Huruf Titik

10 Okt

Bukan hurufnya tulisan teman kita, si Titik, tapi memang huruf yang terdiri dari titik-titik. Setidaknya itulah terjemahan dari 点字 Tenji , atau yang kita kenal dengan huruf Braille. Kenal? Pernah lihat? Aku ragu apakah orang Indonesia pernah melihat langsung (bukan foto) pemakaian huruf Braille di sekitar kita. CMIIW

Ini sebetulnya tugas pelajaran Bahasa Jepangnya Riku (4SD). Kami memang libur berturut dari hari Sabtu, Minggu, Senin lalu. Bahkan hari Jumatnya sebetulnya adalah akhir semester satu SD nya Riku. Dan tidak ada libur antarsemester karena sudah banyak libur pada musim panasnya. Jadi hari Selasa adalah hari permulaan semester dua, dan Riku mempunyai PR yang harus diselesaikan. Padahal seperti yang kutulis di posting kemarin, kami sampai di rumah pukul 12 malam. Jadi?

Tugas Riku adalah mencari pemakaian huruf Braille di sekitar kehidupan kita, dan menuliskan laporan singkat, untuk kemudian dipresentasikan dalam grup mereka di kelas. Ini merupakan bagian pelajaran Bahasa Jepang yaitu menulis sakubun 作文 dan presentasi happyou 発表. Bagian ini menurutku penting sekali, karena dengan demikian mereka terbiasa memresentasikan pendapat mereka, sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Teratur deh kalau mendengar orang Jepang happyou, karena mereka sudah biasa dari kecil. (Indonesia bagaimana ya? hehehe)

Biasanya ‘Huruf Titik’ ini bisa dijumpai di stasiun. Banyak! Seperti daftar harga tiket ke setiap tujuan, lalu di lift juga banyak yang memiliki huruf braille. Pegangan tangga untuk memberikan informasi tangga itu ke mana, dan …(mungkin) berapa anak tangga (aku tak bisa baca jadi tidak tahu info apa yang tertulis). Tapi sebetulnya tidak usah jauh-jauh, karena di jalanan atau di stasiun pun ada biasanya berwarna kuning, dengan ‘tonjolan) bulat atau panjang, khusus untuk pejalan kaki tuna netra.

garis kuning dengan tonjolan, juga merupakan tenji bagi penyandang tuna netra

Tapi masalahnya Riku tidak sempat mencari contoh sebagai bahan penulisan. Waktu di rumah mertua di yokohama, aku sempat menemukan sebuah contoh yaitu tenji di kaleng minuman bir. Mungkin untuk memberitahukan kepada penyandang tuna netra bahwa kaleng minuman itu beralkohol. TAPI rasanya kurang cocok untuk dipakai sebagai contoh oleh Riku yang kelas 4 SD (kok minuman alkohol gitu). Jadi waktu pulang, sebelum kami pulang ke rumah, kami bermaksud mampir ke stasiun lalu mengambil foto untuk bahan PR nya Riku. Riku sendiri waktu itu sudah tertidur di mobil. Dan tiba-tiba aku teringat pernah melihat di bus surat di depan kantor pos dekat rumah kami. Kantor pos itu lebih dekat daripada stasiun, dan pastinya tidak banyak teman Riku yang “menemukan” pemakaian braille di bus surat. Jadi aku langsung memotret bus surat itu. Dan kalaupun perlu, Riku bisa ke kantor pos pagi harinya (pasti lewat sini juga kalau pergi ke sekolah).

Pagi harinya Riku menulis laporannya berdasarkan foto yang kubuat, dan menurutnya memang tidak ada temannya yang menulis sama dengannya. Horree…..

Dan secara tidak sengaja kemarin itu rupanya Hari Pos Sedunia. Rasanya pas sekali memadukan pos dengan huruf braille sebagai pengetahuan untuk Riku.

Bagaimana? Pernah lihat pemakaian huruf ini di tempatmu? Atau mungkin malah bisa membacanya? Hebatnya di buku pelajaran bahasa Jepangnya Riku ada loh daftar huruf braille itu lengkap dengan ‘tonjolan’nya.

pengenalan huruf braille kepada murid SD kelas 4

Penggalan dari postinganku di sini :

Pada tanggal 1 November 1890 untuk pertama kalinya huruf Braille yang memakai 6 titik dipakai untuk menggantikan huruf titik bagi penderita tunanetra di Jepang yang 12 titik. Yang merupakan bapak huruf titik untuk tuna netra di Jepang adalah Ishikawa Kuraji ( Huruf titik di Jepang berlainan dengan huruf yang dipakai di luar negeri, mungkin dikarenakan Bahasa Jepang tidak memakai alfabet, sehingga tidak cocok jika huruf Braille dipakai begitu saja. ) Yang pasti penderita tuna netra di Jepang sejak tahun 1890 ini sangat diperhatikan dengan pemakaian huruf titik ini di hampir semua fasilitas umum. Bahkan di kaleng-kaleng minuman, atau pegangan tangga, pasti didapati tulisan titik ini. Bila mau melihat dokumen mengenai huruf titi silakan baca wikipedia ini , yang memang berbahasa Jepang, tapi dengan melihat fotonya saja mungkin dapat kita lihat usaha-usaha melakukan Barrier Free bagi penyandang Tuna netra.

Libur Musim Panas

21 Jul

Resmi mulai hari ini Riku memasuki libur musim panas, sampai dengan tanggal 25 Agustus nanti. Tapi dia masih akan ikut pelajaran renang, yang diadakan sepanjang libur musim panas, dan tiga hari pelajaran tambahan bagi mereka yang mau mengulang. Gurunya volunteer untuk mengecek pekerjaan beberapa murid (meskipun pada akhirnya cukup banyak peminat). Memang hanya dari jam 10:40 sampai 12:00. Kalau hari sekolah sesudah itu ada makan bersama, tapi karena sudah masuk libur, maka murid akan pulang ke rumah.

Seperti biasa kalau liburan, kalau di Indonesia ada tugas mengarang, “Liburanku”. Yang menarik di sini “PR” untuk musim panas adalah:
1. Mengulang mata pelajaran bahasa dan berhitung.
2. Menulis 2 kejadian yang menarik selama musim panas. Tapi kertasnya terbagi dua, atasnya untuk menggambar situasi, dan di bawahnya tulisannya. Nanti tugas ini akan dipajang di koridor sekolah.
3. Diberikan 2 lembar kertas “monitoring” tumbuhan yang dipelihara selama musim panas. Karena kami akan mudik, maka Riku tidak bisa menanam tumbuhan. Untuk itu mungkin kami harus mencari tumbuhan yang menarik di Indonesia nanti, sebagai bahan untuk tugas ini.
4. Dalam pelajaran berenang ditentukan level kemampuan berenang. Misalnya level 14 : bisa memasukkan kepala ke dalam air, level 12: bisa membuka mata dalam air, level 9: bisa berenang gaya apa saja sepanjang 5 meter. Dan menurut Riku sih, dia sudah sampai level 9. Tapi karena kami akan mudik, tidak bisa melanjutkan pelajaran berenang, sehingga mungkin aku harus memberikan les berenang khusus setelah kembali dari Indonesia. Katanya Kelurahan Nerima cukup ketat mewajibkan semua anak SD harus bisa berenang. Nah loh!

Jadi hari ini Riku kembali ke rumah pukul 12:30, dalam keadaan lapar dan haus! Wah susah deh kalau liburan begini, anak-anak (kai masih di penitipan sih) lapar terus, apalagi benar-benar panas di luar.  Mau masak? Dapur juga panas, apalagi pakai api kan. Rasanya selama musim panas mau delivery aja deh. Sebetulnya dapurku ini tidak terlalu panas karena aku sengaja memasang AC di ruang tamu yang anginnya bisa sampai ke dapur. Tapi namanya barang elektronik, 10 tahun dipakai dia juga minta pensiun deh. ACku koit! Padahal hari ini di Nerima cukup 37 derajat saja! duh….

Nah, di musim panas begini, biasanya orang mau minum terus. Tapi biasanya kalau terlalu banyak cairan, perut akan kembung. Di sini banyak dijual jelly buah-buahan, seperti di Indonesia juga. Tapi aku belum pernah melihat jelly kopi dan teh dijual di Indonesia. Jadi minuman kopi (kalau Jepang kopi pahit) dan teh akan diberi bubuk agar-agar dan didinginkan. Cukup beri sedikit cream (susu) dingin waktu makan. Sudah menjadi dessert yang menyejukkan. Malah kadang-kadang jelly itu dipotong-potong dan dimasukkan dalam susu dingin.

Yang juga aneh adalah minuman kaleng. Sekarang banyak minuman dingin yang mengandung jelly. Jadi sebelum membuka, kita harus mengocok-ngocok dulu beberapa kali supaya terurai. Dijual mungkin awalnya dalam bentuk padat, sehingga kalau buka dan hendak langsung minum, tidak bisa keluar dari lubang yang ada. Ada bermacam rasa, grape atau jeruk, tapi yang tadi aku belikan untuk Riku adalah cola jelly…. yang pasti kalau coffee jelly dan tea jelly, kita bisa buat sendiri di rumah, tapi cola jelly? susah ya rasanya jadi aneh.

sebelum dibuka/diminum harus dikocok dulu tuh. Katanya Riku sih enak, mamanya tidak kebagian nyicip sih ...hiks...

Memang banyak minuman beragam di sini, tapi yang aku inginkan sekarang adalah… es kelapa/kopyor pakai gula jawa cair …duhhhh… tahan mel …tahan… hihihi