Pekan Baca

7 Nov

Aku benar-benar terheran-heran bahwa di Jepang ini ada yang namanya “Pekan Baca” Dokusho Shuukan 読書週間. Kupikir itu hanya tugas di sekolah Riku saja, tapi begitu mendengar Gen berkata, SELURUH JEPANG. Wow, sebuah himbauan dari pemerintah yang ditujukan pada semua warga negara. Segitunya?

Pamflet Pekan Baca tahun 2010, "Begitu sadar, sudah sampai di stasiun tujuan". Jangan heran kalau melihat orang Jepang membaca di kereta.

Pekan Baca tahun 2010 ini adalah yang ke 64, dengan tema “Begitu sadar, sudah sampai di stasiun tujuan”. Kegiatan Pekan Baca ini diawali tahun 1924, segera setelah Gempa Bumi Besar Kanto terjadi, Asosiasi Perpustakaan Jepang selama seminggu mengadakan berbagai kegiatan untuk menyebarkan kebiasaan membaca pada masyarakat yang didukung oleh penerbit-penerbit saat itu. Pekan Baca ini kemudian menjadi semacam “Festival Buku”, dengan berbagai perubahan-perubahan tujuan dan kepentingan/dukungan dalam pelaksanaannya. Kemudian akhirnya pada tahun 1965, panitia pengembangan membaca menjadi yayasan masyarakat khusus yang berada di bawah Departemen Pendidikan.

Riku juga mendapat selembar kertas dari sekolahnya yang harus ditulis dengan judul/pengarang buku yang sudah dibaca selama Pekan Baca. Selain itu aku juga membaca di surat kabar “Shogakko Shimbun” (Surat Kabar khusus untuk SD yang khusus kami langganan dari Asahi Shimbun) suatu gerakan di suatu daerah yang menghimbau anak-anak membaca lebih dari 100 buku selama setahun. Sudah cukup banyak murid yang berhasil melampauinya. Dan dari surat kabar itupun aku mengetahui bahwa buku bertema sejarah dalam bentuk penulisan apa saja, yang merupakan bacaan favorit. Setelah nomor 2 adalah cerita Kaiketsu Zorori. Wahhh ini memang favoritnya Riku deh, meskipun aku tidak bisa mengerti apa sih bagusnya cerita ini hehehe.

Waktu aku tanya pada Riku apa sih bagusnya cerita Kaiketsu Zorori ini, dia berkata: “Gambarnya bagus. Itu memang cerita tentang kenakalan/keisengan Zorori dan Ishishi/Noshishi –dua babi hutan asistennya– tapi dalam kenakalan itu pun ada kebaikan yang diajarkan. Balance. ” Hmmm memang sih, tanpa keisengan, dunia ini akan hambar ya….

Waktu aku tahu tentang “Pekan Baca” ini, aku cukup tersentak dan merasa bahwa aku harus ikut kegiatan ini dengan aktif dengan membaca buku. Tapi ternyata waktunya tidak ada, hanya bisa menyelesaikan 2 buku dari  S. Mara GD dan Maria A Sardjono, kedua penulis favoritku. Tapiiiii setiap malam paling sedikit aku mendongengkan 2 cerita dari Picture Book untuk Kai, yang memang dia dengarkan sampai habis. Kalau Riku, begitu kepalanya menyentuh bantal pasti langsung melempus…tidur ZzzZZz hihihi. Kalau Kai pasti sampai habis, dan terkadang aku membaca salah, atau melompati beberapa halaman karena ngantuk. Tapi dia TAHU…dan memaksa aku bangun dan menyelesaikan cerita hahaha.

Mungkin di Indonesia tidak perlu ada “Pekan Baca” seperti di Jepang, tapi untuk menggalakkan kegiatan membaca memang perlu tindakan aktif dari berbagai pihak. Termasuk diri sendiri.

Hari Jumat malam aku juga gembira mendapat kiriman buku dari diri sendiri, yang aku kirim dengan sea-mail. Buku seberat 6,8 kg, ongkir 400rb, sampai di Tokyo dalam waktu 6 minggu. Nah loh kapan bacanya ya? hihihi (Sambil ingat masih ada 17 kg buku dalam koper)