Kemarin ada kebiasaan di sini untuk makan sushi gulung malu-malu. Loh kok malu-malu? Sebetulnya sih bukan malu tapi maru. Tapi bagi orang Jepang kan pengucapan “malu” dan “maru” itu sama, jadi ya saya pilihkan kata malu-malu untuk judul.
Maru itu adalah bulat. Jadi kalau yang pernah pergi ke Jepang dan mengenal sebuah departemen store yang bernama Daimaru, ya artinya Bulat Besar. Saya juga pernah bingung melihat nama toko di Shibuya yang hanya bertuliskan OIOI kok dibaca Marui. Ternyata O nya itu Maru = bulat dan I nya ya dibaca i. Memang membaca tulisan di Jepang perlu putar otak untuk bisa mengerti artinya, meskipun kamu sudah bisa bahasa Jepang.
Tapi dengan adanya kata maru yang berarti bulat itu juga, bisa membuat orang Jepang yang belajar bahasa Indonesia cepat hafal kata Malu. Biasanya saya mengajarkan “Maru hadaka de Malu” (Telanjang bulat jadi Malu). Biasanya sih tokcer tuh untuk menghafal kata malu.
Lalu apa hubungannya dengan makan sushi malu-malu? Ya kemarin itu adalah hari SETSUBUN, yang merupakan hari peringatan (tidak libur), sehari sebelum RISSHUN, hari dimana mulai mempersiapkan kedatangan musim semi, meskipun tidak berarti bahwa musim dingin sudah berlalu dan menjadi hangat. Dan pada peringatan SETSUBUN ini ada kebiasaan untuk makan sushi bulat-bulat, sushi yang berbentuk gulung, yang memang juga “bulat padat” berisi 7 macam “lauk”. Namanya “Marukaburi” まるかぶり atau “Ehomaki” 恵方まき. Dan ternyata waktu aku mencari informasi, eho berarti lucky direction, arah mujur.
Aku membeli satu batang ehomaki ini, dan dibungkusnya terdapat cara makan sushi gulung ini. Di situ tertulis bahwa arah mujur tahun ini adalah barat-barat daya. Jadi sambil menghadap ke arah barat daya dan makan bulat-bulat satu batang sushi gulung ini. Dan sembari makan membatinkan keinginan untuk tahun ini. Misalnya supaya lulus ujian, dapat pacar, sehat dll. Wah memang kalau makan sushi satu batang seperti begini ditanggung badannya kuat dan sehat, dan siap menghadapi dinginnya hari-hari yang masih harus dilalui… sampai musim semi nanti.
Cerita lainnya mengenai perayaan SETSUBUN ini bisa dibaca di postingan saya tahun lalu yang berjudul Pergilah Kesialan, Datanglah Keberuntungan.