“Benang Laba-laba” atau bahasa Jepangnya Kumo no Ito 蜘蛛の糸, adalah sebuah cerpen karangan satrawan Jepang terkenal Akutagawa Ryunosuke 芥川龍之介. Ini merupakan bacaan wajib mahasiswa sastra Jepang UI kala itu. Kalau tidak salah karangan ini dimuat dalam buku Nihonggo I, buku pelajaran yang sama sekali tidak ada lucu-lucunya (yaelah imelda, sejak kapan textbook kuliah ada yang lucu ya?). Bacaan yang berat, karena memang Akutagawa sastrawan yang “berat” dan “suram” juga hasil karyanya. (Tahu kan maksudku berat dan suram…. kalau baca tulisannya tuh bukan gembira, tapi malah jadi mikir dan depresi hihihi)
Suatu hari Syaka sama (Siddartha Gautama) sedang berjalan di kolam teratai di surga. Dari kolam itu bisa terlihat di bawahnya di kejauhan isi neraka. Sang Buddha melihat seorang mantan perampok bernama Kandata sedang menderita sengsara di dalam neraka. Memang semasa hidupnya Kandata orang jahat, tapi satu kali saja dia pernah menolong seekor laba-laba, dengan tidak menginjaknya.
Mengingat kebaikan Kandata, Sang Buddha memberikan kesempatan pada Kandata untuk bebas, dengan mengirimkan seekor laba-laba yang menjulurkan benangnya ke dalam neraka. Kandata yang melihat benang laba-laba ini kemudian memanjatnya untuk keluar dari neraka. Terus memanjat sambil berharap dapat keluar dari neraka, Kandata kemudian melihat ke bawah. Dan dilihatnya bahwa banyak penghuni neraka ikut-ikutan memanjat benang laba-laba itu. Kandata berpikir, kalau begitu banyak orang ikut memanjat maka benang laba-laba itu akan putus, dan dia tidak bisa keluar dari neraka. Maka dia berteriak,” Hei, benang ini milikku. Siapa yang menyuruh kalian memanjatnya. Turun! Turun!”. Dan tepat setelah teriakan Kandata itu, benang laba-laba itu terputus persis di atas Kandata, sehingga Kandata jatuh masuk neraka lagi.
Sang Buddha yang melihat keserakahan Kandata menjadi sedih dan menjauhi kolam teratai itu.
Cerita lengkapnya bisa baca di sini.
Sebuah cerita yang sarat mengandung ajaran agama (terutama agama Buddha) ini dimuat pertama kali dalam majalah sastra untuk anak-anak “Akai Tori” pada tahun 1918. Waktu membaca karya tersebut pertama kali, aku berpikir juga, kenapa ya memakai laba-laba? Memang binatang yang ditolong Kandata adalah laba-laba bukan semut atau kelinci misalnya. Tapi secara logika memang hanya laba-laba yang bisa menjadi media, sebagai tangga keluar dari neraka. Selain itu kenyataan bahwa benang laba-laba itu sebetulnya amat kuat.
Adalah seorang Profesor Oosaki Shigeyoshi dari Nara mengumumkan hasil penelitiannya awal September lalu yaitu berhasil membuat biola dengan memakai benang laba-laba sebagai dawainya. Suaranya? katanya terdengar lembut (sayang tidak ada di youtube, rasanya ingin mendengar seperti apa suaranya).
Tiga senar biola yang masing-masing berdiameter 0,7-1,00 mm itu memakai belasan ribu helai benang laba-laba yang dijadikan satu. Dikumpulkan dari 300 laba-laba yang menghasilkan benang dalam waktu 2 tahun.
Selain suara yang indah, benang laba-laba itu juga terkenal sebagai benang yang kuat. Seberapa kuatnya? Sekitar 190.000 helai benang laba-laba dijadikan satu dan menjadi satu bagian penyambung di hammock mampu menahan berat badan 65 kg. Hebat ya! (Ayo… yang hebat siapa? Si laba-laba atau si peneliti? Kalau menurutku yang hebat adalah Sang Pencipta laba-laba dan peneliti…hehehe)
Saya juga penasaran dengan suara biolanya Bu, selembut apa? Tapi bisa dibayangkan kalau mesti beternak laba-laba untuk sebuah industri tekstil. Berapa juta laba2 yag dibutuhkan. Jangan2 ada UU khusus pekerja Laba-laba 😆
karena kuatnya itu mungkin juga menginspirasi si pencipta super hero untuk bikin karakter spiderman.tinggal crot, bisa langsung berayun-ayun di gedung ;p
Memang laba2 dan benangnya itu menakjubkan.. saya baru tau kalo bisa dipakai jadi senar biola.. saya taunya cuma dari kumis ikan paus aja.. (itu juga taunya gara2 baca doraemon) hehe
(Maaf) izin mengamankan KETIGAX dulu. Boleh, kan?!
Benang laba-lana dari beberapa spesies memang terkenal mempunyai tingkat kekuatan yang tinggi. Tapi baru tahu kalai ini kalau ada yang dibuat jadi senar biola
waaa hebaaat
benang laba2 yah
sama ga sama bahasa Jawa “sawang”? (sarang laba2 sih, tapi sama ga sih?)
gimana mengolahnya yah?! hebat tuuuh
s7 banget!!! penciptanya & penelitinya yang brilliant!
tu biola pasti muahal…
dan karyanya pasti “berat” dan “suram” 🙁 (sudah sering beradu dengan yang begituan, bikin mikir tentang hidup, terus jadi bingung deh hidup buat ngapain)
oh, semua textbook lucu kalo Liona dibolehin nglucu 😉 :p & trgantung yg nangkep 😀
textbook kl kna IMELDA pst juga akn jd buku panduan humor khan!!!? hhhhh
~LiOnA~
Saya baru sadar … bahwa ternyata benang laba-laba itu sangat kuat
sampai bisa jadi dawai biola
And yes indeed …
Yang hebat adalah SANG PENCIPTA Laba-laba
salam saya EM
Yang memposting “Dawai Benang Laba Laba” juga hebat… 😀
saya pernah lihat di video harun yahya tentang kekuatan benang laba-laba.ni bener2 kreatif kawan,benang laba-laba dijadikan alat musik tak terpikirkan oleh kebanyakan orang 😀
Nice Article, inspiring. Aku juga suka nulis artikel bidang bisnis di blogku : http://www.yohanwibisono.com, silahkan kunjungi, mudah-mudahan bermanfaat. thx
Kalo di buat senar gitar, boleh tuh.. saya mau mainin gmn ya suaranya
seperti layaknya sapu lidi yang diikat bersama.. ga bisa dipatahkan.
Gimana karya nya nggak berat dan bikin depresi, Akutagawa sendiri tewas bunuh diri gara-gara depresi. Jangan sampai para pembaca bukunya ikut-ikutan aja deh.
Dulu waktu kecil di rumah nenek ada laba-laba yg cukup besar, dengan sarang yang cukup besar. Kadang kami sengaja “melempar” serangga (semut, nyamuk, pernah juga lalat) ke sarang nya dan mengagumi betapa cepat laba-laba itu bereaksi dan menggulung makanannya dengan benang.
Namun pernah juga kami iseng melempar kerikil sebesar isi kelengkeng… eh digulung juga dengan cepatnya… dan ternyata emang kuat menahan kerikil itu…
salam,
Pengarang yang tulisannya berat dan suram? Ahhh…di Indonesia juga ada, mbak! tepatnya tuh orang tinggal di Bandung ;)) *ngikik*
Waw…gak nyangka benang laba2 bisa sekuat itu.
Gile bener, bisa nahan benda seberat itu 😮
Tapi sama yah kayak manusia, kalo bersatu pasti kuat 🙂
wiih … gak nyangka ternyata benang laba-laba sangat kuat ya … ehm, kalo dijadiin tali gantung diri gimana ya? heh kidding …
Semoga persahabatan kita tiada lekang oleh waktu dan tiada terbatas oleh ruang
Aku pernah bersihin sarang laba-laba, juga “nabrak” sarang laba-laba. rasanya lengket dan susah lepas.. kalau jadi dawai biola lengket juga nggak ya?
..
hewan yang amazing..
bikin sarangnya aja bisa presisi gitu, padahal gak pernah sekolah tuh.. hihi..
trus ada jenis laba-laba yg induk betinanya ngerelain tubuhnya dimakan bayi-bayinya..
hmmm… pengorbanan yg luar binasa.. 🙂
..
Halo Mbak Imel… ‘pa kabar?
Waktu baca judul langsung deh kebayang ama dawai asmaranya ridho rhoma hahaha..
Wuiih, Menakjubkan kekuatan dari benang laba-laba ya… padahal terlihat rapuh bgt. Hanya saja terlalu banyak yang dikorbankan dari si laba-laba itu sendiri menurutku…
yang hebat yg nyiptain laba-laba dan yang nyiptain peneliti mbak 🙂
btw…sang Buddha mengajarkan sidharta bahwa jangan menganggap enteng perbuatan baik seseorang walaupun hanya gak jadi nginjek laba-laba tapi emang dasar orangnya serahkah ya emang perbuatan baiknya itu gak bisa nutupin sifatnya yg serakah 😀
mbak…mbak…kira2 benang laba2 itu kuat nahan aku gak ya? hohohohohoho
Wah, benang laba-laba? Belum pernah nyoba narik benang laba-laba, jadi nggak terbayang kalau ternyata kuat sekali. Padahal saya pikir kena sentuk aja sudah putus …
Benag laba-laba dapat dibuat senar untuk biola? Jadi ingin mendengar suarannya…membayangkan seperti apa kedengarannya. Sayang tak ada di youtube ya….
Padahal kayaknya rapuh ya…atau laba-laba nya beda laba-laba di Indonesia ya?
Yahh…EM..salah tik lagi…dan lagi…:P
iya mba, sayang sekali gak ada rekaman nya di youtube..
kebetulan saya jg memainkan biola, jd pgn dgr gmn suara biolanya.. hehe
thanks for sharing 🙂
wahhhh asyik banget bisa main biola. Aku pengen tuh, soalnya Opa dari mama pemain biola.
EM
sapa yg lagi bergantung tu ya…
jadi kepengen punya benang yg kuat kaya laba2 ih,…