Kalau di Indonesia mah sudah jelas, hari ini adalah hari Waisak dan Harkitanas (Kebangkitan loh, bukan Kesakitan …seperti yang tertulis di sebuah posting). Ada satu hal yang saya merasa beruntung dalam kaitan agama Buddha/Hindu, yaitu nama-nama dewa, atau istilah keagamaan yang ada biasanya memakai bahasa Sanksekerta kan. Misalnya Vishnu, Shiva, Ganecha dll. Nah saya pernah merasa bangga, waktu pergi ke kuil Sanjusangendo di Kyoto. Di kuil itu berbaris patung dewa-dewa sebanyak 1000 patung. Semuanya mempunyai nama dalam tulisan kanji, tapi dibawahnya tertulis bahasa Sanskrit. Dan ada beberapa dari nama-nama itu yang saya kenal, sehingga saya bisa “sombong” sedikit kepada teman Jepang saya.
Kalau Harkitnas, saya tidak pede untuk mengulasnya. Tetapi mungkin saya bisa kasih ilustrasi keadaan Indonesia sekarang dengan seorang yang kurang darah (anemia). Bagi orang kurang darah itu, bangun pagi sulit sekali. Kadang mau bangun tapi harus pelan-pelan karena kepala pusing, atau biasanya bilang “darahnya belum naik ke kepala”. Di Jepang dikatakan orang anemia itu sulit bangun pagi, dan butuh waktu untuk bangun. (Itu selalu alasan suami saya kalau lelet bangun pagi, yaitu karena anemia. Padahal saya yang HB nya pernah cuman 8 saja tidak sulit kok hehehe). Nah untuk penambah darah biasanya orang minum hemaviton, suplemen berzat besi. Tapi jadi tergantung obat-obatan ini. Padahal HB itu bisa dinaikkan dengan makanan yang baik yang mengandung zat besi secara teratur. Ada buah disini yang banyak mengandung zat besi, bernama ASSAI PALM yang katanya kandungan zat besinya 3 kali lipat hati (lever). Nah Indonesia sekarang itu bagaikan orang anemia, yang sulit sekali untuk bangun, dan yang bangunnya hanya bisa kalau ada stimulasi dari obat (baca bantuan) bukan dari kekuatan badan yang dibangun secara teratur (baca pendidikan).Selama tidak ada usaha untuk membuat badan yang kuat, maka si Indonesia ini akan sulit untuk Bangkit dari tempat tidurnya. Nah itu saja yang bisa saya katakan berkenaan Harkitnas ini.
Oh ya, ada satu lagi, hari ini merupakan hari kemerdekaan Timor Leste yang ke 6. (tahunya malah dari berita di Jepang)
Nah kalau di Indonesia, hari ini ada 2 perayaan/peringatan penting, maka di Jepang ada beberapa sebetulnya tetapi yang menarik untuk saya ulas di sini adalah hari peringatan Pembukaan Pelabuhan Teluk Tokyo, dan hari ROMAJI (huruf/tulisan alfabet).
Pelabuhan Teluk Tokyo meskipun mempunyai sejarah yang cukup panjang, yaitu sejak abad 15, kedudukannya dikalahkan oleh Yokohama, yaitu dengan pembukaan pelabuhan Yokohama pada tahun 1858 waktu Jepang memulai hubungan dengan LN setelah penutupan negeri. Pelabuhan Teluk Tokyo sendiri baru menjadi pelabuhan internasional pada tahun 1941, setelah Kebakaran Besar Kanto dan dibangunnya Dermaga Hinode tahun 1925. Sekarang Pelabuhan Teluk Tokyo ini merupakan salah satu dari tiga pelabuhan penumpang yang terbesar di Jepang. Tetapi untuk pelabuhan dagang masih kalah dnegan Nagoya yang menyandang pelabuhan dagang terbesar di Jepang (soalnya ada pabrik Toyota di sana).
Romaji, adalah sebutan untuk tulisan alfabet/latin. Seperti diketahui, Tulisan di Jepang memakai 3 jenis, yaitu hiragana, katakana dan Kanji (huruf Cina). Tapi pada tahun 1591 diterbitkan sebuah buku dengan huruf alfabet yang dipakai oleh pendeta dan pelajar saja. Adalah Hepburn yang membuat pertama kali kumpulan kata-kata (kamus) bahasa Jepang Inggris dengan memakai huruf latin. Cara penulisan Hepburn untuk menggantikan kana ini disebut dengan Hepburn shiki (Hepburn Style). Namun cara ini diperbaiki oleh Tanakadate Aikitsu pada tahun 1885 dengan Nihon shiki Romaji. Menuliskan bahasa Jepang dalam huruf latin memang tidak sulit bagi orang Jepang. Yang sulit adalah menuliskan bahasa asing dalam huruf latin (sesuai dengan bahasanya), karena orang Jepang biasanya menuliskan ucapan bahasa asing dengan memakai katakana, yang pelafalannya disesuaikan dengan bahasa Jepang. Lihat saja tulisan saya tentang Japlish.
Jangankan bahasa Inggris yang pelafalannya lain dengan tulisan, dalam mempelajari bahasa Indonesia pun orang Jepang sering salah dalam penulisan. Itu terjadi karena ada huruf-huruf tertentu yang tidak ada dalam bahasa Jepang, atau tidak dibedakan dalam bahasa Jepang. Misalnya orang Jepang akan bingung waktu disuruh menulis “beri” dan “beli”, atau “makan” dan “makam”, atau kata “Kelereng” akan dituliskan menjadi kulereng. Orang Jepang juga sulit membedakan “Pelan” dan “Pulang”. Pengalaman saya yang tidak bisa saya lupakan adalah waktu saya akan membacakan sebuah request yang dikirimkan lewat fax dalam acara radio saya. Ditulis oleh seorang Jepang yang sangat pintar berbahasa Indonesia begini: “Saya senang sekali mendengar sialan Anda”. Maksudnya tentu saja siaran, tapi yang tertulis adalah sialan, dan tentunya dia tidak tahu bahwa ada kata sialan di bahasa Indonesia yang arti bakayaro di bahasa Jepang. Untung saya tidak terbahak waktu membacakannya. Dalam bahasa Jepang tidak ada huruf L, sehingga nama saya menjadi Imeruda. Karena itu benar kata iklan di TV, Jepang memang “RUAR(u) BIASA”.
Hari ini, 21 Mei 2008, katanya mau ada demo besar2an ke istana untuk menuntut agar harga BBM tidak dinaikkan.
Mudah2an tidak terjadi keonaran.
Btw, saya juga baru tahu dari running text sebuah tv lokal kalau tgl 20 Mei adalah hari kemerdekaan Timor Leste. Kok tanggalnya pas banget dengan Harkitnas ya?
Yah…semoga tidak terjadi keonaran deh. Soal kemerdekaan Timor, kan karena dulu kita begitu “benci” kok Indonesia bisa kecolongan jadinya tidak perhatikan tanggalnya. Padahal menurut Timor, mereka BANGKIT menjadi negara yang mandiri terlepas dari Indonesia.
huahahha… bahaya juga bu kalo semua huruf R diganti L oleh orang Jepang 😛
kebalik mbak, huruf L diganti menjadi R. Kalau yang siaran itu karena si Jepun pinter bahasa Indonesia, jadi dia pikir yang bener yang L. Makanya Luar biasa menjadi Ruar biasa. Tapi musti diingat bahwa huruf R di bahasa Jepang tidak sama dengan di bahasa Indonesia, yang bergetar lidahnya. Yah boleh dibilang R tapi bunyinya setengah L dan setengah R…..bingung kan hihihi.
Kalau mbak kan Nu-Ri-Ta…ヌリタ ngga jadi masalah. Tapi misalnya Larasati menjadi Ra-Ra-Sa-Tei.ララサティ