Panas! Panas! Panas!…… Tapi kalau terus mengeluh panas, maka kami tidak akan bisa menikmati liburan musim panas kami. Kebetulan hari Jumat tanggal 23 Juli lalu, Gen bisa pulang lebih cepat dari biasanya (padahal mustinya bisa libur satu hari, karena ada urgent terpaksa ngantor setengah hari). Sekitar pukul 7 malam, Gen tanya pada Riku, “Sekolah kamu ngadain natsu matsuri (summer festival)?”. Tapi karena tidak ada pemberitahuan apa-apa dari pihak sekolah, maka Gen naik sepeda untuk mencari tahu asal suara “don don don” tetabuhan dan kerincingan yang biasa dipakai untuk Bon Odori (Tarian musim panas). Dan Gen pulang membawa kabar bahwa memang ada festival “Oyako Bon Ondori” (Tarian musim panas untuk anak dan orang tua) yang diadakan oleh sebuah TK swasta dekat rumah kami. Tentu saja semua warga Nerima bisa datang, dan acara sampai pukul 9 malam.
Kami cepat-cepat makan malam, lalu pergi menuju TK itu, jalan kaki dan cukup jauh untuk ukuran Kai…tapi dia terus berjalan sampai TK itu. Begitu sampai di sana Gen dan Riku langsung berbaur, masuk dalam lingkaran tarian Bon Odori, sedangkan aku dan Kai berdiri di luar lingkaran sambil memotret. Festival musim panas ini merupakan pengalaman pertama bagi Kai setelah hidup 3 tahun di dunia ini, jadi dia memperhatikan dengan seksama.
Siapa saja yang datang menikmati acara ini. Banyak pula yang datang memakai yukata dan jinbei (bagi anak laki). Sayang aku tidak sempat memakaikan jinbei pada Riku dan Kai.
Setelah menari 2 putaran tarian, kami menuju tenda jualan yang ada. Memang kecil-kecilan karena rupanya ini adalah kegiatan RW kami. Tidak seperti summer festival di tempat lain yang penuh dengan tenda jualan yakisoba (mie goreng), takoyaki (octopus ball), pisang coklat, ikan bakar dll, di TK ini hanya ada 2 tenda jualan yang dikelola PTA dari TK tersebut dan PTA dari SD sekolah Riku. Mereka menjual pop corn seharga 50 yen dan kakigori (es serut) seharga 100 yen.
Di sini juga pertama kali Kai membeli pop corn sendiri. Aku berikan dia 50 yen, dan melihat dia pergi ke tenda itu dan membeli, dan kembali ke tempat aku duduk. Hmmm anak ini ngga ada rasa malu dan takutnya!
Waktu malam memang lebih sejuk daripada siang, angin berhembus semilir ditambah dengan suasana meriah dari summer festival ini membuat kami sangat menikmati malam itu. Pukul 9 malam segala keramaian berhenti dan Riku pulang dengan cukup mahir menarikan Bon Odori. Anak ini, tidak seperti mamanya, kelihatan suka menari dan musik (Aku sama sekali tidak bisa menari dan bermain musik). Dia bisa membaca rythm yang pas…sayangnya dia malas latihan sehingga ketahuan sekali dia tidak bisa harmonika dengan baik. Yang dia suka adalah bermain ukulele dan menyanyi (nah kalau ini ikut mamanya dong! hihihi. Tapi Gen cukup bagus kalau menyanyi meskipun tidak hobi-hobi banget. susah mencari lagu yang pas untuk dia yang bariton untuk dinyanyikan di karaoke)
Sambil berjalan pulang, Kai dan Riku ramai mengucapkan terima kasih, dan Riku menagih papanya untuk bermain kembang api, yang sedianya dimainkan sehari sebelumnya tapi papanya keburu tidur kecapekan.
Satu set hanabi (kembang api) aku beli di supermarket, tidak banyak, tapi cukup untuk menikmati pancaran pijar api yang keluar dari setiap batang hanabi yang dibakar. Untuk Kai ini juga pertama kali….dan dia juga tidak takut untuk mencoba. Ribut sekali dia di pelataran parkir apartemen kami.
Dengan membakar senko hanabi yang pijarnya lebih tenang dan indah, kami menutup kegiatan satu hari itu. Kami telah mengawali libur musim panas kami dengan cukup meriah.