebelum melipat untuk memastikan baju itu telah kering.

Melipat? Ya, kami di sini jarang memakai setrika, kecuali untuk kemeja atau baju luar yang dicuci sendiri. Pakaian dalam, handuk, baju rumah biasanya hanya dilipat saja. Demikian pula dengan sprei. Kalau lagi rajin, tentu aku akan menyeterika baju-baju dan handuk/sprei itu, tapi banyakan dilipat saja. Bahkan untuk kemeja pun masih banyak ibu-ibu Jepang tidak menyeterikanya.

Tidak kusut? Tidak, karena mereka mempunyai cara khusus untuk menjemur. Bagi yang tinggal di Jepang, coba perhatikan seringnya terdengar tepukan-tepukan pada baju-baju yang digantung. Ibu-ibu jepang itu sering menepuk-nepuk sambil menarik kemeja, sehingga kemeja itu tidak kusut. Kalau aku sih tidak terbiasa dengan tepuk-tepuk itu sehingga aku cukup kebut sekali sebelum jemur. Toh akan aku setrika ini. Tapi… memang di Jepang banyak dijual kemeja anti kusut (keitai kioku waishatsu 形態記憶ワイシャツ harafiahnya kemeja yang mengingat bentuknya 😀 )

Selain tepukan di baju, menjelang sore biasanya terdengar pukulan yang lebih keras. Ibu-ibu itu beraksi dengan pukulan dari kayu atau plastik di kasur futon yang mereka jemur dari pagi.  Tentu saja maksudnya untuk mengeluarkan debu yang menempel pada kasur. Orang Jepang memang selalu menjemur kasurnya setiap hari cerah. Nikmat loh tidur di kasur yang kering dan berbau matahari itu. (Tapi memang tidak bisa dilakukan untuk spring bed yah hehehe)

Waktu mencari-cari bahan tulisn ini, aku juga menemukan pertanyaan, jam berapa sebaiknya menjemur cucian? Ternyata banyak yang menulis dari jam 10 sampai 3 siang. Memang aneh rasanya kalau melihat cucian masih di luar pada malam hari. Kecuali kalau memang tidak ada waktu untuk menjemur keesokan paginya, aku juga sering menjemur malam. Tapi jangan pernah coba meninggalkan baju basah malam hari di musim dingin. Suatu saat aku pernah tertawa terpingkal-pingkal karena kebodohanku sendiri. Aku jemur baju yang basah di luar malam hari di musim dingin. Waktu pagi aku raba…. bunyi krik krik krik….kandungan air dalam baju itu menjadi es batu! hahaha

Apalagi ya cerita yang ketinggalan tentang jemur-menjemur ini? Ah, ada satu foto tentang barang yang aku rasa lucu. Duh orang Jepang emang kreatif dan spesialis, tapi kayaknya ngga usah segitu amat deh.

kalau semua cucian aku masuk ke celemek ini pasti jebol deh. Sekarangpun aku sering harus mencuci 2 kali sehari. Punya anak 2 segini repotnya, gimana kalau 10 yah? hahaha

Sebuah promosi celemek berkantung untuk menaruh cucian sehingga tidak usah sering membungkuk mengambil cucian dari dalam keranjang. Melihat celemek ini aku langsung teringat pada kangguru deh. Kamu mau beli? Kalau aku mungkin untuk sementara waktu tidak, tapi jika aku sudah menjadi nenek dan sulit membungkuk, mungkin bagus juga idenya ya? (Tapi kan bisa bikin sendiri tuh hehehe…)

Ya, tulisan ringan  ini aku buat untuk menceritakan kehidupanku sehari-hari, selain untuk menambah jumlah postingan untuk bulan November yang hampir habis.  Masak dibawah 15 postingan lagi sih…. (padahal banyak yang ngedon di draft tuh, cuma masih butuh referensi, dan sedang malas nyari referensi hihihihi). Mau ngebut aaahhhh……

30 Replies to “Jemur

  1. Seru juga ya kalau sisa air dalam kain bisa jadi es. Ini adalah sesuatu yg baru bisa saya bayangkan :D, terima kasih untuk cerita ringannya.

    hihihi aku juga ngga sangka bisa begitu loh
    EM

  2. Karena tanahnya sempit, maka rumahku dibangun bertingkat, penataan ruangan harus efisien sekali, termasuk ruang cuci jemurnya. Jadi jemurnya mirip dengan cerita EM, pakai hanger karena tempat terbatas, dan mau mencuci kapanpun hayoo aja. Malah kalau lagi iseng, adikku suka mencuci malam-malam jika berkunjung kerumahku…dan paginya sudah setengah kering.

    Soal setrika, sprei saya pakai sebagai alas, sehingga saat menyetrika baju diatasnya, sprei dan handuk tadi sudah halus…hehehe

    Wahh terbayang saat musim dingin ya….bajunya jadi kena es, bukannya kering malah dingin.

    Tapi di Jakarta banyak laundry yang kiloan murah kan bu. Di sini mahal ongkos laundrynya.
    Tadinya kemeja Gen dimasukkan laundry, 1 kemeja 100 yen. Lama-lama, aku bilang ke dia, 100 yennya kasih aku aja deh heheheh
    EM

  3. Jiaaah jd malu.. Aku gak lewat 5 postingan di blog bulan inih :))
    Anw menjemur baju itu seni mbak! Aku pernah lho jemur di tali kawat, jd bajunya nekuk, pas aku setrika, itu kerut2 bekas tali kawat susaaah bgt ilangnya :)) #kapok deh…

    Dan kalo lagi gak ada ART, baju2 kaos, baju rumahan mah gak kusetrika deh, dilipet tumpuk dilemari jd halus sendiri hihi

    aku juga pakai tali sebetulnya khusus untuk sprei, tapi talinya ada anyaman bolongan-bolongan untuk mencantolkan hanger di situ juga. Lumayan kalo pas cucian banyak bisa berfungsi juga. Rekok aku pernah nyuci 4 kali hahaha

    EM

  4. Gatel pengen komen setelah membaca bagian menjemur kasur.

    Jadi ingat jaman muda dulu (cieee..), waktu masih pake kasur dari bahan kapuk. Paling seneng tidur di atas kasur yang baru dijemur (setelah didinginkan dulu tentunya). Jadi empuk dan bau matahari itu emang enak sekali. Hehehe.. Jadi kangen 🙂

    Iya aku juga dulu pake kasur dari kapuk, jadi dijemur di atas kursi di halaman….hihihi jaman itu sudah berganti, tapi kasur kapuk itu mungkin masih ada satu-dua di gudang rumah jkt.
    EM

  5. ini mungkin suka dukanya tinggal di negara dengan 4 musim ya Mel? tapi apakah mesin cucinya tidak termasuk pengering pakaian, bukan hanya memeras air saja? seingat aku, waktu aku training dan tinggal di asrama hatagaya, setelah selesai mencuci dan tidak ada air, kami memasukkan lagi ke mesin pengering (betul2 kering siap disterika), yang disediakan di laundry room nya asrama TIC di hatagaya.

    Kalau di asrama apalagi internasional yang dalam kota biasanya tidak memperbolehkan menjemur di luar. Di beberapa apartemen mewah juga begitu, tidak boleh sama sekali. Nah di tempat-tempat seperti itu mau tidak mau disediakan pengering (dryer) atau beli sendiri dryer. Memang ada mesin cuci sekaligus dryer begitu tapi biasanya mahal. Waktu mama dan papa tinggal di London, kami pakai dryer begitu, tapi aku tidak suka, karena baju cepat rusak, warna memudar. Selain pemakaian listrik (atau gas) lebih banyak. Mahal euy listrik di Tokyo. Ini aja musim dingin udah pusing karena pasti bertambah pemakaian listrik dan gasnya 2 kali lipat untuk pemanasan (heater).

    EM

  6. dulu, si mamah juga kalau jemur selain dikibasin juga ditepuk-tepuk, ya itu katanya biar nggak kusut dan nyetrikanya gampang.
    Kalau sekarang, duh boro2 ditepuk, yang penting terjemur 😀

    hahahah masih mending ada waktu untuk nyuci ya hihihi
    ngerti banget!
    EM

  7. enak dong kalo mau bikin es teh siang2nya mbak, tinggal jemur baju malam aja, es batu udah banyak, hehe..
    Kantong baju itu, apa gak bikin basah ya?? dari parasut kah?? 🙂

    Kalau musim dingin ya ngga minum es teh atau es kopi, bisa menggigil tuh. Sesekali memang kepengen makan es krim biarpun dingin
    EM

  8. Urusan cuci mencuci ini memang hukumnya wajib bagi ibu-ibu ya Mbak soalnya kalo ngelaundry tiap hari bakalan jebol kantong, kadang aku ngga tentu kapan waktu jemur kapan waktu nyuci sesempatnya aja…kadang jemurnya sore, siang, malam juga. Kalo hujan kadang bisa dua hari di jemuran…he..he..tapi dibanding nyuci urusan lipat melipat dan nyetrika emang paling ribet, kadang kalo ngga sempat aku tumpuk aja cucian yg baru kering, hebohnya besok pas nyari seragam sama kaos kaki di gunungan itu…he…he..apalagi tiba-tiba2 ada tamu, siap-siap deh gunungan disembunyikan…wakakak…dua anakku suka banget nyebur di gunungan cucian yang baru kering… yang paling penting kayaknya musim hujan…nyuci daleman, ngga lucu kan masak musti pake AC/DC bolak-balik, he..he…

    dan kalau punya anak kayaknya kok gunung cucian dan setrikaan ngga berkurang-kurang ya? hihihi
    daleman istilahnya di keluargaku side A, side B, side C dan side D hahahaha 3 hari ngga ganti tuh
    EM

    EM

  9. **tumben aku bisa masuk disini, padahal kalau dari rumah saat malam hari gak pernah berhasil aku masuk**
    Menjemur dijepang meskipun suatu keharusab tapi susah karena terbatsnya halaman apartemen ya bu 😕 kalau di rumahku msih bisa menjemur ditaruh diatas rumput yang tumbuh lebat disamping rumah. Maklum bu, masih di desa yang jauh dari gegap gempita metropolitan 😆
    Salam kenal serta jabat erat selalu dari Tabanan

    menjemur di atas rumput adalah suatu kemewahan di sini. beruntunglah bapak
    EM

  10. aku masih menggunakan tali, mbak imel. dulu mikirnya karena gak akan lama tinggal di jepang. sepakat untuk urusan menyetrika, mbak. aku juga jarang 😀

    Iya tali juga ada yang bisa dipakai untuk gantung hanger loh
    lebih kuat jadinya
    EM

  11. menarik sekali membaca artikel ini mbak. terasa suasana yang segar dan hangat seperti tinggal di jepang hehee…. lucu juga ya kalau jemur baju malem..malem.,.,eh waktu mau diambil kok banyak es batu di dalamnya hahahaa

    kalau perlu es batu tinggal ambil dari baju hihihi
    EM

  12. Seru banget ceritanya. Saya jadi tahu banyak tentang dunia jemur menjemur di Jepang. Saya jadi ingat kebiasaan mencuci baju kalau sedang tinggal di Jakarta. Karena tinggal di lantai 8 di sebuah apartemen, debu sangat mudah menempel di pakaian jika Kami menjemurnya di balkon. Strateginya ya di simpan di dalam ruangan, gantungkan di rel gorden (atau bahkan dalam lemari kosong yang dibuka pintunya), lalu nyalakan AC. 🙂

    waaah ternyata sama aja ya masalahnya kalau tinggal di apartemen tinggi. Di sini kalau apartemen tinggi memang dilarang juga menjemur di luar, tidak seperti hongkong hihihi
    EM

  13. kalo disini jarang ada orang menjemur baju. rata2 di apartemen (Termasuk di tempat kita) ada larangan untuk naruh jemuran di patio. hehehe.

    disini pada ngeringinnya pake dryer machine. jadi abis dilaundry ya sekalian di dryer. jadi cepet keringnya. walaupun ada yang bilang bisa bikin baju nyusut. tapi so far sih kayaknay baju kita fine2 aja. hehehe.

    sama kayak mbak imel, kita juga gak pernah setrika. eh kecuali kalo kemeja2 yang gak wrinkle free, mau gak mau kudu disetrika. tapi jarang2 lah nyetrikanya, males soalnya. mendingan pake yang wrinkle free aja. hahahaha.

    iya di sini mansion/apartemen yang tidak memperbolehkan menjemur baju di luar adalah apartemen mewah 😉 Aku miskin jadi ngga bisa tinggal di apartemen spt itu.
    ow istilahnya wrinkle free ya…. di sini bhs inggrisnya aneh (tapi lupa apaan)
    EM

  14. ada2 aja idenya ya…
    untuk yang hanger ber hanger itu lho.. hihi…
    semakin banyak penduduknya.. semakin sempit lahan untuk menjemur.. makanya harus kreatif ya mbak..

    seperti halnya saya mbak..
    rumah jaman sekrang kan tipe kecil2..
    perumahan apalagi ya.. kalo jemur juga gitu.. pake kayu… trus bajunya dipakein hanger.. kalo baju dalem.. pake penjemur yang muter itu.. tapi tanpa jepitan.. kalo istilah saya sih payung jemuran.. hehe

    iya payung jemuran itu emang praktis banget ya…
    aku pakai itu untuk jemur handuk kecil
    EM

  15. Ngiri baca Mbak Imel jarang nyetrika, lha saya setiap hari nyetrika loh. Nggak puas dengan setrikaan si Mbak, karena kurang licin. Apalagi untuk baju-baju bagus, takut rusak. Menurut saya nyetrika itu perlu seni dan kepekaan perasaan (halah … 😀 ). Ada bagian yang harus ditekan, ada yang setrikanya justru harus sedikit diangkat, ada yang harus disetrika dari bagian dalam …

  16. TIang jemuran kami bukan yang berbentu A …
    Tetapi yang berbentu X …
    bisa lebih muat banyak njemurnya ….
    Untuk pakaian seragam anak-anak … kami gantung dengan Hanger … irit tempat …
    Tempat jemurnya dimana ?
    Di loteng … (a.k.a lantai 3)(lantai yang tidak ada atapnya …

    Salam saya EM

    Iyaaaa di jkt juga pakai yang X kok… Mas bisa aja jelasinnya, aku bingung mau bilangnya apa. Dengan kategori X dan A bisa lebih dimengerti. Emang kalo trainer lain hihihi
    Kalau di loteng sudah pasti cepat kering (kalau tidak mendung/hujan ya)
    EM

  17. Mba EM bisa aja
    kirain beneran mo cerita tentang berjemur di pantai?

    Saya juga akhir2 ini sering menjemur pakaian sendiri
    Maklum, lagi jauh dari keluarga jadi harus cuci baju sendiri

    Ceritanya mengalir, sy jadi tahu keseharian Mba EM di Jepang, makasih sudah berbagi

    Salam dari Kota Daeng

    hihihi pengen sih berjemur di pantai tapi masak pakai coat? 😀

    EM

  18. hihi…sama bu saya juga ga pernah nyetrika disini…kok sama yah orang jepang dan china, ga punya kebiasaan nyetrika..hoho..ngirit waktu dan tenaga!
    ah iya musim dingin memang paling repot untuk urusan jemur menjemur…bisa sampe semingguan ga kering2 kalo lembab banget..biasanya saya jg tak taruh di dalam asrama trus kalo dah setengah kering tak keringin pake hairdryer…xixixi…

  19. Aku juga paling males menyetrika. Jadi setiap baju yg habis dicuci, aku jemur dengan gantungan, terus ditarik2 sedikit biar gak kusut. Ribetnya kalo baju murah yg beli di ITC, aku pernah narik dg semangat, eh bagian lengannya robek. hi hi hi

  20. Kalau tidak punya tempat jemuran khusus ya repot ya. Di Surabaya kami juga menggunakan jemuran segitiga itu, tapi di back up jemuran tali juga.

    Waktu di Den Haag sedang winter kami menjemur di kamar, disampirkan pada heater ha ha ha ha, cepat kering tuh. Maklum kalau pakai jasa laundry uang saku bisa habis.

    Saya juga sering membeli baju yang anti kusut, terutama jika sedang travelling. Memang agak panas tetapi kan lumayan gak usah setrika lagi. Namun saya tetap membawa setrikaan jika sedang traveling agar tak perlu repot2 panggil tukang setrika di hotel.

    Celemek kayak gitu kalau di Indonesia pasti bisa untuk tempat sayuran ya ha ha ha

    Terima kasih artikelnya yang ciamik walau topiknya sederhana.

    Salam hangat dari Jombang.

    Kalau disampirkan ke heater bisa terbakar pak, jadi tidak disarankan. Kecuali ada di rumah terus jadi bisa tahu kapan keringnya. Wah kalau travelin bawa sterikaan? meskipun aku punya yg portable, tetap malas bawa-bawa tuh hihihi
    EM

  21. Saya dulu suka mbantu cuci-setrika, maklum gak punya pembantu.
    Sekarang kadang juga batu setrika, 2-3 lembar, pakaian saya sendiri.
    Waktu di Denhaag cucian saya jemur di pipa heater di kamar hotel he he he
    Salam hangat dari Surabaya

  22. aku juga suka males setrika. hehehe. kalau baju untuk pergi selalu kuseterika sih. tapi baju di rumah? biasanya cukup kulipat.

    dulu waktu di asrama aku agak kebingungan waktu mau jemur seprei. kadang tempat jemurannya penuh! jadi agak susah menjembreng (aduh apa ya istilah bahasa indonesianya?) seprei. kemudian kulihat teman-teman yang lain. mereka melipat seprei, lalu dijepit di hanger. bisa kering juga. memang waktunya agak lama. yang penting tidak bau. dan aku masih pakai cara itu sampai sekarang. maklum, tempat jemuranku di sini juga sempit. 😀

  23. bener mbak itu sehari nyuci 2x? atau maksudnya 2hari sekali baru nyuci? Xixixi …
    ide yg bagus nih, untuk mengurangi jumlah kain yang harus disetrika hehehe

Tinggalkan Balasan ke nh18 Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *