Summer Festival

25 Jul

Panas! Panas! Panas!…… Tapi kalau terus mengeluh panas, maka kami tidak akan bisa menikmati liburan musim panas kami. Kebetulan hari Jumat tanggal 23 Juli lalu, Gen bisa pulang lebih cepat dari biasanya (padahal mustinya bisa libur satu hari, karena ada urgent terpaksa ngantor setengah hari). Sekitar pukul 7 malam, Gen tanya pada Riku, “Sekolah kamu ngadain natsu matsuri (summer festival)?”. Tapi karena tidak ada pemberitahuan apa-apa dari pihak sekolah, maka Gen naik sepeda untuk mencari tahu asal suara “don don don” tetabuhan dan kerincingan yang biasa dipakai untuk Bon Odori (Tarian musim panas). Dan Gen pulang membawa kabar bahwa memang ada festival “Oyako Bon Ondori” (Tarian musim panas untuk anak dan orang tua) yang diadakan oleh sebuah TK swasta dekat rumah kami. Tentu saja semua warga Nerima bisa datang, dan acara sampai pukul 9 malam.

Kami cepat-cepat makan malam, lalu pergi menuju TK itu, jalan kaki dan cukup jauh untuk ukuran Kai…tapi dia terus berjalan sampai TK itu. Begitu sampai di sana Gen dan Riku langsung berbaur, masuk dalam lingkaran tarian Bon Odori, sedangkan aku dan Kai berdiri di luar lingkaran sambil memotret. Festival musim panas ini merupakan pengalaman pertama bagi Kai setelah hidup 3 tahun di dunia ini, jadi dia memperhatikan dengan seksama.

 

Siapa saja yang datang menikmati acara ini. Banyak pula yang datang memakai yukata dan jinbei (bagi anak laki). Sayang aku tidak sempat memakaikan jinbei pada Riku dan Kai.

Setelah menari 2 putaran tarian, kami menuju tenda jualan yang ada. Memang kecil-kecilan karena rupanya ini adalah kegiatan RW kami. Tidak seperti summer festival di tempat lain yang penuh dengan tenda jualan yakisoba (mie goreng), takoyaki (octopus ball), pisang coklat, ikan bakar dll, di TK ini hanya ada 2 tenda jualan yang dikelola PTA dari TK tersebut dan PTA dari SD sekolah Riku. Mereka menjual pop corn seharga 50 yen dan kakigori (es serut) seharga 100 yen.

 

Di sini juga pertama kali Kai membeli pop corn sendiri. Aku berikan dia 50 yen, dan melihat dia pergi ke tenda itu dan membeli, dan kembali ke tempat aku duduk. Hmmm anak ini ngga ada rasa malu dan takutnya! 

 

Waktu malam memang lebih sejuk daripada siang, angin berhembus semilir ditambah dengan suasana meriah dari summer festival ini membuat kami sangat menikmati malam itu. Pukul 9 malam segala keramaian berhenti dan Riku pulang dengan cukup mahir menarikan Bon Odori. Anak ini, tidak seperti mamanya, kelihatan suka menari dan musik (Aku sama sekali tidak bisa menari dan bermain musik). Dia bisa membaca rythm yang pas…sayangnya dia malas latihan sehingga ketahuan sekali dia tidak bisa harmonika dengan baik. Yang dia suka adalah bermain ukulele dan menyanyi (nah kalau ini ikut mamanya dong! hihihi. Tapi Gen cukup bagus kalau menyanyi meskipun tidak hobi-hobi banget. susah mencari lagu yang pas untuk dia yang bariton untuk dinyanyikan di karaoke)

 

Sambil berjalan pulang, Kai dan Riku ramai mengucapkan terima kasih, dan Riku menagih papanya untuk bermain kembang api, yang sedianya dimainkan sehari sebelumnya tapi papanya keburu tidur kecapekan.

Satu set hanabi (kembang api) aku beli di supermarket, tidak banyak, tapi cukup untuk menikmati pancaran pijar api yang keluar dari setiap batang hanabi yang dibakar. Untuk Kai ini juga pertama kali….dan dia juga tidak takut untuk mencoba. Ribut sekali dia di pelataran parkir apartemen kami.

Dengan membakar senko hanabi yang pijarnya lebih tenang dan indah, kami menutup kegiatan satu hari itu. Kami telah mengawali libur musim panas kami dengan cukup meriah.

main hanabi di lapangan parkir, harus sedia ember berisi air, untuk pencegahan kebakaran.

Hari Pertama dan Belanja Pertama

2 Jan

Hari terakhir tahun lalu, tanggal 31 Desember, dalam bahasa Jepang disebut dengan Oomisoka 大晦日, seperti biasanya dimeriahkan dengan acara Kouhaku Uta Gassen 紅白歌合戦, sebuah acara kebanggaan NHK yang sudah berlangsung 60 tahun. Kouhaku berarti Merah Putih, sedangkan Uta Gassen berarti pertandingan lagu. Kelompok Merah adalah kelompok penyanyi wanita, sedangkan kelompok Putih adalah kelompok penyanyi pria. Dan hasil pilihan pemirsa, tahun ini pemenangnya adalah kelompok Putih.

Riku, Kai dan sepupu Nobu

Yang menarik dari tahun ini adalah kehadiran penyanyi yang membuat seluruh dunia terkejut yaitu Susan Boyle. Dia menyanyikan lagu yang menjadikannya idola, sampai kami yang mungkin sudah terlalu sering melhat videonya di youtube bertanya-tanya, “Dia bisa ngga sih nyanyi yang lain ” hihihi. Setelah acara Kouhaku ini dia langsung pulang “kapan-kapan saya mau datang lagi” katanya. Jelas saja….  karena dia juga membawa pulang 5.000.000 yen sebagai honor.

Susan Boyle sebagai tamu acara NHK Kouhaku Uta Gassen

Terus terang aku agak kaget melihat foto-foto dari Mas Nug tentang pesta kembang api di Jakarta. Dan berpikir kenapa di Jepang tidak ada pertunjukan kembang api ya? Padahal waktu aku melewatkan tahun baru di Jerman, di kote kecilpun ada kembang api. Udara dingin semestinya tidak menjadi alasan. Baru aku tersadar setelah diingatkan Gen, bahwa pada pergantian tahun akan terdengar lonceng/gong kuil Buddha sebanyak 108 kali yang disebut Joya no kane 除夜の鐘. Dan jika ada kembang api pasti suara gong itu akan tertutup oleh ributnya kembang api di luar. Pergantian tahun justru dilewatkan dengan tenang, sambil mengingat dosa-dosa manusia (108 dentangan gong melambangkan 108 jenis dosa manusia). (Aku sebenarnya jadi penasaran 108 dosa itu apa saja sih? Setelah susah payah baca kanji sejumlah 108 dan belum semua terbaca karena kanji kuno, nomor satu adalah “Rakus” dan nomor dua “Marah” dst dst)

Otoso, sake obat khusus tahun baru untuk mendoakan keluarga sehat sepanjang tahun

Tanggal 1 Januari,  setelah melakukan tradisi otoso 御屠蘇, sejenis sake untuk obat, mengharapkan kesehatan satu keluarga, kami makan ozooni  お雑煮 sup khusus untuk tahun baru, dan osechi ryouri おせち料理 sederhana yang aku persiapkan.

Seperti yang pernah saya tulis di postingan tahun lalu, kami melaksanakan “Hatsumode, Sembahyang Pertama” di Takada Hachimangu dekat rumah mertua di yokohama. Merupakan kebiasaan orang Jepang untuk mudik ke rumah asalnya, jikka 実家. Sembahyang pertama selalu dilakukan di kuil Shinto.  (sebagai informasi: untuk hal duniawi orang Jepang memohon di kuil Shinto, untuk hal spiritual, terutama pemakaman orang Jepang berdoa ke Kuil Buddha). Karenanya kebanyakan orang Jepang beragama Buddha dan Shinto (jika Shinto bisa dikategorikan sebagai agama) .

Kami juga membakar Hamaya 破魔矢 panah pengusir bala tahun lalu, dan membeli Hamaya tahun ini. Di Kuil juga dijual omikuji, atau kertas bertuliskan ramalan nasib. Riku dan Kai membeli dan isinya lumayan bagus lah.

Riku diapit papa Gen dan om Taku

Biasanya tanggal 1 Januari, semua toko di Jepang akan tutup, dan pada tanggal 2 buka untuk mengadakan “Penjualan Pertama” Hatsuuri 初売り。 Tapi sekarang sudah cukup banyak toko-toko yang buka pada tanggal 1 Januari. Sayang sekali ada istilah “Penjualan Pertama” tapi tidak ada istilah “Pembelian Pertama”. Adanya Fukubukuro 福袋, kantong keberuntungan, kantong berisi barang yang tidak diketahui isinya dan harganya, tapi dijual dengan harga sama sekitar 5.000 yen sampai 10.000 yen.

Nah, karena kami mau membelikan notebook computer untuk ibu mertua, maka setelah dari Kuil, kami pergi ke sebuah departemen store yang besar dekat rumah mertua. Wah harga-harga komputer sekarang murah-murah ya. Memang kalau merek terkenal pasti mahal, tapi ibu mertuaku hanya perlu untuk melihat blog TE dan blog adik Gen di Sendai. Plus main game hehehe.

Jadi deh “Belanja Pertama” kami menghiasi kamar tamu, yang pasti nantinya akan kami pakai juga jika bermain ke rumah mertua.

Bagaimana hari pertama teman-teman semua? Bukan neshogatsu (hari tahun baru yang dilewatkan hanya dengan tidur dan makan) kan?

de miyashita melewati hari tahun baru di yokohama