Perlukah Reuni?

5 Sep

Kurasa ada yang berkata, “Tidak perlu, karena toh baru saja lulus…” atau “Tidak perlu karena membosankan. Pembicaraannya itu-itu saja.” “Perlu untuk bernostalgia, mengenang kembali masa kecil, masa sekolah yang menyenangkan.””Perlu karena menjaga silaturahmi, siapa tahu pekerjaannya di bidang yang sama, sejenis, sehingga bisa saling bantu, saling mendukung” tapi…. “Ogah ah reuni, aku ngga sesukses teman-teman lain yang kaya raya. Minder!”

Dan aku juga setuju ketika seorang teman, Mas Goenoeng Mulyo mengatakan, “Sesungguhnya, reuni ataupun halal bihalal diadakan yaitu diperuntukkan bagi kebaikan dan menyambung silaturahim, dan diharapkan pada saat itu, bagi yang telah berhasil dan berlimpah harta, akan membantu meringankan beban yang membutuhkan, bukannya menjadikan hal itu menjadi ajang pamer keberhasilan dengan jumawa tanpa mengindahkan perasaan orang lain. hal yang demikian ini diperuntukkan hanya bagi orang2 yang berfikir dan punya hati. Maka, celakalah orang2 yang tak berfikir dan tak punya hati……” Memang sepatutnyalah kita membantu orang apalagi teman lama yang kesusahan, jika kita mampu.

Tahun ini aku hanya berhasil mengadakan reuni dengan teman-teman dari SD, SMP dan teman kuliah :D. Teman-teman masa usia 6 sampai 12 tahun, masih kecil rasanya, tapi ternyata ingatan kami masih jelas dan nyata. Kami masih bisa bercanda mengenai teman-teman dan guru-guru masa itu, padahal sudah lebih dari 30 tahun lamanya kami berpisah. Memang ada beberapa yang terus bersama sampai SMP, SMA, tapi kebanyakan berpencar kemana-mana. Kami senang sekali saat itu ada teman yang kebetulan mudik dari Qatar, Belgia, Melbourne dan Tokyo (aku) :D. Hampir semua dari 20 orang yang hadir aku kenal baik, cuma 3 orang yang tidak begitu kenal karena tidak pernah sekelas. Pulangnya aku diantar Pandu yang rumahnya cuma 500 meter dari rumahku. Dalam mobil kami sempat berbicara mengenai pendidikan di Jakarta sekarang yang semakin mahal. Dia punya tiga anak dan yang terkecil masih batita, wahhh kita berdua mengeluh… “Jalan masih panjang yaaa…..” Tapi…. tetap semangat!

Reuni SD di Cangkir Kafe, Panglima Polim. Sate Kambingnya di sini maknyuuuusss

Reuni teman SMP mungkin yang paling ramai, padahal pesertanya HANYA 8 orang cewek loh. Dan aku heran karena ternyata food courtnya PIM tidak sepenuh yang kami duga (hari biasa juga sih). Karena takut penuh, kami makan di Warung Bebek Batavia PIM 2 yang berada di dekat food court. Masakannya enak, karena aku sebetulnya jarang makan bebek. Bebek Kremesnya maknyus 😀 Entah ya, mungkin terasa enak karena teman-temannya enak ya? 😀 Aduuuh tante-tante ini memang rame! Dan aku senang sekali bisa bertemu teman yang bermukim di Canada. Kebetulan dia mudik juga, jadi aku memang lebih menyesuaikan dengan jadwal dia.

obatarians? reuni SMP di warung bebek Batavia PIM2

Kalau reuni teman mahasiswa secara resmi memang jarang kami lakukan. Pernah kami lakukan secara besar-besaran (menyewa tempat di hotel dengan acara pemutaran slide dan perkenalan anggota keluarga masing-masing) pada tahun 2006. Waktu itu kami memperingati 20 tahun pertemanan sejak masuk universitas, juga waktu memperingati 25 tahunnya tahun lalu kami peringati sederhana di Telaga Sampireun tahun lalu. Kali ini kami berbuka puasa dengan 10 orang saja (hampir setengahnya, karena angkatan sastra Jepang tahun 1986 hanya 23 orang :D) . Karena banyak yang bekerja di daerah Thamrin, atau rumahnya jauh-jauh, aku memilih Grand Indonesia sebagai tempat berkumpul. Oleh temanku yang bekerja di Wisma Nusantara disarankan pesan tempat di lekko. Tapi karena bulan puasa, kebanyakan restoran tidak mau menerima pesanan tempat. Jadi harus ada yang pergi lebih pagi untuk ngetek tempat. Jadilah aku ke sana pukul 4, supaya aku tidak kena macet juga sih. Aku sempat mampir ke gramedia juga untuk membeli buku-buku. Dan… baru tahu begitu sampai bahwa restoran itu adalah restoran Iga Peyet… hihihi. Aku biasanya jarang makan nasi di luar (Iga kan pasti pakai nasi) apalagi makan malam, tapi lumayan lah rasanya.

Teman-teman satu angkatan di sastra Jepang UI

Oh ya, kami bubar dari tempat itu pukul 8:30, tapi kok rasanya masih pagi ya. Jadi aku mengajak beberapa teman untuk hashigo (arti : anak tangga, pergi ke restoran lain) dan mau mencoba Magnum Cafe… dooooh ternyata harus antre ya 😀 Tidak jadi deh, soalnya status kami semua adalah ibu-ibu yang harus cepat pulang juga. Jadi berpisahlah kami di lobby GI dengan janji: buat reuni di Tokyo tahun depan (kalau bisa hahaha).

bagus juga GI untuk berfoto bersama ya? 😀

Ah, reuni itu memang menyenangkan. Banyak berita yang bisa dikejar, diketahui bersama. Asal kita membuang rasa iri kita, tentu saja kita bisa menikmati reuni, yang biasanya memang diadakan sekali setahun atau dalam waktu (angka) khusus. Topik yang sebetulnya paling menakutkan kami tapi harus diterima adalah “Sudah adakah teman kita yang menghadap Tuhan?” 🙁

So, kapan kalian reuni terakhir? Aku memang berusaha untuk bertemu dengan teman-teman, dan kadang memaksa teman-teman yang mau untuk mengadakan kumpul-kumpul saja, jika tidak bisa bereuni. Silaturahmi itu penting loh! Jangan menghubungi teman HANYA WAKTU PERLU saja 😉

 

Masa sih?

26 Mei

Masih selalu terbayang di benakku, hari pertama Kai harus mengikuti kelas perpanjangan Usagi-gumi (kelas kelinci).

“Kai, mama hari ini kerja jadi kamu nanti ikut kelas Tulip (kelas regulernya sampai pukul 2) dan sesudah bel pulang, Sensei akan membawa kamu ke perpustakaan di lantai 2. Di situ ada kelas namanya Usagi-gumi (kelas perpanjangan dari pukul 2- sampai pukul 5) bersama Mika sensei. Nanti di situ kamu bisa main lego, membaca buku, dan ada makan sorenya. Nanti mama cepat-cepat pulang dari kerja, langsung jemput Kai di lantai dua ya.”

Dan hari itu dia dengan penuh “pengertian” masuk ke gerbang sekolah, ganti sepatu dengan sepatu dalam uwabaki, dan berjalan menuju ke kelasnya. TANPA MELIHAT PADAKU lagi, paling sedikit untuk melambai. Tapi aku melihat, dia seperti menyeka airmata kering 🙁 Justru tanpa raungan/tangisan  seperti itu membuatku ngenes. Dan benar juga, menurut laporan Mika sensei, Kai tidak menangis di hari pertama itu, tapi suatu kali dia juga sempat melihat Kai “mojok” dan seperti mengusap air mata….duuuh… Dilema ibu yang bekerja.

Kai abis sakit...kurus ya 😀

Dan hari ini pun, meskipun dia baru kemarin masuk sekolah karena sakit berkepanjangan, tanpa protes dia mengikuti kelas Tulip dan Usagi (dan dia tahu bahwa akan sampai pukul 5 sore) . Untunglah hari ini aku tak melihat dia “mengusap” air mata lagi, sehingga aku bisa cepat-cepat naik sepeda ke stasiun yang lumayan jauh dari rumahku.

Biasanya aku taruh kembali sepedaku di rumah, dan naik bus ke stasiun itu. Tapi hari ini kupikir aku coba untuk langsung naik sepeda ke stasiun itu. Jalan ke stasiun itu memang terkenal dengan tanjakannya, tapi untunglah aku masih bisa menggenjot sepeda pagi tadi (mungkin karena masih segar ya 😀 ) . Setelah mencari tempat parkir sepeda, aku cepat-cepat berjalan ke stasiun dan bisa naik kereta pukul 9:09 pagi. Wah rekor nih, aku bisa sampai di stasiun Takadanobaba sebelum pukul 9:30. Naik bus + jalan dan sampai di ruang dosen sebelum pukul 10 pagi. Asyik deh bisa membuat fotokopi bahan mengajar cukup banyak hari ini.

Nah waktu istirahat makan siang, aku makan bento di kelas sambil membuka email di HPku. Mengintip komentar teman-teman di TE dan aku melihat si Penganyam Kata mengirimkan aku satu link. Langsung kucoba buka dan berhasil! (HP ku bukan smart phone atau IPhone soalnya). Mau tahu linknya apa?

Judulnya : Siswa Siswi Jepang Paling Sopan di Dunia. Haiyah….. Memangnya segitu sopan ya? Aku tak mengetahui standar apa yang dipakai oleh pelaksana survey OECD, atau bahkan mungkin aku harus merasa khawatir dengan tindakan siswa negara lain yang tidak sopan? Aku tak tahu. Dan aku tak mau menjadi komentator soal itu.

Tapi memang kalau ditanyakan soal “Apakah ada tawuran antar sekolah?” Jawabnya pasti BIG NO!  Apakah siswa-siswi tidak saling berkelahi di dalam  sekolah? Nah itu aku tidak bisa jawab. Mungkin bukan berkelahi secara pukul-pukulan, tapi “berperang batin”. Buktinya masih ada kok kasus bullying, ijime, yang menyebabkan beberapa murid yang menerima perlakuan tekanan dari teman-temannya itu sampai bunuh diri. Masih ada. Dan biasanya terkuak setelah terjadi kasus bunuh diri di kalangan SD dan SMP. (Aku belum pernah mendengar kasus bunuh diri di SMA, entah apakah itu tidak mencuat di permukaan atau ntah apakah siswa SMA lebih kuat terhadap tekanan dibandingkan siswa SD dan SMP.

Tapi waktu aku ceritakan pada Gen soal hasil survey “Eh masa siswa Jepang itu paling sopan sedunia loh!” Dia berkata, “Mungkin ya kalau dilihat dari keberhasilan mengadakan Ujian Masuk Universitas Serentak. Itu kan diikuti 500.000 calon mahasiswa setiap tahunnya. Meskipun ada kasus penangkapan “kecurangan” ujian, tapi jumlahnya kecil sekali kan? ”
Yang kujawab, mungkin siswa-siswi Jepang itu kurang “mahir” menyontek yah 😀 (dan dijawab Gen mungkin juga karena polisi Jepang sangat ketat hihihi)

OK, memang secara umum siswa-siswi Jepang sopan-sopan. Mereka bersusah payah mengikuti bimbingan belajar untuk mengikuti ujian masuk universitas. Tak jarang mereka harus menjadi rounin (status pengangguran) setahun dua tahun untuk bisa masuk ke universitas idaman. Jalan masuk ke universitas itu berat bung! Tapi begitu bisa masuk universitas, 4 tahun di dalamnya Anda bisa menikmati kehidupan mahasiswa yang meriah. Asal mengikuti kuliah dan mengumpulkan tugas, sks bisa didapat. Jarang ada dosen killer yang menjatuhkan mahasiswa dengan tidak memberikan sks, jika absensi penuh. Di beberapa universitas ada yang menerapkan nilai 50 masih lulus. Sehingga dosen yang mau menjatuhkan diharapkan memberi nilai 49! (Dan jarang ada dosen yang mau membuat perkara). Ada universitas yang memberikan nilai A+ bagi mahasiswa yang mendapatkan nilai di atas 90. Prinsipnya: Masuk universitas sulit, tapi keluar (lulus)nya mudah. Banyak fakultas juga yang tidak memberikan syarat skripsi sebagai tanda kelulusan, kecuali mau melanjutkan ke S2.

Pasar buku bekas di dalam universitas W hari ini. Selama mengajar di sini 12 th baru kali ini lihat diadakan di dalam kampus.

Dan yang pasti aku pernah menjadi mahasiswa di universitas Jepang, dan terpana karena mahasiswa bisa tidur di kelas, sambil ngorok lagi 😀 . Selain itu mahasiswa juga ribut mengobrol sendiri dalam kuliah. Di kelas bahasa Indonesiaku? Aku biasanya sengaja menunjuk mahasiswa yang ngantuk untuk menjawab pertanyaan. Meskipun tidak bisa dipungkiri, aku pernah membiarkan satu-dua mahasiswa mendengkur di kelas. Biasanya mahasiswa itu pengikut extra kurikuler olahraga tertentu yang menjadi wakil universitas untuk bertanding di luar. Jadi biasanya aku juga sudah waspada terhadap mahasiswa seperti itu, dan sudah pasti aku ancam mereka harus menyerahkan tugas jika mau mendapat nilai 50 😀 (buat mereka yang penting lulus).

Jadi begitulah ceritaku sehubungan dengan link yang diberikan Danny. Tapi yang pasti tadi di kelasku, aku agak kesal karena ada 2 pasang mahasiswa yang cekakak cekikik dalam pelajaran mungkin karena menemukan kata lucu. Well, menghandle kelas dengan 35 mahasiswa memang sulit.

Tapi kekesalanku hari ini terobati waktu aku menjemput Kai di kelas Usaginya, dan dia langsung berlari menghambur, memelukku dengan senyum. Dan waktu kutanya, “Kamu menangis? ”
“TIDAK” jawabnya. Dan ditambah, “Maaf ma, aku sisakan makanan di bentonya.”
“Kenapa?”
“Aku kan tidak suka telur (puyuh)”
“Oh … ya sudah nanti tidak usah bawa telur puyuh lagi ya. Biar kakak Riku makan, dia suka sekali”

So how was your Thursday?

Bunga Ajisai (hydrangea) pertanda musim hujan mulai kuncup

 

 

GW-1- Tradisional

30 Apr

Jumat 29 April kemarin sebenarnya adalah hari libur di Jepang yang dinamakan Showa no hi (Hari Showa untuk memperingati kaisar Showa) dan merupakan awal dari rangkaian hari libur yang disebut Golden Week (biasa disingkat GW). Tapi….untukku bukan hari libur. (Sedangkan Gen yang biasanya kerja di hari libur saja, kemarin bisa libur :D)

Ya, akibat permulaan tahun ajaran baru 2011 diundur 1 bulan-an, maka aku yang memang hari kuliahnya hari Jumat, harus mengajar kemarin meskipun hari libur. Tentu saja itu berarti mahasiswa tidak bisa libur. Sama-sama deh. Dan karena Gen libur, aku tidak perlu memikirkan siapa yang harus menjaga Riku dan Kai selama aku mengajar.

Yang menyenangkan sebetulnya adalah pukul 6 pagi waktu aku bangun, Ternyata Riku dan papa Gen juga sudah bangun. Dan Gen mau mengantarkan aku ke universitas naik mobil. horre…. yatta! Meskipun aku tahu naik bus dan kereta ke arah universitas pada hari libur juga tidak terlalu penuh tapi selalu lebih enak kan, jika diantar from door to door.… sampai depan universitas hehehe. Dan untuk mengantisipasi lalu lintas macet, kami berangkat pukul 8:30. Aku mengajar pelajaran ke 2 pukul 10:45, tapi aku perlu me- lithograph (stensil)  bahan pelajaran dulu, yang cukup banyak.

Tapi untunglah jalanan tidak macet sehingga aku bisa sampai di universitas pukul 9:30-an. Aku sendiri tidak tahu apa rencana Gen dan anak-anak selama aku mengajar. Dan baru tahu sekitar pukul 12 bahwa mereka menunggu di daerah sekitar universitas… sampai aku selesai mengajar pukul 2:30

Daerah dekat universitas memang asri sekali. Di situ banyak terdapat rumah-rumah tradisional yang dilestarikan yang tergabung dalam “Taman Rumah Tradisionl” Minka-en. Tadinya mereka ingin pergi ke museum Okamoto Taro, seorang seniman Jepang yang terkenal. Tapi ntah kenapa, letak museum tidak bisa ditemukan. Setelah parkir mobil, malah menemukan kumpulan rumah-rumah tradisional jaman dulu. Memang dulu aku pernah melewati beberapa rumah tradisional waktu pergi dengan Riku. Tapi waktu itu tujuan kami ke planetarium (yang ternyata kecil dan belum buka waktu kami ke sana. Bukanya pukul 3:30 hihihi).

Jadi bertiga mereka berkeliling ke rumah-rumah tradisional itu, dan Riku yang memotret rumah-rumah itu. Langsung keliatan sih dari hasilnya, pasti bukan Gen yang memotret. But not bad juga hasilnya. Ini hasil potretan Riku:

Yang terekam oleh Riku dari depan sampai dapur.

Dalam taman ada 21 rumah tradisional, termasuk salah satunya yang biasa dipakai untuk pertunjukan Kabuki. Sayang kemarin itu tidak ada pertunjukannya. Tapi di beberapa rumah ada sukarelawan, yang biasanya kakek-kakek dan nenek-nenek yang akan menjelaskan tentang rumah dan bercakap-cakap dengan pengunjung. Ada yang menyalakan perapian di irori yaitu perapian berbentuk kotak yang sering dipakai sebagai pengganti meja makan. Bisa bayangkan duduk mengelilingi irori, sambil minum teh atau makan nasi lobak (kayak Oshin deh hihihi).

Kayu yang dipakai untuk membakar akan menghasilkan abu yang terkumpul di sekitar irori. Dan pojok-pojok irori ini dahulu kakek-kakek mengajar cucunya menulis memakai ranting. Very japanese yah 😀

Yang juga menarik adanya beberapa rumah yang berlantai bambu. Biasanya lantai rumah terbuat dari papan kayu tapi ini terbuat dari bambu, yang juga menunjukkan kondisi perekonomian saat itu (bambu jelas lebih murah dari kayu). Kok waktu melihat foto-foto rumah dengan lantai bambu itu aku jadi teringat rumah saudaraku di Makassar dulu semua lantainya terbuat dari bambu sehingga kami bisa melihat kambing-kambing dan ayam berlarian di bawah rumah.

Jangkrik dari daun dibuatkan nenek relawan di rumah tradisional

Untuk memasuki Taman Rumah Tradisional Pemda Kawasaki ini hanya membayar 500 yen (dewasa, SMA-mahasiswa 300 yen, SMP ke bawah gratis) untuk melihat semua rumah yang terdapat dalam kompleks ini. Yang aku cukup terkejut ternyata yang paling tua ada rumah yang berdiri sejak abad 17… berarti 300 tahun yang lalu? Wah orang Jepang memang menghargai sejarah ya.

21 rumah yang terdapat dalam Taman Rumah Tradisional daerah Kawasaki (pamflet)

Pertanyaan tentang Indonesia

1 Okt

Hari Jumat minggu lalu aku mulai mengajar kuliah bahasa Indonesia di awal semester genap 2010. Di kelas menengah, yang hanya diikuti sedikit orang (tidak sampai 10 orang), aku lewatkan dengan menceritakan liburan musim panasku sebagai contoh karena mereka harus menulis karangan tentang liburan musim panas mereka. Tugas ini sering aku berikan sebagai pe-er liburan musim panas.

Nah, aku juga membicarakan pada mereka bahwa aku ingin mengadakan kuliah bahasa Indonesia melalui internet. Jadi Jumat ini mereka langsung pergi ke lab komputer dan disitu aku akan berikan tugas untuk mereka jawab dan cari keterangannya memakai internet. Aku ingin mengetahui mereka, yang notabene tidak tahu apa-apa tentang Indonesia, mereka ingin tahu apa sih tentang Indonesia?

Ruang komputer di universitas kami

Dari keinginan mereka dan yang aku bisa cari sumber keterangannya dalam bahasa Jepang adalah:
1. Tentang olahraga di Indonesia, kemudian aku refer mereka untuk melihat pencak silat.

2. Tentang Penyanyi/idola di Indonesia. Di Jepang banyak grup penyanyi idola seperti Arashi dan SMAP, atau yang perempuan ABK48. Nah di Indonesia siapa ya? yang bukan band loh. Akhirnya aku suruh mereka mencari soal Indonesian Idol deh.

3. Tentang Universitas di Indonesia…. Nah aku cuma bisa memberikan keterangan universitas apa saja yang ada di Indonesia, dan menyuruh mereka membaca di wikipedia. Tapi hebatnya si mahasiswa yang menanyakan soal ini, malah mengatakan dalam “kesan pelajaran hari ini” bahwa dilihat dari jumlahnya bukannya sangat kurang untuk menampung pendidikan tinggi di Indonesia? Hmmm soal ini sih bisa jadi diskusi yang amata sangat panjang.

4. Tentang pendidikan bahasa Jepang di Indonesia. Nah kalau ini gampang sekali, aku tinggal menyuruh mereka membaca website dari Japan Foundation yang banyak membahas soal pendidikan bahasa Jepang di Indonesia. Rupanya si mahasiswa ingin mengajar bahasa Indonesia di luar negeri kelak kalau sudah lulus.

5. Tentang tempat rekreasi pemuda/pemudi Indonesia. Nah aku jawab: MALL. Karena jumlah mal di Jakarta sekarang sudah mencapai 170 buah! hehehe. Ada pula yang tanya soal fashion sih, tapi aku bilang, justru Indonesia mengikuti fashion Jepang dong. Kecuali kalau kamu menganggap baju muslim itu sebagai fashion Indonesia, karena ini tidak ada di Jepang.

6. Tentang gunung di Indonesia. (Rupanya dia pendaki gunung tuh hihihi) Lalu aku suruh mereka membaca soal Pegunungan Jaya Wijaya di Papua dan Semeru, sebagai gunung tertinggi di pulau Jawa.

Masih ada beberapa pertanyaan mereka, yang akhirnya aku sempatkan jelaskan langsung saja, karena tidak cukup waktu. Belajar bahasa memang harus mengetahui pula kebudayaan dan kebiasaannya. Dan aku senang sekali mereka cukup aktif bertanya dan mencari keterangan tentang Indonesia melalui internet.

Pelajaran memakai komputer ini juga sedikitnya dapat membantu aku dalam pelaksanaan kuliah hari ini. Karena sebetulnya hari ini adalah Hari Tokyo, Tomin no hi. Jadi SD Negeri, SD nya Riku libur. Jadi aku terpaksa membawa Riku ke kampus, karena dia masih belum bisa ditinggal selama 8 jam di rumah sendirian.

Karena ini kali kedua Riku datang ke kampus Senshu University, maka dia sudah biasa. Selama pelajaran, dia melewatkan waktu dengan main komputer atau main game DS nya. Karena aku menyambung dua mata kuliah tanpa waktu istirahat, kami baru bisa pulang jam 2 siang. Dan dalam keadaan lapar!

Aku tiba-tiba ingin makan ramen pedas, yang sudah lama sekali aku belum makan lagi. Adanya di satu stasiun sesudah stasiun kami, yaitu di Noborito. Toko Ramen ini memang toko chain yang jumlahnya terbatas, tapi merupakan satu-satunya toko yang menyediakan masakan mie dengan tingkat kepedasan yang bisa disesuaikan dengan permintaan. Namanya saja Kaminari Ramen (kaminari = guntur). Tapi maaf, memang ramen di Jepang pakai kaldu babi, jadi tidak bisa dikonsumsi umat muslim.

Jika anak libur….

2 Okt

Bukan rahasia lagi, kalau orang tua kadang tidak suka jika sekolah anak-anaknya libur. Apalagi di musim panas di Jepang, mengurus anak-anak sebulan penuh di rumah, amat merepotkan. Itu jika kita terus berada di rumah, tidak mudik atau berencana pergi summer camp misalnya. Ibu-ibu di Jepang langsung “kurus” setiap liburan musim panas, karena harus menyediakan makan untuk 3 kali, memikirkan ajak anak-anak pergi ke mana dsb-dsb. Aku beruntung bisa pulkam waktu liburan musim panas, sehingga paling tidak di Jakarta Riku dan Kai bisa bermain dengan sepupu-sepupunya, di rumah yang berlipat-lipat luasnya dari rumah di Tokyo yang seperti kandang kelinci!

Seorang teman di telepon minggu lalu mengatakan “Saya kan baru masuk kantor hari ini, gantian dengan istri saya menjaga anak-anak karena asisten rumah tangga belum masuk” …. Wah sampai segitunya ya? Dan memang sulit kondisinya, jika anak-anak terlalu besar untuk dibawa ke kantor, tapi masih belum bisa ditinggal di rumah sendiri. Kecuali dimasukkan penitipan anak (yuhhhuuuu imelda, mana ada penitipan anak di Jakarta yang mau menerima temporary begitu seperti di Jepang), atau meminta bantuan sanak keluarga untuk menemani mereka. Ternyata sulit juga mengatur soal anak-anak bagi pasangan yang bekerja di Jakarta ya?

Rasanya belum selesai aku  menertawakan kondisi temanku itu, ternyata aku  “kena batunya”.  Sebetulnya sejak membaca jadwal sekolah Riku aku  sudah tahu bahwa tanggal 1 Oktober itu hari libur. Tapi tanggal 30 September sore, aku masih memarahi Riku untuk mengerjakan PR. Lalu dia bilang, “Mama bantuin dong, ini PR nya ada dua….” Aku agak heran waktu itu, kok ngga biasanya sampai dobel begitu.

Waktu mempersiapkan makan malam, aku berkata, “Ayo abis makan, tidur cepat ya, besok mama kerja jadi musti bangun pagi.” nahhh di situ Riku bilang, “Mama, besok aku kan libur” ….. #&$#’%(‘&)(‘)=’%$”” HAH!

Aku langsung panik… Bagaimana dengan Riku? Kalau Kai memang sudah pasti pergi ke penitipan, tapi Riku? Dia tidak bisa ditinggal sendiri. Dia harus dititipkan atau meminta orang menjaga Riku, atau meminta ibu dari temannya Riku untuk menerima Riku di rumahnya untuk bermain bersama anaknya, atau…cara terakhir mengajak dia sama-sama pergi ke tempat kerja.

Untuk penitipan, tidak mungkin! Jika mau menitipkan di penitipan , aku harus memberitahukan pihak penitipan dua hari sebelumnya. Lah aku sendiri baru sadarnya terlambat begitu. Lagi pula biayanya mahal! Paling sedikit aku harus membayar 7000 yen (700rb rupiah) . Hmmm

Untuk menelepon ibu mertua juga sudah terlalu malam. Dan untuk menitipkan pada ibu teman sekolahnya kok malu ati ya? Soalnya setiap jumat aku sudah merepotkan dia dengan menitipkan Riku, dan bersama anaknya pergi ke les bahasa Inggris, selama aku pergi mengajar.

Ya, memang semester genap ini, aku harus bekerja dua kali seminggu, setiap Kamis dan Jumat. Karena di Universitas Waseda, aku mendapat jatah mengajar di semester genap. Dan tanggal 1 Oktober itu adalah permulaan kuliah, sehingga tidak bisa aku batalkan kuliahnya. Runyam deh.

Terpaksa, “Ya sudah besok Riku ikut mama kerja.”
“Kerja ke mana ma?” (Bayangan dia aku masih kerja macam-macam seperti studio dll.
“Besok mama harus ke universitas memberikan kuliah. Riku ikut kuliah, tapi janji ngga boleh ribut, ngga boleh ganggu kakak-kakak sedang belajar… bla bla bla.” Seribu satu pesan aku sampaikan.

Malam harinya sebelum tidur Riku berkata pada Kai, “Besok kakak pergi ke universitas loh. Kai ke himawari aja, main-main dengan teman-teman di sana. Enak loh” (semua kalimat dalam bahasa Indonesia)
Kai menjawab , “O…kai ” (kalimat ini sering dia pakai selai OKE, untuk menyatakan dirinya tahu…)
Aku cuma bisa terdiam dan manyun, bingung hadapin esok hari yang pasti ribet.

Pagi hari dengan semangat Riku bangun, makan pagi, siapkan barang-barang yang mau dibawa. Jam 8 aku bangunkan Kai dan kami bertiga naik bus ke stasiun, menitipkan Kai.

“Mama, kita naik apa ke universitas?”
“Bus, kereta, bus….”
“Eeeee??? naik taxi aja!”
“Mahal! Riku harus tahu, bagaimana mama kerja satu hari. Ngga ada tuh main-main loh. Diam saja… dan ikut. Kecuali Riku mau tinggal di rumah sendiri!” … Dia terdiam.

Jadi begitulah kemarin satu harian, dia mengikuti langkahku kemana saja aku pergi. Meskipun dia tidak bisa duduk tenang di ruang kuliah, masih belum “seberapa” nakal dibanding anak lain…. mungkin…. Bayangkan, aku membuka pelajaran  bahasa Indonesia dengan perkenalan :
“Kenalkan. Nama saya Imelda. Saya tinggal di Nerima. Saya datang dari Jakarta. Saya guru bahasa Indonesia” Dan waktu saya tanya mahasiswa-mahasiswa, tahu artinya?….
Sepuluh mahasiswa hanya bengong, dan dari kursi belakang si Riku berkata, “Aku tahu!” huh……… $#&$'((&))(=” Tentu saja aku berkali-kali minta maaf pada para siswa, karena memang tidak pernah ada dosen yang membawa anaknya mengajar di Jepang. TABU! (Tapi aku kan terpaksaaaaaa banget nih)

Setelah istirahat makan siang dan menyelesaikan beberapa urusan, seperti fotocopy, ke kantor pos dan lain-lain (jalan mondar mandir deh pokoknya), kuliah jam kedua dimulai. Lebih santai karena hanya dua mahasiswi saja. Dan setelah aku minta maaf, malah salah satu mahasiswi yang pernah menjadi guru bahasa Jepang dua tahun di Manado, bercakap-cakap dengan Riku pakai bahasa Indonesia. Wahhh merasa mendapat angin, Riku kesenangan, dan menggambar-gambar di papan tulis yang lebar itu. Huh! (Bisa dimengerti sih, puas rasanya menggambar di tempat yang luas begitu kan?)

Tapi justru kuliah jam kedua benar-benar padat dan berisi! Yang tadinya aku mau membubarkan kelas lebih cepat, malah jadi lebih panjang hehhehe. Untunglah.

Jadi hari kamis kemarin aku benar-benar capek pek pek… pikiran, badan….. dan juga masih tetap khawatir dengan keadaan teman-teman blogger di Padang yang menjadi korban gempa. Imoe, Arif dan Pakde …. Tuhan semoga mereka selamat…..

Kemarin adalah hari libur warga Tokyo. Hari Jadinya Tokyo, Tomin no hi. Tanggal 1 Oktober 1898, pertama kali didirikan Kelurahan TOKYO (Tokyo -shi), dan tahun 1952 seiring perkembangan wilayah dan performance menjadi TOKYO-TO , Tokyo metropolitan City. Untuk itu semua sekolah dari SD sampai SMA yang didirikan oleh pemda Tokyo, dan berada di wilayah Tokyo libur.

Sedikit tambahan mengenai pembagian negara Jepang. Kalau di Indonesia dibagi menjadi 33 propinsi, maka di Jepang dibagi menjadi 47 TO-DO-FU-Ken, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi Prefektur. Satu TO, yaitu Tokyo To, metropolitan city; Satu DO, yaitu Hokkaido, Wilayah khusus (seperti DI di Indonesia mungkin ya); Dua  FU yaitu Osaka -FU dan Kyoto-FU (wilayah khusus juga)  dan yang lainnya KEN, setara dengan propinsi di Indonesia. Namun kami penerjemah tidak bisa menerjemahkan prefektur ini menjadi propinsi, karena banyak faktor. Jadi biasanya kami memakai terjemahan bahasa Inggris, prefektur.

Selain hari Tokyo, ada banyak peringatan di tanggal 1 Oktober. Bagi yang ingin tahu silakan baca lagi postingan tahun lalu di sini.