Hatsumode – Sembahyang pertama

1 Jan

Tadi malam, kami tidak sempat mengikuti pergantian tahun lewat televisiNHK yang sedang menyiarkan acara “rutin” tahun baru Kohaku Uta Gassen 紅白歌合戦 (Kompetisi Lagu Merah-Putih) — sebuah kompetisi penyanyi kelompok pria (putih) dan kelompok wanita (merah). Kami juga mendengar tanda pergantian tahun yang dibunyikan dari kapal Hikawamaru di pelabuhan Yokohama. Juga tidak mendengar bunyi Joya no Kane 除夜の鐘, lonceng kuil Buddha yang dibunyikan sebanyak 108 kali. Angka ini merupakan perlambang dari dosa-dosa/nafsu manusia (bonno 煩悩).

Jadi setelah kami mandi/berendam di ofuro serta goro-goro malas-malasan, sekitar jam 12:30, saya, Gen, Riku dan Kai keluar rumah jalan-jalan. Tujuannya hatsumoude 初詣 ke kuil Jinja dekat rumah yokohama. Rumah mertua (selanjutnya saya bilang rumah kami saja, bahasa jepangnya JIKKA 実家 rumah asal, karena kelak kami akan menempati rumah itu secara turun temurun)  terletak di daerah perbukitan. Jadi kami harus melewati jalan naik turun tanjakan yang tidak terhitung jumlahnya. Untung pergi dengan Gen, kalau tidak saya harus menggendong baby car naik-turun tangga…. ogah deh… Yang pasti jangan coba-coba naik sepeda deh di sini.

(Ada rumah yang memasang bendera Nipponmaru, bendera Jepang menyambut tahun baru, kanan adalah penunjuk jalan menuju jinja Takada Tenmanggu)

*********************

Sampailah kita di Takada Tenmanggu, dan waktu melihat antrian… hmmm kami pikir tidak begitu panjang antriannya. Saya membeli Hamaya 破魔矢 (Panah mengusir kemalangan) untuk tahun 2009. Biasanya orang Jepang akan menaruh panah ini sebagai hiasan dinding. Waktu kami masuk ke komplek kuil jinja ini juga terdapat sebuah pembakaran Hamaya dan perhiasan tahun baru dari tahun yang telah lewat. Lumayan juga dnegan adanya pembakaran ini maka udara di sekitar tempat itu menjadi hangat.

*****************

Ternyata antrian yang kami kira pendek, lumayan panjang sampai ke tangga yang menuju ke lembah. Jadi Gen yang antri terlebih dahulu, saya dan anak-anak menunggu di dekat api dan yang terang terkena sinar matahari. Jika berada di bawah bayangan terasa sekali dinginnya udara luar.  Tadi sebelum pergi, Ta-chan bilang di luar hanya 10 derajat.

Sambil menunggu, saya memperhatikan orang-orang yang datang untuk hatsumode. Banyak pasangan muda yang bapaknya menggendong bayi yang terbungkus dengan baju tebal. Tapi ada satu pasangan manula yang menarik perhatian saya. Bapaknya pakai kimono untuk pria, dan wanitanya tentu juga memakai kimono…. kimononya berwarna hijau tua dengan obi (ikat pinggang) berwarna emas…. wah warna emas itu membuat saya tidak bisa melepaskan pandangan saya dari pasangan itu. Saya ikuti semua gerakan mereka, termasuk waktu mereka membeli omikuji おみくじ undian peruntungan.

(Pasangan manula yang menarik perhatian saya, kanan omikuji Riku yang artinya Untung Besar)

*********

Tak lama Gen sudah mencapai ke dekat tempat kami menunggu, jadi kami bergabung untuk ikut antri. Di pintu masuk JInja terdapat tiga lonceng besar dan sebuah kotak persembahan. Biasanya kami memberikan uang logam 5 yen atau 50 yen (yang berlubang itu) sebagai persembahan. Kemudian kami akan menggoyangkan lonceng dengan tali itu, dan menepuk tangan, serta menunduk. Selesailah doa cara shinto. Tapi saya agak kaget waktu akan kembali ke  arah datang, ternyata  di sebelah saya berdiri seorang Kannushi 神主 (pendeta Shinto). Duh sayang sekali tidak bisa berfoto bersama (dasar mikirnya foto mulu hihihi).

(Biasanya omikuji yang tidak begitu bagus diikat pada tali yang ada di jinja tersebut)

**********

Lalu kami membeli omikuji, undian keberuntungan. Dan Riku mendapat Daikichi 大吉 (Keuntungan Besar). Semoga benar ya Riku heheheh. Di samping pintu Jinja itu juga terdapat daftar tahun sial bagi orang-orang yang lahir tahun tertentu. Tahun ini adalah tahun sial untuk laki-laki yang lahir di tahun 1985, 1968 dan 1949 dan untuk perempuan bagi mereka yang lahir di tahun 1991, 1977 dan 1973. Dan untuk mereka yang memasuki tahun sial, biasanya akan membeli jimat penolak bala di jinja.

(kimono girls , kanan di depan kuil buddha– loncengnya berbentuk gong)

********

Dalam perjalanan pulang, kami melihat dua anak perempuan memakai kimono. hmmm memang lain ya kalau punya anak perempuan (tapi saya tidak ngiri bahwa anak saya laki-laki saja… karena… saya tetap yang tercantik di rumah saya hahahaha). Kami kemudian berjalan menuju kuil buddha yang berada dekat dengan jinja. Memang orang yang pergi ke kuil buddha untuk berdoa sedikit. Tapi dengan berdoa ke sini, saya mendapat kesempatan untuk ikut membunyikan lonceng besar kuil… wow… (saya ingat di hiroshima juga pernah tapi tidak boleh sampai bunyi…hanya untuk ambil foto saja). Meskipun sedikit yang antri untuk membunyikan lonceng kuil ini sebentar-sebentar terdengar bunyi lonceng …sungguh terdengar mistis.

Kami pulang melewati SD tempat dulu Gen bersekolah. Tahun ini SD Takada menyambut ulang tahun ke 134 tahun. Sedangkan SD Shakujidai, tempat Riku nanti bersekolah bulan April baru 33 tahun. Hmmm SD yang bersejarah.  Dengan melewati ladang penduduk, kami kembali pulang ke rumah kami, sementara Kai tidur terus sejak kami berdoa di Jinja tadi….

Zoo Debut

29 Des

Membesarkan Kai yang anak kedua memang lain dibanding dengan Riku. Jika Riku sewaktu berumur 6 bulan sudah bersosialisasi di penitipan bayi, mempunyai banyak teman dan sering kami ajak bepergian, maka Kai baru waktu berumur 1 tahun “menikmati” kehadiran teman-teman di penitipan. Saya juga jarang membawa dia pergi-pergi karena kalau pergi berarti harus bersama Riku juga. Dan membawa dua anak dengan kendaraan umum memang sulit. Papa Gen sejak Kai lahir memang sibuk sekali, sehingga juga jarang membawa Kai pergi-pergi, lebih senang mengajak Riku yang tentunya tidak merepotkan untuk pergi date berdua. Karenanya memang Kai lebih manja (dan keras kepala) daripada Riku. Sekarang dia sudah mau jika saya tidak ada, dibanding sebelum dia terbiasa di penitipan yaitu sejak bulan November. Dia juga sudah menyambut papanya kalau pulang kantor dnegan anthusias, bahkan kata-kata yang paling sering dia ucapkan adalah “papa” (sebeeeelll…. tapi gpp deh supaya papanya mau ngurusin dia hahaha)

(Primadonanya Kebun Binatang Kichijoji, seekor gajah yang bernama Hanako, kalau tidak salah umurnya sudah 60 tahun lebih)

Dan kemarin (Minggu 28 Desember, 2008) pertama kalinya Kai pergi jalan-jalan tanpa mama. Kai debut, pertama kali pergi ke Kebun binatang di Kichijoji. Tiga laki-laki pergi sesudah makan siang sekitar jam 1, sementara mamanya tinggal di rumah untuk membersihkan rumah. Bongkar pohon Natal, buang mainan Riku yang tidak “utuh” lagi, sambil mencetak kartu tahun baru. Ternyata kartu Tahun baru dari keluarga Miyashita akan terlambat lagi, tidak bisa sampai pada tanggal 1, tetapi baru bisa tanggal 5, hari Senin…. Ngga apa-apa deh, yang penting masih melanjutkan tradisi mengirim kartu pos tahun baru Nengajo, sehingga kebudayaan Jepang ini tidak hilang. (Kalau bukan generasi mudanya yang berbuat, siapa lagi coba?)

(Ternyata mereka sempat beristirahat di kedai minuman Jepang. Yang Riku pesan adalah oshiruko, semacam bubur kacang merah yang manis dan hangat. Sedangkan Gen memesan Amazake, yang terbuat dari beras berfermentasi dan disajikan manis dan hangat. Kadar alkoholnya amat rendah (hampir sama dengan tape singkong)

Karena di luar dingin sekali aku pikir mereka akan pulang cepat. Sebelum pergi juga aku sudah wanti-wanti, kalau misalnya Gen capek atau kewalahan ngurus anak-anak, telepon saja dan aku akan jemput ke Kichijoji. (sorry ya…rada ngga percaya soalnya hihihi). Ternyata, mereka pulang jam 6 sore, dan membawa ayam si kolonel untuk makan malam…. jadi aku tidak usah masak lagi …asyiiik.

Waktu buka pintu untuk mereka langsung si Riku gandeng aku, dan bilang bisik-bisik,”Mama jangan bilang ya bahwa aku bukan pertama kali makan hotdog…. ” Rupanya dia bilang ke papanya, dia tidak pernah makan hotdog, padahal sudah pernah (padahal aku juga lupa sih, kapan itu) Hmmm, sudah mulai mau membohongi dan menutup-nutupi sesuatu nih…. dan aku dijadikan sekongkolnya. hihihi….

(kanan: pohon dilindungi dengan tali-temali sehingga salju tidak akan tertimbun di dahan yang akan menyebabkan dahan patah)

Hasil potretan yang saya rasa bagus, burung-burung yang berenang di kolam+ pelukis (diambil oleh Gen)

Foto-foto lain yang diambil oleh Riku:

Sssssttt…pulang-pulang Gen pasang koyok di bahu kirinya. Dia memang menggendong Kai terus karena tidak membawa baby carnya. Dan dia bilang sama aku, “Saya bisa rasakan betapa beratnya Kai…” hihihi

Aku Melangkah (Lagi)

18 Des

Aku melangkah lagi lewat jalanan sepi
Perlahan tapi pasti mengikuti ayun melodi
Langkah silih berganti
Melalui hari yang sunyi
Aku melangkah lagi dengan pasti

Langkah semakin cepat
Kar’na citaku semakin dekap
Hasrat kini terungkap
Dalam kata-kata yang terucap
Waktu terus melaju seirama alunan lagu
Aku melangkah lagi dengan pasti!

Liku-liku yang dulu adalah guru bagiku
Dan kuyakinkan diri menghadapi yang terjadi

Harapan yang ada takkan ku sia-sia
Kenangan yang lama sirna seiring nada
Kutinggalkan bayang-bayang semu

Lalu memulai cerita baru
Aku melangkah lagi! (3x)

Sebuah lagu dari Vina yang rasanya tidak akan basi sampai kapanpun. Well Vina memang termasuk penyanyi favorit saya. Yang pasti untuk menyambut tahun 2009 aku harus melangkah lagi (Jadi dulu kamu ngapain mel? Aku berlari…. dan tersandung. Sakit! Karena sudah menyadari bahwa sudah tua, aku ingin mencoba melangkah lagi saja. hehhehe)

But untuk Kai yang memang belum bisa berjalan… dia mulai melangkah dengan tertatih-tatih. Hari minggu yang lalu 1-2 langkah lalu berhenti. Sejak dua hari lalu mulai 2-3 langkah, dan sambil berpegangan dia berpindah ke mana-mana. Hari ini dia bisa berjalan cukup jauh, bahkan dia merangkak naik tangga di TK nya Riku waktu saya jemput Riku tadi. Entah karena dirinya juga merasa hebat, sepanjang perjalanan naik sepeda, dia berteriak-teriak…. dengan bahasa bayi yang mungkin artinya “AKU MELANGKAH”

well, he is growing, he wont be a baby forever.

Kampai for KAI.

cheers everyone….

Si Virus Noro

16 Des

Ternyata diagnosis dari dokter tentang penyakit kami bertiga adalah Norovirus. Penyakit yang ringan-ringan berat, karena gejalanya biasanya “hanya” muntah-muntah dan buang air. Norovirus adalah RNA virus (sejenis SARS, influenza dan hepatitis), jadi menular sekali. Dan kabarnya virus ini menguasai 90% penyebaran epidemi penyakit perut di seluruh dunia.

Virus ini mudah menyebar pada komunitas kecil, seperti Rumah Sakit, penjara, sekolah dll. Dan jika menyerang anak-anak serta lansia, bisa menyebabkan kematian juga, yang lebih disebabkan karena dehidrasi. Penyebaran virus ini lebih banyak terjadi akibat sentuhan langsung dengan penderita atau makan makanan yang terkontaminasi virus akibat penanganan yang tidak steril. Diperkirakan sumber penyakit dari Kai, yang saya titipkan di Himawari hari Kamis lalu, kemudian menular ke Riku dan Saya. Kabarnya tidak ada obat yang ampuh kecuali istirahat dan minum yang banyak (meskipun dapat obat dari dokter untuk stabilisasi keadaan perut).

Di Jepang sendiri setiap tahun pada musim dingin ternyata sering mengalami wabah Norovirus. Pada tahun 2006, dikabarkan ada 10 juta orang di Jepang menderita Norovirus ini. (Saya juga sering melihat berita mengenai Norovirus di TV, selain berita mengenai bakteri e-coli pada musim panas).

Kami yang di Tokyo menderita Norovirus, sedangkan teman-teman di Indonesia (antara lain Yoga) banyak yang menderita penyakit Typhoid (katanya Thypus adalah nama untuk penyakit yang lain tapi kita sering rancu memakainya), yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Memang menjelang akhir tahun, dengan kesibukan yang bertubi-tubi menyebabkan ketahanan badan menjadi berkurang, dan dengan faktor cuaca yang tidak mendukung mudah menjadi sakit. Semoga semua teman-teman blogger yang lain dapat menjaga kesehatan dengan baik dan bisa menyambut Natal, tahun baru dan libur panjang akhir tahun dengan baik.

Salam dari Imelda-Riku-Kai di Nerima (BTW Gen juga sedang flu…jadi sekeluarga sakit deh… tapi… blogging jalan terus heheheh)

==== Kai belajar pakai sumpit ====

Membeku

15 Des

Pagi hari 3 derajat, dan maximum hari ini adalah 8 derajat. Rumahku biarpun di Tokyo, memang lebih dingin (dan lebih panas di musim panas) dibanding bagian lain Tokyo, karena struktur tanahnya yang cekung, sehingga dingin maupun panas tidak bergerak, mubeng-mubeng di situ-situ aja terus. Jika turun salju, maka kalau bagian Tokyo lain sudah habis saljunya, di Nerima-ku ini masih tersisa gundukan salju. Bener masih ndeso deh.

Untung hari ini Gen tidak naik mobil, sehingga aku bisa setir mobilnya untuk menyelesaikan berbagai urusan keluarga, Bank, bills, belanja dll. Dan hari Jumat lalu aku sudah pesan di Himawari, tempat penitipan Kai, untuk hari Senin ini akan menitipkan Kai mulai dari jam 9:30 sampai jam 13:30. Karena jam 14:00 aku harus jemput Riku lagi di TK.

So, pagi jam 9 aku dan anak-anak menuju tempat parkir…….. dan alangkah terkejutnya kita menemukan mobil terbungkus dengan shimo lapisan es tipis seperti di freezer. Dan memang matahari belum cukup menyinari mobil kami, sehingga masih kachi-kachi …beku semua. (Sayang waktu itu tanganku penuh jadi tidak bisa foto hehhehe). Perlu waktu 10 menit untuk mencairkan es yang di kaca depan mobil sambil aku dudukkan Kai di kursi bayinya, siap-siap…and go. Sambil mikir…gimana kalau salju ya?

Setelah Kai aku antar ke Himawari, aku mulai melaksanakan tugasku. Mobil aku parkir di parkiran yang terdekat dengan stasiun, dan aku lari-lari ke sana sini. Untuk belanja saja aku bolak-balik 4 kali ke mobil untuk menaruh barang-barang yang memang berat. Terasa deh punggung mulai sakit sehingga tidak berani maksa angkat yang berat. Tapi sekitar jam 10 aku sempatkan masuk sebuah toko dengan pernak-pernik mainan dan hiasan rumah… Cukup terhibur melihat barang-barang yang lucu-lucu itu. Memang perlu juga ya waktu seperti itu…cuci mata…dengan barang yang bagus dan daun muda hihihi.

Tapi memang pemandangan sudah banyak berubah, seiring dengan dingin yang menusuk tulang. Hari ini memang matahari bersinar cerha, jadi kalau berjalan di bawah sinar matahari tidak seberapa dingin, tapi jika di bawah bayangan gedung atau pohon…brrrr. Pohon-pohon yang memerah mulai berguguran daunnya dan meninggalkan kerangka pohon yang sendiri dan sepi. Saya selalu suka pada foto sebatang pohon tanpa daun, seakan dia siap menantang dinginnya alam… dan jika salju turun dahan dan rantingnya siap menopang salju yang akan membuat pemandangan lain lagi pada sebatang pohon itu. Ya, saya sangat menikmati pemandangan sebatang pohon di sebuah padang hijau, yang akan berubah sesuai jamannya….

(kiri diambil dengan Canon PowerShot G9, kanan dengan HP –dan jenis pohonnya berbeda)

Selain pohon juga hiasan natal dan lagu natal di mana-mana, Karena siang memang tidak terasa gaungnya, semestinya berjalan malam-malam, menikmati iluminasi lampu-lampu yang menghiasi gedung dan pepohonan. Ah mana ada waktu aku pergi ke luar malam-malam.

nama tokonya MOS burger, jadi Xmos...pinter juga bermain kata ya
nama tokonya MOS burger, jadi Xmos...pinter juga bermain kata ya

Anak-anak dan saya juga sekarang sedang tidak sehat. Berawal dari hari Kamis, waktu saya jemput Kai di penitipan, diwanti-wanti oleh gurunya bahwa sekarang sedang mewabah flu perut dengan gejala muntah dan diare. Ternyata benar juga. Kemarin malam kami pergi makan di restoran…. bayangkan waktu menunggu tempat duduk kosong di restoran Riku muntah. Untung saya sigap keluarkan kantong plastik dan menadah. Setelah duduk, dan selang berapa lama, giliran Kai muntah dnegan hebohnya. Untung dia duduk di baby seat yang kami bawa dari mobil sehingga tidak perlu dibersihkan sampai tuntas. Eeeee selang 5 menit, tiba-tiba Riku muntah lagi. Riku duduk dengan papanya, jadi papanya yang harus bersihkan Riku. Cepat-cepat kami habiskan makanan yang tersisa dan pulang. Saya pikir, coba seandainya saya sendirian dengan dua anak, dan kejadian begitu bergantian gimana ya? Paling cuman bisa bengong atau tertawa hehehhe.

Begitulah kalau punya anak, adik-adik (terutama Lala-Dewi-Putri semua deh) yang belum menikah. Semua harus diantisipasi. Dan perlu diingat di sini tidak ada baby sitter yang bisa bantu membersihkan atau membawakan baju ganti satu koper … But, enjoy ajaaaaa deh.

Isnin gerimis

25 Nov

Kemarin sebetulnya bukanlah hari yang baik untuk bepergian, karena hujan rintik yang akhirnya menderas di malam hari membuat udara semakin dingin. Untung aku berhasil menemukan mantel kecil kepunyaan Riku dulu untuk membalut tubuh Kai sehingga bisa dipastikan dia hangat. Padahal sudah lewat tengah hari waktu kami keluar rumah kemarin.

Sudah lama aku tidak bertemu adikku Tina. Pernah aku janjian akan bertemu dia waktu kami menginap di rumah mertua, tapi akhirnya tidak jadi. Padahal dia punya sesuatu untuk kami oleh-oleh dari Italia katanya. Jadi di hari libur untuk buruh ini, dia mau datang ke rumah kami ceritanya. Tapi karena menurut prakiraan cuaca hari ini akan hujan terus, kami janjian untuk bertemu di restoran Cabe, Meguro. Sudah lama kami tidak ke sana, dan kami sekeluarga butuh jalan keluar rumah! So sekitar jam 12:45 kita berangkat, melewati Kan-7 douri yang biasanya macet…. tapi entah kenapa saat itu begitu lancar sehingga rekor dalam 40 menit kita sampai di Meguro.

Soal makan-makan tidak penting, yang pasti ada dua peristiwa yang terjadi. Riku seperti biasanya menganggap restoran itu sudah seperti rumahnya sendiri. Dia sering jalan-jalan ke belakang menemui pemilik restoran atau duduk di counter. Nah waktu dia kembali ke tempat duduknya, dia terpeleset jatuh. Aku duduk agak jauh sehingga tidak bisa menangkap dia. Dia terjerembab dan sempat menyenggol meja sebelah kami yang diduduki sepasang keluarga muda, ibunya sedang hamil bersama suaminya. Suaminya waktu itu sedang ke kamar kecil, sehingga kursinya kosong. Seandainya suaminya ada, pasti si Riku akan jatuh ke dia dulu dan tidak menyentuh meja. Alhasil meja tersenggol dan sup yang ada di atas meja tumpah sedikit ke atas meja. Sementara anakku masih di lantai, dan berusaha bangun sendiri.

Aku tanya, “Daijoubu Riku (tidak apa-apa Riku)? Sakit?”
Sambil menahan tangis, dia menggeleng. Aku tahu dia malu.
“Riku terpeleset ya…. ya sudah sini duduk saja”
Dan kepada si ibu hamil, yang diam cemberut saya bilang, “Sumimasen….(maaf ya)”

Dasar restoran Indonesia dengan pelayan Indonesia, tidak cepat tanggap. Kalau di restoran Jepang, pelayan akan segera datang, membantu si anak berdiri, tanya sakit atau tidak, bawa lap, dan bersihkan meja tanpa DISURUH. Nah, karena ini restoran Indonesia, lain servicenya…. (Yang orang jepang di situ hanya pemilik dan istrinya yang waktu itu ada di dapur dan tidak tahu kejadian itu). Si ibu hamil, sambil cemberut, minta si pelayan Indo ini untuk mengganti sup yang tumpah dengan yang baru. OK… si pelayan bawa ke belakang. Tapi, dia tidak mengelap meja!!! dan si ibu hamil itu tunggu terus sampai pelayan datang lagi dan minta meja segera di lap. Oiiii service service, memang orang Indonesia masih banyak harus belajar service dari orang Jepang. Tapi bu… jangan nyinyir gitu dong.

Aduh bu…. aku kasihan deh sama kamu. Ada anak di dalam perut kamu, tapi sifat keibuan kamu ngga ada. Biasanya seorang IBU akan bilang kepada anak yang jatuh siapapun dia … “aduh sakit ya…. kasihan” kek apa kek..basa basi gitu. Lalu…. akan lap itu meja sendiri pake tissue wong lap pake tissue selembar aja ngga akan penuh deh . cuman dikit banget tumpahnya juga. Ini bisa-bisa jadi ibu jutek yang suka marahin anaknya mulu deh tipikalnya orang Jepang heheheh.

Bla bla bla…. cukup lama juga kami menunggu pesanan datang…dan akhirnya tiba waktu pulang. Kai juga senang karena dia bisa makan banyak (nasi soto) dan bisa melihat pemandangan yang baru, juga bertemu tantenya. So, sekitar jam 4-an kami pulang, tapi karena hujan mulai deras, kami mau antar tante titin ke stasiun terdekat. Nah kejadian lagi…. happening yang ke dua adalah: Kai muntah di dalam mobil. Waktu itu aku sedang gendong/peluk dia karena dia rewel didudukkan di baby seat. Jadilah dia muntah ke baju saya dan bajunya. Untung aku selalu bawa baju ganti dan popok lengkap untuk dia. Jadi langsung bisa ganti di dalam mobil. BUT, aku tidak bawa ganti untuk aku sendiri. Dan kebetulan aku juga tidak membawa jaket. Hanya baju sweater satu-satunya itu yang aku pakai. Huh…. terpaksa deh pakai baju dalam – kaos thermal saja (untung pakai hihihi). Untung di Jepang ngga ada UU pornoaksi (kalo di Indo aku ditangkap kali ya?) …. untung gelap karena winter…dan untung mobilku pakai heater yang afdol, dan untung jarak ke rumah tinggal 30 menitan lagi, untung ada selimut selalu di dalam mobil jadi bisa selimutan…… untung ada “untungnya” jawa dan aku tidak seperti ibu jepang nyinyir tadi hahaha.  Always look on the bright side…. please.

Alhasil sebelum pulang ke rumah, masih sempat drive through di Mac D untuk beli Happy set untuk Riku yang sudah mengeluh lapar….

Memang benar kata Chrisye…tak selamanya Mendung itu Kelabu…….  yang pasti tidak untuk Kai.

Senyum, lambaian dan gandengan tangan

19 Nov

Pagi ini seperti biasa aku antar Riku ke TK naik sepeda. Hari yang cerah, meskipun diberitakan bahwa pagi ini adalah pagi yang terdingin di Tokyo. Jam 8 pagi yang terang benderang saja masih menunjukkan 8 derajat. Tapi karena ada sinar matahari, terasa hangat dan sekaligus menyilaukan mata.

Jarak dari rumah ke TK Riku amat dekat jika dengan sepeda. Biasanya saya melewati jalan kecil dulu baru keluar di jalan besar. Persis di mulut jalan kecil itu ada penjual sayur hasil ladangnya sendiri. Akhir-akhir ini dia menjual broccoli, kol, buah kesemek (dalam bahasa Jepang :Kaki), dan daikon atau Lobak. Semua harganya satu 100 yen, jauh lebih murah daripada toko, dan lebih besar dan segar. Biasanya saya mampir ke sini waktu pulangnya, karena jika saya beli waktu pergi,saya kasihan pada sepeda saya. Lebih dari Hampir 100 kg sudah dia angkut masih musti ditambah dengan lobak dan kol yang berat.

Keluar ke jalan besar, saya harus menyeberangi sekolah Luar Biasa, penyandang cacat mental, atau sering disebut anak terbelakang yang bahasa Jepangnya merefer ke chiteki shogai (gangguan pada pengetahuan/otak). Di situlah saya melihat pemandangan ini. Seorang ibu yang mengantar anaknya bersekolah ke situ  pasti menggandeng tangan anaknya. Meskipun kadang anaknya lebih besar dari ibunya, sang ibu dengan sabarnya menggandeng tangan anaknya, entah dia laki-laki atau perempuan. Memang perbuatan anak-anak ini tidak dapat diprediksi… tiba-tiba bisa melompat ke jalan (dan mengganggu pemakai jalan lainnya — yang menurut saya tidaklah usah disebut mengganggu, hanya membuat kaget) , berteriak-teriak dan menangis. Hanya dengan perbuatan menggandeng tangan saja, si anak menjadi tentram dan tenang. Betapa besar arti “gandengan tangan” ini bagi si anak dan juga bagi si ibu. Tapi benarkah gandengan tangan itu hanya berarti untuk mereka? Hmmm kita yang normal pun akan merasa senang digandeng tangannya atau bergandengan tangan terlepas si teman itu pacar atau bukan. (Kalau pacaran tidak gandengan tangan juga rasanya aneh ya…) Dengan kehangatan yang menjalar dari tangan teman kita, saudara kita, anak kita, orang tua kita…. seakan memberikan energi baru yang bisa membuat kita lebih bersemangat menghadapi kegiatan satu hari. Untuk orang Indonesia mungkin bisa berpelukan di depan umum (bagi anak dan orang tua), tapi di Jepang tidak bisa. Dicap aneh. Karena itu saya rasa gandengan tangan ini bisa menjadi satu solusi untuk salah satu skinship yang bisa jalankan dengan baik di Jepang.

Sambil mengayuh memutari sekolah LB itu, saya berpapasan dengan orang tua murid lain yang sudah mengantarkan anaknya dan kembali pulang ke rumah. Biasanya mereka bersepeda juga, dan dari jauh mereka biasanya sudah tersenyum dan jika mendekat akan mengucapkan, “Ohayo…itterasshai….” (Pagi…. selamat pergi!” Mau tidak mau, kita akan ikut tersenyum dan menyapa kembali. Atau kadang kala ada yang buru-buru dan tidak sempat menyapa, dia hanya mengangkat tangan dan melambaikan tangan. Suatu gesture yang sederhana, tapi juga membuat hati hangat. Dan beberap hari terakhir, saya melihat perkembangan dalam diri Kai yang duduk di keranjang di atas roda depan sepeda. Dia pasti ikut mengangkat tangannya membalas sapaan ibu-ibu tadi, seakan mewakili mamanya, yang sering tidak membalas, karena takut keseimbangan bersepeda terganggu. Dan biasanya ibu yang memperhatikan Kai itu akan bilang, “Oriko dane…”(Anak baik ya….).  Anakku sudah mulai berinteraksi di masyarakat.

Sudahkah Anda tersenyum pagi ini? Atau melambaikan tangan pada seseorang? Mungkin sulit untuk bergandengan tangan, tapi apakah akhir-akhir ini ada orang yang Anda gandeng tangannya? Atau cukup dengan sapaan, “Selamat Pagi…..”

Indah dan cerah harimu Teman. (Kupinjam frase yang bagi saya merupakan royaltinya Yoga. Hai Yoga, Indah harimu dik!)

Riku dan Kai bermain di atas tempat tidur rebutan untuk menaiki mamanya...susah main sama anak laki...kasar hihihi
Riku dan Kai bermain di atas tempat tidur rebutan untuk "menaiki" mamanya...susah main sama anak laki...kasar dan pasti berkelahi ...hihihi

Apa yang lebih berharga dari nyawa?

15 Nov

Duh kok bisa-bisanya Riku punya pertanyaan ini. 命より大切なものはなに? Apa yang lebih berharga dari nyawa?

Aku tahu dia mengharapkan jawaban “Riku”, tapi aku jawab begini,

“Inochi yori taisetsuna mono wa nai. Tidak ada yang lebih berharga daripada Nyawa. Karena tanpa nyawa kamu ngga hidup, ngga bisa ketemu mama dan tidka bisa sayang mama. Nyawa itu amat sangat berharga, jadi harus dijaga bener-bener.”

“Kalau Riku, Yang lebih berharga dari nyawa itu adalah mama. Aku mati pun ngga papa, karena aku sayang mama.”

“Mama ngga mau kamu mati. Kalau kamu mati, mama musti sayang siapa? Jadi jangan bilang gitu lagi!”

“Tapi emang di seluruh dunia ini aku paling sayang mama. Nomor satu mama. Nomor dua papa (ups keluar deh nomor-nomoran padahal dulu wkatu umur dua tahun dia bilang “sama sayang”. Nomor tiga Kai!

“Iya terima kasih Riku. Mama juga yang paling mama sayangi adalah Riku, lebih dari papa ….tapi rahasia ya. “

“OK…..(sambil dia cium aku)”

Fffffff aku tidak tahu dia belajar darimana, tapi dia memang pintar sekali membuat kalimat sejak kecil. Perbendaharaan katanya bagus, yang pasti dia dapat dari TV, atau dia dengar aku. Makanya aku berusaha sedapat mungkin jangan memaki-maki/mengumpat-umpat di depan dia.

Kemarin pulang ngajar sudah jam 5 lebih. Kai rewel terus, dan maunya digendong terus. Sampai aku ke WC pun tidak boleh. Akhirnya aku paksa dia tunggu di kamar tamu, sementara aku ke WC. Yang ada si Riku bilang , “Mama, Kai nangis terus loh”

Aku yang sedang sebel menukas, “Tau. mama ngga budeg, mama denger kok. biarin aja”

Riku liat mamanya spanning, diam, dan bilang, “IYa mama”

…………….

Riku suap Kai
Riku suap Kai

Masak makan malam, aku rebus spaghetti, tapi biar bagaimanapun aku berusaha pakai satu tangan (sambil gendong Kai), akhirnya tidak bisa juga. Sedangkan Kai tambah rewel. Aku marah pada Kai, dan bilang begini,

“Kai…. mama juga harus masak untuk Kakak kamu. Riku kan juga lapar.”

“Mama…. ngga papa kok. Riku belum lapar….. ” hmmmm keluar deh…padahal tadi dia yang minta makan. Demi adiknya dia berkorban.

Begitu aku bisa kasih tidur Kai, aku keluar kamar dan peluk Riku,

“Terima kasih ya Riku… sudah mau berkorban.”

“Daijoubu dayo mama. Di dunia ini yang aku sayangi kan cuma mama, papa, dan kai……..”

……………………………

Riku taruh pistol di celana belakang kai...
Riku taruh pistol di celana belakang kai…

And the winter has come…..

10 Nov

Pagi ini aku kaget waktu melihat angka temperature udara di luar menunjukkan 11. Whew…. 11 derajat… sudah winter ini. Dan memang sudah RITTO 立冬, kedudukan matahari mencapai 225 derajat, hari pertama suasana musim dingin terasa. Dan biasanya jatuh pada tanggal 7 November. Well sekarang sudah lewat 3 hari, dengan suasana mendung dan dingin… muram. Apalagi sejak pulang dari Jakarta yang begitu panas tanggal 5 lalu, Kai sakit terus, dan baru bisa makan hari sabtu yang lalu. Dan seiring dengan “kesembuhan”nya, kenakalannya bertambah.

(Kai dan Opa…. masak handphone didekatkan ke botaknya opa??? nakal kamu!!)

BIcaranya memang belum berbentuk kata tapi volumenya cukup keras. Dan sudah bisa menolak dengan tegas jika akan diberi makan atau susu. Yah, anakku yang bayi sudah mulai menjadi “orang” yang bisa mengekspresikan dirinya juga. Pernah suatu kali dia marah sama saya dan pukul saya dengan kedua tangannya sambil menjatuhkan diri. SAKIT!….. tapi lebih kaget pada ekspresi kemarahannya. Yang pasti dia marah jika saya dan riku “cium -ciuman ” di depan dia. Dia JELAOUS!!!!. Giliran saya dan Riku tertawa melihat kemarahannya. Karena dia langsung melerai kami dan menempatkan diri di tengah-tengah kami hihihi.

Kai menemani mama kerja hehehe (foto diambil Riku)
Kai menemani mama kerja hehehe (foto diambil Riku)

Untungnya Riku sudah bisa menerima tugasnya sebagai seorang kakak, meskipun “chlidish” nya masih belum bisa dihilangkan. Dia akan marah jika mainannya dipegang Kai, tapi suatu saat, dia dengan senang hati memberikan mainannya …bahkan dia menyuapkan makanan kepada adiknya. Hari-hari semakin dingin, tapi dengan kehadiran kedua buah hatiku ini, semoga winter 2008 menjadi hangat dan aku dapat menyambut tahun 2009 dengan penuh semangat.