Tahu Taman Ria kan? Bukan tamannya si Ria sih…. Dulu di Jakarta aku tinggal dekat dengan Taman Ria Senayan, tapi sekalipun aku belum pernah bermain ke sana. Aku justru pergi ke sana, ke sebuah cafe yang saya lupa apa namanya, sekitar 5 tahun yang lalu. Aku juga tidak perhatikan apakah tempat itu sekarang masih menjadi tempat bermain dan rekreasi untuk anak-anak atau tidak.
Hari Kamis tgl 1 April yang lalu aku pergi ke “Taman Ria” dekat rumahku di Nerima. Tidak sampai 30 menit naik kereta (termasuk ganti kereta), aku dan Riku sudah sampai di TOSHIMAEN amusement park. Sengaja aku tidak mengajak Kai, karena sudah tahu dia pasti tidak boleh ikut bermain di wahana yang ada. Dia pasti akan berteriak-teriak “tidak adil” dan gigit jari melihat kakaknya saja yang bermain. Dan amat sangat sulit mengendalikan dia di tengah keramaian. Jadi hari itu hari kencan (lagi) untuk Riku bersama mamanya.
Begitu turun di stasiun Toshima-en, kami disambut oleh pohon sakura yang bermekaran. Amat indah. Pengunjung taman rekreasi tidak begitu banyak sehingga tidak perlu lama antri untuk naik wahana. Dan kebanyakan adalah ibu-ibu bersama anak-anak mereka. Banyak pula yang berkelompok. Satu grup anak sekitar 8-10 orang, dan 2 ibu yang bertindak sebagai “pendamping” jadi hanya 2 ibu ini saja yang ikut naik “wahana”. Hmmm aku melihat ini sambil berpikir… khas orang Jepang, penuh perhitungan ngga mau “rugi” . Misalnya dalam kelompok itu ada 4-5 ibu, mereka membeli karcis bermain untuk anak-anak seharga 2.900 yen, mereka hanya membeli karcis dewasa seharga 3.900 yen untuk 2 orang yang nantinya dibagi pembayarannya sehingga tidak perlu membeli masing-masing. Karcis dipakai untuk mereka yang menemani anak-anak naik wahana. Toh di karcis itu tidak tercantum nama. Pintar (dan tidak curang karena toh membayar a.k.a tidak gratis). Soalnya aku merasa rugi banget membeli karcis dewasa 3.900 yen padahal aku tidak naik wahana (paling hanya terpakai 2 kali). Aku kebanyakan menunggu di luar sambil memotret Riku, yang memang sudah berani untuk naik sendiri (kecuali jetcoaster yang besar).
Untung begitu kami masuk, Riku langsung mencoba beberapa wahana yang berada di luar, karena mulai pukul 2 siang angin kencang mulai bertiup dan beberapa wahana ditutup. Betapa senangnya aku melihat mukanya yang antusias dan happy begitu. Dia sendiri yang menentukan mau naik apa, dan mamanya cuma ikutin dari belakang (dan keluarin duit lagi karena ada beberapa permainan tidak termasuk dalam karcis terusan) . Seperti wahana bermain dengan binatang, perlu membayar 500 yen terpisah. Karena kami tinggal di apartemen tidak bisa memelihara binatang, sehingga kesempatan berinteraksi dengan binatang sangat sedikit. Mungkin kalau binatang kecil seperti hampster dan burung parkit bisa saja kami pelihara, tapi…. aku yang tidak mau, karena BAU! hihihi (Jadi ingat ada teman aku yang anaknya pelihara kumbang kelapa, ular dan KALAJENGKING… anak perempuan lagi hhihihihi)
Yang disayangkan Riku belum bisa naik gokart, karena tingginya belum 130 cm. Di sini petugas ketat sekali mengukur tinggi badan anak-anak. Meskipun kurang cuma 1 cm, tidak diperbolehkan. Terpaksa harus puas naik yang lain. (Untung juga sih, karena aku mencuri dengar mengemudi gokart itu cukup sulit. Banyak yang akhirnya terdiam di tengah-tengah arena.
Satu lagi yang aku lihat bagus di dalam taman ini adalah sebuah tempat pertemuan yang bisa disewa, persis berada di bawah rindangnya pohon sakura. Wahhh sakuranya di sini benar-benar bagus kalau mekar semua. Ya memang karena tempatnya bagus sih maka dibuat sebagai tempat pertemuan, enkaijou 宴会場.
Akhirnya kami pulang pukul 4 lewat karena harus menjemput Kai di penitipan, dan saat itu badai angin mulai membesar (sampai dengan Jumat malam), sehingga kami harus bersusah payah mengayuh sepeda pulang.
読み込み中
クリックでキャンセルします
画像が存在しません