Dari jendela kereta,
kulihat rumah beratap merah
rumah tempat tinggalku waktu kecil
Biji buah kesemek yang kutanam, sudah besarkah sekarang?
Coretan krayonku apakah masih ada di dindingnya?
Sekarang, siapakah yang tinggal di rumah itu?
Meskipun aku sudah berdiri setinggi-tingginya
suatu hari rumah beratap merah itu tak terlihat
Tertutup bangunan tinggi di sekitarnya
Suatu saat memang akupun menjadi dewasa
Jalan kecil penuh dengan rerumputan yang kurahasiakan itu
apakah masih ada?
Biji buah kesemek yang kutanam, sudah besarkah sekarang?
Coretan krayonku apakah masih ada di dindingnya?
Kamu selalu ada di hatiku….
Rumah beratap merah.
でんしゃのまどから 見える赤いやねは
小さいころ、ぼくが すんでた あの家
にわにうめた 柿のタネ 大きくなったかな
クレヨンのらくがきは まだかべにあるかな
今は、どんなひとが すんでる あの家
せのびして見ても ある日赤いやねは、
かくれてしまったよ ビルのうらがわに、
いつかいつかぼくだって 大人になるけど
ひみつだったちか道 はらっぱはあるかな、
ずっと心の中
赤いやねの家
Sore tadi Riku pulang ke rumah dari sekolah dengan berdendang. Kebetulan papa Gen ada di rumah karena kurang enak badan. Kai juga demam sejak Minggu, dan aku sendiri sudah mulai merasa kurang enak badan. Sepertinya aku tertular Kai.
“Papa tahu lagu ini?”, dan papanya ternyata tidak tahu.
Dan dia menyanyikan lagu “Akai Yane no Ie 赤い屋根の家” “Rumah beratap merah”.
Aku langsung mencarinya di uak Google yang baik hati dengan gudang informasinya. Dan menemukan lagunya di Youtube (silakan klik jika mau mendengarnya). Ah, lagu ini memang enak didengar sekaligus membuat mellow. Dan aku ikut berdendang bersama Riku.
Lagu yang juga bagus liriknya.
Aku memang jarang berpindah rumah. Aku memang tidak lahir di rumah yang terpajang fotonya di atas. Tapi di sebuah rumah yang berjarak 300 meter dari situ. Kami pindah ke rumah yang sekarang waktu aku berusia sekitar 7-8 tahun. Rumah tua bangunan Belanda dengan halaman luas. Setiap rumah yang ada di kompleks itu mempunyai nama, tapi sayang rumahku itu sudah dicopot namanya. Mungkin dulu rumah-rumah ini merupakan bungalow? Aku tak tahu. Yang aku ingat rumah itu begitu besar bagi kami yang masih kecil, dengan halaman gelap tertutup pohon bambu dan kamboja di halaman depan, dan pohon pisang, mangga, nangka di halaman belakang. Angker sekali kelihatannya.
Dan rumah itu beratap merah! Genting merah bata. Sehingga waktu aku mendengar lagu ini, aku merasa kangen pada rumahku di Jakarta.
Dan, aku ingin berbagi lagu ini untuk Vania yang akan berulang tahun tanggal 22 Mei nanti. Memang masih lama bagi Vania untuk bisa mengerti arti sebuah rumah, tapi rumah itu adalah saksi bisu perjalanan hidup seorang manusia. Ia melihat kegiatan kita sejak bangun sampai tertidur, dan perkembangan hidup kita. Rumah kenangan.
Saya tidak mendaftarkan posting ini dalam acara Vania’s May Giveaways yang diadakan Lyliana Thia di blog berdomain barunya The Green Pensieve karena saya tinggal di luar Indonesia. Tapi bagi yang mau ikutan, silakan bertandang ke sana. Banyak sekali info yang bisa didapatkan di sana, terutama yang mau belajar berkebun hidroponik. Adem banget rumahnya loh.